Anda di halaman 1dari 8

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Deskripsi singkat Mata Kuliah :

MATA KULIAH INI BERMAKSUD MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA DALAM


MEMAHAMI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI HAK DAN KEWAJIBAN PARA
PIHAK.

PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN NASIONAL PADA ERA GLOBALISASI HARUS DAPAT


MENDUKUNG TUMBUHNYA DUNIA USAHA SEHINGGA MAMPU MENGHASILKAN BERANEKA
BARANG DAN/ATAU JASA YANG MEMILIKI KANDUNGAN TEKNOLOGI YANG DAPAT
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BANYAK DAN SEKALIGUS MENDAPATKAN
KEPASTIAN ATAS BARANG DAN/ATAU JASA YANG DIPEROLEH DARI PERDAGANGAN TANPA
MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN. USAHA-USAHA PEMERINTAH SEMAKIN SERIUS
UNTUK MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG
SERING BERBUAT CURANG. PERLINDUNGAN INI JUGA MEMBERI KEPASTIAN HUKUM, MEMBERI
RASA AMAN TERHADAP KONSUMEN, HAL INI BERDAMPAK AGAR KONSUMEN TIDAK KHAWATIR
DAN MENUMBUHKAN RASA PERCAYANYA KEPADA PEMERINTAH SEHINGGA KERJASAMA
DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL TERJALIN ERAT DAN KOMPAK.

PELAKU USAHA DALAM USAHA UNTUK MENCARI KEUNTUNGAN SEBANYAK-BANYAKNYA,


MELAKUKAN BERBAGAI CARA HINGGA CARA TERSEBUT MERUGIKAN KONSUMEN SEPERTI
MEMBERI KETERANGAN PALSU, CACAT TERSEMBUNYI PADA SEBUAH PRODUK, MEMBERI
LABEL BARANG YANG DIBELI TIDAK BISA DITUKAR DAN LAIN HAL SEBAGAINYA. DALAM HAL
INI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MEMILIKI PERAN-PERAN KHUSUS TERHADAP USAHA
MELINDUNGI KONSUMEN DARI KESEWENANG-WENANGAN PELAKU USAHA.
KETENTUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, SELAIN DIATUR DALAM UU NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, JUGA DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANGAN
DI LUAR UUPK TERSEBUT, SEPERTI UU PERBANKAN, UU ASURANSI, UU KESEHATAN DAN
SEBAGAINYA. HAL INI UNTUK MEMBUAT SUPAYA KEDUDUKAN PELAKU USAHA DAN
KONSUMEN SAMA, TIDAK ADA YANG DIRUGIKAN, MASING-MASING PIHAK SUDAH
MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN YANG SESUAI DENGAN KEPASTIAN HUKUM.

Materi Perkuliahan :

1. Gambaran umum tentang Perlindungan Konsumen


2. Pengertian dan ruang lingkup Perlindungan Konsumen.
3. Prinsip-prinsip Perlindungan Konsumen
4. Sejarah Perlindungan Konsumen di Indonesia maupun di Luar Indonesia

5. Hak dan kewajiban konsumen

6. Hak dan kewajiban pelaku usaha

7. Ketentuan Hukum Perlindungan Konsumen di Luar UUPK Nomor 8 Tahun 1999.

8. UTS

9. Perlindungan Konsumen Dalam Aneka Perjanjian.

10. Iklan dan Perlindungan Konsumen.

11. Issue UpToDate Perlindungan Konsumen.

12. Upaya Hukum dan Penyelesaian Sengketa Dalam Perlindungan Konsumen.

13. Sanksi Atas Pelanggaran Perlindungan Konsumen.

14. Badan Penyelesaian Perlindungan Konsumen (BPSK).

15. Perlindungan Konsumen Secara Umum dan Komprehensif.

16. UAS.

Topik 1 : Gambaran Umum Perlindungan Konsumen.

Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata Consumer (Inggris-Amerika), atau

Consument / konsument (Belanda). Secara harafiah arti kata Consumer itu adalah setiap orang

yang menggunakan barang.Tujuan penggunaan barang/jasa tersebut nanti menentukan

termasuk konsumen kelompok mana penggunaan tersebut.


Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun formal makin terasa

sangat penting mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai motor

penggerak produsen barang dan jasa yang dihasilkan dalam rangka mencapai sasaran usaha

yang dalam praktiknya tidak lepas dari keterkaitan dengan konsumen. Jadi secara langsung

atau tidak langsung konsumenlah yang merasakan dampaknya.

Perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha bukan merupakan hal baru.Hal ini

disebabkan banyaknya transaksi yang dibuat di luar peraturan yang ada. Dalam

perkembangannya konsumen semakin menyadari akan hak-haknya dan berjuang dalam hal

konsumen menerima prestasi yang tidak sesuai dengan isi kontrak, barang yang dibeli

kualitasnya tidak bagus atau ada cacat tersembunyi yang merugikan konsumen dan adanya

unsur penipuan atau paksaan dalam melakukan transaksi.

Gerakan perlindungan konsumen akhirnya lahir sebagai cabang hukum baru dalam

perkembangan ilmu hukum. Lahirnya cabang hukum baru ini didasari oleh kesadaran akan

posisinya yang semakin lemah. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dunia bisnis yang

sangat pesat. “Mengingat bahwa perkembangan dunia bisnis yang semakin cepat maka perlu

diusahakan suatu bentuk perlindungan konsumen yang semakin efektif pula.Sebab jika tidak

maka posisi konsumen tidak lagi menjadi subjek dalam bisnis, tetapi menjadi objek potensial

dirugikan.”

Pengertian perlindungan konsumen berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen yakni sebagai berikut :

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen.”

Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang tersebut di atas cukup

memadai.“Kalimat yang menyatakan ‘segala yang menjamin adanya kepastian hukum’,


diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan

pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.”

Meskipun undang-undang ini disebut sebagai Undang-Undang Perlindungan

Konsumen (UUPK) namun bukan berarti kepentingan pelaku usaha tidak ikut menjadi

perhatian, apalagi karena keberadaan perekonomian nasional banyak ditentukan oleh pelaku

usaha.

Di Perancis, berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang, konsumen

diartikan sebagai “The person who obtains goods or services for personal or family

purposes”. Dari definisi itu terkandung dua unsur, yaitu (1) Konsumen hanya orang, dan

barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya.

Undang-Undang Jaminan Produk di Amerika Serikat sebagaimana dimuat  dalam

Magnusson – Moss Warranty, Federal Trade Commission Act 1975 mengartikan konsumen

persis sama dengan ketentuan di Perancis. “Di Amerika Serikat, konsumen diartikan sebagai

korban pemakai produk yang cacat, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi

pemakai bahkan juga bukan korban yang bukan pemakai karena perlindungan hukum dapat

dinikmati pula bahkan oleh korban yang bukan pemakai.

Demikian pula dengan rumusan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Belanda (NBW Buku VI, Pasal 236), konsumen dinyatakan sebagai orang alamiah, dimaka

maksudnya ketika mengadakan perjanjian tidak bertindak selaku orang yang menjalankan

profesi atau perusahaan.

Menurut Kotler, “Consumers are individuals and households for personal use

producers are individual and organization buying for the purpose of producing. Artinya

konsumen adalah individu kaum rumah tangga yang melakukan pembelian untuk tujuan

penggunaan personal, produsen adalah  individu atau organisasi yang melakukan pembelian

untuk tujuan produksi.


Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, konsumen diartikan sebagai “pemakai

barang-barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan).”

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pengertian konsumen

yakni sebagai berikut :

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan orang lain maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan”.

Dari pengertian tersebut, maka dapat diuraikan unsur-unsurnya, yaitu :

1. Setiap orang

Subyek yang sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai

pemakai barang dan/atau jasa.

2. Pemakai

Setiap orang yang memakai, dan/atau memanfaatkan suatu barang dan/atau

jasa tetapi tidak untuk diperdagangkan kembali.

3. Barang/atau jasa

Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik

bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan,

yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunaka, atau dimanfaatkan oleh

konsumen.Sedangkan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau

prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.Yang

tersedia dalam pasar, yaitu :

Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen harus sudah tersedia dalam

pasaran.
4. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain

Barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat itu, harus dapat berguna bagi

kepentingan semua orang dan juga seluruh makhluk hidup, baik diri sendiri, keluarga,

orang lain dan makhluk hidup lainnya.

5. Tidak untuk diperdagangkan Di dalam kepustakaan ekonomi, dikenal istilah

konsumen akhir dan konsumen antara.Konsumen akhir adalah pengguna atau

pemanfaat akhir dari suatu produk. Sedangkan konsumen antara adalah konsumen

yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk

lainnya. Pengertian konsumen dalam Undang-Undang ini adalah konsumen akhir.

Dari ketentuan yang termuat di atas, menunjukkan betapa beragamnya pengertian

konsumen.Ketentuan-ketentuan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-

masing.

Aspek Hukum dalam Perlindungan Konsumen 

Peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen yang disebut

sebagai “umbrella act” adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (selanjutnya disingkat UUPK), yang disahkan tanggal 20 April 1999, dan baru

diberlakukan satu tahun kemudian (tanggal 20 April 2000).

Penundaan ini dianggap perlu untuk melengkapi berbagai pranata hukum yang diperlukan.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) memuat aturan-aturan hukum

tentang perlindungan terhadap konsumen yang berupa payung hukum (umbrella act) bagi

peraturan perundang-undangan lainnya yang rnenyangkut konsumen, sekaligus

mengintegrasikan perundang-undangan itu sehingga memperkuat penegakan hukum di

bidang perlindungan konsumen.


Sebagaimana dimuat dalam penjelasan Undang-undang Perlindungan Konsumen

(UUPK), bahwa UUPK ini bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur

tentang perlindungan konsumen.Terbuka kemungkinan terbentuknya undang-undang baru

yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dari segi

substansi, UUPK memuat garis-garis besar perlindungan konsumen yang membuka peluang

untuk diatur didalam perundang-undangan tersendiri.

Di samping UUPK, hukum konsumen juga diketemukan di dalam berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang juga memuat berbagai kaidah yang menyangkut

hubungan dan masalah konsumen. Sekalipun peraturan perundang-undangan tersebut tidak

khusus diterbitkan untuk konsumen, setidak-tidaknya dapatdijadikan dasar bagi perlindungan

konsumen

Beberapa Istilah dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, antara lain  :

1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen 

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 

3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri

maupun bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam

berbagai bidang ekonomi.


4. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun

tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. 

5. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. 

6. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau

jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan

sedang diperdagangkan. 

7. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. 

8. Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasa asing untuk digunakan di dalam wilayah

Republik Indonesia. 

9. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga nonpemerintah

yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani

perlindungan konsumen. 

10. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah

dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang

dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi

oleh konsumen. 

11. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan

menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. 

12. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu

upaya pengembangan perlindungan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai