4/Okt-Des/2020
1
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM :
5
16071101600 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Persada, Jakarta, 2004, hal 13.
96
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
97
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan Dengan demikian, standardisasi berfungsi
teknologi memungkinkan dihasilkannya produk membantu menjembatani kepentingan
yang tidak sesuai dengan persyaratan konsumen dan produsen pelaku usaha dengan
keamanan dan keselamatan pemakai sehingga menetapkan standar produk yang tepat yang
menimbulkan kerugian kepada konsumen. dapat memenuhi kepentingan dan
Berkaitan dengan produk, cacat dapat mencerminkan aspirasi kedua belah pihak.
ditemukan dalam 3 (tiga) klasifikasi menurut Dengan ada standardisasi produk ini akan
tahap-tahap produksi, yaitu kerusakan produk, memberi manfaat yang optimum pada
kerusakan desain, dan pemberian informasi konsumen dan produsen, tanpa mengurangi
yang tidak memadai. Produk dapat hak milik dari konsumen. Standardisasi ini
dikategorikan cacat apabila produk itu rusak, berkaitan erat dengan keamanan dan
atau desainnya tidak sesuai dengan yang keselamatan konsumen, yaitu berkaitan dengan
seharusnya, atau karena informasi yang kelayakan suatu produk untuk dipakai atau
menyertai produk itu tidak memadai. Cacat dikonsumsi. Barang yang tidak memenuhi
pada produk, pada tingkatan tertentu dapat syarat mutu, khususnya makanan, dapat
membahayakan konsumen. menimbulkan malapetaka bagi konsumen.
Untuk menghindari kemungkinan adanya Selain merugikan konsumen dari segi finansial,
produk yang cacat atau berbahaya, maka perlu barang yang tidak memenuhi syarat mutu
ditetapkan standar minimal yang harus tersebut dapat pula mengancam keamanan dan
dipedomani dalam berproduksi untuk keselamatan masyarakat umum.
menghasilkan produk yang layak dan aman Sebagai implementasi dari standardisasi ini,
untuk dipakai. Usaha ini yang disebut maka kepada produk yang sudah memenuhi
standardisasi. standar diberikan sertifikat produk
Menurut Gandi, standardisasi adalah : (Certification Marking) yang dibuat dengan
“Proses penyusunan dan penerapan aturan- tanda SII atau SNI, yang dapat ditempatkan
aturan dalam pendekatan secara teratur pada produk, kemasannya, atau dokumennya.
bagi kegiatan tertentu untuk kemanfaatan Tanda ini dibubuhkan oleh produsen pada
dan dengan kerja sama dari semua pihak barang produknya setelah mendapat izin dari
yang berkepentingan, khususnya untuk Menteri Perindustrian sesuai dengan Pasal 6
meningkatkan penghematan secara ayat 3 SK Menteri Perindustrian Nomor 210
optimum dengan memperhatikan kondisi Tahun 1979.
fungsional dan persyaratan keamanan. Hal Melalui sertifikasi produk ini akan diperoleh
ini didasarkan pada konsolidasi dari hasil manfaat dan keuntungan, baik bagi produsen-
(ilmu) teknologi dan pengalaman”. 7 pelaku usaha, pemakai professional, maupun
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa dengan konsumen, yaitu sebagai berikut:
standardisasi akan diperoleh manfaat sebagai a. Bagi produsen-pelaku usaha, lebih
berikut : memberikan bobot dan membuktikan
a. Pemakaian bahan secara ekonomi, bahwa hasi produksinya memenuhi
perbaikan mutu, penurunan ongkos persyaratan standar secara konsisten dan
produksi, dan penyerahan yang cepat. memberikan bantuan dalam
b. Penyederhanaan pengiriman dan meningkatkan penjualannya di pasar
penanganan barang. dalam dan luar negeri.
c. Perdagangan yang adil, peningkatan b. Bagi pemakai profesional atau konsumen
kepuasan langganan. umum, memberikan indikasi yang dapat
d. Interchangeability komponen dipercaya bahwa barang-barang sesuai
memungkinkan subcontracting. dengan persyaratan standar secara
e. Keselamatan kehidupan dan harta. 8 konsisten.
c. Transaksi lebih lancar karena pemakai
7
atau konsumen tidak perlu menguji dulu
Gandi, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut
Pengaturan Standardisasi Hasil Industri, makalah pada
barang-barang yang akan dibelinya. 9
Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen
BPHN-Binacipta, Jakarta, 1980,hal 80.
8 9
Ibid, hal 81 -82. Agnes Toar, Op-Cit, hal 89
98
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
11
Ibid, hal 105
10 12
Ibid, hal 20 Ibid, hal.25
99
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
14
Anonim, Undang-Undang Perlindungan Konsumen
13
Janus Sidabalok, Op.Cit.,hal.80 1999, Sinar Grafika, Jakarta, 2009
100
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
undangan mengenai hal ini benar-benar ditaati BBPOM tersebut memiliki fungsi sebagai
oleh produsen. Namun demikian, selalu ada pengawas produk-produk atau makanan yang
kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang ada di pasaran sebagaimana yang tercantum
dari produk-produk usaha berupa dalam Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor
kekurangtaatan pada peraturan yang ada, baik 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
karena sengaja maupun lalai. Karena itu pula, Kerja Unit Pelaksana Teknis. Sebagai pihak yang
tanggung jawab produsen-pelaku usaha atas berwenang dalam melakukan pengawasan obat
barang-barang produknya yang diedarkan dan makanan BBPOM diharapkan memiliki
kepada konsumen(pasar)menjadi persoalan kebijakan strategis dan tindakan konkrit yang
penting di dalam perlindungan konsumen. langsung menyentuh masyarakat. BBPOM
Konsumen harus mendapat penggantian atas harus senantiasa mengembangkan pematuan
kerugian yang dideritanya karena dan pengawasan terhadap makanan dan
memakai/mengkonsumsi produk yang minuman yang beredar luas di masyarakat.
diedarkan oleh produsen-pelaku usaha. Pencegahan sejak dini harus dilakukan agar
Pengawasan yang diserahkan kepada tidak ada korban, program-program BBPOM
masyarakat dan LPKSM sesuai dengan juga harus berintegrasi agar hasilnya juga
ketentuan Pasal 30 UUPK, bukanlah tugas yang maksimal.
mudah untuk dilakukan. Suatu hal yang Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Presiden
menggembirakan, telah lahirnya Peraturan Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pemerintah nomor 58 tahun 2001 tentang Pengawas Obat dan Makanan, BPOM
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan memiliki fungsi utama dalam melaksanakan
Perlindungan Konsumen, bahwa ketidakjelasan tugas pengawasan Obat dan Makanan
peran pemerintah yang seolah hanya yakni menyelenggarakan fungsi:
menyerahkan tugas pengawasan kepada a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang
masyarakat dan LPKSM, kini menjadi jelas. Oleh pengawasan Obat dan Makanan.
karena itu, dalam Peraturan Pemerintah ini b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang
pemerintah ikut aktif dalam melakukan pengawasan Obat dan Makanan.
pengawasan sebagaimana masyarakat dan c. Penyusunan dan penetapan norma,
LPKSM, walaupun dengan objek pengawasan standar, prosedur, dan kriteria sebelum
yang sedikit berbeda. pengawasan dan selama beredar.
d. Pelaksanaan pengawasan sebelum
B. Peranan Badan Pengawas Obat dan beredar dan pengawasan selama
Makanan (BPOM) Dalam Perlindungan beredar.
Konsumen Yang Mengandung Zat e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan
Berbahaya Obat dan Makanan dengan instansi
Perlindungan konsumen saat ini tidak dapat pemerintah pusat dan daerah.
dipisahkan dari kegiatan perdagangan. Dalam f. Pemberian bimbingan teknis dan
kegiatan perdagangan tersebut dapat supervisi di bidang pengawasan Obat dan
menimbulkan keseimbangan hak dan kewajiban Makanan.
pelaku usaha dan konsumen dalam melakukan g. Pelaksanaan penindakan pelanggaran
transaksi jual beli pada produk yang dijual.15 peraturan perundang-undangan
Untuk memberikan perlindungan kepada pengawasan Obat dan Makanan.
masyarakat atas beredarnya makanan dan h. Koordinasi pelaksanaan tugas,
minuman daluarsa dan mengandung zat yang pembinaan, dan dukungan administrasi
berbahaya, maka pihak yang berwenang dalam kepada seluruh unsur organisasi BPOM.
melakukan pengawasan terhadap makanan dan i. Pengelolaan barang milik/kekayaan
minuman daluarsa dan yang mengandung zat negara yang menjadi tanggung jawab
berbahaya, adalah Balai Besar Pengawas Obat BPOM.
dan Makanan (selanjutnya disingkat menjadi j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di
BBPOM). lingkungan BPOM, dan
15
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo,
Jakarta, 2004, hal 23
101
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
102
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
preventif dan Tindakan represif. Tindakan menggunakan produk secara tepat, benar dan
preventif dilakukan dengan cara membuat aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan gencar mendorong konsumen untuk
(SISPOM) dan membentuk BPPOM di propinsi mengonsumsi secara berlebihan dan seringkali
yang tersebar di Indonesia. Melakukan tindakan tidak rasional.
represif dilakukan dengan cara membuat Perubahan teknologi produksi, sistem
Pelaksana Tugas BPOM baik itu berupa perdagangan internasional dan gaya hidup
Pengujian, Penyidikan, Riset dan Informasi Obat konsumen tersebut pada realitasnya meningkat
dan Makanan serta UPLK (Unit Pengaduan secara risiko dengan implikasi yang luas pada
Layanan Konsumen). kesehatan dan keselamatn konsumen. Apabila
Melalui Pelaksana tugas itu BPOM dapat terjadi produk substandar, rusak atau
mengambil tindakan tegas bila ada pelanggaran terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka
di bidang obat dan makanan. Tindakan yang risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas
diambil dapat berupa pencabutan izin edar, serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu
penarikan produk beredar, sampai melakukan Indonesia harus memiliki sistem Pengawasan
penyelidikan bila ada indikasi pelanggaran yang Obat dan Makanan (Sis POM) yang efektif dan
terdapat unsur pidananya. Namun dalam efisien yang mampu mendeteksi, mencegah
pelaksanaannya, Pelaksana Tugas BPOM juga dan mengawasi produk-produk termaksud
menemui hambatan dalam menindak tegas untuk melindungi keamanan, keselamatan dan
terhadap pelanggaran di bidang obat dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun
makanan. Hambatan itu diantaranya adalah di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan
banyak kasus pelanggaran yang masih belum Pengawas Obat dan Makanan yang memiliki
menempuh proses hukum di Pengadilan, jaringan nasional dan internasional serta
padahal BPOM telah menemukan bukti kewenangan penegakan hukum dan memiliki
pelanggaran dan telah menyerahkan bukti kredibilitas professional yang tinggi. 17
pelanggaran pada Kejaksaan dengan harapan Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas
akan segera dilakukan tindakan atas Obat dan Makanan, yaitu:
pelanggaran tersebut, tetapi pihak Kejaksaan a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan
sepertinya ogah-ogahan untuk segera nasional di bidang pengawasan obat dan
mengambil tindakan. makanan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
(BPOM) merupakan Lembaga Pemerintah Non pengawasan obat dan makanan.
Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam
Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun pelaksanaan tugas Badan POM.
2001, merupakan lembaga pemerintah pusat d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah tertentu dari presiden serta pemerintah di bidang pengawasan obat
bertanggung jawab langsung kepada presiden. dan makanan.
Latar belakang terbentuknya BPOM adalah e. Penyelenggaraan pembinaan dan
dengan melihat kemajuan teknologi telah pelayanan administrasi umum di bidang
membawa perubahan-perubahan yang cepat perencanaan umum, ketatausahaan,
dan signifikan pada industri farmasi, obat asli organisasi dan tata laksana,
Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kepegawaian, keuangan, kearsipan,
kesehatan. Dengan kemajuan teknologi persandian, perlengkapan dan rumah
tersebut produk-produk dari dalam dan luar tangga. 18
negeri dapat tersebar cepat secara luas dan Diatur pula Keputusan Presiden Nomor 103
menjangkau selurug strata masyarakat. Tahun 2001 Pasal 69 tentang wewenang Badan
Semakin banyaknya produk yang ditawarkan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu :
mempengaruhi gaya hidup masyarakat dalam
mengonsumsi produk. Sementara itu
pengetahuan masyarakat masih belum 17
http: pom.go.id/profile/latar belakang, diakses pada
memadai untuk dapat memilih dan tanggal 19 Januari 2020 Pukul 2.05 WIIA.
18
Ibid, hal 45.
103
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
104
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
105
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020
2. Peran BPOM dalam memberi Arus Akbar Silondae dan Wirawan, Pokok-pokok
perlindungan pada konsumen dari Hukum Bisnis, Jakarta, 2011.
makanan yang mengandung zat Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan
berbahaya dilakukan dengan penyusunan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.
rencana dan program pengawasan obat Dudu Duswara Machmudin, Pengantar ilmu
dan makanan, pemeriksaan secara Hukum Sebuah Sketsa, Bandung, Refika
laboratorium, pengujian dan penilaian Aditama, 2013.
mutu produk secara mikrobiologi, Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Hukum
pemeriksaan setempat, pengambilan Tentang Perlindungan Konsumen, PT
contoh dan pemeriksaan sarana produksi Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
dan distribusi. investigasi dan penyidikan H. Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar-dasar
pada kasus pelanggaran hukum serta Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, Citra
pelaksanaan sertifikasi produk. Aditya Bakti, 2012.
Inosensius Samsul, Ringkatan Disertai Prinsip
B. Saran Tanggung Jawab Mutlak, Fakultas Hukum,
1. Mengingat masih sering terjadinya kasus Pascasarjana, 2003.
yang dilakukan oleh pelaku usaha di J.S. Badudu Sutan & Muhammad Zain, Kamus
bidang makanan yang menggunakan zat Umum Bahasa Indonesia, PT 1ntergrafika,
atau bahan berbahaya maka diperlukan Jakarta, 1994.
penegakan hukum yang konsisten Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
terhadap pelanggaran hukum yang Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya
dilakukan oleh pelaku usaha/produsen Bakti, Bandung, 2014.
yang masih menggunakan zat berbahaya Kansil, C.S.T Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
dalam makanan dengan memprosesnya hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
sesuai aturan yang berlaku sehingga 1977.
dapat memberi efek jera. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina
2. Dalam rangka meningkatkan jaminan Aksara, Jakarta, 1987.
Makanan yang aman, tidak Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu
terkontaminasi zat yang berbahaya, Hukum, Kencana, Jakarta, 2011.
sehat, bermanfaat dan bermutu, BPOM Shidana, Hukum Perlindungan Konsumen
hendaknya terus memperkuat sistem Indonesia, Edisi Revisi 2006,Gramedia
pengawasan obat dan makanan melalui Widiasrana Indonesia, Jakarta, 2006.
pengawasan post market, penegakan Tobing Rudyanti Dorotea, Hukum, Konsumen
hukum serta pemberdayaan masyarakat dan Masyarakat, Sebuah Bunga Rampai,
melalui sosialisasi serta perlunya LaksBang Mediatama, Yogyakarta, 2015.
peningkatan frekuensi pengawasan Yusuf Sifie, Perlindungan Konsumen dan
terhadap produk makanan dan minuman Instrumen-instrumen Hukumnya, Jakarta,
secara terencana. PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sardjono, dkk, Pengantar Hukum Dagang,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2014.
Ahmadi Miru, dkk, Hukum Perlindungan
Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2014.
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan
Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013.
Anonim, Undang-undang Perlindungan
Konsumen 1999, Sinar Grafika, Jakarta,
2009.
106