Anda di halaman 1dari 5

Etika Marketing, Advertising, Product Safety, dan Customer Protection

Disusun oleh: Clara Hiasinta Putri (170423292)

Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita menggunakan banyak produk, terutama produk yang ada
kaitannya dengan kebutuhan sehari-hari. Berikut contoh kasus atau masalah etika berkaitan
dengan product safety dan customer protection.

1. Kasus pertama datang dari PT. Nabisco yang memproduksi salah satu makanan kecil
favorit anak-anak yaitu Oreo. Yel-yel nya yang khas “Diputer, dijilat, dicelupin” sangat
melekat di telinga masyarakat, terutama di kalangan anak-anak. PT. Nabisco sudah
berhasil membidik segmen pasar yaitu anak-anak. Namun, tatkala produk ini ramai di
pasaran, muncul isu yang menyatakan bahwa biscuit ini mengandung bahan yang sangat
berbahaya jika masuk kedalam tubuh manusia, yaitu melamin. Tentunya dengan adanya
isu ini membuat orang tua yang masih memiliki anak kecil menjadi sangat khawatir. Hal
ini berlangsung cukup lama hingga tingkat penjualan PT. Nabisco menurun drastis.
Sampai pada akhirnya BPOM dan Dinas Kesehatan mengeluarkan pernyataan bahwa
oreo produksi luar negeri lah yang mengandung bahan melamin dan tidak layak untuk
dikonsumsi karena berbahaya bagi tubuh manusia, sehingga BPOM dan Dinas Kesehatan
menyatakan agar produk tersebut ditarik dari peredaran. Jadi, produk yang ditarik hanya
yang berasal dari luar negeri, bukan yang merupakan produksi dalam negeri. Menurut
saya, hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya quality control dari PT Nabisco atas
produk yang diimpornya. Maka dari itu, perlu adanya perlindungan lebih kepada
konsumen terhadap produk-produk (tidak hanya makanan tetapi produk lain) yang
berasal dari luar negeri, sehingga konsumen tidak akan mengkonsumsi produk yang
mengandung zat berbahaya. Kemudian, dengan munculnya isu tersebut sangat
mempengaruhi penjualan dan citra/ nama baik dari PT. Nabisco, karena yang
sesungguhnya berbahaya bukan produk PT. Nabisco dalam negeri, tetapi produk dari
China. Untuk konsumen, terutama orang tua, biasakanlah untuk selektif dalam memilih
produk makanan maupun minuman yang baik bagi kesehatan anak-anak. Akan lebih baik
juga jika orang tua memberikan camilan bergizi buatan sendiri yang pasti terjamin
kebersihannya dan kandungan bahan yang digunakan jelas baik untuk anak-anak.
2. Kasus kedua yang pernah terjadi di Indonesia berasal dari salah satu pabrik yang
memproduksi obat nyamuk, tisu basah, dan pengharum ruangan. PT Megasari Makmur
yang terletak di Bogor ini memproduksi salah satu obat nyamuk yang cukup terkenal di
pasar, yaitu obat nyamuk HIT. Obat nyamuk ini selalu dipromosikan sebagai obat
nyamuk yang murah dan lebih efektif membasmi nyamuk dibandingkan obat nyamuk
lainnya. Namun, produk ini sempat ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif
Propoxur dan Diklorvos yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.
Departemen Pertanian (dalam hal ini Komisi Pestisida), telah melakukan inspeksi di
pabrik dan menemukan penggunaan pestisida yang mengganggu kesehatan manusia
seperti keracunan darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, kanker hati, dan kanker
lambung. Obat nyamuk HIT ini resmi dinyatakan sangat berbahaya karena selain
mengandung Propoxur tetapi juga mengandung Diklorvos yang sejak puluhan tahun
sudah dilarang penggunaannya di dunia. Obat nyamuk yang dinyatakan berbahaya yaitu
jenis obat nyamuk semprot dan jenis obat nyamuk cair isi ulang. Sudah ada korbannya
yaitu seorang pembantu rumah tangga, dimana setelah menggunakan obat nyamuk HIT,
pembantu tersebut mengalami pusing, mual, dan muntah-muntah akibat keracunan
setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat nyamuk HIT.
Menurut saya, tindakan yang dilakukan PT Megasari Makmur sangat tidak etis terutama
kaitannya dengan product safety dan customer protection. Sepertinya, perusahaan dengan
sengaja tetap melakukan produksi obat nyamuk HIT, padahal jelas-jelas obat nyamuk
tersebut mengandung zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Demi mendapat
keuntungan, perusahaan ini dengan mudahnya menjual produk tersebut tanpa memikirkan
dampaknya bagi kesehatan manusia. Padahal sudah selayaknya sebagai perusahaan yang
memproduksi produk-produk dengan kandungan zat pestisida mereka seharusnya
memikirkan dampak sekaligus bertanggung jawab penuh atas produknya. Setiap
perusahaan pasti memiliki kode etik didalam memproduksi produk-produknya.
Perusahaan juga harus bisa mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang dilakukan.
Maka dari itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan, PT Megasari Makmur
menyanggupi untuk menarik semua produk HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan
izin baru untuk memproduksi produk HIT aerosol baru dengan kandungan atau formula
yang disempurnakan dan bebas dari bahan kimia yang berbahaya.
3. Kasus ketiga yaitu berhubungan dengan industry farmasi, dimana ada obat yang sangat
dikenal luas oleh masyarakat yaitu “Ranitidine” yang beberapa tahun lalu ditarik dari
peredaran setelah ada research yang dilakukan oleh Amerika yang menyatakan bahwa
didalam obat tersebut ternyata mengandung bahan yang bersifat karsinogen, sehingga
apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat memicu timbulnya kanker. Selama
puluhan tahun, obat ini beredar di pasaran tanpa adanya isu-isu yang memicu obat ini
harus ditarik dari peredaran karena sudah terbukti aman untuk dikonsumsi terutama
dalam mengobati maag atau dapat juga dikatakan, obat ini manjur untuk mengurangi
produksi asam lambung yang berlebihan pada tubuh manusia. Dengan munculnya riset
dari Amerika, tentu membuat industry farmasi terpaksa harus menarik obat ini dari
peredaran demi keamanan masyarakat. Menurut saya, tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan farmasi manapun yang memproduksi obat ini sudah benar, yaitu dengan
menarik obat Ranitidine ini dari peredaran, akan tetapi sangat disayangkan karena selama
puluhan tahun obat ini dianggap aman oleh industry farmasi, sehingga industry farmasi
tetap saja melakukan produksi obat ini. Seharusnya, dengan kemajuan teknologi yang
ada, industry farmasi perlu mengkaji ulang apakah bahan yang akan digunakan untuk
memproduksi obat apapun memang aman untuk dikonsumsi oleh manusia (tidak
mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan). Kiranya, hal ini bisa
menjadi perhatian bagi industry farmasi untuk lebih berhati-hati lagi dalam memproduksi
obat, dengan terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap bahan baku yang akan
digunakan dalam produksi obat-obatan.
4. Kasus yang keempat juga masih sama yaitu datang dari industry farmasi, dimana di tahun
2018, Albothyl harus ditarik dari peredaran bahkan dibekukan izin edarnya oleh YLKI.
Ini terjadi karena YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) menganggap bahwa
BPOM kecolongan dalam kasus Albothyl ini. Ternyata, tidak semua izin edar obat
didaftarkan di BPOM sebelum dipasarkan. Kasus Albothyl ini tidak hanya disebabkan
karena adanya faktor kelalaian dari BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap obat
maupun makanan yang beredar, tetapi juga ada unsur persaingan yang tidak sehat yang
diduga dilakukan oleh PT Pharos Indonesia sebagai produsen obat tersebut. BPOM dan
klinisi yang melakukan kajian atas Albothyl menemukan bahwa terdapat kandungan
Policresulen dalam bentuk sediaan cairan obat luar konsentrat yang sebenarnya tidak
boleh digunakan sebagai hemostatic dan antiseptic pada saat pembedahan, serta
penggunaan pada kulit, THT, sariawan, dan gigi. Sebagai bentuk
pertanggungjawabannya, PT Pharos Indonesia telah resmi menarik obat Albothyl dari
peredaran di seluruh Indonesia.
Menurut saya, kasus ini terjadi karena BPOM terlalu percaya dengan apa yang diproduksi
oleh suatu perusahaan tanpa melakukan uji ulang atas produk yang akan beredar.
Tindakan yang dilakukan PT Pharos Indonesia juga tidak etis, karena sebagai perusahaan
yang berkecimpung di industry farmasi, sudah selayaknya PT Pharos mengutamakan
keamanan dari obat-obat yang diproduksinya, apalagi obat tersebut jelas-jelas akan
digunakan oleh manusia. PT Pharos harus lebih mengedepankan keamanan konsumen
daripada mengutamakan profit apalagi didasari dengan melakukan persaingan yang tidak
sehat. Obat itu bagaikan pisau yang memiliki dua sisi yang berbeda, dimana disatu sisi,
obat berfungsi untuk menyembuhkan suatu penyakit, akan tetapi disisi lain obat yang
dikonsumsi manusia juga menjadi racun bagi tubuh. Maka dari itu, perusahaan harus
lebih bijak dalam melakukan persaingan, terutama kaitannya dengan produksi obat yang
digunakan oleh manusia.
5. Kasus kelima yaitu berkaitan dengan makanan. Setiap orang pasti suka dengan bakso,
apalagi dikala cuaca hujan, dengan makan bakso, pasti akan menghangatkan tubuh.
Namun, rupanya tidak semua penjual bakso menggunakan bahan baku yang umumnya
digunakan untuk membuat bakso. Untuk membuat bakso terasa lebih kenyal, tak jarang
ada oknum-oknum tertentu yang menambah zat kimia yang tidak baik bagi tubuh kita,
yaitu boraks. Boraks merupakan bahan kimia yang berfungsi sebagai pengawet terutama
dalam industry meubel, industry kertas, maupun industry yang memproduksi gelas.
Apabila boraks masuk kedalam tubuh manusia, akan mengakibatkan efek yang buruk
bagi kesehatan manusia, tetapi sifatnya akumulasi. Apabila kita mengkonsumsi makanan
yang mengandung boraks secara terus menerus, maka akan menimbulkan kerusakan pada
ginjal.
Menurut saya, tindakan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dalam membuat
bakso dengan boraks sangat tidak etis, karena orang tersebut meracuni orang lain yang
mengkonsumsi bakso tersebut. Orang itu tahu dan sadar bahwa bahan tersebut tidak layak
untuk digunakan, tetapi demi keuntungan dirinya sendiri, orang itu tetap memasukkan
bahan yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai