Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS (EKU221E)

(Kasus Etika Lingkungan dan Etika Diskriminasi Pekerjaan )

Dosen Pengampu:

Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Disusun Oleh:

1. Lilian Avita Sakrianti (2007511045)


2. Dela Anisa Putri (2007511046)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021/2022
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
1.1 Kasus Pertama

1.1.1 Identifikasi Kasus

(Rekayasa Genetika di Monsanto/Pharmacia)

Pada bulan Maret 2000, dua perusahaan produsen terbesar dunia untuk tanaman dan
organisme hasil rekayasa genetika (GE) yakni Monsanto dan Pharmacia membentuk suatu
usaha baru bernama Pharmacia. Rekayasa genetika mencakup teknik-teknik mengubah gen
dalam sel tumbuhan atau binatang dengan mengambil gen dari satu spesies dan
memasukkannya ke dalam gen spesies lainnya dengan tujuan untuk menciptakan organisme-
organisme baru yang memiliki karakteristik dari kedua spesies tersebut. Monsanto merupakan
perusahaan pelopor dalam bioteknologi baru ini. Dua dari produk hasil rekayasa genetika
pertama perusahaan ini adalah kedelai dan tanaman kapas Roundup Ready.
Selain itu, Monsanto juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengembangkan
jagung Bt dan kapas Bt pada tahun 1995. Dalam hal ini, sebagai perusahaan pertama pelopor
penggunaan teknologi baru, Monsanto terlibat dalam sejumlah kontroversi. Salah satunya
berkaitan dengan fakta bahwa Monsanto mengharuskan para petani, yang membeli benih
Roundup Ready menyetujui untuk tidak menanam benih-benih yang dihasilkan dari tanaman
ini, melainkan membelinya lagi dari perusahaan setiap tahun. Yang dimana, pihak perusahaan
mengatakan bahwa hal ini dilakukan agar perusahaan tidak kehilangan pasar. Selain itu,
produk tanaman yang direkayasa secara genetika juga menuai kontroversi yang lebih buruk
karena berkaitan dengan ancaman lingkungan.
Warga Eropa yang tetap bersikeras menentang penggunaan organisme-organisme hasil
rekayasa genetika di alam bebas, menyampaikan sebuah resolusi melalui Uni Eropa yang
mewajibkan semua makanan yang mengandung organisme hasil rekayasa genetika agar diberi
label khusus. Pada bulan Februari 1999, parlemen Inggris membahas sebuah usulan untuk
menangguhkan penanaman produk-produk hasil rekayasa genetika di lingkungan terbuka
karena adanya kekhawatiran jika hal tersebut dapat menciptakan organisme baru yang lebih
berbahaya. Para aktivis lingkungan mengatakan bahwa tidak ada bukti nyata yang
menunjukkan bahwa organisme-organisme hasil rekayasa genetika tidak berbahaya bagi
lingkungan.
Dalam menyatakan pembelaannya, pihak perusahaan menegaskan bahwa produk
tanaman yang dihasilkan oleh perusahaan mereka sepenuhnya aman dan terbukti sangat
menguntungkan bagi lingkungan dan masyarakat. Melalui sebuah artikel berjudul “Genetically
Modified Nonsense” perusahaan menyatakan bahwa pihak kritikus tidak paham mengenai
risiko-risiko yang sebenarnya tidak ditimbulkan dari tanaman yang dihasilkan oleh perusahaan
terhadap lingkungan. Selain itu pula, disebutkan bahwa tidak ada bukti ilmiah bahwa
organisme-organisme hasil rekayasa genetika berbahaya bagi lingkungan maupun bagi
manusia.
1.2 Kasus Kedua

1.2.1 Identifikasi Kasus

(Perbedaan Gaji di Robert Hall)

Hall Clothes, Inc., memiliki sejumlah toko eceran yang khusus menjual pakaian
keluarga. Salah satu toko terletak di Wilmington, Delaware. Toko Robert Hall di Wilmington
memiliki bagian khusus untuk pakaian pria dan anak laki-laki dan satu bagian lain khusus untuk
pakaian perempuan dananak-anak perempuan. Kedua bagian tersebut terpisah dan
didatangipegawai yang berbeda. Hanyapria yang diperbolehkan bekerja di bagian pakaian pria
dan hanya perempuan yang bekerja di bagian perempuan. Pegawai toko tersebut dipisahkan
karena setelah pengalaman selama bertahun-tahun, manajer toko mengetahui bahwa kecuali
jika pegawai dan konsumen sama-sama priaatau sama-sama perempuan, kontak fisik antara
pegawai dan konsumen akan membuat mereka malu dan mengurangi penjualan.
Pakaian untuk pria umumnya berkualitas lebih tinggi dan lebih mahal dibandingkan
pakaian perempuan. Ada beberapa faktor kompetitif yang berpengaruh dalam hal ini: hanya
sedikit toko pakaian pria di Wilmington sehingga toko tersebut bisa menyediakan pakaian-
pakaian yang mahal dan masih mendapat keuntungan, sementara bagian pakaian perempuan
harus menurunkan harga agar dapat bersaing dengan toko-toko pakaian lain yang banyak
terdapat di Wilmington. Karena perbedaan barang, marjin keuntungan dari bagian pakaian pria
lebih tinggi dari bagian pakaian perempuan.
Akibatnya, bagian pakaian pakaian pria selalu menunjukkan nilai penjualan dan
keuntungan yang lebih besar. Karena adanya perbedaan nilai penjualan dan keuntungan per
jam pegawai perempuan lebih kecil, dan kenyataannya, nilai penjualan pegawai pria jauh lebih
banyak dibandingkan pegawai perempuan. Akibat perbedaan penjualan dari kedua bagian
tersebut, manajer Robert Hall memberi gaji pegawai pria lebih tinggi dibandingkan pegawai
perempuan. Pihak manajemen mengetahui, setelah keputusan Pengadilan Tinggi tahun 1973,
bahwa mereka sepenuhnya berhak memberikan gaji yang berbeda jika memeng diinginkan.
Gaji di toko ini ditetapkan berdasarkan keuntungan per jam per bagian, dengan sedikit
pembulatan ke atas untuk memastikan bahwa gaji tersebut sebanding dan kompetitif dengan
gaji yang diberikantoko lain diwilayah itu. Meskipunperbedaan gaji antara pria dan perempuan
cukup substansial, namun tidak besar perbedaan nilai penjualan dan keuntungan. Manajemen
Robert Hall menyatakan bahwa pegawai perempuan digaji lebih rendah karena komoditas yang
mereka jual nilainya tidak sama dengan komoditas di bagian pakaian pria. Namun demikian,
para pegawai perempuan menyatakan bahwa keahlian, usaha, dan tanggung jawab yang
dibutuhkan dalam pekerjaan mereka “secara substansial” adalah sama dengan pegawai pria.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kasus Pertama

2.1.1 Identifikasi Kasus

(Rekayasa Genetika di Monsanto/Pharmacia)

1. Menurut penilaian anda, apa saja, jika ada, kewajiban Monsanto/Pharmacia untuk menunda
pemasaran organisme-organisme hasil rekayasa genetika “sampai uji keamanan jangka
panjang menunjukan bahwa produk mereka tidak berbahaya bagi manusia, binatang, dan
lingkungan”? kepada siapa kewajiban ini ditujukan?
Jawaban:
Hal pertama yang wajib dilakukan oleh perusahaan saat menunggu hasil dari uji
keamanan jangka panjang bahwa produk tersebut aman digunakan bagi manusia, binatang,
dan lingkunganadalahsudahpastidengan menunda pemasaran organisme-organisme hasil
rekaya genetika tersebut. Dengan keputusan perusahaan menunda dan menunggu sampai
hasil uji tersebut keluar, maka perusahaan disini sebagai oknum yang bertanggungjawab
yang telah mengembangkan produk tersebut, telah melakukan kewajibannya untuk
melindungi konsumen dari bahaya produk tersebut. Konsumen disini bisa diartikan sebagai
manusia yang juga akan terkena dampak dari produk tersebut seandainya bila memang
produk tersebut berbahaya.
Dalam kaitannya dengan konsumen (manusia), kewajiban tersebut adalah kewajiban
untuk mematuhi dimana kewajiban mematuhi adalah kewajiban untuk memberikansuatu
produk yang memang seharusnya diberikan (dengan karakteristik yang sesuai), dan dalam
hal ini kewajiban untuk mematuhi berkaitan erat dengan keamanan suatu produk.
Kemudian kewajiban selanjutnya adalah tentu kewajiban untuk melindungi binatang dan
lingkungan, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan etika ekologi. Etika ekologi pada
dasarnya sangat mengedepankan tentang pentingnya menjaga sistem ekologi yang saling
bergantung antara makluk hidup dan lingkungannya tetap berjalan dengan baik. Dalam hal
ini kewajiban ditujukan kepada pemerintah dan kepada lembaga-lembaga pemerhati
lingkungan.
2. Analisis tindakan Monsanto/Pharmacia dalam kaitannya dengan pendekatan
utilitarianisme, hak, keadilan dan memberi perhatian. Menurut anda, apakah perusahaan
secara moral dibenarkan untuk terus memasarkan organisme-organisme hasil rekayasa
genetika?
Jawaban:
Dalam menganalisis suatu tindakan yang berhubungan dengan dasar etika untuk
tanggung jawab terhadap lingkungan, kita perlu mengetahui pendekatan yang menjadi
dasar etika tersebut. Antara lain pendekatan ultilitarianisme, hak, dan keadilan.
Pada pendekatan ultilitarianisme dijelaskan bahwa suatu perbuatan atau aturan adalah
baik, jika membawa kesenangan paling besar/banyak untuk jumlah orang paling besar/
banyak atau dengan kata lain jika memaksimalkan manfaat. Sangatlah jelas bahwa
pelestarian lingkungan hidup membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh
umat manusia termasuk juga generasi-generasi yang akan datang. Jika dampak atas
lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya-manfaat, pendekatan itu menjadi tidak etis
apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan pada orang lain.
Berdasarkan pendekatan hak dijelaskan bahwa manusia memiliki hak moral atas segala
sesuatu yang perlu untuk hidup dengan pantas sebagai manusia, artinya yang
memungkinkan dia memenuhi kesanggupannya sebagai makhluk yang rasional dan bebas.
Jika kita memang mempunyai hak atas lingkungan yang berkualitas, bisa saja hak ini
mengalahkan hak-hak lain termasuk mengalahkan hak seseorang atau hak milik pribadi
beberapa orang.
Sedangkan pada pendekatan keadilan harus dipahami sebagai keadilan distributif,
artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk membagi dengan adil. Dapat dikatakan tidak
adilapabilakita memanfaatkanalamdemikianrupa sehinggaorang lain misalnya generasi-
generasi yang akan datang tidak lagi bisa memakai alam untuk memenuhi kebutuhan
mereka dengan baik. Berdasarkan pendekatan memberiperhatian bahwa perusahaan harus
memberi perhatian yang memadai jika mereka melakukan langkah-langkah untuk
mencegah pengaruh-pengaruh-pengaruh merugikan yang dapat diperkirakan terjadi akibat
penggunaan produk mereka oleh konsumen, setelah melakukan pengamatan atas cara
bagaimana produk digunakan dan setelah mengantisipasi sema kemungkinan kesalahan
penggunaannya.
Dalam kasus ini, memberi perhatian seharusnya bisa dilakukan oeh perusahaan dengan
cara memberikan informasi yang akurat mengenai produk dan dampak apa saja yang bisa
terjadi akibat penggunaan produk dalam jangka panjang. Keterkaitan ketiga pendekatan
dengan kasus rekayasa genetika oleh perusahaan Monsanto/Pharmacia adalah
Permasalahan atau kontroversi perusahaan Monsanto/pharmacia:
• Perusahaan Monsanto menggunakan teknologi baru untuk memastikan agar para petani
terus membeli produk mereka setiap tahun.
• Menghasilkan ancaman lingkungan dari produk tanaman yang direkayasa secara
genetika seperti munculnya rumput liar “super” yang kebal terhadap pembasmi rumput
liar dan tersebar dengan cepat, menciptakan jenis-jenis infeksi yang kebal terhadap
unsur antibiotik, berakibat fatal pada spesies kupu-kupu raja, dan dapat menciptakan
organisme baru yang lebih berbahaya.
Jadi berdasarkan masalah-masalah yang ditimbulkan dapat dikatakan bahwa
perusahaan Monsanto/Pharmacia secara moral tidak dibenarkan untuk terus memasarkan
organisme-organisme hasil rekayasa genetika karena tidak memperhitungkan akibat yang
ditimbulkan pada lingkungan, dan hanya memikirkan atau memberikan banyak manfaat
pada beberapa orang dibandingkan dengan masyarakat umum khususnya petani.

3. Bagaimana seharusnya perusahaan bersikap terhadap produk-produk seperti organisme


rekayasa genetika apabila informasi tentang kemungkan resiko terhadap lingkungan masih
terbatas atau tidak ada, namun produk tersebut menjanjikan keuntungan besar bagi
manusia? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban:
Perusahaan wajib untuk selalu mengedepankan perlindungan konsumen, termasuk juga
lingkungan. Produk apapun yang dikeluarkan oleh perusahaan haruslah bersifat aman bagi
konsumen dan lingkungan sekitar baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh
sebab itu, maka perusahaan perlu melakukan riset untuk memastikan apakah produk
tersebut aman digunakan atau memiliki dampak-dampak tertentu. Perusahaan tidak boleh
hanya memikirkan keuntungan saja tanpa menginformasikan produk dan segala jenis
dampak yang ditimbulkan. Maka dari itu, perusahaan harus menginformasikan secara
lengkap tentang produk yang dimiliki sebelum dipasarkan di pasaran.
2.2 Kasus Kedua

2.2.1 Identifikasi Kasus

(Perbedaan Gaji di Robert Hall)

1. Menurut Anda, apakah manajer di Robert Hall memiliki kewajiban etis untuk mengubah
kebijakan pemberian gaji? Jika menurut Anda, mereka tidak perlu merubahnya, jelaskan
mengapa kebijakantersebut secara etis dapat dibenarkan, jika menurut Anda perlu diubah,
jelaskan mengapa mereka wajib mengubahnya dan perubahan apa yang perlu mereka
lakukan. Dalam analisis Anda, apakah akan ada bedanya jika Robert Hall tidak hanya
membuka satu toko dengan dua bagian, namun membuka dua toko, satu untuk pakaian pria
satu untuk pakaian perempuan? Apakah akan ada bedanya jika kedua toko tersebut dimiliki
oleh perusahaan yang berbeda? Jelaskan masing-masing jawaban Anda dalam kaitannya
dengan prinsip-prinsip etika yang relevan.
Jawaban:
Menurut kelompok kami, manajer di Robert Hall memiliki kewajiban etis untuk
mengubahkebijakanpemberiangaji. Karenadilihat darikasusdiataspemberiangajiantara
pegawaiperempuandenganpegawaipria bisadikatakantidak adildan merupakantindakan
diskriminasi. Padahal antara pegawai perempuan dengan pegawai pria memiliki keahlian,
usaha, dan tanggung jawab yang secara substansial adalah sama. Oleh karena itu mereka
harus mengubah kebijakan tersebut dengan cara menggabungkan pendapatan dari kedua
toko tersebut lalu hasilnya dibagi sama rata terhadap semua pegawai baik pria maupun
wanita. Hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan salah satu prinsip etika bisnis yakni
prinsip keadilan, dimana prinsip ini menyatakan bahwa keadilan menuntut agar setiap
orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh dirugikan hak dan
kepentingannya.
Selanjutnya, jika Robert Hall membuka dua toko, satu untuk pakaian pria dan satu lagi
untuk pakaian perempuan menurut kami tetap saja Robert Hall dikatakan melanggar prinsip
keadilan jika keahlian, usaha, dan tanggung jawab yang dibutuhkan pegawai pria dan
perempuan dalam pekerjaan mereka secara substansial adalah sama. Namun, lain halnya
jika pegawai pria memiliki proporsi kerja yang lebih berat dibandingkan pegawai
perempuan maka perbedaan gaji pegawai pria yang lebih besar tidaklah menjadi masalah
dan bukan merupakan tindakan diskriminasi tenaga kerja.
Apabila kedua toko dimiliki oleh perusahaan yang berbeda, maka menurut kami adanya
perbedaan gaji tidak menjadi masalah. Hal tersebut karena masing-masing perusahaan
memiliki kebijakan sendiri-sendiri. Pemberian gaji kepada karyawan pada dasarnya
ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing perusahaan.
Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, maka semakin tinggi pula gaji yang akan
diberikan oleh perusahaan, begitu juga sebaliknya.

2. Misalkan hanya ada sedikit pria yang melamar pekerjaan di Wilmington, sementara
pelamar perempuan sangat banyak. Apakah faktor kompetitif ini dapat dipakai sebagai
pembenaran untuk memberikan gaji yang lebih tinggi pada pegawai pria?Misalkan saja 95
persen perempuan di Wilmington yang melamar pekerjaan di toko tersebut adalah kepala
rumahtangga danpunya anak, sementara 95 persen pria yang melamar belum berkeluarga.
Apakah faktor kebutuhan ini dapat dipakai sebagai pembenaran untuk memberikan gaji
yang lebih tinggi bagi pegawai perempuan dibandingkan pegawai pria? Mengapa? Dalam
kaitannya dengan argumen bahwa pria dapat menjual lebih baik, apakah hal ini dapat
dipakai sebagai pembenaran untuk memberikan gaji yang berbeda?
Jawaban:
Menurut kelompok kami, apabila hanya ada sedikit pria yang melamar pekerjaan di
Wilmington sementara perempuan yang melamar lebih banyak, faktor kompetitif ini tidak
dapat dijadikan dasar oleh Robert Hall untuk memberikan gaji yang lebih besar kepada
pegawai perempuan. Jika seandainya Robert Hall menggunakan proporsi tingkat pelamar
tenaga kerja dalam menentukan besar gaji yang diberikan, itu berarti Robert Hall telah
melakukan tindakan diskriminasi terhadap pegawainya karena Robert Hall memberikan
hak yang lebih istimewa berupa gaji yang lebih tinggi kepada pegawai pria padahal tugas
antara pegawai pria dan perempuan adalah sama. Keputusan tersebut juga dapat merugikan
pegawainya karena pemberian gaji tidak berdasarkan kemampuan dan keahlian yang
dimilikinya.
Dari kasus diatas andaikan jika 95% perempuan di Wilmington yang melamar
pekerjaan di toko tersebut adalah kepala rumah tangga dan punya anak, sementara 95%
pria yang melamar belum berkeluarga. Faktor kebutuhan ini juga tidak dapat digunakan
untuk memberikan gaji yang lebih tinggi kepada pegawai perempuan karena tindakan
tersebut juga merupakan tindakan diskriminasi yaitu membeda-bedakan gaji antar pegawai
berdasarkan karakteristik lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaannya. Untuk mengatasi
hal ini maka hal yang dapat dilakukan oleh Robert Hall adalah memberikan dua jenis gaji
yaitu gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok diterima oleh semua pegawai sedangkan
tunjangan hanya diberikan kepada pegawai baik perempuan maupun laki-laki yang sudah
memiliki keluarga dan memiliki tanggungan dengan standar yang sudah ditentukan.
Sehingga dengan kebijakan tersebut semua pegawai memperoleh hak yang sama atas
tugas yang sama tanpa melanggar haknya maupun prinsip-prinsip keadilan. Bila dikaitkan
dengan argumen bahwa pegawai pria dapat menjual pakaian lebih baik dibandingkan
pegawai perempuan, hal ini juga kurang tepat digunakan untuk memberikan gaji yang
berbeda kepada pegawai pria karena pada dasarnya gaji tersebut diberikan kepada setiap
pegawai secara periodik dengan jumlah yang telah ditetapkan pada pertama kali bekerja.
Sehingga yang dapat dilakukan dalam situasi seperti ini adalah memberikan bonus kepada
pegawai laki-laki yang dapat menjual lebih baik.

3. Jika menurut Anda manajer Robert Hall harus memberikan gaji yang sama karena mereka
melaksanakanpekerjaanyang “secara substansial sama”, apakah Anda juga berpikir bahwa
gaji haruslah dihitung sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan (misalnya dengan
menetapkan gaji berdasarkan komisi)? Mengapa? Apakah sistem komisi lebih baik dari
sudut pandang utilitarian dengan mempertimbangkan pengeluaran pembukuan yang cukup
besar untuk sistem ini? Dari sudut pandang kalian? Menurut Anda, apa arti secara
substansial sama?
Jawaban:
Menurut kelompok kami, dalam kasus ini gaji seharusnya dibagikan secara merata
kepada seluruh pegawai. Apabila mereka melakukan pekerjaan yang sama, namun
mendapatkan gaji yang berbeda maka Robert Hall telah melakukan diskriminasi terhadap
pegawainya. Berbeda halnya jika tugas tiap pegawai itu berbeda kemudian dilakukan
pembagian gaji yang berbeda pula, maka hal tersebut bukan termasuk diskriminasi. Untuk
memberikan apresiasi terhadap pegawai yang melakukan pekerjaan dengan tingkat yang
lebih rumit atau mencapai target yang direncanakan, sebaiknya digunakan sistem komisi
atau bonus.
Dengan adanya sistem komisi, maka Robert Hall dapat mengukur kinerja setiap
pegawaisekaligus dapat memacu kinerja para pegawaiuntuk mencapai penjualan melebihi
standar yang telah ditetapkan perusahaan. Sehingga pegawai yang tidak mendapat komisi
dapat terpacu untuk bekerja lebih giat agar memperoleh komisi tersebut, dan bagi pegawai
yang sudah mendapatkan komisi juga harus tetap bekerja dengan giat agar komisi yang
diperolehnya bisa ditingkatkan.
Apabila mempertimbangkan pengeluaran pembukuan untuk sistem komisi, sistem ini
lebih baik dari sudut pandang utilitarian karena komisi yang diberikan itu berdasarkan
persentase hasil penjualan. Semakin tinggi persentase hasil penjualan dari seorang pegawai,
maka semakin tinggi pula komisi yang diterima oleh pegawai tersebut. Sehingga
pengeluaran untuk membayar komisi setiap pegawai tidaklah sama dan juga tidak
dilakukan secara periodik (dalam selang waktu yang tetap).
Menurut kami, secara substansial sama itu memiliki arti bahwa pada inti atau
kenyataannya adalah sama. Apabila dikaitkan dengan penyataan pada kasus diatas, berarti
pada kenyataannya baik pegawai laki-laki maupun perempuan memerlukan keahlian,
usaha, dan tanggung jawab yang sama dalam pekerjaan yang mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Velasquez, Manuel G. 2002. Business Ethics: Concepts and Cases, 5th ed. Pearson: New
Jersey.

Anda mungkin juga menyukai