Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Nama Dosen: Dr. Istiana Heriani,S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Nama : Maria Magdalena Elfrida Hutasoit
Nim : 050968622
Prodi : S1 Ilmu Hukum

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ MEDAN
Di-era sekarang begitu banyak penjualan produk-produk anti nyamuk yang dianggap efektif
dan murah untuk menjauhkan nyamuk dari kita. Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut
juga membawa dampak negatif bagi konsumen. Kandungan zat kimia dalam produk yang
dapat membahayakan kesehatan konsumennya, zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara
lain keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap
sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

Pertanyaan;
1. Menurut pendapat Anda, apakah kasus tersebut diatas bertentangan dengan hukum
Indonesia? Jelaskan!
Menurut pendapat saya, kasus tersebut diatas bertentangan dengan hukum Indonesia. Pada
bahan aktif sebagai bahan tambahan obat anti nyamuk telah melanggar hak-hak
konsumen, antara lain adalah hak konsumen mendapatkan keamanan, hak untuk
mendapatkan produk barang dan jasa sesuai dengan nilai tukar yang diberikan, dan hak untuk
mendapatkan informasi yang benar. Sehingga upaya perlindungan hukum represif bagi
konsumen obat anti nyamuk di Indonesia merupakan suatu sistem hukum yang melindungi
konsumen agar terhindar dari berbagai akibat buruk pemakaian obat anti nyamuk. Upaya ini
diwujudkan melalui peraturan perundang-undangan tentang pengamanan pestisida untuk
pemakaian dalam rumah tangga. Sehingga hak-hak konsumen tidak dilanggar oleh PT
Megasari Makmur selaku pelaku usaha. Perangkat itu dimaksudkan untuk menjamin
keamanan konsumen dalam penggunaan obat anti nyamuk. Berbagai sanksi administrasi atau
pidana juga diatur oleh peraturan tersebut. Hal ini merupakan upaya mencegah itikad buruk
pelaku usaha di bidang pestisida dalam rumah tangga dalam bentuk obat
pembasmi serangga. Pelaku usaha yaitu PT Megasari Makmur bertanggung gugat atas
kerugian konsumen. Dasar gugatan dapat diajukan berdasarkan wanprestasi atau
perbuatan melanggar hukum. Gugatan berdasarkan wanprestasi sangat lemah karena
mensyaratkan adanya hubungan kontraktual antara para pihaknya sehingga hanya pihak yang
terikat kontrak
saja yang dapat saling menggugat. Dengan demikian, produsen bisa menolak
bertanggung jawab dengan alasan tidak ada hubungan kontraktual antara para pihak. Namun
tidak begitu saja produsen itu dapat lolos dari tanggung jawab karena masih ada upaya
hukum lain, yaitu dengan gugatan perbuatan melanggar hukum yang tidak mensyaratkan
adanya hubungan kontraktual antara konsumen dengan pelaku usaha. Sistem pembuktian
yang digunakan dalam tanggung gugat pelaku usaha ini diatur dalam Pasal 28 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 yaitu menggunakan sister pembuktian terbalik.
Konsekuensinya pelaku usaha tersebut yang membuktian ada atau tidaknya
kesalahan pada dirinya.

2. Berdasarkan contoh kasus diatas, Jelaskan larangan apa yang tercantum dalam UUPK?
Aturan mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha tertuang dalam Pasal 8 sampai
Pasal 17 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. UU ini
mengelompokkan larangan tersebut menjadi tiga, yakni: Larangan bagi pelaku usaha dalam
memproduksi atau menjual produk, Larangan bagi pelaku usaha dalam menawarkan atau
mempromosikan produk, Larangan bagi pelaku usaha periklanan.

Untuk contoh kasus di atas, menurut saya masuk ke dalam larangan pelaku usaha dalam
memproduksi atau menjual produk. Larangan bagi pelaku usaha dalam memproduksi atau
menjual produk ini tercantum dalam Pasal 8. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: tidak memenuhi standar yang ditentukan
peraturan perundang-undangan. kondisi dan keadaan produk (seperti berat bersih, ukuran,
keistimewaan, mutu, proses pengolahan) tidak sesuai dengan yang dinyatakan dalam label
atau keterangan produk tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label atau iklan
promosi tanggal kadaluwarsanya tidak tercantum tidak mengikuti ketentuan berproduksi
secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label tidak memasang
label atau penjelasan barang sesuai dengan ketentuan tidak mencantumkan informasi dan/atau
petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia pada Ayat 2 dan 3, pelaku usaha juga
dilarang memperdagangkan barang, sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi yang lengkap dan benar atas barang tersebut.
Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa
tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

3. Uraikan bentuk tanggung jawab pelaku usaha terhadap contoh kasus di atas? Jelaskan
berdasarkan hukumnya!
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Pengunaan Produk Zat Berbahaya Dalam
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Perspektif
Hukum Islam. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUPK bahwa Konsumen harus dilindungi dari
segala bahaya yang mengancam kesehatan, jia dan harta bendanya karena memakai tau
mengonsumsi produk. Dengan demikian, setiap produk baik dari segi komposisi bahan,
konstruksi, maupun kualitanya harus diarahkan untuk mempertinggi rasa kenyamanan, dan
keselamatan konsumen. Tidak dikehendaki adanya produk yang dapat mencelakakan dan
mencederai konsumen, berdasarkan Pasal 4 ayat (3) UPK bahwa konsumen harus mendapat
informasi yang jelas, jujur, dan terang dari pelaku usaha.Jika dilihat dari perspektif hukum
islam, masalah perlindungan konsumen setidakya untuk membuktikan sebuah prinsip hukum
yang berasal dari sebuah hadist yang artinya "Tidak bole ada tindakan bahaya (rugi) dan
membahayakan (merugikan) dalam islam* (HR. Ahmad, Ibnu Majah, al-Hakim, al
Daruguthni dari Abu Salaid al-Khudhri). Sanksi Bagi Pelaku Usaha Menjual Produk
Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Dalam Pandangan Islam dan U Perlindungan
Konsumen. Dalam hal ini jelas barang yang dijual mengandung kesamaran kerena
mengandung bahan-bahan kimia berbahaya bag tubuh manusia, dan juga mangandung unsur
penipuan karena bahan-bahan kimia tersebut tidak diketahui ole konsumen dan juga tidak di
informasikan ole pelalu usaha tersebut. Padahal penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya
pada produk yang dipakai tersebut karena sangat merugikan bahkan membahayakan
konsumen. Maka sanksi bagi pelaku penipuan adalah hukuman tazir. Tazir adalah hukuman
yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa yang hukumannya belum ditetapkan ole sara'
yang ditetapkan ole pemerintah karena tidak ada nash yang jelas dalam Al-Qur'an dan Al-
Hadits. PT Megasari Makmur mendapatkan sanksi berdasarkan Pasal 8 ayat (4) Pasal 19 (1,
2, 3). Pasal 62 ayat (1) UUPK.

SUMBER:
BMP HKUM4312 Hukum Perlindungan Konsumen Modul 3
Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha - Jurnal Hukum

Anda mungkin juga menyukai