COMMERCE
1. Pengertian Konsumen
Pemakai akhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka oleh
1
Menurut Ahli Perdata bernama Philip Kotler, mengatakan bahwa
Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau
atau buruk pelayanan kita. Terakhir, Ahli Perdata pula bernama A.Z.
dalam arti adalah setiap pemakai, pengguna atau pemanfaat barang dan
atau jasa untuk tujuan tertentu. Kedua, Konsumen antara adalah setiap
digunakan untuk membuat barang dan/atau jasa lain atau untuk tujuan
3
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta,
2002, hlm. 3.
4
Ibid.
2
Konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
pada individu pihak ketiga yang dirugikan atau menjadi korban akibat
orang yang memiliki status sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah
Subjek yang disebut sebagai Konsumen berarti setiap orang yang berstatus
5
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut
Perjanjian Baku (Standar), dalam BPHN, Simposium Aspek-aspek Hukum Perlindungan
Konsumen, Binacipta, Bandung 1986. hlm. 57.
6
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3
natuurlijke person atau termasuk juga badan hukum (rechtpersoon).
merupakan orang alami dan bukan badan hukum. Sebab yang dapat
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan, hanyalah orang alami
atau manusia.7
merupakan jenis Konsumen akhir. Istilah Pemakai dalam hal ini tepat
barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta merta sebagai hasil dari
transaksi jual beli. Hal tersebut berarti bahwa dasar hubungan hukum
antara Konsumen dengan Pelaku usaha tidak perlu harus ada hubungan
kontraktual. Misal, ilustrasi dari uraian itu dapat diberikan contoh berikut,
seseorang memperoleh paket hadiah atau parsel pada hari ulang tahunnya
isi paketnya makanan dan minuman kaleng yang dibeli si pengirim dari
7
Adrian Sutedi, Tanggung jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Ctk.
Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 10-11.
4
pendefinisian Konsumen paling sederhana. Cara pandang demikian di
sebagai pembeli dari suatu barang dan/atau jasa, tetapi bukan pemakai
dapat melakukan klaim atas kerugian yang diderita. Akan tetapi, syaratnya
produk. Saat ini “produk” sudah berkonotasi barang atau jasa. Pada
sebagai setiap benda, baik yang berwujud maupun tidak berwujud; baik
8
Janus Sidalabok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Medan, 2014, hlm. 14.
5
untuk dimanfaatkan oleh Konsumen. Pengertian “disediakan bagi
perdagangan yang semakin kompleks, syarat itu menjadi tidak mutlak lagi
makhluk hidup lain. Pada hal ini, terlihat adanya teori kepentingan pribadi
makhluk hidup. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan bagi untuk diri
sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan
bagi orang lain (di luar diri sendiri dan kelaurganya), bahkan untuk
9
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafik, Jakarta, 2008,
hlm. 27.
10
Ibid.
11
Janus Sidalabok, Loc.Cit.
6
memenuhi kebutuhannya, keluarganya, atau pada umumnya untuk
lagi.12
yang diharapkan untuk dipenuhi. Dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu
Hak diperoleh sejak lahir, Seperti, hak untuk hidup dan hak untuk
bernafas. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh negara, dan bahkan
asasi.13
7
kontrak/perjanjian. Definisi demikian adalah hak yang didasarkan pada
peristiwa jual beli. Hak pembeli adalah menerima barang, sedangkan hak
hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/ atau jasa sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi
yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/
atau jasa; hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/
hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
14
Ibid.
15
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
8
dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan. Adapun pentingnya
secara jelas pada label suatu produk, namun Konsumen tidak membaca
dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu
yang disepakati dengan Pelaku usaha, adalah hal yang sudah biasa dan
secara patut.16
9
terkait dengan penyampaian/peredaran produk hingga sampai ke tangan
olahan) itu hingga sampai ke tangan konsumen. Mereka itu adalah pabrik
dalam Pasal 1 angka. Definisi tersebut berupa Pelaku usaha adalah setiap
orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
17
Janus Sidalabok, Op.Cit., hlm. 13.
18
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
19
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.
25-26.
10
b. Memberi informasi. Kewajiban memberi informasi berarti produsen-
atas produk dan segala hal sesuai mengenai produk yang dibutuhkan
konsumen. Informasi itu adalah infornasi yang benar, jelas, dan jujur.
dengan kebutuhannya.
bertransaksi dengan Pelaku usaha. Selain itu, Pelaku usaha juga memiliki
11
larangan sebagaimana dalam Pasal 8 UU Perlindungan Konsumen yaitu
berupa:20
tidak sesuai dengan netto; tidak sesuai dengan timbangan; tidak sesuai
dengan kondisi; tidak sesuai dengan mutu; tidak sesuai dengan janji
barang dimaksud.
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberi
d. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
terhadap produk secara langsung dari pelaku usaha atas kerugian yang
20
Ibid.
21
Sylvia Diansari dkk, “Pertanggungjawaban Hukum Pelaku Usaha dalam Hukum
Perlindungan Konsumen”, Makalah, Universitas Pelita Harapan, 2020, hlm. 5.
12
dialami konsumen akibat menggunakan produk yang dihasilkan.
13
tanggung jawab perlu diperhatikan, karena mempersoalkan
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Melalui peristiwa tersebut, timbul suatu hubungan antara dua
hukum dalam lapangan hukum kekayaan yang menimbulkan hak di satu pihak
dan kewajiban di lain pihak. Menurut Pasal 1233 ayat (1) KUHPer, tiap-tiap
lahirnya perikatan, dengan membuat perjanjian maka salah satu atau lebih
perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam
mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal
atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut
pelaksanaan janji itu. Kemudian, menurut Subekti, perjanjian itu adalah suatu
peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang
22
Satrio J, Hukum Perikatan tentang Hapusnya Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hlm. 2.
14
itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Kata “perjanjian” secara
umum dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Secara arti luas suatu
KUHPer.23
Jual beli adalah perjanjian timbal balik dalam mana pihak yang satu (si
penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang
pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri
atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
Menurut Pasal 1457 KUHPer, jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Kemudian,
menurut Pasal 1458 KUHPer, jual beli sudah dianggap terjadi antara kedua
belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan
dibayar, sehingga dengan lahirnya “kata sepakat” maka lahirlah perjanjian itu
dan sekalian pada saat itu menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban. Oleh
karena itu, perjanjian jual beli dikatakan juga sebagai perjanjian konsensuil
15
Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian antara pihak penjual dan
hak miliknya atas sesuatu barang kepada pembeli, dan pembeli mengikatkan
dii untuk membayar harga barang itu dengan uang, sesuai dengan yang telah
disepakati dalam perjanjian mereka. Objek dari suatu perjanjian jual beli
adalah hak milik suatu barang, dengan kata lain tujuan pembeli adalah
para pihak mengenai hal-hal pokok sehingga pada detik itulah perjanjian
itu lahir.
pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau
c. Asas obligatoir adalah asas yang mengajarkan bahwa jka suatu kontrak
telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatannya itu hanya
25
Djohari Santoso, Hukum Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, 2000, hlm. 32.
26
Munir Fuady, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007, hlm. 50.
16
d. Asas Pacta sunt servanda merupakan bahwa jika suatu kontrak sudah
dibuat secara sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut sudah mengikat
para pihak. Bahkan mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para pihak
KUHPer bahwa perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik
perjanjian jual beli yang sah. Sifat konsensuil dari jual beli tersebut dapat
dilihat dari Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang isinya
jual beli sudah dianggap terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah
mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu
ada dua pihak, yaitu penjual yang menyerahkan hak milik atas benda dan
pembeli yang membayar harga dari benda tersebut. Subyek dari perjanjian
mempunyai hak dan kewajiban. Subyek yang berupa orang atau manusia
ini telah diatur oleh Undang-Undang yaitu harus memenuhi syarat umum
17
dewasa, sehat pikirannya, dan tidak dilarang atau dibatasi di dalam
dapat juga berstatus kepentingan diri sendiri, atau kepentingan pihak lain
c. Peristiwa jual beli adalah saling mengikatkan diri berupa penyerahan hak
milik dan pembayaran harga. Peristiwa jual beli di dasari oleh persetujuan
dan kesepakatan anatara penjual dan pembeli. Apa yang dikehendaki oleh
d. Objek jual beli adalah barang dan harga. Barang adalah harta kekayaan
tidak bergerak. Sedangkan harga ialah sejumlah uang yang senilai dengan
tersebut. karena barang adalah essensial pada perjanjian jual beli, maka
tentunya tidak ada perjanjian jual beli, maka tentunya tidak ada perjanjian
dan kepunyaan si pembeli dan menanggung terhadap barang yang dijual itu.
18
Mengenai “menanggung”, lebih lanjut diatur dalam Pasal 1491 Kitab Undang-
perjanjian mereka. Menurut Pasal 1514 KUHPer, jika pada waktu membuat
Berakhirnya jual beli secara normal adalah setelah penjual dan pembeli
Teteapi secara tidak normal ada beberapa hal yang dapat mengakibatkan
perjanjian jual beli berakhir atau putus. Hal-hal tersebut adalah segala hak dan
perjanjian secara sepihak. Pada perjanjian jual beli, umumnya jual beli barang
sampai di rumah dengan keadaan yang baik seperti pada sedia kala saat di
toko.29
28
Ibid.
29
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.
34.
19
C. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Jual Beli Thrifting
Kata Thrifting sebenarnya terbentuk dari istilah thrift yang berarti hemat.
Sedangkan bisnis Thrifting lebih dikenal dengan usaha yang menjual barang-
barang bekas yang masih berkualitas dan layak pakai. Sejak tahun 2013,
millenial untuk cepat bosan dalam memiliki sebuah barang menjadi peluang
Bisnis ini semakin hits semenjak tren menjual barang preloved yaitu
dimana seseorang menjual barang pribadi miliknya yang masih dalam kondisi
baru karena berbagai alasan secara pribadi semakin banyak dilakukan banyak
orang. Tren ini terus berlanjut hingga adanya sejumlah orang yang mulai
bagi hasil.31
menjual barang bekas. Di Indonesia sendiri thrifting ini dikenal dengan toko
yang menjual pakaian bekas impor, dari mulai baju, celana, sepatu, aksesoris.
Bahwa barang bekas dapat dapat ditemui dimana saja selama adanya
siklus pembelian negara maju sangatlah cepat. Maka dari itu, barang bekas ini
30
O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial”, Jurnal Hukum, Vol. 9 No. 1, Juni 2008, hlm. 58.
31
Moustakas Clark, Phenomenological Research Methods, Sage, California, 2000, hlm. 27.
20
di ekspor ke negara berkembang. Maksud barang bekas disini merupakan
dengan gaya vintage. Maka konsumen thrift shop di Indonesia sendiri ratarata
merupakan kalangan anak muda. Harga pakaian bekas di thrift shop memang
lebih murah. Terdapat tiga hal yang mendorong konsumen dalam melakukan
3. Aspek individu. Pakaian bekas yang terdapat di thrift shop bersifat unik
dan memiliki ciri khasnya tersendiri. Pakaian bekas yang dijual di pasaran
hanya memiliki satu model untuk satu buah pakaian. Dari keunikan
21
pakaian bekas yang sesuai dengan selera individu masing-masing. Seiring
berkembangnya teknologi saat ini thrift shop dapat ditemui tidak hanya di
yang paling mudah tentu menjual pakaian bekas, celana, topi hingga sepatu.
Berikut adalah produk yang bisa dijual belikan dalam usaha thrift shop:35
1. Pakaian. Sebagai salah satu kebutuhan primer, pakaian pasti jadi komoditi
yang akan selalu dicari orang-orang. Ada banyak jenis pakaian bekas yang
bisa dijual, seperti kemeja floral, hoodie, sweater, celana jeans, celana
bahan, dan sebagainya. Jika pandai membeli, maka baju bekas branded
yang masih layak pakai seperti dari brand Uniqlo, H&M, Supreme, dan
lain-lain bisa menjadi pilihan. Bagi mereka, hal ini sudah menjadi bagian
bisa menjadi ladang bisnis yang menggiurkan untuk kamu yang mau
mencoba bisnis ini. Apalagi jika sepatu itu tergolong edisi terbatas seperti
sepatu merk Air Jordan, atau menjual sepatu yang punya sejarah karena
pernah dipakai orang terkenal. Ini akan jadi poin penting untuk memikat
konsumen.
3. Tas. Produk lain yang bisa dijual dalam usaha thrifting adalah tas,
umumnya mereka yang menggemari jenis produk ini adalah kaum hawa,
34
Rivaldi L. Saputro, “Thriftstore Surabaya (Studi Deskriptif Tentang Upaya
Mempertahankan Eksistensi Pakaian Bekas Sebagai Budaya Populer di Surabaya)”, Jurnal Fisip,
Vol. 7 No. 3, Oktober 2018, hlm. 346.
35
Ibid, hlm. 347.
22
biasanya mereka mencari tas bekas dari brand ternama seperti, Louis
4. Jam tangan. Jam tangan yang dijual biasanya adalah jam tangan yang
bermerek maupun jam tangan yang dijual dengan edisi terbatas, jam yang
sering dijumpai dalam thrifting adalah merk dari Rolex, G-shock, Casio,
berkualitas dapat lebih efisien jika dibeli dibandingkan barang baru dapat
yang akan dijual adalah baju bekas yang harganya cukup murah dan
tentunya masih layak pakai serta berkualitas. Hanya perlu waktu dan
energi dalam membeli barang bekas yang akan dijual. Sabar dalam
2. Menentukan jenis produk. Banyak jenis produk thrifting yang bisa dijual.
mempunyai karakter/ciri khas yang berbeda dari toko lain, maka bisa
36
Rivaldi L. Saputro, Loc.Cit.
23
3. Pemasaran. Pada era serba digital saat ini, dapat mengandalkan platform
jual beli dalam bisnis ini adalah semakin bagus kondisi barang dan
semakin terkenal brand yang dijual akan membuat harga jual barang
menjadi lebih bagus. Kelengkapan barang juga sering kali membuat harga
barang menjadi lebih mahal. Misal, sepatu bekas yang dijual masih
lengkap dengan dusnya. Selain itu, permisalan lain adalah saat menjual tas
dengan paper bag beserta price tag jika ingin harga jual tetap tinggi.
Tanpa ini, harga jual barang akan lebih rendah karena dianggap
diterapkan oleh golongan menengah ke atas. Sampai dengan saat ini, masih
belum ada suatu pendefinisian yang baku tentang keberadaannya dikenal juga
dari bahasa Inggris, penggabungan dua buah kata, yaitu kata E yang
(muatan listrik), alat-alat elektronik, atau semua hal yang berhubungan dengan
24
adalah transaksi perdagangan melalui media elektronik yang terhubung
dengan internet.37
Melalui media tersebut barang dan jasa yang bernilai ekonomi yang diracang,
3. Perspektif layanan. Pada perspektif ini e-commerce ialah suatu alat yang
37
Adi Sulistyo Nugroho, E-commerce: Teori dan Implementasi, Ekuilibria, Yogyakarta,
2016, hlm. 3.
38
Ibid, hlm. 18-19.
39
Putu Agus Eka Pratama, E-commerce, E-business, dan Mobile Commerce, Informatika,
Bandung, 2015, hlm. 14.
25
untuk meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan
pengiriman.
baik antar dua buah institusi (B-to-C) maupun antarinstitusi dan konsumen
langsung (B-to-c).40
Selain itu, menurut Onno W. Purbo dan Aang Arif bahwa e-commerce
merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang
40
Ibid.
41
Onno W. Purbo, Mengenal E-commerce, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001, hlm.
40.
26
dan komunikasi, yang terjadi antara perusahaan dan konsumen, atau antara
bahwa ini adalah transaksi dagang antara penjual dan pembeli untuk
menyediakan barang, jasa, atau mengambil alih hak. Kontrak ini dilakukan
dengan media elektronik (digital medium) di mana para pihak tidak hadir
secara fisik. Media ini terdapat di dalam jaringan umum dengan sistem
persetujuan jual beli antara pihak pembeli dengan penjual secara elektronik
42
Ibid.
43
Ibid.
44
Sugeng Santoso, “Sistem Transaksi E-Commerce dalam Perspektif KUHPerdata dan
Hukum Islam”, Jurnal Ahkam, Vol. 4 No. 2, November 2016, hlm. 223.
27
menyediakan informasi dengan bentuk pembayaran seperti kartu kredit, digital
sebagai berikut:46
perdagangan tersebut.
