Anda di halaman 1dari 11

Lex Privatum Vol. VIII/No.

4/Okt-Des/2020

PERANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN PENDAHULUAN


MAKANAN (BPOM) DALAM PERLINDUNGAN A. Latar Belakang
KONSUMEN YANG MENGANDUNG ZAT Perlindungan konsumen dalam bidang
BERBAHAYA1 kesehatan merupakan sesuatu yang sangat
Oleh: Tyrsa Tesalonika Tambuwun2 dibutuhkan oleh konsumen dalam memperoleh
Fatmah Paparang3 produk makanan yang dapat terjamin untuk
Anna S. Wahongan4 kesehatan, dimana produk makanan yang
beredar tersebut telah diawasi oleh instansi
ABSTRAK yang dapat bertanggung jawab atas pengawas
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan
mengetahui bagaimana pengaturan hukum (BPOM) merupakan instansi yang ditunjuk oleh
yang berhubungan dengan perlindungan pemerintah dalam pengawasan makanan,
konsumen dan asas-asas perlindungan sehingga pelaku usaha yang beritikad baik
konsumen dan bagaimana peran Badan untuk dapat mengedarkan makanan tersebut
Pengawas Obat dan Makanan dalam harus mendaftarkan produk makanan tersebut
perlindungan konsumen yang mengkonsumsi pada BPOM. Namun demikian dalam praktik
makanan yang mengandung zat berbahaya, di banyak pelaku usaha produk makanan tidak
mana dengan menggunakan metode penelitian mendaftarkan produknya untuk mendapatkan
hukum normatif disimpulkan: 1. Pengaturan legalitas dalam memasarkan produknya.
hukum yang berhubungan dengan Keadaan ini membuka peluang terjadinya
perlindungan Konsumen sebagaimana diatur pengedaran produk makanan yang tidak sehat
dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 sehingga dapat mengganggu kesehatan orang
tentang Perlindungan Konsumen telah yang mengkonsumsinya. Permasalahan inilah
memberikan perlindungan dan kepastian yang akan dibahas dalam karya ilimiah ini yakni
hukum terhadap hak-hak dan kewajiban dari bagaimana peran pemerintah (BPOM) untuk
pelaku usaha dan konsumen. Perlindungan dan melindungi konsumen terhadap makanan yang
kepastian hukum pelaku usaha dan konsumen mengandung zat berbahaya dikaitkan dengan
didasrkan pada 5 asas, yaitu: Asas manfaat, aspek hukum perlindungan konsumen dalam
Asas keadilan, Asas keseimbangan, Asas UU No.8 Tahun 1999.
keamanan dan keselamatan konsumen, dan
Asas kepastian hukum . 2. Peran BPOM dalam B. Rumusan Masalah
memberi perlindungan pada konsumen dari 1. Bagaimana pengaturan hukum yang
makanan yang mengandung zat berbahaya berhubungan dengan perlindungan
dilakukan dengan penyusunan rencana dan konsumen dan asas-asas perlindungan
program pengawasan obat dan makanan, konsumen ?.
pemeriksaan secara laboratorium, pengujian 2. Bagaimana peran Badan Pengawas Obat
dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi, dan Makanan dalam perlindungan
pemeriksaan setempat, pengambilan contoh konsumen yang mengkonsumsi makanan
dan pemeriksaan sarana produksi dan yang mengandung zat berbahaya?
distribusi. investigasi dan penyidikan pada
kasus pelanggaran hukum serta pelaksanaan C. Metode Penelitian
sertifikasi produk. Penelitian ini merupakan bagian dari
Kata kunci: konsumen; badan pengawas obat penelitian hukum kepustakaan yakni dengan
dan makanan; cara meneliti bahan pustaka atau yang
dinamakan penelitian hukum normatif”.5

1
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM :
5
16071101600 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Persada, Jakarta, 2004, hal 13.

