A. Pengertian Konsumen
Dalam istilah pustaka ekonomi konsumen ada 2 yaitu konsumen akhir dan
konsumen antara, konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari
1. Setiap Orang
Artinya adalah setiap orang berstatus sebagai pemakai barang atau jasa.
individu atau juga termasuk badan hukum. Hal ini berbeda dengan pengertian
yang diberikan untuk “pelaku usaha” dalam Pasal 1 angka (3), yang secara
perorangan atau badan usaha”. Namun konsumen juga harus mencakup juga
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat kata “orang” tidak diragukan.
15
Sentosa Sembiri, Himpunan Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen dan
Peraturan Perundang-Undangan yang berkait, PT. Nuansa Aulia, Bandung, Tahun 2006, hal. 38
27
28
bermakna luas, bahkan untuk kasus-kasus yang spesifik seperti dalam kasus
periklanan, pelaku usaha ini juga mencakup perusahaan media, tempat iklan itu
ditayangkan.
2. Pemakai
Konsumen, istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan
ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan barang dan/ atau jasa yang dipakai
tidak serta merta dari hasil transaksi jual beli. Artinya yang diartikan sebagai
konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang
untuk memperoleh barang dan/ atau jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan
hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu diberikan contoh berikut.
Seseorang memperoleh paket hadiah atau parcel pada hari ulang tahunnya. Isi
akan menggugat pasar swalayan itu, apakah ada dasar gugatan yang cukup kuat
baginya? Hal ini patut dipertanyakan. Jika menggunakan prinsip the privity of
contract tentu tidak ada hubungan kontraktual antara penerima hadiah dengan
memang tidak sekedar pembeli, tetapi semua orang, (perorangan atau badan
usaha) yang mengkonsumsi jasa dan/ atau barang. Jadi yang paling penting
29
usaha dan penjual adalah cara pendefinisian konsumen yang paling sederhana.
digunakan kata produk. Sekarang ini “produk” sudah berkonotasi barang atau
benda, baik berwujud maupun tidak terwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, baik dapat habis maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat
atau dimanfaatkan.
pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
Barang atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia
Dalam perdagangan yang main kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi
Lain
orang lain dan mahluk hidup lain. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk
diri sendiri dan keluarga tetapi juga ditujukan untuk barang dan/ atau jasa itu
diperuntukkan. Bagi orang lain, bahkan untuk mahluk hidup lain, seperti hewan
dan tumbuhan. Dari sisi teori kepentingan, setiap tindakan manusia adalah bagian
kucingnya, berkaitan dengan kepentingan orang itu memiliki kucing yang sehat.
dipertegas yakni hanya konsumen akhir. Secara teoritis hal demikian cukup baik
diberikan contoh seorang ibu rumah tangga membeli kompor elektronik dari
sebuah toko, karena sesuatu hal kompor yang belum, sempat dipakainya itu dijual
lagi kepada tetangganya. Ternyata alat itu rusak dan tetangganya mengajukan
keberatan terhadapnya. Timbul pertanyaan, apakah ibu yang telah membeli alat
itu dan menjualnya lagi kepada tetangganya, masih disebut konsumen menurut
mengetahui si ibu menjual kompor itu kepada orang lain, apakah pemilik toko
dapat menolak gugatan si ibu tadi dengan alasan bahwa ibu itu bukan lagi sebagai
konsumen akhir. Dengan demikian, seharusnya batasan itu tidak perlu selaku yang
B. Hak-Hak Konsumen
materi yang mendapat perlindungan itu bukan sekedar fisik melainkan terlebih-
lebih haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen
konsumen.
seperti hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik serta sehat. Namun tidak
menambah satu hak lagi sebagai pelengkap empat hak dasar konsumen, yaitu hak
yang disusun oleh Tim Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Departemen
mendapatkan “barang” sesuai dengan nilai tukar yang diberikan dan hak untuk
lingkungan hidup yang baik dan sehat, tidak dimasukan ke dalam Undang-
pengelolaan lingkungan.
Ada sembilan hak yang secara eksplisit dituangkan dalam Pasal 4 Undang-
2. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya mengenai barang dan/ atau jasa
yang digunakan.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur, serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, jika
barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
yang lain
pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan sesuatu yang bertimbal balik diam
hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.
Selain hak-hak yang disebutkan itu ada juga hak untuk dilindungi dari
perbuatan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang
34
dilakukan pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur, yang dalam hukum
Jika semua hak-hak yang disebutkan itu disusun kembali secara sistematis (mulai
ditawarkan kepadanya. Produk barang atau jasa tidak boleh membahayakan jika
dikonsumsi sehingga tidak dirugikan baik secara jasmani maupun rohani. Dalam
barang dan/ atau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha beresiko
mengadakan pengawasan secara ketat. Misalnya zat atau obat yang tergolong
Satu hal yang juga sering dilupakan dalam kaitan dengan hak untuk
untuk menopang keselamatan pengunjungnya. Hal ini tidak saja bagi pengguna
produk barang atau jasa (konsumen) yang berfisik normal pada umumnya, tetapi
terlebih-lebih juga mereka yang cacat berjalan dan lanjut usia. Akibatnya besar
kemungkinan mereka ini tidak dapat leluasa berjalan dan naik tangga di tempat-
yang benar. Informasi ini disampaikan agar konsumen tidak sampai mempunyai
gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa. Informasi itu dapat
disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen melalui iklan di
ini harus diberikan secara sama bagi semua konsumen (tidak diskriminatif)
dan/ atau jasa akan menyebabkan makin banyaknya informasi yang harus dikuasai
dipasarkan dapat saja dimanfaatkan secara tidak wajar oleh pelaku usaha. Itulah
informasi yang benar, yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang
benar dan hak atas informasi yang proposional dan diberikan secara tidak
diskriminatif.
Hak yang erat dengan kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi
adalah hak untuk di dengar. Hal ini disebabkan informasi yang diberikan oleh
Dalam tata karma dan tata cara periklanan Indonesia disebutkan, bila
demikian, sekalipun masih berbentuk kode etik akan mengarah kepada langkah
dinyatakan, lembaga penyiaran wajib meralat isi siaran dan/ atau berita jika
terdapat kekeliruan atau terjadi sanggahan atas isi siaran dan/ atau berita.
Ralat atau pembetulan wajib dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya satu kali
24 jam berikutnya atau pada kesempatan pertama ruang mata acara yang sama,
dalam bentuk serta cara yang sama dengan penyampaian isi siaran dan/ atau berita
hak untuk didengar yang dalam doktrin hukum dapat diidentikkan dengan hak
pilihannya. la tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga ia tidak lagi
bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi membeli, ia bebas
menentukan produk mana yang akan dibeli. Hak untuk memilih ini erat kaitannya
dengan situasi pasar. Jika seseorang atau suatu golongan diberi hak monopoli
untuk memproduksi dan memasarkan suatu barang atau jasa, maka kemungkinan
37
besar konsumen kehilangan hak untuk memilih produk yang satu dengan produk
yang lain.
sebagai penguasaan atas produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau
penggunaan jasa tertentu oleh suatu pelaku usaha atau suatu kelompok pelaku
usaha. Dampak dari praktek monopoli ini adalah persaingan usaha tidak Sehat
konsumen pasti dipaksa untuk mengkonsumsi barang atau jasa tanpa dapat
berbuat lain. Dalam keadaan seperti itu pelaku usaha dapat secara sepihak
5. Hak Untuk Mendapatkan Produksi Barang dan/ atau Jasa Sesuai Dengan
Dengan hak ini konsumen harus dilindungi dari permainan tidak wajar.
Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas suatu barang dan/ atau jasa yang
dikonsumsi harus sesuai dengan nilai uang yang harus dibayar sebagai
penggantinya. Namun, pelaku usaha dapat saja mendikte pasar dengan menaikkan
harga, dan konsumen menjadi korban dari ketiadaan pilihan. Dalam situasi
demikian, biasanya konsumen terpaksa mencari produk alternatif, yang boleh jadi
Akibat tidak berimbangnya posisi tawar antar pelaku usaha dan konsumen,
maka pihak pertama dapat saja membebankan biaya tertentu yang sewajarnya
38
tidak ditanggung konsumen. Praktek ini tidak terpuji dan lazim dikenal dengan
istilah externalities.
Jika konsumen merasakan, kuantitas dan kualitas suatu barang dan/ atau
jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, ia
berhak mendapat ganti rugi yang pantas. Jenis dan jumlah ganti rugi tentu saja
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesempatan masing-masing
pihak.
mencantumkan ralat ini siaran dan/ atau berita yang disanggah pihak lain, hak
terbebas dari tanggung jawab atas tuntutan hukum yang diajukan oleh pihak yang
dirugikan.
Hak untuk mendapatkan ganti rugi harus ditempatkan lebih tinggi dari
pada hak pelaku usaha untuk membuat klausula eksonerasi 17 secara sepihak
17
Munir Fuady, SH, MH, LLM, dalam bukunya Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang
Hukum Bisnis, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 55 dan 79, menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan klausula eksonerasi eseuppaloty adalah suatu klausula dalam bentuk
kontrak yang membebaskan salah satu pihak dan kewajibannya untuk mengganti kerugian yang
disebabkan oleh perbuatannya sendiri oleh karena itu klausula itu disebut juga klausula
pembebasan adalah jika seorang pasien dirawat sakit dan padahal pasien baru menandatangani
formulir rumah sakit dan kerugian yang diderita oleh pasien malpraktek dokter.
39
hak untuk mendapatkan kerugian, tetapi kedua hak tersebut tidak berarti identik.
Untuk memperoleh ganti kerugian, konsumen tidak selalu harus menempuh upaya
hukum terlebih dahulu. Sebaliknya setiap upaya hukum pada hakikatnya berisikan
Hak konsumen atas lingkungan yang baik serta Sehat merupakan hak yang
diterima sebagai salah satu pihak dasar konsumen oleh berbagai organisasi
konsumen di seluruh dunia. Lingkungan hidup yang baik dan Sehat berarti sangat
luas, dan setiap makhluk hidup adalah konsumen atas lingkungan hidupnya. Pasal
Lingkungan Hidup, hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan Sehat itu
menyatakan “setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat”. Dalam ketentuan itu jelas lingkungan hidup, selain Sehat juga
baik. Rumusan itu tidak berbeda dengan undang-undang yang lama yakni
Desakan pemenuhan hak konsumen atas lingkungan hidup yang baik dan
alat atau saran yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran dalam
pergaulan perekonomian.
itu selalu dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan sehat, konsumen memperoleh
Kerugian itu boleh jadi tidak dirasakan dalam jangka pendek, tetapi cepat atau
lambat, pasti terjadi. Contoh bentuk yang kerap terjadi dalam persaingan curang
adalah permainan harga (dumping). Satu produsen yang kuat mencoba mendesak
pelaku usaha lain yang mempunyai kekuatan lebih lemah dengan cara
baru. Oleh karena itu, wajar bila masih banyak konsumen yang belum menyadari
hak haknya. Kesadaran akan hak sejalan dengan kesadaran hukum. Makin tinggi
hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus
melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melalui media massa dan
suatu produk maka makin banyak menuntut informasi yang lebih komperehensif
pendidikan yang memiliki kegunaan praktis, seperti tata cara perawatan mesin,
dan merupakan konsumen pengguna barang atau jasa tersebut. Batasan (definisi)
batasan konsumen adalah “keseluruhan asas-asas berbagai pihak satu sama lain
18
AZ. Nasution, Konsumen Dan Hukum, Tinjauan Sosial Ekonomi Dan Hukum Pada
Perlindungan Konsumen Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hal. 64
42
hukum baik tertulis maupun tidak tertulis, antara lain hukum pidana, hukum
“Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan
(1) Karena sengaja menyerahkan barang lain dari pada ditunjuk untuk dibeli,
(2) Mengenai jenis keadaan atau banyaknya barang yang diserahkan dengan
konsumen, artinya ini persoalan bukan terletak dalam kaidah yang harus mengatur
atau memaksa.
didalamnya. Kata aspek hukum sangat tergantung pada kemauan kita mengartikan
hukum termasuk juga hukum diartikan sebagai asas dan norma, salah satu bagian
43
yang memuat azas-azas atau kaidah-kaidah yang sifatnya mengatur dan juga
individu, tidak seimbang dengan kedudukan pengusaha. Oleh sebab itu adalah
hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum
barang dan jasa konsumen. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya diluar
bidang hukum juga terdapat etika tertentu seperti termuat dalam regulasi sendiri
pengusaha (self regulation) dalam bentuk kode etik, kode pemasaran dan
sebagainya.
sekalipun tidak selalu tepat, bagi mereka yang kedudukannya seimbang demikian,
19
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo Jakarta, 2000, hal.
28
44
masyarakat itu tidak seimbang, secara kelompok apalagi individu, sangat lemah
Path era perdagangan bebas arus barang atau jasa dapat masuk ke semua
Negara dengan bebas, maka yang seharusnya terjadi adalah satu persaingan
dimana konsumen dapat memiliki barang atau jasa karena jaminan kualitas
dengan harga yang wajar. Oleh karena itu pula perlindungan konsumen perlu
diarahkan pada pola kerjasama antar Negara, antar semua pihak yang
Sampai saat ini secara universal diakui adanya hak-hak konsumen yang
universal hak-hak adalah hak yang melekat pada setiap konsumen. Aspek hukum
publik dan aspek hukum perdata, mempunyai peran dan kesempatan yang sama
seorang manusia sejak ia lahir sampai sejak yang bersangkutan meninggal. Dalam
45
hukum perdata lain bagaimana hubungan seseorang dengan keluarga, benda orang
lain dalam lapangan harta kekayaan dan ahli warisnya jika ia meninggal.
pada tahun 1963 melalui surat edaran Mahkamah Agung RI No, 3/1963, diadakan
sebagai undang-undang tetapi sebagai kitab hukum. Ini berarti kondifikasi ini
tidak lagi perlu diikuti secara kaku, cukup dipedomani saja. Hakim-hakim
Perdata memang sama sekali tidak pernah disebut-sebut kata “konsumen” istilah
bentuk-bentuk perjanjian yang dibuat oleh para pihak atau individu lembaga.
Dinamika hukum perdata pada abad ke 19, antara lain dengan mencantumkan
kriteria perjanjian.21
yakni yang diatur diberi nama oleh pembentuk undang-undang. Dalam Kitab
20
Sudaryanto, Hukum Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 1999, hal.
16
21
Ibid, hal. 19
46
sampai dengan Bab XVIII dari buku ke tiga KUH Perdata tentang perikatan.
Diluar itu adalah perjanjian tidak bernama. Dapatlah dibayangkan betapa banyak
perjanjian baru. Perjanjian sewa beli misalnya merupakan jenis perjanjian yang
termasuk jenis perjanjian yang tidak bernama versi kitab undang-undang hukum
Perdata.
dengan istilah contractus sui generic. Sebagai contoh adalah perjanjian yang
penyajian makanan (catering), dokumen (foto/ vedio) bahkan sampai pada paket
undang. Dalam hukum positif Indonesia, masalah perikatan secara umum diatur
tersebut diikatkan dengan hak-hak tertentu yang mempunyai nilai ekonomis. Jika
hak itu tidak terpenuhi, badan konsekuensi yuridis untuk menggantinya dengan
sejumlah uang tertentu. Jadi dalam hal tersebut selalu terkait kepentingan moral
kesusilaan.22
terjadi antara debitur dan kreditur, yang terletak dalam lapangan kekayaan.
merupakan pengaturan secara umum saja hal ini ditegaskan dalam Pasal 1319
nama yang khusus maupun yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk dalam
ketentuan-ketentuan umum yang termuat dalam bab yang lalu. Maksud kata-kata
“dalam bab ini dan bab yang lalu” adalah Bab II tentang perikatan-perikatan yang
Perdata berlaku juga bagi hal-hal yang diatur dalam Kitab Undang-Undang ini,
22
Syawali, Husni, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, CV. Mandar Maju Bandung,
2000, hal. 23
48
peraturan umum)
Perikatan dapat terjadi karena dua sebab, yaitu karena adanya perjanjian
ini. Dalam perikatan karena perjanjian, para pihak bersepakat untuk mengikat diri
haknya. kewajiban para pihak tersebut dinamakan Prestasi. Pihak yang menerima
prestasi disebut kreditur, dan yang wajib menunaikan prestasi disebut debitur.
maupun konsumen, kedua-duanya dapat berdiri dalam posisi sebagai kreditur dan
pelanggaran dari kesepakatan ini, atau yang lazim disebut wanprestasi maka pihak
karena semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (I)
Tidak semua jenis perikatan yang dari perjanjian itu dapat dituntut
syarat, yang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur dalam Pasal
1320, perikatan yang timbul dari perjudian misalnya, bukanlah perikatan yang
dapat dituntut pemenuhannya. Walaupun hutang karena kalah dalam perjudian itu
semata. Itu pun dalam kepentingan moral kesusilaan yang berlaku diantara mereka
contoh diatas berarti tidak mempunyai akibat hukum. batas-batas suatu perjanjian
itu berakibat hukum atau tidak ditentukan oleh hakim dengan berpedoman pada
perikatan yang timbul karena undang-undang ini dibedakan dalam Pasal 1352
Kriteria perikatan yang timbul karena perbuatan orang ini ada yang :
Undang-Undang.
50
(1) Wakil tanpa kuasa (zaakwaameming), diatur dalam Pasal 1354 s/d 1358.
(2) Pembayaran tanpa hutang, yang diatur dalam Pasal 1359 s/d 1364.
yaitu perbuatan melawan hukum, sangat penting untuk dicermati lebih lanjut
1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kata “hukum “ (recht) pada istilah
secara sempit yakni hanya terbatas pada undang-undang,23 namun adapula yang
kepatutan.
hukum yaitu :
melawan hukum adalah perbuatan (sekedar) melanggar hak-hak orang lain baru
23
Istilah Undang-Undang disini diartikan secara material, yakni mencakup semua
peraturan materinya mengikat secara umum
51
Hak subjektif disini adalah hak subjektif yang diberikan oleh undang-
undang saja, tidak di luar itu. Jadi, sekalipun secara moral kepatuhan terjadi
Tentu saja tidak semua hak-hak subjektif yang muncul dalam kehidupan
hal ini yang dimaksud adalah undang-undang, selalu berjalan tertinggal mengikuti
kata dalam undang-undang tidak mampu menampung, tetap saja apa yang
permasalahan yang terjadi pada saat undang-undang itu diberlakukan dan masa-
kontroversial.
24
Shidarto, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, 2000, hal.
85 mengutip Arrest H. R. tanggal 6 April 1883
52
kiranya dapat diketengahkan kasus Mesin Jahit Singer yang diputuskan tahun
Seorang pedagang menjual mesin jahit dengan nama “mesin jahit singer
yang disempurnakan”. Padahal mesin jahit tersebut bukan sama sekali produk dari
Singer yang terkenal itu. Dalam Man penawaran, kata “Singer” ditulisnya dengan
hukum.26 Hukum menolak gugatan tersebut dengan menafsirkan Pasal 1365 Kitab
Belanda pada tahun yang sama (1905), yang terkenal dengan nama putusan
suatu perseroan terbatas. Data prospectus ini mengutip pendapat dari seorang ahli
perseroan tersebut, namun kemudian dia merasa tertipu. Data yang tercantum
dalam prospectus tersebut berbeda dengan kenyataan yang ada di perseroan itu.
25
Ibid, hal. 86
26
Ketika perkara ini terjadi, Undang-Undang Merek belum ada di Negeri Belanda
27
Ibid, hal. 86
53
pembeli ini lalu menggugat pemberi advis financial tadi ke pengadilan dengan
dasar Pasal 1365 KUH perdata. Hakim memutuskan perbuatan ahli keuangan itu
moral dari isi pemberi advis financial itu untuk mengungkapkan fakta sejujurnya.
Dalam kasus ini menurut hakim pembeli lah yang harus waspada.
sempit satu putusan yang paling sering di kutip yang lazim disebut “kranleding
zut phen” (zut phence warer laiding).28 Kasus ini secara tidak langsung
asuransi dan seorang pemilik bangunan. Kasus bermula dari kejadian yang di
alami seorang yang berinisial NH. ia menyewa sebuah gudang yang terletak di
ketika pipa leding gudang bocor cukup besar, dan jika dibiarkan terlalu lama akan
merusak kulit-kulit simpanannya untuk itu tidak ada jalan lain kecuali NH harus
menutup kran induk yang mengalirkan air ke gudang tersebut, sayangnya kran
tersebut terletak di dalam ruangan lain yang disewa oleh nona DV. berkali-kali
NH minta izin kepada nona DV untuk masuk ke ruangan kran induk ruangan
tersebut tetapi tidak dihiraukan nona DV. sehingga airpun membanjiri gudang dan
oleh NH, sehingga ia terbebas dari kerugian materi kendati demikian, Ismail
melalui asas subrogasi dalam hukum asuransi, giliran perusahaan asuransi yang
perbuatan melawan hukum. Setelah melalui proses yang cukup lama akhirnya
28
Ibid, hal. 87
54
kesusilaan dan kewajiban social dalam hidup sehari-hari, namun ukuran tersebut
dalam Pasal 531 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dan perbuatan nona DV
bergerak dalam bisnis percetakan. Dua perusahaan ini saling bersaing suatu ketika
pemilik lindenbaum menyuap salah satu pihak cohen Dari pegawai tersebut
harga yang di tawarkan kepada para pelanggan tadi informasi ini sangat berguna
undang) hanya melarang orang menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak
pidana. Apa yang dilakukan oleh lindenbaum tidak melanggar ketentuan hukum
menjaga rahasia yang dilanggar. Disamping itu, Cohen sebagai pesaing bisnis dari
meneruskan kasus ini tingkat kasasi melalui putusan Mahkamah Agung, Belanda
Amsterdam.
dalam lapangan hukum perdata yang akhirnya diterima dalam menafsirkan Pasal
putusan paling besar yang pernah terjadi dalam lapangan hukum perdata 29 sejak
itu perbuatan melawan hukum tidak lagi sekedar melanggar ketentuan undang-
politis, konsumen biasanya tidak memiliki kekuatan untuk tawar menawar yang
pembuktian seperti dianut dalam Pasal maju, sekalipun masih perlu diuji mana
di dalam persaingan global dan atas persaingan tidak sehat. Birokrasi dengan
sadar dan senang hati menciptakan kondisi dengan berbasis jujur dalam
dan pemberian sanksi yang pasti dan tegas apabila terjadi pelanggaran mengenai
terbukti :
haruslah konsumen. UUPK mengatur hal ini dalam Pasal 45 Bab X. Sengketa
58
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 45 UUPK. Selain itu menurut ayat (1)
Pasal 58 UUPK.
pengadilan dapat pula diselesaikan secara damai oleh mereka yang bersengketa.
Yang dimaksud dengan cara damai adalah penyelesaian yang dilakukan kedua
haknya apabila haknya dilanggar ataupun dirugikan oleh pelaku usaha, maka
30
Sentosa Sembiring, Op. cit, hal. 48
59
Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota
Makasar.
pelaku usaha dan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran
memanfaatkan jasa (Pasal 1 Nomor 8 Kepmen. Deperindag No. 350/ MPP/ Kep/
12/ 2001) melihat pada Kepmen di atas, maka BPSK didirikan untuk menangani
arbitrase.
adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal
BPSK.
Apa yang dikemukakan di atas, kita dapat melihat bahwa peran dari BPSK
dalam ketiganya adalah berbeda. Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 5 Peraturan
dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh
Majelis yang bertindak pasif sebagai Konsiliator (ayat 1). Penyelesaian sengketa
konsumen dengan cara Mediasi dilakukan sendiri oleh para pihak yang
diselesaikan selambat-lambatnya dalam Waktu 21 hari (dua puluh satu) hari kerja,
demikian, sekalipun Putusan BPSK ini bersifat finan dan mengikat (Pasal 53 ayat
3), akan tetapi keberatan atas keputusan masih dapat diajukan kepada pengadilan
Negeri (PN) dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak putusan BFSK
Mahkamah Agung (MA) dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak
Putusan PN diterimakan
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan kasasi diajukan (Pasal 58 ayat 1)
konsumen dalam menuntut hak-haknya apabila dirugikan. Oleh karena itu dalam
Bab VI Pasal 23 UUPK tentang tanggung Jawab Pelaku Usaha ditegaskan bahwa
pelaku usaha dapat digugat melalui BPSK atau badan peradilan di tempat
konsumen adalah pihak yang segan untuk berperan, apalagi apabila biaya yang
harus dikeluarkan lebih besar dari kemungkinan hasil yang akan diperoleh.31
ini adalah sebagaimana disebutkan Pasal 22 Kep. Menperidag No. 350, yaitu
beban dan tanggung jawab pelaku usaha. Hal ini sering Juga dikatakan sebagai
melindungi konsumen. Walau pun tidak secara tegas, dinyatakan, UUPK juga
dimaksudkan untuk melindungi pelaku usaha yang beritikad baik. Dalam hal ini
tentu saja Pelaku Usaha yang jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan
Hal ini ternyata bahwa dari sepuluh BPSK yang direncanakan untuk
dibentuk, yang baru dapat diwujudkan adalah 8 (delapan) BPSK saja, yaitu :
dimanfaatkan oleh konsumen sehingga sampai saat ini belum banyak putusan
hari apabila kita membaca surat pembaca di surat kabar, banyak sekali keluhan
yang berisikan kerugian yang diderita yang disampaikan oleh mereka yang
konsumen, maka sepintas lalu memang kita melihat bahwa sengketa yang di
63
bawah ke BPSK akan lebih cepat selesai dibandingkan apabila sengketa tersebut
walaupun setelah putusan dikeluarkan putusan tersebut telah bersifat final dan
kata-kata final dan mengikat tersebut apabila dalam kenyataannya masih dapat
apabila secara cermat kita membaca Pasal 15 ayat (2) yaitu : Permohonan
tertulis maupun lisan) dapat juga diajukan oleh ahli waris atau kuasanya. Ayat (3)
yang diajukan oleh ahli waris atau kuasanya sebagaimana dimaksud dalam ayat
1. Meninggal dunia
2. Sakit atau telah berusia lanjut sehingga tidak dapat mengajukan pengaduan
berlaku.
termasuk dalam Pasal tersebut di atas, terutama dalam ayat (3), maka Pasal ini
membatasi hak konsumen untuk dibantu apabila konsumen hendak berada dalam
mengetahui bahwa konsumen kita masih dalam taraf yang belum dapat diandalkan
untuk mengajukan sendiri masalah hukum yang dihadapinya tanpa bantuan orang
lain.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada baiknya pula apabila kita melihat
kepada Pasal 44 UUPK, terutama pada ayat (2) yang menyebutkan bahwa
untuk berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen. Lebih jauh dari
Pasal tersebut juga dapat dilihat pada ayat (3) huruf d, yang menyatakan bahwa
maksud UUPK. yang bertujuan untuk antara lain memberdayakan konsumen tidak
akan dapat tercapai secara maksimal. Sebagai contoh. pernah terjadi suatu kasus
yang ditangani oleh BPSK di Bandung, dimana kasusnya ditolak oleh karena
konsumen yang memberi kuasa kepada orang lain tidak dapat memenuhi kriteria
sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 15 ayat (3) Kep. Men Deperindag No. 350
tersebut.
65
Oleh karena itu menjadi tugas kita bersama sebagai warga masyarakat
konsumen Indonesia dapat menjadi konsumen yang berdaya, kritis, dan dapat