PENDAHULUAN
konsumen sendiri adalah orang yang mengkonsumsi barang atau jasa yang
tersedia di masyarakat baik untuk digunakan sendiri ataupun orang lain dan tidak
jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para konsumen atas setiap produk
aneka barang dan jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat menjadi
barang dan jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian
konsumen. Dalam proses perdagangan atau lazim dikenal dengan jual beli, jual
beli menurut Hasbi Ash-Shiddieqi menjelaskan bahwa jual beli adalah suatu akad
yang tegak atas dasar tukaran harta dengan harta, ,maka jadilah penukaran hak
1
Siahaan, 2005, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Panta
Rei, Jakarta, h. 100
2
Ibid,
1
milik secara tetap.3 Berdasarkan pendapat tersebut, maka jual beli keuntungan
penjual sudah dimasukkan dalam harga jual sehingga penjual tidak perlu lagi
harga jual yang telah ditetapkan oleh penjual hendaknya sudah mencakup jaminan
akan perlindungan atas hak-hak para konsumen. Namun dalam kenyataannya saat
ini konsumen seakan-akan dianak tirikan oleh para produsen. Dengan masih
memiliki mutu yang paling prima hanya sampai batas waktu tersebut.4
Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan kesepakatan bersama dalam
terdapat tindakan jual beli barang kadaluarsa. Berdasarkan hal tesebut maka akan
3
Hasbi Ash-Shiddieq, 2005, Pengantar Fiqh Muamalah, Al-Marif, Bandung, h. 97
4
Zaenab, 2000, Makanan Kadaluarsa, Mickroba Pangan, Jakarta, h. 34
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah dampak jual beli barang kadaluarsa bagi konsumen?
1.2.2. Bagaimanakah upaya perlindungan hukum bagi konsumen dan
3
BAB II
PEMBAHASAN
berbicara tentang salah satu sisi dari korelasi antara lapangan perekonomian
Dalam kegiatan bisnis terdapat hubungan yang saling membutuhkan antara pelaku
usaha dan konsumen. Kepentingan pelaku usaha adalah memperoleh laba (profit)
antara keduanya.
Konsumen biasanya berada dalam posisi yang lemah dan karenanya dapat
menjadi sasaran eksploitasi dari pelaku usaha yang secara sosial dan ekonomi
hak warga negara yang pada sisi lain merupakan kewajiban negara untuk
melindungi warga negaranya, khusunya atas produk yang halal dan baik.
5
Abdulkadir, Muhammad, 2010, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, h. 56
4
Berkaitan dengan hal tersebut telah disahkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
bahwa konsumen adalah pengguna akhir (end user) dari suatu produk, yaitu setiap
pemakai barang dan/atau jasa yang terrsedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Jual beli barang kadaluarsa nampak sangat
semisal masa aman konsumsi suatu produk khususnya makanan, kosmetik dan
6
Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab
Mutlak. Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas, Jakarta, h. 64
7
Munir Fuady, 2000, Pengantar Hukum Bisnis, Bina Aksara, Jakarta, h. 77
8
Mochtar Kusumaatmaja, 2009, Asas dan Perlindungan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
h. 89
5
barang-barang yang sifatnya konsumtif bagi manusia.9 Berdasarkan pendapat di
atas, maka kadaluarsa adalah barang pangan yang mengalami kerusakan akan
aktifitas organisme.
Jika menggunakan produk yang sudah kadaluarsa (lewat tanggal
sebenarnya bersifat preventif, agar konsumen terhindar dari produk yang sudah
satu perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, khususnya terkait produksi dan
tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
6
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
harus di pasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
yang berlaku.
(2). Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
7
(4). Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
peredaran
Berdasarkan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha jual beli barang
kadaluarsa, maka adanya tanggung jawab pelaku usaha yaitu memberikan ganti
barang kadaluarsa bisa berakibat fatal dan menjadi kerugian yang sebenarnya
tidak perlu terjadi, khususnya kepada konsumen, namun bagi pengusaha perlu
yang singkat, atau rentan pada kondisi cuaca dan ruangan penyimpanan. Adapun
kelompok.
2. Dapat mengganggu kesehatan bagi konsumen
3. Berpengaruh negatif terhadap citra usaha dalam kalangan konsumen.
11
Abdulkadir, Muhammad, 2010, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, h. 56
12
Mangkoesoebroto, 2014, Ekonomi Publik. Edisi Ke Enam Belas, Claredon Press,
Yogyakarta, h. 76
8
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
1. Asas Manfaat
besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada
satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah
2. Asas Keadilan
konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku
3. Asas Keseimbangan
usaha serta pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak yang
lebih dilindungi.
13
Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet. Ketujuh,
Liberty, Yogyakarta, h. 33
9
5. Asas Kepastian Hukum
Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati hukum dan
(conflict/post purchase).3
yang dilakukan pada saat sebelum terjadinya transaksi, dengan cara ini
10
sendiri agar lebih berhati-hati dan waspada dalam menjalankan
usahanya.4
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
Konsumen):
14
Gde Manik Yogiartha, I Ketut Wirta Griadhi, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen Dalam Jual - Beli Telepon Seluler Tanpa Garansi Di Pasar Gelap (Black Market),
OJS.UNUD.AC.ID, https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/4796 , Kertha
Negara, Vol. 01, no. 01, h. 3, 27 September 2017
11
a. perampasan barang tertentu;
konsumen;
tersebut sudah tidak baik dan tidak layak dikonsumsi.Terkait dengan kondisi
barang yang tidak layak untuk dikonsumsi ini, sebagai konsumen, Kita memiliki
12
konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di
bersengketa.
apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak
penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap
diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang
penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa (pelaku
usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa
13
Jadi, hanya para pihak yang bersengketa yang menentukan upaya
penyelesaian sengketa mana yang akan ditempuh. Apabila Kita ingin menuntut
pemilik mini market sebagai pelaku usaha secara pidana, maka Kita dapat
melaporkannya kepada pihak yang berwajib untuk dapat diproses melalui jalur
Konsumen)
Selain itu, perlu Kita ketahui bahwa pelaku usaha memiliki kewajiban untuk
barang berupa makanan ringan atau kue yang lewat masa kadaluwarsanya.
yang paling baik telah terpenuhi. Majelis Hakim memutus bahwa perbuatan
14
terdakwa telah memenuhi semua unsur-unsur dalam Pasal 62 ayat (1) jo. Pasal 8
ayat (1) huruf g UU Perlindungan Konsumen. Terdakwa terbukti secara sah dan
melindungi diri;
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
mendapatkan informasi;
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
konsumen.
15
Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, h. 44
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
antara upaya perlindungan hukum bagi konsumen dengan sanksi bagi penjual.
Dengan adanya analisa yang tepat mengenal perilaku pengusaha terhadap suatu
produk atau jasa maka bisa dipetakan dengan teliti oleh konsumen yang akan
dijadikan sasaran nantinya. Terhadap kasus praktik jual beli barang kadaluarsa
maka konsumen dapat menuntut hak-haknya berupa hak atas keamanan, dan
patut, dan konsumen diperlakukan atau dilayani secara benar dan tidak
16
diskriminatif. Serta untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
3.2 Saran
dari barang yang menjadi objek transaksi tersebut. Namun apabila transaksi telah
terlanjur terjadi dan obyek transaksi ternyata kadaluarsa, maka upaya dan dasar
17