Anda di halaman 1dari 3

Fakultas : Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi : Ilmu Hukum

Kode/Nama MK : HKUM4312/Hukum Perlindungan Konsumen

TEMPO.CO, Jakarta – “Jual Bakso Daging celeng” Seorang pedagang daging giling terbukti
menjual daging celeng yang disamarkan sebagai daging sapi. Daging giling itu biasa digunakan
untuk bahan baku bakso. "Sudah diperiksa di laboratorium, hasilnya memang benar itu daging
celeng," kata Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Suku Dinas Peternakan dan Perikanan
Jakarta Barat, Pangihutan Manurung, Senin, 5 Mei 2014.

Sumber: Kompas.com

SOAL

1. Analisis kasus diatas dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen?


Jawab:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU
Pelindungan Konsumen”) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (“PP PSTE”). PP PSTE sendiri
merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elekronik (“UU ITE”) sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU 19/2016”).
Transaksi Jual Beli/Belanja Online Menurut UU Perlindungan Konsumen
Dengan pendekatan UU Perlindungan Konsumen, kasus yang Anda sampaikan tersebut
dapat kami simpulkan sebagai salah satu pelanggaran terhadap hak konsumen.
Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa hak konsumen adalah:
A. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
B. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
C. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
D. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
E. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
H. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
I. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
J. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
K. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.

2. Coba anda jelaskan bentuk pertanggungjawaban hukum pelaku usaha kepada konsumen
berdasarkan kasus tersebut di atas? Sertakan dasar hukumnya !
Jawab :
Bentuk-bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap konsumen antara lain berupa:
1. Contractual Liability, atau pertanggungjawaban kontraktual, yaitu tanggung jawab
perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha baik barang maupun jasa atas
kerugian yang dialami konsumen akibat mengonsumsi barang yang dihasilkan atau
memanfaatkan jasa yang diberikan. Artinya dalam kontraktul ini terdapat suatu perjanjian
atau kontrak langsung antara pelaku usaha dengan konsumen.
2. Product Liability, yaitu tanggung jawab perdata terhadap produk secara langsung dari
pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan produk yang
dihasilkan.Pertanggungjawaban produk tersebut didasarkan pada Perbuatan Melawan
Hukum (tortius liability). Unsur-unsur dalam tortius liability antara lain adalah unsur
perbuatan melawan hukum, kesalahan, kerugian dan hubungan kasualitas antara
perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang timbul.Jadi, product liability dalam hal
tidak terdapat hubungan perjanjian (no privity of contract) antara pelaku usaha dengan
konsumen, tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada product liability atau
pertanggungjawaban produk. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 19 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yang menyatakan pelaku usaha bertanggung jawab memberikan
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangkan.
3. Criminal Liability, yaitu pertanggungjawaban pidana dari pelaku usaha sebagai
hubungan antara pelaku usaha dengan negara.Dalam hal pembuktian, yang dipakai adalah
pembuktian terbalik seperti yang diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, yang menyatakan bahwa pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur
kesalahan dalam kasus pidana, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, yaitu kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian yang dialami
konsumen merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha, tanpa menutup
kemungkinan dalam melakukan pembuktian.Jadi, kedudukan tanggung jawab perlu
diperhatikan, karena mempersoalkan kepentingan konsumen harus disertai pula analisis
mengenai siapa yang semestinya dibebani tanggung jawab dan sampai batas mana
pertanggungjawaban itu dibebankan kepadanya. Tanggung jawab atas suatu barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan atau industri, dalam pengertian yuridis
lazim disebut sebagai product liability.
3. Berkaitan dengan soal no 2, terangkan konsekuensi yang didapat ketika pelaku usaha
tidak bertanggung jawab?
Jawab:
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penggunaan Daging Non Halal Sebagai Bahan
Tambahan Pembuatan Bakso Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen Berita maraknya peredaran produk makanan bakso
yang mengandung daging babi celeng beberapa waktu yang lalu telah menyita perhatian
konsumen di Indonesia khususnya konsumen yang beragama muslim. Produk makanan
bakso daging babi celeng tersebut menimbulkan permasalahan dalam hal perlindungan
konsumen beserta tanggung jawab pelaku usaha yang memproduksi makanan tersebut.
Permasalahan yang diajukan dalam penulisan ini adalah bagaimana tanggung jawab
pelaku usaha terhadap makanan yang diproduksinya yang tentunya sangat merugikan
konsumen. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian
hukum normatif didukung data wawancara. Berdasarkan analisis hal tersebut terjadi
karena pelaku usaha ingin mendapatkan keuntungan yang besar tanpa mengutamakan hak
konsumen yaitu pelaku usaha harus memberikan informasi yang jelas dan jujur terhadap
makanan yang diproduksinya kepada konsumen, khususnya konsumen yang beragama
muslim,walaupun kerugian konsumen yang mengkonsumsi bakso yang mengandung
daging babi celeng tersebut tidak ada kerugian materil, konsumen berhak untuk menuntut
ganti rugi kepada pelaku usaha. Pelaku usaha tersebut bertanggungjawab secara tanggung
jawab produk (Product Liability), dengan adanya perilaku usaha yang tidak
bertanggungjawab, konsumen dapat mengadukannya langsung ke YLKI atau Suku Dinas
Peternakan dan Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai