Anda di halaman 1dari 6

Marion Mutiara Matauch

1906385613

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengerjakan UTS ini sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Tim Dosen.

1. Sebutkan dan jelaskan teori tentang tanggung jawab pelaku usaha! Apakah semuanya dikenal
dalam hukum di Indonesia? Jelaskan disertai dengan dasar hukumnya!

Dalam teori tanggung jawab pelaku usaha, pada dasarnya tanggung jawab pelaku usaha
didasarkan pada adanya tanggung jawab pelaku produk atau product liability. Tanggung jawab
produk adalah wilayah hukum di mana produsen, distributor, pemasok, pengecer, dan pihak lain
yang menyediakan produk untuk publik bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh
produk tersebut sebagaimana Restatement (Third) of Torts: Products Liability). Teori tersebut
pada awalnya muncul dan berkembang di amerika serikat sebagai klaim yang paling umum
diajukan yang berkaitan dengan tanggung jawab produk adalah negligence, strict liability, dan
breach of warranty. Kemudian, perkembangan teori tersebut akhirnya mempengaruhi
perkembangan sistem hukum di Indonesia yang diawali dengan lahirnya Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU PK). Dalam UU PK, Tanggung jawab di
Indonesia didasarkan atas dua hal, yaitu berdasarkan adanya pelanggaran kontrak dan adanya
perbuatan melawan hukum. Klaim atas dasar adanya pelanggaran kontrak hanya dapat dilakukan
oleh konsumen yang terikat kontrak dengan produsen tersebut. Sementara itu, klaim atas adanya
perbuatan melawan hukum mensyaratkan adanya: 1) Ada Perbuatan Melanggar Hukum; 2) Ada
kerugian; 3) Ada sebab akibat antara PMH dan kerugian; 4) Adanya kesalahan. Sehingga dapat
dilihat bahwa UU PK menganut teori strict liability sebagai derivasi dari pertanggungjawaban
berdasarkan perbuatan melawan hukum karena terjadi pengalihan beban pembuktian kesalahan
dari konsumen kepada pelaku usaha sebagaimana Pasal 19 ayat (1) juncto Pasal 28 UUPK.

2. Siti membeli terigu di warung milik Bapak Amir tetangganya. Terigu itu produksi dari PT.
Terigu Emas yang dibeli oleh Bapak Amir dari PD. Sukses Sekali sebuah agen bahan-bahan
kelontong di kota tersebut. Sesampainya di rumah, Siti mengolah terigu itu menjadi kue yang
kemudian dihidangkan kepada para tamu yang datang dalam acara ulang tahunnya. Naasnya,
Marion Mutiara Matauch
1906385613
semua tamu yang memakan kue tersebut kemudian mendadak diare dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit. Hasil penyelidikan Polisi ditemukan bahwa terigu yang dipergunakan untuk
membuat kue tersebut ternyata mengandung kotoran tikus yang mengakibatkan diare bagi yang
memakannya. Dalam kasus ini, pelaku usaha manakah yang dapat dimintakan
pertanggungjawaban berdasarkan UUPK? Jelaskan jawaban Saudara disertai dengan dasar
hukumnya!

Berdasarkan dengan UU PK, maka Pelaku Usaha yang dapat diminta


pertanggungjawabanya adalah PT. Terigu Emas karena penyebab terdekat dari terjadinya diare
adalah kandungan yang mengandung kotoran tikus. Dengan memberikan asumsi bahwa terigu
tersebut dijual secara kemasan plastik pabrik maka kotoran tersebut hanya dapat masuk dalam
pabrik. Dasar hukum dari perlindungan konsumen akan hal tersebut dilandaskan pada Pasal 4
UU PK yang menyatakan bahwa hak konsumen hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa serta hak untuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Sedangkan pertanggungjawaban PT
terigu emas untuk melakukan melakukan ganti rugi didasarkan pada Pasal 7 d UUPK yang
berbunyi “yaitu menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku”. Selain itu apabila
melihat Pasal 7 f “memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;”. Maka
memiliki kewajiban untuk PT Terigu Emas memiliki kewajiban untuk melakukan ganti rugi atas
kerugian yang dideritakan para tamu yang diare dan akhirnya dibawa ke rumah sakit dan harus
mengeluarkan biaya perawatan.

3. Apakah perbuatan-perbuatan berikut ini melanggar UUPK? Jelaskan jawaban Saudara disertai
dengan dasar hukumnya.

a. Menjual vitamin C, buy 1 get one free


Marion Mutiara Matauch
1906385613
Perbuatan tersebut diperbolehkan asalkan Pelaku usaha dalam menawarkan, mempromosikan,
atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa
Vitamin C dengan maksud memberikannya sebagaimana yang dijanjikannya (Pasal 13 UU PK).

b. Menjual barang “refurbished”

Berdasarkan Pasal 7 UU PK, pelaku usaha memiliki kewajiban untuk menjamin mutu barang
dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu
barang dan/atau jasa yang berlaku. Sehingga dapat dilihat bahwa seharusnya Pelaku Usaha dapat
menjamin mutu barang tersebut sesuai dengan standar mutu barang yang berlaku. Sedangkan
berdasarkan Pasal 8 UU PK dinyatakan bahwa “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan
sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar.” Berdasarkan kedua pasal tersebut, dapat
ditarik suatu pemahaman bahwa apabila barang tersebut ternyata adalah “refurbished” yang
berarti telah mengalami perubahan dan/atau perombakan yang menjadikan kondisi barangnya
berbeda daripada kondisi awal. Maka, Pelaku Usaha memiliki kewajiban untuk memberikan
informasi bahwa barang tersebut adalah refurbished secara rinci dan jelas agar konsumen dapat
mengetahui segala resiko dan cacat yang terdapat dalam barang ketika mempertimbangkan untuk
membeli barang tersebut.

c. Menjual barang kadaluarsa dengan harga yang sangat murah dan penjual menginformasikan
bahwa barang tersebut telah kadaluarsa

Makanan kadaluarsa adalah makanan yang telah melampaui batas waktu tidak baik untuk
dikonsumsi karena telah mengalami penurunan mutu dan dapat membahayakan kesehatan
konsumen. Terdapatnya penurunan mutu terhadap produk makanan yang masih dalam batas
tanggal kadaluarsa dapat disebabkan oleh bakteri seperti bakteri coli, pathogen dan salmonela.
Ketiga bakteri tersebut mengakibatkan produk tersebut menjadi cacat atau rusak. Berdasarkan
Pasal 8 UU PK, dinyatakan bahwa bahwa Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau
jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu. Namun, walaupun
pasal tersebut seolah-olah membolehkan Pelaku usaha untuk menjual barang kadaluarsa asalkan
Marion Mutiara Matauch
1906385613
mencantumkan keterangan tanggal kadaluarsa. Perlu diketahui bahwa barang kadaluarsa yang
dikonsumsi oleh konsumen memiliki kecenderungan negatif terhadap kesehatan konsumen.
Sehingga apabila dikemudian hari, konsumen tersebut kesehatannya terganggu karena
mengkonsumsi barang tersebut, maka tetap Pelaku usaha yang harus bertanggung jawab karena
seharusnya Pelaku usaha dapat memberikan rasa aman termasuk kesehatan kepada konsumen
yang menggunakan barang dagangannya (Pasal 19 UU PK). Iming-iming potongan harga yang
sangat murah juga akan seolah-olah dapat mengelabui konsumen untuk lebih mementingkan
potongan harga daripada kondisi kesehatan mereka dikemudian hari. Maka dari itu, perbuatan
tersebut melanggar UU PK.

d. Menjual barang yang satu bulan lagi akan kadaluwarsa dengan memberikan potongan harga
sebesar 50 %

Pengaturan terkait potongan harga diatur dalam Pasal 10 UU PK yang menyatakan bahwa Pelaku
usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau
menyesatkan mengenai tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan.
Sedangkan ketentuan terkait kadaluwarsa sendiri diatur dalam Pasal 8 UU PK yang menyatakan
bahwa bahwa Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau
jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan
yang paling baik atas barang tertentu. Maka dari itu, perbuatan tersebut sebenarnya dapat
dibenarkan karena keterangan pemberian potongan harga tersebut disertai dengan keterangan
bahwa barang tersebut dalam jangka waktu satu bulan akan kadaluarsa. Keterangan kadaluarsa
tersebut bertujuan agar konsumen dapat mengetahui bahwa walaupun harga yang ditawarkan
mendapat potongan harga tetapi terdapat resiko bahwa barang tersebut akan kadaluarsa dalam
jangka waktu satu bulan.

4. Bapak Andi menandatangani surat pesanan rumah/kavling Proyek Perumahan Nyaman Sekali
atas rencana pembelian 1 (satu) unit rumah dengan pembayaran uang tanda jadi (booking fee)
sebesar Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Dalam surat pemesanan tersebut terdapat ketentuan
sebagai berikut: “Apabila permohonan KPR ditolak oleh Bank, maka cara pembayaran dengan
sendirinya berubah menjadi pembayaran secara tunai atau tunai bertahap. Dan apabila karena
Marion Mutiara Matauch
1906385613
satu dan lain hal pemesan tidak dapat memenuhi cara pembayaran tersebut, maka pemesan
dianggap membatalkan transaksi dan selanjutnya yang telah disetor akan dikembalikan setelah
dipotong biaya administrasi sebesar Rp. 2 juta juga ditambah dengan booking fee hangus.”.
Ternyata permohonan KPR yang diajukan oleh Bapak Andi ditolak oleh Bank. Karena Bapak
Andi tidak dapat membayar secara tunai, maka pengembang membatalkan pemesanan secara
sepihak, dan tidak mengembalikan booking fee yang telah dibayarkan. Menurut Saudara, apakah
ketentuan tersebut diperbolehkan oleh UUPK? Jelaskan jawaban Saudara.

Ketentuan yang dicantumkan oleh Bank pada surat pemesanan tersebut merupakan
perjanjian baku yang di dalam UUPK. UU PK sendiri hanya mengatur pengertian klausula baku
pada Pasal 1 Angka 10 yang menyatakan bahwa Klausula Baku adalah setiap aturan atau
ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara
sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang
mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Lebih lanjut, AZ Nasution menyatakan bahwa
perjanjian baku adalah Perjanjian yang memuat syarat-syarat tertentu sehingga terlihat lebih
menguntungkan bagi pihak yang mempersiapkan pembuatannya. Oleh karena itu, ketentuan
dalam surat pemesanan tersebut merupakan klausula baku, sedangkan surat pemesanan tersebut
secara keseluruhan adalah perjanjian baku. Klausul “Apabila permohonan KPR ditolak oleh
Bank, maka cara pembayaran dengan sendirinya berubah menjadi pembayaran secara tunai
atau tunai bertahap. Dan apabila karena satu dan lain hal pemesan tidak dapat memenuhi cara
pembayaran tersebut, maka pemesan dianggap membatalkan transaksi dan selanjutnya yang
telah disetor akan dikembalikan setelah dipotong biaya administrasi sebesar Rp. 2 juta juga
ditambah dengan booking fee hangus.” melanggar pasal 18 ayat (1) huruf d UU PK. Dalam Pasal
tersebut dinyatakan bahwa Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap
dokumen dan/atau perjanjian apabila: menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
Akibat hukum dari isu ini berdasarkan UUPK karena melanggar Pasal 18 ayat 1 huruf d
diatur dalam Pasal 18 ayat (3) UU PK adalah batal demi hukum sehingga pembatalan hanya akan
berlaku pada klausula tersebut, tidak seluruh perjanjian pada surat pemesanan tersebut. Selain
Marion Mutiara Matauch
1906385613
pembatalan klausul tersebut, Bank juga memiliki kewajiban untuk menyesuaikan klausula
tersebut berdasarkan Pasal 18 ayat (4) UUPK.

Anda mungkin juga menyukai