96
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

HASIL DAN PEMBAHASAN perusahaan swasta, baik berupa


A. Pengaturan Hukum Yang Berhubungan pabrikan,importer, pedagang eceran,
Dengan Perlindungan Konsumen Dan Asas- distributor dan lain-lain. Sebagai penyelenggara
Asas Perlindungan Konsumen kegiatan usaha, pelaku usaha adalah pihak yang
Penjelasan tentang istilah perlindungan harus bertanggung jawab atas akibat-akibat
konsumen dari aspek pengaturan hukumnya negatif berupa kerugian yang ditimbulkan oleh
yakni dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 usahanya terhadap pihak ketiga, yaitu
Tentang Perlindungan Konsumen, perlu konsumen, sama seperti seorang produsen.
dilakukan untuk memperoleh kesatuan 2. Konsumen
pendapat/persepsi dalam beberapa istilah Konsumen umumnya diartikan sebagai
antara lain : pemakai terakhir dari produk yang diserahkan
1. Produsen atau Pelaku Usaha. kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap
Produsen sering diartikan sebagai orang yang mendapatkan barang untuk dipakai
pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. dan tidak untuk diperdagangkan atau
Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya diperjualbelikan lagi. Menurut Pasal 1 angka 2
pembuat, grosir, leveransir dan pengecer Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
professional, yaitu setiap orang/badan yang Perlindungan Konsumen disebutkan : “
ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa Konsumen adalah setiap orang pemakai
hingga sampai ke tangan konsumen, sifat dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
professional merupakan syarat mutlak dalam baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
hal menuntut pertanggungjawaban dari orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
produsen6. Dengan demikian, produsen tidak tidak untuk diperdagangkan”. Dengan
hanya diartikan sebagai pelaku usaha demikian, dapat dikatakan bahwa semua orang
pembuat/pabrik yang menghasilkan produk adalah konsumen karena membutuhkan barang
saja, tetapi juga mereka yang terkait dengan dan jasa untuk mempertahankan hidupnya
penyampaian/peredaran produk hingga sampai sendiri, keluarganya, ataupun untuk
ke tangan konsumen. Sebagai contoh, dalam memelihara/merawat harta bendanya.
hubungannya dengan produk makanan hasil 3. Produk dan Standardisasi Produk.
industri, maka produsennya adalah mereka Dalam pengertian luas, produk ialah segala
yang terkait dalam proses pengadaan makanan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
hasil industri itu hingga sampai ke tangan proses sehingga produk berkaitan erat dengan
konsumen. Mereka itu adalah: pabrik teknologi. Produk terdiri atas barang dan jasa.
(pembuat), distributor, eksportir atau importir, Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
dan pengecer, baik yang berbentuk badan Perlindungan Konsumen : “ Barang adalah
hukum maupun yang bukan badan hukum. setiap benda, baik berwujud maupun tidak
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 berwujud, baik bergerak maupun tidak
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
tidak memakai istilah produsen, tetapi dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan,
memakai istilah pelaku usaha, yang bunyinya dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh
sebagai berikut : “Pelaku usaha adalah setiap konsumen.” Sedangkan menurut Pasal 1 angka
orang perorangan atau badan usaha, baik yang 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
berbentuk badan hukum maupun bukan badan Tentang Perlindungan Konsumen : “ Jasa adalah
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun dimanfaatkan oleh konsumen”.
bersama-sama melalui perjanjian Pemakaian teknologi yang makin baik, di
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam satu sisi memungkinkan produsen mampu
berbagai bidang ekonomi”. Termasuk dalam membuat produk beraneka macam jenis,
pengertian ini adalah BUMN, Koperasi dan bentuk, kegunaan, maupun kualitasnya,
sehingga pemenuhan kebutuhan konsumen
6
Agnes Toar, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan dapat terpenuhi lebih luas, lengkap, cepat, dan
Perkembangannya di Beberapa Negara, DKIH Belanda- menjangkau bagian terbesar lapisan
Indonesia, Ujung Pandang, 1988, hal 2.

97
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan Dengan demikian, standardisasi berfungsi
teknologi memungkinkan dihasilkannya produk membantu menjembatani kepentingan
yang tidak sesuai dengan persyaratan konsumen dan produsen pelaku usaha dengan
keamanan dan keselamatan pemakai sehingga menetapkan standar produk yang tepat yang
menimbulkan kerugian kepada konsumen. dapat memenuhi kepentingan dan
Berkaitan dengan produk, cacat dapat mencerminkan aspirasi kedua belah pihak.
ditemukan dalam 3 (tiga) klasifikasi menurut Dengan ada standardisasi produk ini akan
tahap-tahap produksi, yaitu kerusakan produk, memberi manfaat yang optimum pada
kerusakan desain, dan pemberian informasi konsumen dan produsen, tanpa mengurangi
yang tidak memadai. Produk dapat hak milik dari konsumen. Standardisasi ini
dikategorikan cacat apabila produk itu rusak, berkaitan erat dengan keamanan dan
atau desainnya tidak sesuai dengan yang keselamatan konsumen, yaitu berkaitan dengan
seharusnya, atau karena informasi yang kelayakan suatu produk untuk dipakai atau
menyertai produk itu tidak memadai. Cacat dikonsumsi. Barang yang tidak memenuhi
pada produk, pada tingkatan tertentu dapat syarat mutu, khususnya makanan, dapat
membahayakan konsumen. menimbulkan malapetaka bagi konsumen.
Untuk menghindari kemungkinan adanya Selain merugikan konsumen dari segi finansial,
produk yang cacat atau berbahaya, maka perlu barang yang tidak memenuhi syarat mutu
ditetapkan standar minimal yang harus tersebut dapat pula mengancam keamanan dan
dipedomani dalam berproduksi untuk keselamatan masyarakat umum.
menghasilkan produk yang layak dan aman Sebagai implementasi dari standardisasi ini,
untuk dipakai. Usaha ini yang disebut maka kepada produk yang sudah memenuhi
standardisasi. standar diberikan sertifikat produk
Menurut Gandi, standardisasi adalah : (Certification Marking) yang dibuat dengan
“Proses penyusunan dan penerapan aturan- tanda SII atau SNI, yang dapat ditempatkan
aturan dalam pendekatan secara teratur pada produk, kemasannya, atau dokumennya.
bagi kegiatan tertentu untuk kemanfaatan Tanda ini dibubuhkan oleh produsen pada
dan dengan kerja sama dari semua pihak barang produknya setelah mendapat izin dari
yang berkepentingan, khususnya untuk Menteri Perindustrian sesuai dengan Pasal 6
meningkatkan penghematan secara ayat 3 SK Menteri Perindustrian Nomor 210
optimum dengan memperhatikan kondisi Tahun 1979.
fungsional dan persyaratan keamanan. Hal Melalui sertifikasi produk ini akan diperoleh
ini didasarkan pada konsolidasi dari hasil manfaat dan keuntungan, baik bagi produsen-
(ilmu) teknologi dan pengalaman”. 7 pelaku usaha, pemakai professional, maupun
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa dengan konsumen, yaitu sebagai berikut:
standardisasi akan diperoleh manfaat sebagai a. Bagi produsen-pelaku usaha, lebih
berikut : memberikan bobot dan membuktikan
a. Pemakaian bahan secara ekonomi, bahwa hasi produksinya memenuhi
perbaikan mutu, penurunan ongkos persyaratan standar secara konsisten dan
produksi, dan penyerahan yang cepat. memberikan bantuan dalam
b. Penyederhanaan pengiriman dan meningkatkan penjualannya di pasar
penanganan barang. dalam dan luar negeri.
c. Perdagangan yang adil, peningkatan b. Bagi pemakai profesional atau konsumen
kepuasan langganan. umum, memberikan indikasi yang dapat
d. Interchangeability komponen dipercaya bahwa barang-barang sesuai
memungkinkan subcontracting. dengan persyaratan standar secara
e. Keselamatan kehidupan dan harta. 8 konsisten.
c. Transaksi lebih lancar karena pemakai
7
atau konsumen tidak perlu menguji dulu
Gandi, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut
Pengaturan Standardisasi Hasil Industri, makalah pada
barang-barang yang akan dibelinya. 9
Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen
BPHN-Binacipta, Jakarta, 1980,hal 80.
8 9
Ibid, hal 81 -82. Agnes Toar, Op-Cit, hal 89

98
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

Dengan demikian, untuk dapat memperoleh pelaksanaan peraturan-peraturan itu.


manfaat dan keuntungan itu secara maksimal, Peraturan-peraturan yang dimaksud adalah
maka di satu pihak diperlukan kejujuran peraturan yang juga mengikat pemerintah
produsen-pelaku usaha untuk sungguh-sungguh sehingga tidak muncul kolusi antara pengusaha
menaati peraturan standardisasi yang dan pemerintah yang dapat merugikan
ditetapkan dan di pihak lain aparat pemerintah konsumen.
perlu aktif membina dan mengawasi 5. Klausula Baku
pelaksanaan standardisasi itu sehingga Sehubungan dengan standar kontrak adalah
diterapkan dengan baik dan benar. penggunaan klausula baku dalam transaksi
4. Peranan Pemerintah konsumen. Yang dimaksud dengan klausula
Berkaitan dengan pemakaian teknologi yang baku menurut Pasal 1 angka 10 Undang-
makin maju dan supaya tujuan standardisasi Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
dan sertifikasi tercapai semaksimal mungkin, Perlindungan Konsumen adalah : “ Klausula
maka pemerintah perlu aktif dalam membuat, baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan
menyesuaikan, dan mengawasi pelaksanaan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan
peraturan yang berlaku. Upaya pemerintah ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh
untuk melindungi konsumen dari produk yang pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
merugikan dapat dilaksanakan dengan cara dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat
mengatur, mengawasi serta mengendalikan dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.
produksi, distribusi, dan peredaran produk Pembuat undang-undang menerima
sehingga konsumen tidak dirugikan, baik kenyataan bahwa memberlakukan standar
kesehatan maupun keuangannya. kontrak adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan dihindari sebab perjanjian baku/standar
kebijakan yang akan dilaksanakan, maka kontrak adalah suatu kenyataan yang memang
langkah-langkah yang dapat ditempuh lahir dari kebutuhan masyarakat. Namun
pemerintah adalah : demikian, dirasa perlu untuk mengaturnya
a. Registrasi dan penilaian sehingga tidak disalah gunakan dan atau
b. Pengawasan produksi. menimbulkan kerugian bagi pihak lain, tinggal
c. Pengawasan distribusi. bagaimana pengawasan penggunaan standar
d. Pembinaan dan pengembangan usaha. kontrak itu sehingga tidak dijadikan sebagai alat
e. Peningkatan dan pengembangan untuk merugikan orang lain. 11
prasarana dan tenaga. 10 6. Asas-asas Perlindungan Konsumen
Peranan Pemerintah dapat dikategorikan Perlindungan konsumen diselenggarakan
sebagai peranan yang berdampak jangka sebagai usaha bersama seluruh pihak yang
panjang sehingga perlu dilakukan secara terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan
kontinyu memberikan penerangan, pemerintah berdasarkan lima asas yang
penyuluhan, dan pendidikan bagi semua pihak. menurut Pasal 2 Undang-undang Nomor 8
Dengan demikian, tercipta lingkungan berusaha Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
yang sehat dan berkembangnya pengusaha yaitu:
yang bertanggung jawab. Posisi ketiga pihak 1. Asas manfaat
terkait, yaitu produsen-pelaku usaha, 2. Asas keadilan
konsumen, dan pemerintah, masing-masing 3. Asas keseimbangan
adalah mandiri sehingga perlu diatur dengan 4. Asas keamanan dan keselamatan
baik untuk mencapai keserasian dan konsumen
keharmonisan dalam kegiatan ekonomi. 5. Asas kepastian hukum12
Pemerintah yang ditugaskan untuk mengatur Dari segi pertanggungjawaban, produsen
hal tersebut berdasarkan Pasal 33 Undang- dibebani dua jenis pertanggungjawaban, yaitu
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tanggung jawab publik dan tanggung jawab
Tahun 1945, dapat melaksanakannya melalui privat (perdata).
pembuatan peraturan dan pengawasan 1. Pertanggungjawaban publik

11
Ibid, hal 105
10 12
Ibid, hal 20 Ibid, hal.25

99
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

Produsen sebagai pelaku usaha mempunyai jasa yang di hasilkan atau


tugas dan kewajiban untuk ikut serta diperdagangkan.
menciptakan dan menjaga iklim usaha yang 2) ganti rugi sebagai mana di maksud pada
sehat yang menunjang serta menciptakan dan ayat (1) dapat berupa pengembalian
menjaga iklim usaha yang sehat yang uang atau penggantian barang dan/atau
menunjang bagi pembangunan perekonomian jasa sejenis atau setara nilainya, atau
nasional secara keseluruhan, karena itu kepada perawatan kesehatan dan atau
produsen dibebankan tanggung jawab atas pemberian santunan yang sesuai dengan
pelaksanaan tugas dan kewajiban itu, yaitu ketentuan peraturan perundang-
melalui penerapan norma-norma hukum, undangan yang berlaku.
kepatutan, dan menjunjung tinggi kebiasaan 3) pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam
yang berlaku di kalangan dunia usaha. tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
Etika bisnis merupakan salah satu pedoman tanggal transaksi.
bagi setiap pembangunan perekonomian 4) pemberian ganti rugi sebagai mana di
nasional secara keseluruhan, prinsip business is maksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
business, tidak dapat diterapkan, tetapi harus menghapuskan kemungkinan adanya
dengan pemahaman atas prinsip bisnis untuk tuntutan pidana berdasarkan
pembangunan. Jadi, sejauh mungkin pembuktian lebih lanjut mengenai
pembangunan perekonomian nasional secara adanya unsur kesalahan.
keseluruhan.13 5) ketentuan sebagai mana di maksud
Kewajiban produsen-pelaku usaha untuk dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
senantiasa beritikad baik dalam melakukan apabila pelaku usaha dapat membuktikan
kegiatan usahanya (Pasal 7 angka 1 Undang- bahwa kesalahan tersebut merupakan
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang kesalahan konsumen.14
Perlindungan Konsumen) berarti pelaku usaha 1. Prinsip tanggung jawab produk
ikut bertanggung jawab untuk menciptakan Secara umum tanggung jawab produk ialah
iklim berusaha yang sehat demi menunjang tanggung jawab produsen untuk produk yang
pembangunan nasional. Jelas ini adalah telah diedarkannya yang membutuhkan atau
tanggung jawab publik yang diemban oleh mengakibatkan kerugian akibat misalnya cacat
produsen pelaku usaha. yang melekat pada produk tersebut.
Atas setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Karena berada dalam bidang perekonomian,
produsen-pelaku usaha maka kepadanya khususnya berkaitan dengan menjalankan
dikenakan sanksi-sanksi hukum, baik sanksi bisnis, maka hukum perlindungan konsumen
administratif maupun sanksi pidana. Beberapa termasuk dalam hukum ekonomi, khususnya
perbuatan yang bertentangan dengan tujuan hukum bisnis. Pada hukum perlindungan
untuk menciptakan iklim usaha yang sehat konsumen dipersoalkan bagaimana ketentuan-
dapat dikategorikan sebagai perbuatan ketentuan hukum yang berkaitan dengan
kejahatan. menjalankan bisnis sehingga tidak merugikan
2. Tanggung jawab privat (keperdataan) konsumen dan sebaliknya bagai mana
Dalam Undang-Undang Nomor Tahun 1999 konsumen dapat memperoleh perlindungan
tentang Perlindungan Konsumen diatur secara hukum atas hak-haknya sebagai
mengenai pertanggungjawaban produsen, yang konsumen. Karena itu, pelaku usaha
disebut dengan pelaku usaha Pasal 19-28. dipersoalkan dua hal ini, yaitu standarisasi
Ketentuan pasal-pasal tersebut adalah sebagai produk dan tanggung jawab atau akibat negatif
berikut tanggung jawab pelaku usaha pada dari penggunaan produk.
umumnya. Pada Pasal 19 menentukan: Sehubungan dengan standarisasi produk ini,
1) pelaku usaha bertanggung jawab pemerintah memegang peran penting di bidang
memberikan ganti rugi atas kerusakan, penetapan standarisasi, pembinaan dan
pencemaran, dan/kerugian konsumen pembinaan dan pengawasan produksi, serta
akibat mengkonsumsi barang dan atau distribusinya sehingga ketentuan perundang-

14
Anonim, Undang-Undang Perlindungan Konsumen
13
Janus Sidabalok, Op.Cit.,hal.80 1999, Sinar Grafika, Jakarta, 2009

100
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

undangan mengenai hal ini benar-benar ditaati BBPOM tersebut memiliki fungsi sebagai
oleh produsen. Namun demikian, selalu ada pengawas produk-produk atau makanan yang
kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang ada di pasaran sebagaimana yang tercantum
dari produk-produk usaha berupa dalam Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor
kekurangtaatan pada peraturan yang ada, baik 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
karena sengaja maupun lalai. Karena itu pula, Kerja Unit Pelaksana Teknis. Sebagai pihak yang
tanggung jawab produsen-pelaku usaha atas berwenang dalam melakukan pengawasan obat
barang-barang produknya yang diedarkan dan makanan BBPOM diharapkan memiliki
kepada konsumen(pasar)menjadi persoalan kebijakan strategis dan tindakan konkrit yang
penting di dalam perlindungan konsumen. langsung menyentuh masyarakat. BBPOM
Konsumen harus mendapat penggantian atas harus senantiasa mengembangkan pematuan
kerugian yang dideritanya karena dan pengawasan terhadap makanan dan
memakai/mengkonsumsi produk yang minuman yang beredar luas di masyarakat.
diedarkan oleh produsen-pelaku usaha. Pencegahan sejak dini harus dilakukan agar
Pengawasan yang diserahkan kepada tidak ada korban, program-program BBPOM
masyarakat dan LPKSM sesuai dengan juga harus berintegrasi agar hasilnya juga
ketentuan Pasal 30 UUPK, bukanlah tugas yang maksimal.
mudah untuk dilakukan. Suatu hal yang Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Presiden
menggembirakan, telah lahirnya Peraturan Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pemerintah nomor 58 tahun 2001 tentang Pengawas Obat dan Makanan, BPOM
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan memiliki fungsi utama dalam melaksanakan
Perlindungan Konsumen, bahwa ketidakjelasan tugas pengawasan Obat dan Makanan
peran pemerintah yang seolah hanya yakni menyelenggarakan fungsi:
menyerahkan tugas pengawasan kepada a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang
masyarakat dan LPKSM, kini menjadi jelas. Oleh pengawasan Obat dan Makanan.
karena itu, dalam Peraturan Pemerintah ini b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang
pemerintah ikut aktif dalam melakukan pengawasan Obat dan Makanan.
pengawasan sebagaimana masyarakat dan c. Penyusunan dan penetapan norma,
LPKSM, walaupun dengan objek pengawasan standar, prosedur, dan kriteria sebelum
yang sedikit berbeda. pengawasan dan selama beredar.
d. Pelaksanaan pengawasan sebelum
B. Peranan Badan Pengawas Obat dan beredar dan pengawasan selama
Makanan (BPOM) Dalam Perlindungan beredar.
Konsumen Yang Mengandung Zat e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan
Berbahaya Obat dan Makanan dengan instansi
Perlindungan konsumen saat ini tidak dapat pemerintah pusat dan daerah.
dipisahkan dari kegiatan perdagangan. Dalam f. Pemberian bimbingan teknis dan
kegiatan perdagangan tersebut dapat supervisi di bidang pengawasan Obat dan
menimbulkan keseimbangan hak dan kewajiban Makanan.
pelaku usaha dan konsumen dalam melakukan g. Pelaksanaan penindakan pelanggaran
transaksi jual beli pada produk yang dijual.15 peraturan perundang-undangan
Untuk memberikan perlindungan kepada pengawasan Obat dan Makanan.
masyarakat atas beredarnya makanan dan h. Koordinasi pelaksanaan tugas,
minuman daluarsa dan mengandung zat yang pembinaan, dan dukungan administrasi
berbahaya, maka pihak yang berwenang dalam kepada seluruh unsur organisasi BPOM.
melakukan pengawasan terhadap makanan dan i. Pengelolaan barang milik/kekayaan
minuman daluarsa dan yang mengandung zat negara yang menjadi tanggung jawab
berbahaya, adalah Balai Besar Pengawas Obat BPOM.
dan Makanan (selanjutnya disingkat menjadi j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di
BBPOM). lingkungan BPOM, dan

15
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo,
Jakarta, 2004, hal 23

101
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

k. Pelaksanaan dukungan yang bersifat bahan berbahaya. Fungsi lainnya adalah


substantif kepada seluruh unsur melaksanakan pemeriksaan laboratorium
organisasi di lingkungan BPOM. untuk menguji dan menilai mutu produk
Terkait dengan tugas dan fungsi secara mikrobiologi, melakukan
pelaksanaan penindakan pelanggaran pemeriksaan setempat, pengambilan
peraturan perundang-undangan contoh dan pemeriksaan saran produksi
pengawasan obat dan makanan Petugas dan distribusi.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Balai POM juga melakukan investigasi
(BBPOM) Medan melakukan inspeksi dan penyidikan pada kasus pelanggaran
mendadak (Sidak) di Ramadhan Fair Medan hukum, melaksanakan sertifikasi produk,
dan menemukan makanan mengandung melaksanakan kegiatan layanan informasi
boraks. Dari 27 hasil uji coba sampel konsumen, mengevaluasi dan menyusun
makanan yang dijual pedagang, dan laporan pengujian obat dan makanan,
beberapa diantaranya, mie kuning, takjil, melaksanakan urusan tata usaha dan
sosis, serta minuman es lainnya, ternyata kerumahtanggaan serta melaksanakan
ada makanan yang positif mengandung tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala
boraks, yakni makanan bakso dan hal ini BPOM sesuai dengan bidang tugasnya.
kalau dibiarkan beredar secara luas sangat Sama halnya dengan lembaga atau
membahayakan. Petugas BBPOM Medan instansi lainnya BPOM ini memiliki tugas
telah mendata dan memperingatkan dan fungsi, sebagai berikut :
pedagang makanan itu, agar jangan 1. Memberikan Pelayanan Informasi.
menggunakan boraks lagi. 16 2. Menerima Pengaduan.
Pengawasan sebelum beredar 3. Mengolah dan meneruskan Informasi.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 4. Memantau proses pemecahan masalah
adalah pengawasan Obat dan Makanan dan menyampaikan hasilnya.
sebelum beredar sebagai tindakan BPOM telah menyediakan ULPK, yaitu Unit
pencegahan untuk menjamin Obat dan Layanan Pengaduan Konsumen. Yang mana
Makanan yang beredar memenuhi standar tugasnya melayani pengaduan konsumen atau
dan persyaratan keamanan, masyarakat tentang obat, makanan dan
khasiat/manfaat, dan mutu produk yang minuman, obat tradisional, kosmetik, alat
ditetapkan. Pengawasan Selama beredar kesehatan, dan NAPZA, serta bahan-bahan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbahaya. ULPK ini dikoordinatori oleh
adalah pengawasan Obat dan Makanan sekretaris utama BPOM.
selama beredar untuk memastikan Obat BPOM ini merupakan badan yang bersifat
dan Makanan yang beredar memenuhi independent yang artinya tidak memihak
standar dan persyaratan keamanan, kepada pihak produsen sebagai pihak pemberi
khasiat/manfaat, dan mutu produk yang barang dan jasa, pihak pemerintah dan juga
ditetapkan serta tindakan penegakan pihak masyarakat sebagai konsumen yang
hukum. menggunakan barang dan jasa. Tidak hanya
Lebih lanjut, fungsi Balai Besar/ Balai tugas dan fungsi saja yang dimiliki oleh BPOM
POM sebagai unit pelaksana teknis antara akan tetapi BPOM ini memiliki tujuan,
lain adalah menyusun rencana dan program tujuannya adalah tertampungnya pengaduan
pengawasan obat dan makanan serta masyarakat yang berkaitan dengan mutu dan
melaksanakan pemeriksaan secara keamanan serta permasalahan, aspek legalitas
laboratorium untuk menguji dan menilai produk OMKABA (Obat, Makanan, dan Zat
mutu produk terapetik, narkotika, Berbahaya) untuk dilakukan pemecahan
psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, masalah secara cepat dan tepat melalui
kosmetik, produk kompemen, pangan dan prosedur dan tatanan organisasi yang telah
ada.
16
https://www.jurnalasia.com/medan/ylki-
Peran yang diberikan oleh BPOM dalam
pedagang-makanan-gunakan-boraks-dapat-dipidana/ melakukan perlindungan terhadap konsumen
Diakses pada Tgl 28 Mei 2020 Pkl. 18.05 ada 2 bagian pokok yaitu melakukan tindakan

102
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

preventif dan Tindakan represif. Tindakan menggunakan produk secara tepat, benar dan
preventif dilakukan dengan cara membuat aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan gencar mendorong konsumen untuk
(SISPOM) dan membentuk BPPOM di propinsi mengonsumsi secara berlebihan dan seringkali
yang tersebar di Indonesia. Melakukan tindakan tidak rasional.
represif dilakukan dengan cara membuat Perubahan teknologi produksi, sistem
Pelaksana Tugas BPOM baik itu berupa perdagangan internasional dan gaya hidup
Pengujian, Penyidikan, Riset dan Informasi Obat konsumen tersebut pada realitasnya meningkat
dan Makanan serta UPLK (Unit Pengaduan secara risiko dengan implikasi yang luas pada
Layanan Konsumen). kesehatan dan keselamatn konsumen. Apabila
Melalui Pelaksana tugas itu BPOM dapat terjadi produk substandar, rusak atau
mengambil tindakan tegas bila ada pelanggaran terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka
di bidang obat dan makanan. Tindakan yang risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas
diambil dapat berupa pencabutan izin edar, serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu
penarikan produk beredar, sampai melakukan Indonesia harus memiliki sistem Pengawasan
penyelidikan bila ada indikasi pelanggaran yang Obat dan Makanan (Sis POM) yang efektif dan
terdapat unsur pidananya. Namun dalam efisien yang mampu mendeteksi, mencegah
pelaksanaannya, Pelaksana Tugas BPOM juga dan mengawasi produk-produk termaksud
menemui hambatan dalam menindak tegas untuk melindungi keamanan, keselamatan dan
terhadap pelanggaran di bidang obat dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun
makanan. Hambatan itu diantaranya adalah di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan
banyak kasus pelanggaran yang masih belum Pengawas Obat dan Makanan yang memiliki
menempuh proses hukum di Pengadilan, jaringan nasional dan internasional serta
padahal BPOM telah menemukan bukti kewenangan penegakan hukum dan memiliki
pelanggaran dan telah menyerahkan bukti kredibilitas professional yang tinggi. 17
pelanggaran pada Kejaksaan dengan harapan Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas
akan segera dilakukan tindakan atas Obat dan Makanan, yaitu:
pelanggaran tersebut, tetapi pihak Kejaksaan a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan
sepertinya ogah-ogahan untuk segera nasional di bidang pengawasan obat dan
mengambil tindakan. makanan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
(BPOM) merupakan Lembaga Pemerintah Non pengawasan obat dan makanan.
Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam
Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun pelaksanaan tugas Badan POM.
2001, merupakan lembaga pemerintah pusat d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah tertentu dari presiden serta pemerintah di bidang pengawasan obat
bertanggung jawab langsung kepada presiden. dan makanan.
Latar belakang terbentuknya BPOM adalah e. Penyelenggaraan pembinaan dan
dengan melihat kemajuan teknologi telah pelayanan administrasi umum di bidang
membawa perubahan-perubahan yang cepat perencanaan umum, ketatausahaan,
dan signifikan pada industri farmasi, obat asli organisasi dan tata laksana,
Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kepegawaian, keuangan, kearsipan,
kesehatan. Dengan kemajuan teknologi persandian, perlengkapan dan rumah
tersebut produk-produk dari dalam dan luar tangga. 18
negeri dapat tersebar cepat secara luas dan Diatur pula Keputusan Presiden Nomor 103
menjangkau selurug strata masyarakat. Tahun 2001 Pasal 69 tentang wewenang Badan
Semakin banyaknya produk yang ditawarkan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu :
mempengaruhi gaya hidup masyarakat dalam
mengonsumsi produk. Sementara itu
pengetahuan masyarakat masih belum 17
http: pom.go.id/profile/latar belakang, diakses pada
memadai untuk dapat memilih dan tanggal 19 Januari 2020 Pukul 2.05 WIIA.
18
Ibid, hal 45.

103
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

a. Penyusunan rencana nasional secara pengujian dan penilaian mutu di bidang


makro di bidangnya; pangan dan bahan berbahaya.
b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk 2. Bidang Pengujian Mikrobiologi yang
mendukung pembangunan secara makro; mempunyai tugas : melaksanakan
c. Penetapan sistem informasi di penyusunan rencana dan program serta
bidangnya; evaluasi dan penyusunan laporan
d. Penetapan persyaratan penggunaan pelaksanaan, pemeriksaan secara
bahan tambahan (zat adiktif) tertentu laboratorium, pengujian dan penilaian
untuk makanan dan penetapan pedoman mutu secara mikrobiologi.
pengawasan peredaran obat dan 3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
makanan; yang mempunyai tugas : melaksanakan
e. Pemberian izin dan pengawasan penyusunan rencana dan program kerja
peredaran obat serta pengawasan serta evaluasi dan penyusunan laporan
industri farmasi; pelaksanaan pemeriksaan setempat,
f. Penetapan pedoman konservasi, pengambilan contoh untuk pengujian
pengembangan dan pengawasan dan pemeriksaan sarana produksi,
tanaman obat.19 distribusi dan instansi kesehatan serta
Apabila suatu produk melakukan penyidikan. Kasus pelanggaran hukum
pelanggaran yakni tidak sesuai dengan syarat di bidang produk terapetik, narkotika,
standar mutu pangan atau terbukti psikotropika dan zat adiktif lain, obat
mengandung bahan tambahan berbahaya, tradisional, kosmetika, produk
badan pengawas obat dan makanan komplimen, pangan dan bahan
mempunyai kewenangan untuk menarik secara berbahaya.
langsung produk tersebut dari edaran. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dimaksud di atas maka bidang Pemeriksaan dan
merupakan “perpanjangan tangan” dari Badan Penyidikan menyelenggarakan fungsi :
Pengawas Obat dan Makanan yang terletak di 1. Penyusunan rencana dan program
ibukota provinsi di seluruh Indonesia. Sesuai pemeriksaan dan penyidikan obat dan
dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas makanan.
Obat dan Makanan Nomor 0508/SK/KBPOM 2. Pelaksanaan pemeriksaan setempat,
Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja pengambilan contoh adan pemeriksaan
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM, sarana produksi, distribusi, instansi
maka BBPOM terdiri dari : kesehatan di bidang terapetik,
- Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika, narkotika, psikotropika dan zat adiktif
Obat Tradisional dan Produk Komplimen lain, obat tradisional, kosmetika dan
yang mempunyai tugas melaksanakan produk komplimen.
penyusunan rencana dan program serta 3. Melaksanakan pemeriksaan setempat,
evaluasi dan penyusunan laporan pengambilan contoh dan pemeriksaan
pelaksanaan pemeriksaan secara sarana distribusi di bidang pangan dan
laboratorium, pengujian dan penilaian bahan berbahaya.
mutu bidang di bidang produk terapetik, 4. Evaluasi dan penyusunan laporan
narkotika, obat tradisional, kosmetika dan pemeriksaan dan penyidikan obat dan
produk komplimen, yaitu: makanan .
1. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri
Berbahaya yang mempunyai tugas : dari :
melaksanakan penyusunan rencana 1. Seksi pemeriksaan mempunyai tugas
dan program serta evaluasi dan melakukan pemeriksaan setempat,
penyusunan laporan pelaksanaan pengambilan contoh untuk pengujian,
pemeriksaan secara laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan
distribusi produk terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain, obat
tradisional, kosmetika, produk
19
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Pasal 69

