Anda di halaman 1dari 8

NAMA : CICI PARAMIDA

NIM : 2261201086
KELAS : MANAJEMEN REG A
MATKUL : PENGANTAR BISNIS

STUDI KASUS

(1).ANALISIS

A.KASUS 1

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip
kejujuran perusahaan besarpun berani untuk mmengambil tindakan kecurangan untuk menekan
biaya produksi produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi yang
minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat
berbahaya dalam produknya . dalam kasus HIT sengaja menambahkan zat diklorvos untuk
membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut bila dihisap oleh
saluran pernafasan dapat menimbulkan kanker hati dan lambung. Dan walaupun perusahaan sudah
meminta maaf dan juga mengganti barang dengan memproduksi barang baru yang tidak
mengandung zat berbahaya tapi seharusnya perusahaan jugamemikirkan efek buruk apa saja yang
akan konsumen rasakan bila dalam penggunaan jangka panjang. Sebagai produsen memberikan
kualitas produk yang baik dan aman bagi kesehatan konsumen selain memberikan harga yang murah
yang dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya.

B.KASUS 2

Jika dilihat dari teori etika deontologi : Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik
nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum
mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi
tidak etis dalam kegiatan usahanya. Jika dilihat dari teori etika teleologi : Dalam kasus ini, monopoli
di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan,
penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan
hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.

Jika ditinjau dari teori utilitarianisme : Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme
dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik
sangat bergantung pada PT. PLN.

Dari wacana diatas dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah
melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT. PLN ini
telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

C.KASUS 3

Dalam kasus yang menimpa DAVID, Tindakan yang dilakukan oleh pihak Manajemen Wings Air
dengan mencantumkan klausula baku pada tiket penerbangan secara tegas merupakan tindakan
yang bertentangan dengan hukum perlindungan konsumen, sehingga terhadapnya dapat
diklasifikasikan sebagai tindak pidana ekonomi dalam arti luas.

Tindakan Wings Air mencantumkan Klausula baku pada tiket penerbangan yang dijualnya, dalam hal
ini menimpa DAVID, secara tegas bertentangan dengan Pasal 62 Jo. Pasal 18 Undang-Undang
Republik Indonesia tentang Perlindungan Konsumen dimana terhadapnya dapat dipidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak RP. 2.000.000.000,- ,namun dengan tidak
mengesampingkan prinsip Ultimum Remedium. Yang dimaksud dengan Klausula baku adalah segala
klausula yang dibuat secara sepihak dan berisi tentang pengalihan tanggung jawab dari satu pihak
kepada pihak yang lain.

D.KASUS 4

Berdasarkan studi kasus diatas, perlindungan konsumen di Indonesia masih sangat lemah. Hal ini
terlihat ketika Kementerian Kesehatan baru mengumumkan setelah setahun lamanya para konsumen
susu formula bayi ingin mengetahui fakta bahwa susu formula bayi untuk usia 0-6 bulan tersebut
apakah mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii atau tidak. Namun fakta yang diumumkan oleh
Kementerian Kesehatan tidak sesuai dengan hasil penelitian dari temuan peneliti Institut Pertanian
Bogor, yang menyebutkan 22,73% susu formula (dari 22 sampel), dan 40% makanan bayi (dari 15
sampel) yang dipasarkan April hingga Juni 2006 terkontaminasi E. Sakazakii

Apa pun perbedaan yang tersaji dari kedua survei tersebut, yang jelas kasus susu formula ini telah
menguak fakta laten dan manifest menyangkut perlindungan konsumen. Ini membuktikan bahwa
hal-hal menyangkut kepentingan (hukum) konsumen rupanya memang masih miskin perhatian
dalam tata hukum kita, apalagi peran konsumen dalam pembangunan ekonomi. Dalam perlindungan
konsumen sesungguhnya ada doktrin yang disebut strict product liability, yakni tanggung jawab
produk yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Ini dapat kita lihat dalam
Pasal 22 UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang mengatur
bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan menjadi beban dan tanggung jawab
pelaku usaha. Seorang konsumen, apabila dirugikan dalam mengkonsumsi barang atau jasa, dapat
menggugat pihak yang menimbulkan kerugian. Pihak di sini bisa berarti produsen/pabrik, supplier,
pedagang besar, pedagang eceran/penjual ataupun pihak yang memasarkan produk. Ini tergantung
dari siapa yang melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi
konsumen.

(2).TANGGAPAN / OPINI

A.KASUS 1

Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu Prinsip Kejujuran
dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya mengenai kandungan yang
ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak
memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot oleh produk
itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki /digunakan
ruangan tersebut. Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh
dilakukan asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan
seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena
dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu
sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen
terhadap produk itu sendiri.

B.KASUS 2

Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan
listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana
contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor
menjadi enggan untuk berinvestasi.

C.KASUS 3

Agar tidak terjadi lagi kejadian-kejadian yang merugikan bagi konsumen, maka kita sebagai
konsumen harus lebih teliti lagi dalam memilah milih barang/jasa yang ditawarkan dan adapun pasal-
pasal bagi konsumen

D.KASUS 4

Kasus ini mencerminkan pelanggaran etika bisnis dan tidak bertanggung jawaban perusahaan
terhadap kreditor, konsumen, dan karyawan. Tanggung jawab perusahaan adalah untuk
membayar utang yang telah diperjanjikan dan memenuhi persyaratan kontrak yang telah
disepakati. Dalam hal ini, Batavia Air gagal memenuhi kewajiban finansialnya dan tidak bisa
membuktikan dalil "force majeure" sebagai alasan untuk tidak membayar utang.

Pelanggan dan karyawan Batavia Air adalah pihak yang paling dirugikan dalam kasus ini.
Konsumen yang telah membeli tiket harus diinformasikan dengan jelas tentang keadaan pailit
perusahaan dan alternatif yang tersedia untuk mereka. Karyawan Batavia Air juga
menghadapi ketidakpastian pekerjaan dan kemungkinan kehilangan penghasilan mereka.

(3).SOLUSI

A.KASUS 1

Pihak produsen menyanggupi untuk menarik semua produk HIT yang telah dipasarkan dan
mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT Aerosol Baru dengan formula yang telah
disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT Aerosol Baru telah lolos uji dan
mendapatkan izin dari Pemerintah. Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol
Baru dapat diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9- 2006/S).Sementara itu
Departemen Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui pendistribusiannya dan
penjualannya di seluruh Indonesia.

B.KASUS 2

Seharusnya pihak PLN dapat berlaku adil dalam penanganan konsumen semua masyarakat
Indonesia ,karena kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PLN.
Sebaikanya pemerintah harus secepatnya mencari alternatif unutk warganya agara kebutuhan
masyarkat tidak bergantung pada perusahaan yang tunggal atau satu,karena jika hanya
mengharapkan mereka,mereka akan lebih leluasa memonopoli perdagangan industri listrik negara.

C.KASUS 3

Pihak maskapai harus mengevaluasi Kembali operasional keberangkatan pesawatnya agar kasus
tersebut tidak terjadi lagi,berikan pelayanan terbaik kepada konsumen.

Sebaliknya konsumen berhak menuntuk hak hak yang harus di penuhi dan boleh melaporkan kepada
pihak berwajib apabila terdapat kecacatan.

D.KASUS 4

1. Menjaga komunikasi terbuka dengan konsumen: Batavia Air harus memberikan


informasi secara aktif kepada pelanggan yang telah membeli tiket, menjelaskan situasi
pailit, dan menawarkan solusi seperti pengembalian dana atau alternatif transportasi.
Mereka juga harus mengoordinasikan upaya ini di seluruh bandara di Indonesia untuk
memberikan penjelasan kepada pelanggan yang mungkin terkena dampak.
2. Melindungi hak karyawan: Batavia Air harus memastikan bahwa hak-hak karyawan
dihormati dan memberikan mereka informasi yang jelas tentang situasi perusahaan.
Jika perusahaan tidak dapat mempertahankan pekerjaan, mereka harus membantu
karyawan mencari alternatif pekerjaan dan memberikan dukungan dalam hal
pemutusan hubungan kerja.
3. Menjalankan audit etika bisnis: Setelah kejadian ini, perusahaan harus melakukan
audit etika bisnis dan memperbaiki praktik mereka. Hal ini termasuk memastikan
kepatuhan terhadap perjanjian kontrak, mempertimbangkan kewajiban finansial
dengan hati-hati sebelum menandatangani perjanjian, dan mengembangkan kebijakan
yang mempromosikan integritas bisnis.
4. Pembelajaran dari pengalaman: Manajemen Batavia Air harus mengevaluasi
penyebab pailit dan belajar dari kesalahan yang telah terjadi. Mereka harus
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan keuangan perusahaan
dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya terjadi di masa depan.
Kerjasama dengan otoritas penerbangan: Batavia Air harus bekerja sama dengan otoritas
penerbangan dan regulator untuk memastikan bahwa proses pailit dan

(4).KAITKAN MATERI

A.KASUS 1

1. Peran Usaha Bisnis: Dalam kasus ini, PT Megasari Makmur berperan sebagai
perusahaan yang memproduksi obat nyamuk HIT. Perusahaan memiliki peran dalam
menyediakan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan konsumen. Namun,
dalam hal ini, perusahaan melanggar etika bisnis dengan memproduksi dan
memasarkan produk yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan manusia.
2. Pendirian Perusahaan: Pendirian perusahaan melibatkan proses pembentukan dan
legalisasi perusahaan. Kasus ini tidak secara langsung terkait dengan proses pendirian
perusahaan. Namun, pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh PT Megasari
Makmur dapat mempengaruhi reputasi dan kredibilitas perusahaan di mata
pemerintah dan masyarakat.

3. Fungsi-Fungsi Perusahaan: Dalam kasus ini, terdapat beberapa fungsi perusahaan


yang dapat dilihat. PT Megasari Makmur berperan dalam fungsi produksi dengan
memproduksi obat nyamuk HIT dan produk lainnya. Namun, dalam kasus ini,
perusahaan gagal menjalankan fungsi pengendalian kualitas dan kepatuhan terhadap
regulasi, yang mengakibatkan produk yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

4. Manajemen Risiko: Manajemen risiko melibatkan identifikasi, penilaian, dan


pengendalian risiko yang dihadapi perusahaan. Dalam kasus ini, PT Megasari
5 .Makmur gagal dalam mengelola risiko terkait penggunaan bahan berbahaya dalam
produknya. Hal ini mengakibatkan risiko kesehatan bagi konsumen dan menimbulkan
masalah hukum dan reputasi bagi perusahaan.

6. Kewirausahaan (UMKM): Kasus ini tidak secara langsung terkait dengan


kewirausahaan atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun,
pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh PT Megasari Makmur dapat
memberikan pelajaran penting tentang pentingnya integritas dan tanggung jawab
sosial dalam menjalankan bisnis, terlepas dari ukuran perusahaan.

7. Etika Bisnis: Kasus ini merupakan contoh jelas dari pelanggaran etika bisnis. PT
Megasari Makmur melanggar etika bisnis dengan memproduksi dan memasarkan
produk yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan manusia. Perusahaan
memiliki tanggung jawab moral dan etika untuk melindungi konsumen dan
menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip yang benar dan adil.

8. Bank dan Kegiatan Bisnis: Kasus ini tidak secara langsung terkait dengan bank dan
kegiatan bisnis perbankan. Namun, perusahaan yang terlibat dalam kasus ini mungkin
terpengaruh secara finansial jika dikenai sanksi hukum atau kerugian reputasi yang
signifikan.

B.KASUS 2

1. Lokasi PT. PLN sebagai perusahaan listrik nasional tidak secara langsung terkait
dengan pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Namun,
masalah terkait distribusi listrik yang tidak merata dan seringnya pemadaman
listrik dapat muncul di berbagai wilayah.
2. Lingkungan perusahaan mencakup faktor-faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi operasional dan keberhasilan perusahaan. Dalam kasus ini, faktor-
faktor tersebut mencakup regulasi pemerintah yang berkaitan dengan penyediaan
dan distribusi listrik. Pelanggaran etika bisnis terjadi ketika PT. PLN tidak
memenuhi kewajibannya sebagai perusahaan listrik negara dalam memastikan
pasokan listrik yang memadai bagi masyarakat.
3. Pendirian PT. PLN sebagai perusahaan listrik negara tidak secara langsung terkait
dengan pelanggaran etika bisnis yang terjadi. Namun, pelanggaran etika bisnis
dalam kasus ini menunjukkan perlunya komitmen perusahaan terhadap
kepentingan masyarakat dan keadilan dalam pelayanan listrik.
4. Fungsi-fungsi PT. PLN meliputi pembangkitan, distribusi, dan transmisi listrik.
Dalam kasus ini, pelanggaran terutama terjadi dalam fungsi distribusi listrik yang
tidak dilakukan secara adil dan merata kepada seluruh masyarakat. Pelanggaran
ini melanggar prinsip etika bisnis yang seharusnya mengutamakan kepentingan
konsumen.
5. PT. PLN memiliki peran sebagai perusahaan yang menyediakan dan
mendistribusikan listrik di seluruh negeri. Namun, perusahaan tersebut melanggar
prinsip-prinsip bisnis dengan tidak menyediakan listrik secara adil dan merata
kepada masyarakat. Pelanggaran ini bertentangan dengan peran bisnis yang
seharusnya memberikan pelayanan yang baik dan memenuhi kebutuhan konsumen
dengan adil.

C.KASUS 3

1. Peran Usaha Bisnis: Wings Air, sebagai maskapai penerbangan, memiliki peran
sebagai penyedia layanan transportasi udara. Dalam kasus ini, keterlambatan
penerbangan oleh maskapai tersebut menimbulkan ketidakpuasan pelanggan dan
mengganggu perjalanan mereka. Hal ini bertentangan dengan peran bisnis yang
seharusnya memberikan pelayanan yang baik dan tepat waktu kepada pelanggan.
2. Lokasi Perusahaan: Lokasi Wings Air sebagai maskapai penerbangan tidak langsung
terkait dengan kasus keterlambatan penerbangan yang terjadi. Namun, pelayanan
yang buruk dan keterlambatan dapat mempengaruhi citra perusahaan dan kepercayaan
pelanggan.
3. Lingkungan Perusahaan: Lingkungan perusahaan mencakup faktor-faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi operasional dan reputasi perusahaan. Dalam kasus ini,
lingkungan perusahaan mencakup aturan dan regulasi terkait perlindungan konsumen.
Pelanggaran yang dilakukan oleh Wings Air dalam hal keterlambatan penerbangan
melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
4. Pendirian Perusahaan: Pendirian Wings Air sebagai maskapai penerbangan tidak
langsung terkait dengan kasus keterlambatan penerbangan yang terjadi. Namun,
pentingnya memiliki prosedur dan standar operasional yang baik dalam memastikan
pelayanan tepat waktu bagi pelanggan.
5. Fungsi-Fungsi Perusahaan: Wings Air memiliki fungsi sebagai penyedia layanan
transportasi udara. Dalam kasus ini, pelanggaran terjadi terutama dalam fungsi
pelayanan dan keberangkatan yang tepat waktu. Pelanggaran ini melanggar prinsip
etika bisnis yang seharusnya mengutamakan kepentingan dan kepuasan pelanggan.
6. melanggar prinsip etika bisnis yang seharusnya mengutamakan integritas, kejujuran,
dan kepuasan pelanggan.
7. Memimpin perusahaan: Kasus keterlambatan penerbangan juga menunjukkan betapa
pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam sebuah perusahaan. Seorang pemimpin
perusahaan penerbangan harus memastikan bahwa operasional berjalan dengan lancar,
termasuk menjaga ketepatan waktu penerbangan. Selain itu, pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk menangani masalah dan keluhan pelanggan dengan cepat dan
efisien guna menjaga reputasi perusahaan.

D.KASUS 4

1. Etika Bisnis: Kasus pelanggaran etika bisnis oleh Batavia Air terlihat dari tindakan
mereka yang tidak membayar utang kepada International Lease Finance Corporation
(ILFC) dan gagal memenuhi persyaratan tender yang dilakukan pemerintah. Hal ini
merugikan pihak kreditur dan mencerminkan pelanggaran prinsip etika bisnis, seperti
kewajiban membayar utang dan memenuhi komitmen yang telah disepakati. Etika
bisnis yang baik melibatkan perilaku yang jujur, adil, dan bertanggung jawab terhadap
semua pihak yang terlibat dalam operasional perusahaan.
2. Manajemen Risiko: Dalam kasus ini, dapat terlihat bahwa Batavia Air tidak berhasil
mengelola risiko dengan baik. Mereka menyewa pesawat dari ILFC untuk angkutan
haji, tetapi gagal memenuhi persyaratan tender yang telah ditetapkan. Akibatnya,
mereka tidak dapat membayar utang dan menghadapi gugatan pailit. Manajemen
risiko yang baik melibatkan identifikasi, evaluasi, dan pengelolaan risiko secara
efektif agar perusahaan dapat menghindari atau mengurangi dampak negatif yang
mungkin timbul.
3. Fungsi-fungsi Perusahaan: Kasus ini mencerminkan ketidakberhasilan Batavia Air
dalam menjalankan fungsi-fungsi perusahaan dengan baik. Mereka tidak mampu
memenuhi kewajiban keuangan mereka, seperti membayar utang kepada ILFC, yang
dapat menyebabkan gangguan dalam operasional perusahaan dan akhirnya
menyebabkan pailit.
4. Memimpin Perusahaan: Kasus pailitnya Batavia Air menyoroti pentingnya
kepemimpinan yang efektif dalam perusahaan. Kepemimpinan yang baik
membutuhkan kemampuan untuk mengelola keuangan perusahaan, menjaga
komitmen, dan membuat keputusan yang tepat. Dalam kasus ini, terlihat bahwa
keputusan yang buruk atau kegagalan dalam memenuhi komitmen dapat berdampak
negatif pada perusahaan dan mengarah pada pailit.
5. Bank dan Kegiatan Bisnis: Meskipun tidak secara langsung terkait dengan bank,
kasus ini menunjukkan bagaimana perusahaan menghadapi kesulitan keuangan dan
gagal membayar utang mereka. Kolaborasi dengan bank dan pengelolaan keuangan
yang baik adalah penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis dan menghindari
masalah seperti pailit.

Anda mungkin juga menyukai