NIM
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi, siapakah yang
bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?
Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan
bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung jawab.
Lain halnya pendapat para kritikus pada pandangan tradisional, yang menyatakan
bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama-sama,
tindakan perusahaan mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dan
konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskan
kelompok bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakan
kepada kelompok perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral dibalik
semua tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela dan bebas
dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud menghasilkan tindakan
perusahaan, secara moral akan bertanggung jawab atas tindakan itu.
Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan dengan
sengaja dan dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu untuk menghasilkan tindakan
perusahaan atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang bekerja dalam struktur
birokrasi organisasi besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan
perusahaan yang turut dia bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis, atau tukang bersihbersih di sebuah perusahaan. Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan
dalam organisasi perusahaan birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan
tanggung jawab moral orang itu.
Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai
moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi
standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis
terhadap prinsip kejujuran perusahaan besarpun berani untuk mmengambil tindakan
kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba
yang besar dan ongkos produksi yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya . dalam kasus HIT
sengaja menambahkan zat diklorvos untuk membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi
kesehatan manusia, zat tersebut bila dihisap oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan
kanker hati dan lambung.
Dan walaupun perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti barang
dengan memproduksi barang baru yang tidak mengandung zat berbahaya tapi seharusnya
perusahaan jugamemikirkan efek buruk apa saja yang akan konsumen rasakan bila dalam
penggunaan jangka panjang. Sebagai produsen memberikan kualitas produk yang baik dan
aman bagi kesehatan konsumen selain memberikan harga yang murah yang dapat bersaing
dengan produk sejenis lainnya.
Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT.Megasari Makmur dan Tindakan Pemerintah
Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik semua produk
HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT
Aerosol Baru dengan formula yang telah disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya.
HIT Aerosol Baru telah lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08
September 2006 Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol Baru dapat
diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9-2006/S).Sementara itu pada
tanggal 22 September 2006 Departemen Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui
pendistribusiannya dan penjualannya di seluruh Indonesia.
Undang-undang
Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :
Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa.
Ayat 3 : hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa.
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi HIT.
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.
Tanggapan
PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan
memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen
yang menggunakan produk mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun
perusahaan sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, namun
permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di
lakukan secara sungguh sungguh karena produk tersebut masih ada dipasaran.
Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu
Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya
mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan
dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu
ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru
kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut.
Kesimpulan
Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu sendiri
mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia
tentang iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Iklan mempunyai unsur
promosi, merayu konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli. Karena itu bahasa
periklanan mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi yang utama berkaitan
dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya). Karena
dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi
ditanamkan dalam dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol
tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik,
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Seperti pada kasus PT Megarsari Makmur (produk HIT) masalah yang terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kandungan-kandungan apa saja
yang terkandung dalam produk tersebut.
Saran
Pertama, dari sudut pandang etika periklanan (mengacu pada kitab Etika Pariwara
Indonesia), jelas bahwa pernyataan termurah (suatu bentuk pernyataan superlatif)
yang tidak didukung oleh fakta-fakta yang obyektif adalah tidak etis.
Kedua, dari sudut ilmu komunikasi periklanan: iklan pada dasarnya (esensinya)
adalah suatu janji. Janji antara produsen/penyedia jasa dengan para konsumennya.
Hasil polling ini jelas menunjukkan bahwa isi iklan dari produk tersebut yang
menjanjikan harga termurah ternyata berbahaya bagi kesehatan.
Etika (untuk profesi atau bidang apapun juga) disusun berdasarkan tata budaya ada
disuatu bangsa. Etika mengatur hal-hal yang dianggap normatif (diterima/dibenarkan)
oleh kebanyakan masyarakat di suatu negara. Dengan demikian seharusnya justru
etika dipandang dengan sangat positif sebagai suatu panduan untuk tidak melakukan
hal-hal yang tidak akan diterima dengan baik oleh masyarakat (konsumen).
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal
tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya
lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan
meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu
sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas
konsumen terhadap produk itu sendiri.
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
seseorang untuk melakukan kewajibannya dan manusia tidak boleh dikorbankan demi tujuan
lain selain hak asasinya. Dimana yang dimaksud adalah Sule yang mempunyai haknya
sebagai manusia. Sejauh yang diketahui Sule tidak melakukan pelanggaran kode etika
pariwara Indonesia (EPI) tetapi pada materi iklan yang saling menyindir dan menjelekkan.
Dalam salah satu prinsip etika yang diatur di dalam EPI, terdapat sebuah prinsip bahwa
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.\
Dalam etika pariwara Indonesia juga diberikan tentang keterlibatan anak-anak dibawah
umur, tetapi kedua provider ini tetap menggunakan anak-anak sebagai bintang iklan, bukan
hanya itu tetapi iklan yang ditampilkan juga tidak boleh mengajarkan anak-anak tentang halhal yang menyesatkan dan tidak pantas dilakukan anak-anak, seperti yang dilakukan provider
XL dan AS yang mengajarkan bintang iklannya untuk merendahkan pesaing dalam bisnisnya.