Jadi, dapat dipahami bahwa secara garis besar e-commerce itu mengacu
pada jaringan internet untuk melakukan belanja online dan cara transaksinya
transaksi secara elektronik antara entitas atau obyek bisnis yang atau ke
lingkup ini ditujukan untuk menunjang kegiatan para pelaku bisnis itu
sendiri. Pebisnis yang mengadakan perjanjian tentu saja adalah para pihak
yang bergerak dalam bidang bisnis yang dalam hal ini meningkatkan
45
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor I1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
46
Adi Sulistyo Nugroho, Loc.Cit.
47
Arsyad Sanusi, Hukum E-commerce, Dian Ariesta, Jakarta, 2004, hlm. 252.
28
dirinya dalam suatu perjanjian untuk melakukan usaha dengan pihak
pebisnis lainnya. Pihak yang mengadakan perjanjian dalam hal ini adalah
c. Salah satu pelaku bisnis tidak harus menunggu rekan bisnisnya untuk
mengirimkan datanya.
48
Endang Wahyuni, Aspek Sertifikasi & Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 90.
29
adalah Global Market Grup (GMC). Global Market Group adalah
(B2C) ini adalah proses dropship, yaitu proses pemesanan barang oleh
dengan permohonan.
49
Ibid, hlm. 95.
50
Joko Salim, Step by Step Online, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009, hlm. 23.
30
a. Pada lingkup konsumen ke konsumen bersifat khusus karena transaksi
suatu produk.
(www.kaskus. co.id).
51
Ibid, hlm. 66.
31
Secara umum dalam penggunaan teknologi lainnya, e-commerce
dan negara.52
bahkan dapat mencapai waktu 24 jam dalam sehari. Bagi pembeli juga e-
52
Abdul Halim Barakatullah, Bisnis EcCommerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di
Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 2.
32
commerce memungkinkan sejumlah pedagang untuk menjual barang-
barang atau jasa-jasa mereka dengan harga yang lebih murah, sehingga
jumlah orang yang dapat membeli produk atau jasa mereka akan menjadi
dapat meningkat karena jika suatu negara sudah mempunyai produk yang
kerugian dimaksud:53
1. Bagi Individu, rentannya terjadi penipuan online oleh para pebisnis online
53
Wirjono Prodjodikoro, Loc.Cit.
33
terhadap internet. Organisasi/manajer butuh untuk meningkatkan
Menurut hukum Islam, perjanjian berasal dari kata aqad yang secara
aqad dalam bahasa berarti ikatan dan tali pengikat, maka secara bahasa makna
janji dan sumpah demi menguatkan biat berjanji untuk melaksanakannya isi
54
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, CV. Penerbit
Diponegoro, Bandung, 2000, hlm. 48.
34
Berdasarkan permasalahan yang dikaji menyangkut masalah hidup dan
kehidupan ini, tentunya tidak terlepas dari dasar hukum yang akan kita jadikan
beli sudah dikenal masyarakat sejak dahulu yaitu sejak zaman para Nabi.
Sejak zaman itu, jual beli dijadikan kebiasaan atau tradisi oleh masyarakat
hingga saat ini. Adapun dasar hukum yang disyari’atkannya jual beli dalam
Islam yaitu:55
1. Al-Quran
kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu berupa sandang, pangan, papan,
dan lain sebagainya. Kebutuhan seperti itu tidak pernah terputus dan tidak
pernah terhenti selama manusia itu hidup. Oleh karena itu, tidak ada satu
hal pun yang lebih sempurna dalam memenuhi kebutuhan itu selain
lain sesuai kebutuhan. Jual beli adalah suatu perkara yang telah dikenal
masyarakat sejak zaman dahulu yaitu sejak zaman para Nabi hingga saat
ini. Maka, Allah Swt mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan
ٱَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو ۟ا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم ٱَّلِذ ى َيَتَخَّبُطُه ٱلَّش ْيَٰط ُن ِم َن ٱْلَم ِّس ۚ َٰذ ِلَك ِبَأَّنُهْم َقاُلٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَبْيُع ِم ْثُل
َٰٓل
ٱلِّر َبٰو ۟ا ۗ َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا ۚ َفَم ن َج ٓاَء ۥُه َم ْو ِع َظٌة ِّم ن َّرِّبِهۦ َفٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم ا َس َلَف َو َأْم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِهَّللۖ َو َم ْن َعاَد َفُأ۟و ِئَك
55
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam, Kairo, 2000, hlm. 548.
35
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
bahwasanya terdapat perbedaan antara jual beli dan riba. Dia maha
mengetahui lagi maha bijaksana, tidak ada yang dapat menolak ketetapan-
bagi mereka. Kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya lebih besar
hidupnya. Akan tetapi, tentu saja transaksi jual beli itu harus sesuai dengan
koridor atau ketentuan yang telah Allah Swt berikan. Kemudian, Allah
ingat kepadanya.
2. Hadits
Hadits yang menerangkan tentang jual beli adalah HR. Bukhori yang
berbunyi:
36
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah r.a bahwasanya ia mendengar Rasululloh
bangkai, babi dan berhala. Lalu ada orang bertanya, “ya, Rasululloh bagai
boleh, itu haram” kemudian diwaktu itu Rasulullah saw., bersabda: Allah
suatu barang, yang diperjual belikan harus jelas dan halal, dan bukan milik
orang lain, melainkan milik kita sendiri. Allah melarang menjual barang
37
yang haram dan najis, maka Allah melaknat orang-orang yang melakukan
a. Para pihak yang membuat akad (al-‘aqidam) melakukan ijab dan qabul
majelis akad. Hak ini harus dicapai tanpa adanya paksaan atau secara
bebas.
c. Objek akad, syaratnya harus sudah ada ketika berlangsung akad, objek
akad dapat menerima hukum akad, objek akad harus dapat ditentukan
dan diketahui oleh kedua belah pihak yang melakukan akad dan objek
3. Dasar Ijma’
Para ulama fiqih dari dahulu sampai dengan sekarang telah sepakat
56
Muhammad Abdullah Abu Al-Imam Al-Bukhori, Kitab Shahih Bukhori, Dahlan,
Bandung, 2008, hlm. 1223.
57
Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam, Amzah,
Jakarta, 2010, hlm. 15.
38
masalah berkenaan dengan keuangan syariah. Dari dasar hukum
sebagaimana tersebut di atas bahwa jual beli itu adalah hukumnya mubah.
Artinya, jual beli itu diperbolehkan asal saja di dalam jual beli tersebut
urgen, dengan transaksi jual beli seseorang mampu untuk memiliki barang
orang lain yang diinginkan tanpa melanggar batasan syari’at. Oleh karena
itu, praktek jual beli yang dilakukan manusia semenjak masa Rasulullah
Saw hingga saat ini menunjukan bahwa umat telah sepakat akan
untuk memiliki harta orang lain dengan jalan yang telah ditentukan,
a. Prinsip kerelaan.
b. Prinsip bermanfaat.
c. Prinsip tolong-menolong.
39
Apabila dilihat dari sistemnya serta prinsip operasionalnya, Berdasarkan
yang dalam kaidah syariah bersifat fleksibel, dinamis dan variabel. Hal ini
bersama. Namun, dalam hal ini ada yang tidak boleh berubah atau bersifat
berbunyi:
ۚ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم
ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
61
Sugeng Santoso, Loc.Cit.
62
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 22.
40
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
kepada transaksi perdagangan, bisnis jual beli. Dalam ayat ini Allah
harta orang lain dengan jalan yang bathil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh
syari’at. Kita boleh melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan
jalan perdagangan dengan asas saling ridha, saling ikhlas. Dalam ayat ini
Allah juga melarang untuk bunuh diri sendiri maupun saling membunuh. Dan
Allah melarang semua ini, sehingga wujud dari kasih sayang-Nya, karena
Allah itu Maha Kasih Sayang. Selanjutnya, terdapat juga Hadits Rasulullah
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih (HR.
Hakim).
yang paling baik, maka ia menjawab, bahwa usaha yang baik ialah usaha yang
paling halal dan paling berkah, mengusahakan dari jual beli yang bersih dari
41
tipu daya. Jadi berdagang adalah suatu usaha yang paling baik, akan tetapi di
dalam pelaksanaannya haruslah jujur agar tidak ada pihak yang dirugikan.
42