104
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

komplimen, pangan dan bahan a. Pemeriksaan terhadap sarana


berbahaya. produksi dan distribusi obat
2. Seksi penyidikan mempunyai tugas dan/atau makanan.
melakukan penyidikan terhadap kasus b. Melakukan sampling dan uji
pelanggaran hukum di bidang produk laboratorium terhadap produk
terapetik, narkotika, psikotropika dan yang dicurigai berbahaya bagi
zat adiktif lain. obat tradisional, kesehatan masyarakat. Apabila
kosmetika, produk komplimen, pangan dari pemeriksaan sampling uji
dan bahan berbahaya, laboratorium terbukti bahwa
- Bidang sertifikasi dan layanan konsumen produk obat atau makanan
Melaksanakan penyusunan rencana dan tersebut tidak memenuhi syarat
program serta evaluasi dan penyusunan maka BBPOM berwenang untuk
laporan sertifikasi produk, sarana produksi menarik produk tersebut dari
dan distribusi tertentu dan layanan peredarannya, memberi
konsumen. peringatan kepada pelaku usaha
Bidang sertifikasi dan layanan konsumen dan distribusi produk tersebut
terdiri dari : untuk tidak mengulangi
1. Seksi sertifikasi mempunyai tugas perbuatannya, serta memberi
melaksanakan sertifikasi produk, sarana peringatan kepada masyarakat
produksi dan distribusi tertentu. Seksi tentang produk yang tidak
layanan ini formasi konsumen memenuhi syarat tersebut.
mempunyai tugas melakukan layanan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
informasi konsumen. (BBPOM) sebagai lembaga pemerintah Non
2. Sub bagian tata usaha mempunyai Department mempunyai peran penting dalam
tugas memberikan layanan teknis dan melakukan fungsi pengawasan terhadap
administrasi dalam lingkungan Balai peredaran obat dan makanan baik dari mutu,
Besar Pengawas Obat dan Makanan. khasiat dan manfaatnya. Keberadaan pengawas
3. Pengemasan Obat dan Makanan di obat dan makanan oleh BPOM menjadi penting
pelabuhan dan perbatasan dilakukan dilihat dari sisi konsumen ,yaitu untuk
oleh satuan kerja Balai Besar Pengawas memberikan jaminan kesehatan dan rasa aman
Obat dan Makanan melalui bidang untuk menggunakan dan mengonsumsi produk
pemeriksaan dan penyidikan. makanan tersebut, memudahkan konsumen
Kewenangan BBPOM ada 2 (dua), yaitu: dalam memilih dan memilah mana makanan
1. Kewenangan Preventif yaitu yang aman untuk konsumen itu sendiri dan
kewenangan yang biasa juga disebut keluarganya.
kewenangan premarket adalah
kewenangan BBPOM untuk PENUTUP
memeriksa setiap produk obat dan A. Kesimpulan
makanan sebelum beredar dan 1. Pengaturan hukum yang berhubungan
dipasarkan ke masyarakat dengan dengan perlindungan Konsumen
melalui tahap sertifikasi dan sebagaimana diatur dalam Undang-
registrasi produk, sarana produksi Undang No.8 Tahun 1999 tentang
serta distribusi produk tersebut. Perlindungan Konsumen telah
2. Kewenangan Represif, yaitu memberikan perlindungan dan kepastian
kewenangan yang biasa juga disebut hukum terhadap hak-hak dan kewajiban
kewenangan post market adalah dari pelaku usaha dan konsumen.
kewenangan BBPOM untuk Perlindungan dan kepastian hukum
mengadakan pemeriksaan terhadap pelaku usaha dan konsumen didasrkan
produk obat dan makanan yang pada 5 asas, yaitu: Asas manfaat, Asas
beredar di masyarakat dengan keadilan, Asas keseimbangan, Asas
proses: keamanan dan keselamatan konsumen,
dan Asas kepastian hukum .

105
Lex Privatum Vol. VIII/No. 4/Okt-Des/2020

2. Peran BPOM dalam memberi Arus Akbar Silondae dan Wirawan, Pokok-pokok
perlindungan pada konsumen dari Hukum Bisnis, Jakarta, 2011.
makanan yang mengandung zat Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan
berbahaya dilakukan dengan penyusunan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.
rencana dan program pengawasan obat Dudu Duswara Machmudin, Pengantar ilmu
dan makanan, pemeriksaan secara Hukum Sebuah Sketsa, Bandung, Refika
laboratorium, pengujian dan penilaian Aditama, 2013.
mutu produk secara mikrobiologi, Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Hukum
pemeriksaan setempat, pengambilan Tentang Perlindungan Konsumen, PT
contoh dan pemeriksaan sarana produksi Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
dan distribusi. investigasi dan penyidikan H. Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar-dasar
pada kasus pelanggaran hukum serta Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, Citra
pelaksanaan sertifikasi produk. Aditya Bakti, 2012.
Inosensius Samsul, Ringkatan Disertai Prinsip
B. Saran Tanggung Jawab Mutlak, Fakultas Hukum,
1. Mengingat masih sering terjadinya kasus Pascasarjana, 2003.
yang dilakukan oleh pelaku usaha di J.S. Badudu Sutan & Muhammad Zain, Kamus
bidang makanan yang menggunakan zat Umum Bahasa Indonesia, PT 1ntergrafika,
atau bahan berbahaya maka diperlukan Jakarta, 1994.
penegakan hukum yang konsisten Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
terhadap pelanggaran hukum yang Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya
dilakukan oleh pelaku usaha/produsen Bakti, Bandung, 2014.
yang masih menggunakan zat berbahaya Kansil, C.S.T Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
dalam makanan dengan memprosesnya hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
sesuai aturan yang berlaku sehingga 1977.
dapat memberi efek jera. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina
2. Dalam rangka meningkatkan jaminan Aksara, Jakarta, 1987.
Makanan yang aman, tidak Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu
terkontaminasi zat yang berbahaya, Hukum, Kencana, Jakarta, 2011.
sehat, bermanfaat dan bermutu, BPOM Shidana, Hukum Perlindungan Konsumen
hendaknya terus memperkuat sistem Indonesia, Edisi Revisi 2006,Gramedia
pengawasan obat dan makanan melalui Widiasrana Indonesia, Jakarta, 2006.
pengawasan post market, penegakan Tobing Rudyanti Dorotea, Hukum, Konsumen
hukum serta pemberdayaan masyarakat dan Masyarakat, Sebuah Bunga Rampai,
melalui sosialisasi serta perlunya LaksBang Mediatama, Yogyakarta, 2015.
peningkatan frekuensi pengawasan Yusuf Sifie, Perlindungan Konsumen dan
terhadap produk makanan dan minuman Instrumen-instrumen Hukumnya, Jakarta,
secara terencana. PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sardjono, dkk, Pengantar Hukum Dagang,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2014.
Ahmadi Miru, dkk, Hukum Perlindungan
Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2014.
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan
Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013.
Anonim, Undang-undang Perlindungan
Konsumen 1999, Sinar Grafika, Jakarta,
2009.

106

Anda mungkin juga menyukai