Hal yang dilakukan kedua kompetitor ini tentu telah melanggar prinsip-prinsip EPI dan
harusnya telah disadari oleh kedua kompetitor ini, dan harus segera menghentikan persaingan
tidak sehat ini.
Kedua kompetitor provider ini melanggar prinsip-prinsip dan aturan-aturan kode etik
dan moral untuk mencapai tujuannya untuk mendapatkan keuntungan lebih dan menguasai
pasaran dimasyarakat yang diberi kebebasan luas untuk melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi serta telah diberi kesempatan pada
usaha-usaha tertentu untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar. Keadaan
tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk, promosi dan kosumen
tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan
akhirnya telah menjadi praktek monopoli. Padahal telah dibuat undang-undang yang
mengatur tentang persaingan bisnis, yaitu UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tetapi kedua kompetitor ini mengabaikan
Undang-Undang yang telah dibuat. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis kedua
kompetitor provider ini sering juga terjadi karena peluang-peluang yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah gunakan dalam
pelaksanaannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang melanggar etika bisnis dalam menjalankan bisnisnya.
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
Penyelesaian masalah yang dilakukan antara provider kartu XL dan karti AS dan
Tindakan pemerintah
Dalam kasus ini, kedua provider menyadari mereka telah melanggar peraturanperaturan dan prinsip-prinsip dalam Perundang-undangan. Dimana dalam salah satu prinsip
etika yang diatur di dalam EPI, terdapat sebuah prinsip bahwa Iklan tidak boleh
merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana
banyak diketahui, iklan-iklan antar produk kartu seluler di Indonesia selama ini kerap saling
sindir dan merendahkan produk kompetitornya untuk menjadi provider yang terbaik di
Indonesia. Pelanggaran yang dilakukan kedua provider ini tentu akan membawa dampak
yang buruk bagi perkembangan ekonomi, bukan hanya pada ekonomi tetapi juga bagaimana
pendapat masyarakat yang melihat dan menilai kedua provider ini secara moral dan
melanggar hukum dengan saling bersaing dengan cara yang tidak sehat. Kedua kompetitor ini
harusnya professional dalam menjalankan bisnis, bukan hanya untuk mencari keuntungan
dari segi ekonomi, tetapi harus juga menjaga etika dan moralnya dimasyarakat yang menjadi
konsumen kedua perusahaan tersebut serta harus mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat.
Namun pada prinsipnya, sebuah tayangan iklan di televisi (khususnya) harus patuh
pada aturan-aturan perundang-undangan yang bersifat mengikat serta taat dan tunduk pada
tata krama iklan yang sifatnya memang tidak mengikat. Beberapa peraturan perundangundangan yang menghimpun pengaturan dan peraturan tentang dunia iklan di Indonesia yang
bersifat mengikat antara lain adalah peraturan sebagai berikut:
UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers
UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran
UU No. 7 tahun 1996
PP No. 69 tahun 1999
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS
Kepmenkes No. (rancangan) tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia
PP No. 81 tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan
PP No.38 tahun 2000 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
Kepmenkes No. 368/MEN.KES/SK/IV/1994 Tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas,
Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan, Rumah Tangga,
Makanan, dan Minuman.
Selain taat dan patuh pada aturan perundang-undangan di atas, pelaku iklan juga
diminta menghormati tata krama yang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI). Ketaatan
terhadap EPI diamanahkan dalam ketentuan Lembaga penyiaran wajib berpedoman pada
Etika Pariwara Indonesia. (Pasal 29 ayat (1) Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku
Penyiaran).
Lembaga penyiaran dalam menyiarkan siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan
masyarakat wajib mematuhi waktu siar dan persentase yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. (Pasal 29 ayat (2) Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran).
Materi siaran iklan yang disiarkan melalui lembaga penyiaran wajib memenuhi
persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI. (Pasal 46 ayat (4) UU Penyiaran). Isi siaran dalam
bentuk film dan/atau iklan wajib memperoleh tanda lulus sensor dari lembaga yang
berwenang. (Pasal 47 UU Penyiaran).
Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh KPI. (Pasal 48 ayat
(1) UU Penyiaran).
Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat
tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan
atau tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan. (Pasal 1 ayat (15)
Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran)
Siaran iklan niaga dilarang melakukan (Pasal 46 ayat (3) UU Penyiaran):
promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi dan/atau kelompok,
yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan martabat agama lain, ideologi lain,
pribadi lain, atau kelompok lain promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat
adiktif; promosi rokok yang memperagakan wujud rokok; hal-hal yang bertentangan dengan
kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama; dan/atau eksploitasi anak di bawah umur 18
(delapan belas) tahun.
: 120410014
MK
: ETIKA BISNIS