Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HENDRA SAPUTRA

NIM : 044029245
UPBJJ : PALEMBANG

Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat Malam Tutor, Mohon izin menjawab diskusi sesi ke 2 ini.

Berdasarkan UUPK No 8 Tahun 1999 Pasal 4 Terdapat 9 Hak-Hak Konsumen Yaitu:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Berikut Uraian Penjelasan dari Hak-Hak Konsumen Pada Pasal 4 UUPK No. 8 Tahun
1999

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan/atau jasa.
Tujuan utama konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa adalah
memperoleh manfaat dari barang/jasa yang dikonsumsinya tersebut. Perolehan
manfaat tersebut tidak boleh mengancam keselamatan, jiwa dan harta benda
konsumen, serta harus menjamin kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
Dalam Mengkonsumsi suatu produk, kosumen berhak menentukan pilihannya. Ia
tidak boleh mendapatkan tekanan dari pihak luar sehingga ia tidak lagi bebas untuk
membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi membeli, ia juga bebas menentukan
produk mana yang akan dibeli. Hak untuk memilih ini erat kaitannya dengan situasi
pasar. Jika seorang atau suatu golongan diberikan hak monopoli untuk memproduksi
dan memasarkan barang atau jasa maka besar kemungkinan konsumen kehilangan hak
untuk membandingkan produk yang satu dengan yang lainnya.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
Sebelum memilih, konsumen tentu harus memperoleh informasi yang benar mengenai
barang/jasa yang akan dikonsumsinya. Karena informasi inilah yang akan menjadi
landasan bagi konsumen dalam memilih. Untuk itu sangat diharapkan agar pelaku
usaha memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai barang/jasanya.
Jika dikaitkan dnegna hak konsumen atas keamanan maka setiap produk yang
mengandung risiko terhadap keamanan konsumen wajib disertai informasi berupa
petunjuk pemakaian yang jelas.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
Tidak jarang konsumen memperoleh kerugian dalam mengkonsumsi suatu
barang/jasa. Ini berarti ada suatu kelemahan di barang/jasa yang
diproduksi/disediakan oleh pelaku usaha. Sangat diharapkan agar pelaku usaha
berlapang dada dalam menerima setiap pendapat dan keluhan dari konsumen. Di sisi
yang lain pelaku usaha juga diuntungkan karena dengan adanya berbagai pendapat
dan keluhan, pelaku usaha memperoleh masukan untuk meningkatkan daya saingnya.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa


perlindungan konsumen secara patut.
Pelaku usaha tentu sangat memahami mengenai barang/jasanya. Sedangkan di sisi
yang lain, konsumen sama sekali tidak memahami apa saja proses yang dilakukan
oleh pelaku usaha guna menyediakan barang/jasa yang dikonsumsinya. Sehingga
posisi konsumen lebih lemah dibanding pelaku usaha. Oleh karena itu diperlukan
advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa yang patut bagi konsumen.
Patut berarti tidak memihak kepada salah satu pihak dan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen


Sudah disebutkan sebelumnya bahwa posisi konsumen lebih lemah dibanding posisi
pelaku usaha. Untuk itu pelaku usaha harus memberikan pembinaan dan pendidikan
yang baik dan benar kepada konsumen. Pembinaan dan pendidikan tersebut mengenai
bagaimana cara mengkonsumsi yang bermanfaat bagi konsumen, bukannya berupaya
untuk mengeksploitasi konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif
Sudah merupakan hak asasi manusia untuk diperlakukan sama. Pelaku usaha harus
memberikan pelayanan yang sama kepada semua konsumennya, tanpa memandang
perbedaan idiologi, agama, suku, kekayaan, maupun status sosial. Lalu bagaimana
dengan perbedaan kelas bisnis dan ekonomi pada maskapai penerbangan? Atau
adanya nasabah prioritas pada bank? Apakah ini merupakan bentuk diskriminasi
karena kekayaan? Menurut saya hal ini bukan diskriminasi. Adanya kelas bisnis atau
nasabah prioritas didasarkan pada hubungan kontraktual. Sebelumnya sudah ada
perjanjian antara konsumen dan pelaku usaha. Kalau bayar sedikit, fasilitasnya seperti
ini, kalau nambah uang, fasilitasnya ditambah.

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya. 
Jika konsumen merasakan, kuantitas, dan kualitas barang dan/jasa yang di
konsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, ia berhak
mendapatkan ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu
saja harus sesuai dengan kententuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-
masing pihak. Inilah inti dari hukum perlindungan konsumen. Bagaimana konsumen
yang dirugikan karena mengkonsumsi barang/jasa memperoleh kompensasi, ganti
rugi, atau penggantian. Sebenarnya tujuan dari pemberian kompensasi, ganti rugi, atau
penggantian adalah untuk mengembalikan keadaan konsumen ke keadaan semula,
seolah-olah peristiwa yang merugikan konsumen itu tidak terjadi.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.


Hak konsumen sebenarnya sangat banyak dan bisa terus bertambah. Adanya
ketentuan ini membuka peluang bagi pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak
konsumen yang tidak diatur pada ketentuan diatas.

- Tindak lanjut ketika hak-hak konsumen itu tidak di implemantasikan ?


Berikut penjelasan mengenai tindak lanjut atas hak-hak konsumen yang tidak
diimplementasikan, sesuai dengan:
- Pada Pasal 7 Ayat (6) dan (7) berbunyi:
Ayat (6)memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
Ayat (7) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
- Serta berdasarkan UUPK No. 8 Tahun 1999 BAB VI Tentang Tanggung Jawab
Pelaku Usaha Pada Pasal 19 Berbunyi:
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih
lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen.

- Selanjutnya Pada Pasal 23 UUPK No. 8 Tahun 1999 dijelaskan Bahwa:


Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak
memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian
sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan
konsumen.

- Jika Pasal 19 dan Pasal 23 diatas tidak menemukan titik sepakata maka dalam
penyelesaian sengketanya dapat dilakukan sesuai dengan Pasal 45 BAB X UUPK No.
8 Tahun 1999 yaitu:
(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga
yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau
melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-
undang.
(4) APabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan,
gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.
- Contoh Kasus, saya adalah seorang penumpang maskapai X yang telah membeli tiket
perjalanan pada hari Senin 10 Oktober 2022 dengan pukul keberangkatan 08.00. akan
tetapi pada jadwal yang telah ditentukan saya mendapatkan pemberitahuan bahwa
penerbangan tersebut dibatalkan sepihak tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
Yang mana dalam hal ini saya telah berada di Bandara sesuai jadwal dan ketentuan
yang berlaku. Dalam kasus ini Pihak maskapai X berdasarkan UUPK No. 8 Tahun
1999 Pasal 7 ayat (7), Pasal 19 ayat (1) dan (2) memberikan ganti rugi kepada saya.
Jika pada prakteknya ternyata tidak terpenuhi ganti rugi oleh pihak maskapi X maka,
saya dapat melakuka gugatan terhadap Maskapai X sesuai dengan ketentuan Pasal 45
BAB X ayat (1) dan (2).

Sumber :
Modul HKUM4312 Hukum Perlindungan Konsumen Modul 02. Hal. 2.17 – 2.24

Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999

https://www.jurnalhukum.com/pengertian-konsumen/

Demikian tanggapan dari saya, mohon bimbingan selanjutnya.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai