Anda di halaman 1dari 18

1).

Contoh Pelanggaran Etika Pemasaran dan Etika Produksi


yang dilakukan oleh Produk HIT di Indonesia.

Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah
untuk menjauhkan nyamuk dari kita. Tetapi, ternyata murahnya harga
tersebut juga membawa dampak negatif bagi konsumen HIT.
Telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT
yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur
dan Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan,
gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A
(jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Departemen Pertanian juga
telah mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida
dalam rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika Online). Hal itu
membuat kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak
sungguh-sungguh berusaha melindungi masyarakat umum sebagai
konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk baru yang
berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.

Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar


beberapa pasal, yaitu :
1) Pasal 4, hak konsumen adalah :
 Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”
 Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya
tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya,
kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya
produksi HIT.
2) Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
 Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan”
PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk
mereka, dimana seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan
pestisida, harus dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki
lagi.

3) Pasal 8
 Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak
memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan”
 Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat
(1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau
jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT


tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi
barang tersebut. Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari
peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka
tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

4) 4. Pasal 19 :
 Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti
rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian
konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan”
 Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
 Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang
waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi”
 Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti
rugi kepada konsumen karena telah merugikan para konsumen

Kesimpulan Dan Saran dari artikel diatas :


PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat
merugikan dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka
yang berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan produk
mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun perusahaan
sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik produknya,
Namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan
produk tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh –sungguh
karena produk tersebut masih ada dipasaran.

Pelanggaran Prinsip Etika Pemasaran yang dilakukan oleh PT. Megarsari


Makmur yaitu Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan
peringatan kepada konsumennya mengenai kandungan yang ada pada
produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan
juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah
suatu ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit
terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan
tersebut.

Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya


boleh dilakukan asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja
pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya lebih mementingkan
keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan
meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan
maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap produk itu
sendiri.

Sumber: http://adey-am20.blogspot.com/2010/11/contoh-kasus-
pelanggaran-etika-bisnis.html

2. PT Freeport Indonesia
Ada pernyataan kuat bahwa telah terjadi distori etika dan pelanggaran
kemanusiaan yang hebat di Papua. Martabat manusia yang seharusnya
dijunjung tinggi, peradaban dan kebudayaan sampai mata rantai
penghidupan jelas dilanggar. Itu adalah fakta keteledoran pemerintah
yang sangat berat karena selama ini bersikap underestimate kepada
rakyat Papua. Gagasan yang menyatakan mendapatkan kesejahteraan
dengan intensifikasi nyatanya gagal.
Ironisnya, dua kali pekerja Freeport melakukan aksi mogok kerja sejak
Juli untuk menuntut hak normatifnya soal diskriminasi gaji, namun dua
kali pula harus beradu otot. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan
tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan
masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai
protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM.

Analisis Permasalahan
PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional
(MNC), yaitu perusahaan internasional atau transnasional yang berpusat
di satu negara tetapi cabang ada di berbagai negara maju dan
berkembang. Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia
disebabkan karena perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh
manajemen pada operasional Freeport diseluruh dunia. Pekerja Freeport
di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah dari pada pekerja
Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang
perjam USD 1.5-USD 3. Padahal, dibandingkan gaji di negara lain
mencapai USD 15-USD 35 perjam. Sejauh ini, perundingannya masih
menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak
tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.
Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua digembor-gemborkan itu pun
tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI.
Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung
akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat Papua yang tidak
ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa dditanggung
generasi Papua sampai tujuh turunan.
Umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset
perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu
keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan
yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar
produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen
manajemen dalam hal pemberian gaji yang layak.
Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia
terbukti tidak memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal
normatif yang sangat mendasar. Kebijakan dengan memberikan diskresi
luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata hanya sia-sia.
Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT Freeport Indonesia
Juru bicara PT Freeport Indonesia, Ramdani sirait, mengatakan bahwa
manajemen perusahaan PTFI akan berkomunikasi dengan Serikat
Pekerja Seluruh indonesia (SPSI) demi mengantisipasi ancaman aksi
mogok yang dilakukan pekerja. Karena isu aksi mogok tersebut terkait
rencana pemutusan hubungan kerja terhadap tiga orang karyawan PTFI
yang melakukan intimidasi fisik kepada karyawan lainnya.
Ia menyebutkan, terhadap intimidasi fisik yang memenuhi ketentuan PHI
(Pedoman Hubungan Industrial) Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
sebagaimana kasus tiga karyawan yang melakukan intimidasi fisik,
diproses berdasarkan ketentuan PHI-PKB.
Pasal-pasal yang tercantum dalam PKB tersebut sudah mengakomodasi
aspirasi pekerja. Salah satunya adalah adanya kenaikan upah pokok
sebesar 40 persen dalam 2 tahun." Angka ini jauh di atas ketentuan rata-
rata kenaikan upah pokok nasional sebesar 10-11 persen per tahun,"
sambung dia.
Sebagai upaya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan,
perusahaan sudah membentuk Crisis Management Committee. Yaitu
guna menciptakan lingkungan kerja yang damai dan harmonis, PTFI dan
pimpinan SPSI PTFI pun telah membentuk Crisis Management
Committee.
Undang-undang yang telah di Langgar :
PT Freeport Indonesia telah melanggar hak-hak dari buruh Indonesia
(HAM) berdasarkan UU No. 13/2003 tentang mogok kerja sah dilakukan.
PT Freeport Indonesia telah melanggar pasal :
1). Pasal 139: “Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang
bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan atau
perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa
manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kepentingan umum dan atau membahayakan keselamatan orang lain”.

2). Pasal 140: (1) “Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada
pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat”. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 (satu) sekurang-kurangnya memuat: (i) Waktu (hari,
tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja. (ii) Tempat mogok
kerja. (iii) Alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok
kerja. (iv) Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing
ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung
jawab mogok kerja. (3) Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh
pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh,
maka pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditandatangani oleh perwakilan pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai
koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja. (4) Dalam hal
mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
maka demi menyelamat kan alat produksi dan aset perusahaan,
pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara: (i)
Melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada dilokasi kegiatan
proses produksi, atau (ii) Bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh
yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan.
3). Pasal 22: “Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas
memilih pekerjaan, berhak akan terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya yang sangat doperlukan untuk martabat dan pertumbuhan
bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun kerjasama
internasional, dan sesuai dengan pengaturan sumber daya setiap
negara”.
PT Freeport Indonesia melanggar UU No. 11/1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah diubah dengan UU No.
4/2009.
Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi
dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport.
Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah
barometer penting kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang
terjadi dari berputarnya mesin anak korporasi raksasa Freeport-
McMoran tersebut di kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa
terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.
Kesimpulan Dan Saran dari artikel diatas :
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa PT Freeport
Indonesia telah melanggar etika bisnis dan melanggar undang-undang.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu
sama. Karena hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
PT Freeport Indonesia sangat tidak etis dimana kewajiban terhadap para
karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima tidak layak
dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain. Padahal PT
Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas
terbaik di dunia.
Sebaiknya pemerintah Indonesia cepat menanggapi masalah ini dan
cepat menanggulangi permasalahan PT Freeport Indonesia. Karena
begitu banyak SDA yang ada di Papua, tetapi masyarakat Papua
khususnya dan Negara Indonesia tidak menikmati hasil dari kekayaan
alam di Papua. Jangan sampai Amerika mendapatkan semakin banyak
untung dari kekayaan yang dimiliki oleh Negara kita sendiri.
Sumber:http://megapitriani06.blogspot.com/2013/10/contoh-
perusahaan-yang-melanggar-etika.html

3. Contoh Pelanggaran Etika Pemasaran dan Etika Produksi


yang dilakukan oleh Produk Indomie dari Indonesia di Taiwan

Menjelang dibukanya persaingan pasar bebas, Akhir-akhir ini makin


banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis atau
etika dalam berbisnis. Hal ini sangat penting diperhatikan dalam
melakukan kegiatan bisnis dan mengembangkan diri dalam
pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing
untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar.Dalam kegiatan bisnis ini
persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis,
bahkan melanggar peraturan yang berlaku.

Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor


dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta
kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.Kasus Indomie yang
mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut
mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik
dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl
parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat
tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan
pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk
menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua
supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak memasarkan
produk dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan
segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang
BPOM untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu,
secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka
Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010).
Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa
terjadai, apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan
adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.

A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat


yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate
dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat
produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini
umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk
produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.

Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat


berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini. Kustantinah
menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga
berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar
kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk
dikonsumsi, lanjut Kustantinah.

Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di


konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg
nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan
unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-
muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex
Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada
persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan
produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk
dikonsumsi di Indonesia. Dan karena standar di antara kedua negara
berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

Kesimpulan dan saran dari artikel diatas :

Dari pembahasan diatas terdapat beberapa faktor yang menjadikan


produk indomie dilarang dipasarkan dinegara Taiwan. Beberapa faktor
dianataranya adalah harga yang di tawarkan, bahan dasar atau zat
pengawet yang digunakan dan aturan standarisasi. Jika dari harga, harga
yang ditawarkan indomie lebih murah dibanding dengan makanan
sejenis dengan kualitas yang sama, serta zat pengawet atau bahan
pengawet yang digunakan indomie dikatakan berbahaya karena telah
melebihi standar pemakaian di Taiwan,namun menurut Ketua BPOM
Kustantinah kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas
wajar dan aman untuk dikonsumsi. Sedangkan aturan Negara masing-
masing yang memiliki pandangan berbeda, indonesia yang merupakan
anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah
mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu , gizi
dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan
anggota Codec.

Jadi jelas etika dalam berbisnis sangat perlu diperhatikan sehingga


masalah yang sekiranya akan terjadi dapat di selesaikan dengan baik
tanpa harus ada salah satu pihak yang dirugikan.

Sumber:http://pandji99.wordpress.com/2011/09/24/etika-bisnis-
contoh-kasus-indomie-di-taiwan/
4. Kasus Skandal Akuntansi pada PT Worldcom (MCI)

MCI, Inc. (NASDAQ: MCIP), adalah perusahaan telekomunikasi Amerika


yang bermarkas di Ashburn, Virginia. Perusahaan ini merupakan hasil
dari penggabungan dari WorldCom (dulunya dikenal sebagai LDDS) dan
MCI Communications, dan menggunakan nama MCI WorldCom sebelum
mengambil nama sekarang pada 14 April 2003 sebagai bagian dari
darurat perusahaan dari kebangkrutan.

Praktek Akuntansi Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom mengakui


bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar untuk beban
jaringan sebagai pengeluaran modal.beben jaringan adalah beban yang
dibayar oleh Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan
telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi
Worldcom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada
tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama
tahun 2002.berdasarkan data Worldcom $14,7 milyar pad tahun 2001
disajikan sebagai biaya.

Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom


mampu menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan
laba karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset
dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban
investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat
pendapatan bersih yang lebih rendah dalam tahun-tahun berikutnya.
Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut akan didepresiasikan secara
esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan perusahaan
untuk mengalokasikan biayanya dalam beberapa tahun dimasa depan,
mungkin antara 10 tahun bahkan lebih.Staf akuntan Worldcom telah
diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada Maret 2002 SEC meminta
data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan
Laporan Keuangan. Termasuk didalamnya :
1). komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2). sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan
pelanggan dalam sekala besar
3). kebijakan akuntansi untuk merger
4). pinjaman kepada CEO
5). integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6). analisis ekspektasi pendapatan saham WC

1 Juli 2002 worldcom mengumumkan bahwa akun cadangan di


Worldcom juga diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan membuat akun ini
untuk mengantisipasi kejadian-kejadian luar biasa yang tidak dapat
diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan. Seharusnya akun ini tidak
boleh dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan. Tanggal 8 agustus
Worldcom mengakui bahwa mereka telah menggunakan akun cadangan
secara tidak benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28 agustus
adalah bahwa akun cadangan dikurangi untuk menutupi biaya jaringan
yang telah dikapitalisasi.

Pertanyaan Audit berdasarkan latar belakang tersebut, penyajian beban


jaringan sebagai pengeluaran modal ditemukan oleh internal auditor
Cynthia Cooper. Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper mendiskusikan
masalah tersebut kepada kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivan
dan controller perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan
masalah tersebut pada kepala komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni.
Yang kemudian Max Bobbitt meminta kepada KPMG selaku eksternal
auditor saat itu untuk melakukan investigasi.

Kepala keuangan worldcom diminta untuk mengkoreksi salah saji/salah


pengklasifikasiannya. Setelah berdiskusi lebih lanjut Scott D. Sullivan
dipecat pada saat Worldcom mengadakan pengumuman. Pada hari yang
sama David F. Myers mengundurkan diri. Dilaporkan bahwa Sullivan
tidak pernah mengkonsultasikan penyajian tersebut kepada Artuhr
Anderson selaku auditor eksernal pada tahun 2001. dan Arthur Anderson
pun menyatakan bahwa Sullivan tidak pernah berkonsultasi dengan nya.

Pada tanggal 15 Juli, Tauzi yang merupakan House Energy and Commerce
Committee mengatakan bahwa berdasarkan dokumen-dokumen
internal dan email Worldcom mengindikasikan bahwa sebenarnya pihak
eksekutif sudah mengetahui salah saji tersebut sejak awal musim panas
2000 silam. Internal auditor adalah pertahanan awal terhadap kesalahan
paktek-praktek akuntansi dan kecurangan akuntansi. Satu pertanyaan
kepada Internal Auditor Worldcom adalah kenapa butuh waktu lama (1
tahun) untuk mengungkap salah saji ini. Padahal mengingat nilai
kapitalisasi yang begitu besar dan pengaruhnya terhadap nilai
pendapatan bersih dan total aktiva harusnnya bisa diungkap lebih cepat.

Pertanyaan yang lebih berat ditanyangkan kepada KAP Arthur Anderson,


beberapa pengamat menyatakan bahwa Arthur Anderson tahu
mengenai salah saji yang dilakukan pihak Worldcom. Karena seharusnya
Arthur Anderson bertugas untuk mengaudit kesalah semacam itu,
apalagi kesalah ini sangat material. Beberapa pengamat juga
menyatakan bahwa Arthur Anderson seharusnya lebih peka terhadap
kondisi keuangan Worldcom, yang dapat mengakibatkan manajemen
perusahaan melakuakan hal diluar kewajaran praktek akuntansi.

Dampaknya : Juni 2002, saham Worldcom dari $64,5 pada pertengahan


1999 menjadi kurang dari $2 per saham. Dan turun lagi hingga kurang
dari $1 yang akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1 sen. Para pegawai
Worldcom yang mempunyai saham perusahaan sebagai bagian dari dana
pensiun mereka juga mengalami kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar
32 % atau $642,3 juta dana pensiun mereka berupa saham. Dan
mengumumkan akan memberhentikan 17.000 karyawan dari total 85
ribu karyawan.
21 Juli 2002, Worldcom mengikuti program proteksi kebangkrutan
sementara dari departemen kehakiman Amerika serikat. Worldcom
melaporkan aset sebesar $103 milyar dengan total utang $41 milyar.
Kebangkrutan Worldcom merupakan kebangkrutan yang paling besar di
Amerika Serikat Pada tahun 2004 Worldcom berubah nama mnjadi MCI,
dan CEO Worldcom diganti dari Ebbers menjadi john Sidgemore. Scott D.
Sullivan didakwa dengan hukuman penjara maksimum 25 tahun penjara
sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman penjara lebih dari 25
tahun.

Kesimpulan dan saran dari artikel diatas :

Dari kasus diatas menerangkan sangatlah penting bagi pihak karwayan


perusahaan dan manajemen yang ada untuk berlaku jujur dalam
menjalankan tugas dan amanatanya sesuai dengan etika bisnis yang
dijalankannya, karena kalau kecurangan yang terjadi bukan hanya satu
pihak saja yang dirugikan melainkan semua pihak yang terkait seperti
pekerja yang lain dalam perusahaan tersebut yang tidak tahu menahu
dengan apa yang dikerjakan oleh bagian atau pihak yang berperan
penting di perusahaan Wordcom tersebut.

Sumber : http://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-
akuntansi-pada-worldcom/

5. PT Metro Batavia (Batavia Air)

PT. Metro Batavia, beroperasi sebagai Batavia Air, merupakan maskapai


penerbangan yang berbasis di Jakarta dan Surabaya, Indonesia. Sampai
dengan 31 Januari 2013, maskapai ini dioperasikan penerbangan
domestik ke sekitar 42 tujuan dan beberapa di dekatnya tujuan
internasional regional, dan Arab Saudi. Basis utamanya adalah Bandar
Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Batavia Air terdaftar dalam
kategori 1 di Indonesia Otoritas Penerbangan Sipil Peringkat
keselamatan penerbangan. Pada tanggal 31 Januari 2013, pukul 12:00
waktu setempat, Batavia Air operasi berhenti setelah Jakarta Regional
Central Court diberikan banding kebangkrutan oleh ILFC, lessor pesawat
internasional, mengatakan bahwa maskapai berutang US $ 4,68 juta di
utang, utang yang Batavia Air gagal membayar setelah serangkaian
kesulitan keuangan.

Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan


berdasarkan putusan Nomor 77 mengenai pailit, dinyatakan pailit. “Yang
menarik dari persidangan ini, Batavia mengaku tidak bisa membayar
utang,” ujarnya, seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu,
30 Januari 2013. Ia menjelaskan, Batavia Air mengatakan tidak bisa
membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air menyewa pesawat
Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk
angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian tidak memenuhi
persyaratan untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.

Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo
pada 13 Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan
pembayaran, maka ILFC mengajukan somasi atau peringatan. Namun
akrena maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC
mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak
dapat dioperasikan untuk menutup utang. Dari bukti-bukti yang diajukan
ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya utang oleh Batavia Air.
Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan putusan
pailit. Ada beberapa pertimbangan pengadilan. Pertimbangan-
pertimbangan itu adalah adanya bukti utang, tidak adanya pembayaran
utang, serta adanya kreditur lain. Dari semua unsur tersebut, maka
ketentuan pada pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan terpenuhi.
Jika menggunakan dalil “force majeur” untuk tidak membayar utang,
Batavia Air harus bisa menyebutkan adanya syarat-syarat kondisi itu
dalam perjanjian. Namun Batavia Air tidak dapat membuktikannya.
Batavia Air pun diberi kesempatan untuk kasasi selama 8 hari. “Kalau
tidak mengajukan, maka pailit tetap,”. Batavia Air pasrah dengan kondisi
ini. Artinya, kata dia, Batavia Air sudah menghitung secara finansial
jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan
dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia
penerbangan.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti


meminta pada Batavia Air untuk memberikan informasi pada seluruh
calon penumpang yang sudah membeli tiket. Agar informasi ini
menyebar secara menyeluruh, Batavia Air diharus siaga di bandara
seluruh Indonesia, Kamis (31/1). “Kepada Batavia Air kami minta besok
mereka untuk standby di lapangan Bandara di seluruh Indonesia? Untuk
memberi penjelasan dan menangani penumpang-penumpang itu. Jadi
kami minta mereka untuk stay di sana,” ujar Herry saat mengelar jumpa
pers di kantornya, Jakarta, Rabu malam (30/1).

Herry mengatakan pemberitahuan ini sudah disampaikan kepada


Batavia Air. “Kami sudah kirim informasi ini ke bandara-bandara yang
ada untuk melakukan antisipasi besok di bandara (31/1),” imbuh Herry.

Menurut Herry, meskipun pangsa pasar Batavia Air tidak banyak tapi
menurut siaga di bandara itu perlu dilakukan untuk mengantisipasi
kebingungan pelanggan serta meminimalisir tudingan-tudingan bahwa
pihak Batavia tidak bertanggungjawab.
Kesimpulan dan saran dari artikel diatas :

Dari kasus diatas bahwa pihak Batavia tidak mematuhi aturan dalam
kerjasamanya dengan ILFC sehingga menyebabkan dmapak kedapa
semua pelanggan yang menggunakan jasa Batavia, untuk itu juga batavia
telah mencoreng citranya sendiri dikarenakan tidak memperdulikan
seberapa besar akibat yang akan diterima nya jika Perusahaan Batavia
melanggar aturan kerjasama dalam etika bisnisnya.

Sumber :https://senjayakertiawan.wordpress.com/2013/10/07/contoh-
perusahaan-yang-melakukan-pelanggaran-etika-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai