APLIKASI SHOPEE
SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
dunia. Zaman yang sebelumnya serba manual berubah menjadi serba digital.
Perdagangan di era industri 4.0 telah mengalami perubahan yang pesat dan
konteks ini adalah interaksi bersama atau dengan internet. 3 Keuntungan jual
beli melalui media elektronik adalah tidak apa-apa untuk tidak mengunjungi
tempat. Pembeli cukup mengunjungi ke web yang dituju dan memilih barang
1
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1997, hlm.1.
2
Gunawan Wijaya, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2000, hlm. 59.
3
Ibid.
1
secara fleksibel. Selain itu, Penjual menekan ongkos dengan cukup bantuan
Konsumen di dalam transaksi jual beli melalui media elektronik. Sebab, apa
mestinya. Barang yang dibeli mudah rusak atau pecah karena media
ketika Pembeli telah mengirim sejumlah uang yang disepakati, barang yang
Konsumen.6
kalangan masyarakat ialah Shopee. Fitur gratis ongkir serta harga produk
yang dijual sangat terjangkau dari harga normal membuat masyarakat tertarik
produk yang dipasarkan di Shopee pun sangat banyak mulai dari pakaian,
sepatu, tas, jam tangan dan masih banyak produk lainnya. Produk-produk
tersebut dijual dalam bentuk baru maupun bekas. Belakangan ini dalam
4
Ibid.
5
Ediko Waran, Belanja Daring. Perkembangan Teknologi Komunikasi Online, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2009, hlm. 23.
6
Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi
Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 155.
2
platform Shopee baru diramaikan dengan Penjualan pakaian bekas (thrifting).
Thrifting merupakan usaha yang menjual barang- barang bekas yang masih
berkualitas dan layak pakai, dimulai dari barang langka hingga barang dengan
sebuah barang menjadi peluang bisnis yang kini semakin marak disebut
dengan thrifting. Bisnis ini semakin hits semenjak tren menjual barang
masih dalam kondisi baru karena berbagai alasan secara pribadi semakin
banyak dilakukan banyak orang. Akan tetapi hal tersebut tidak diimbangi para
satunya ialah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
kewajiban secara benar dan dengan dilandasi itikad baik. Kenyataan yang
7
Ibid.
8
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3
muncul adalah seringkali Konsumen tidak memperoleh informasi
berakibat barang yang diterima oleh Konsumen tidak sesuai dengan gambar
atau deskripsi yang telah dicantumkan oleh para pelaku usaha dan merugikan
para konsumen berkaitan atau berkenaan. Oleh karena itu, dibuat ketentuan di
dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen dan produk yang
antara pelaku usaha dan Konsumen, maka hak yang paling penting adalah hak
atas informasi, yang diatur dalam Pasal 4 huruf c dan Pasal 7 huruf b
jelas dan jujur mengenai kondisi barang yang hendak diperjualbelikan. Hak
atas informasi ini penting, karena informasi yang diperoleh menjadi dasar
9
Pipin Syarifin, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Pustaka Bani Quraisy,
Bandung, 2004, hlm.166.
10
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
4
atau keputusan hendak menggunakan atau tidak menggunakan suatu produk
Hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar Konsumen
Maghfiroh. Pada September 2021, Ahya berniat untuk membeli salah satu
pakaian saja, akan tetapi banyak bentuk produk-produk thrifting lain, seperti
waktu pengiriman. Barang yang dibeli oleh Ahya pun sampai, tentu terdapat
aman. Akan tetapi, rasa kecewa muncul karena barang thrifting yang
dibelinya tidak sesuai dengan apa yang diinformasikan Penjual. Barang yang
11
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5
dibeli Ahya ternyata bukan pakaian thrifting bermerek Supreme produksi
Berdasarkan kasus tersebut, pelaku usaha dalam jual beli online tersebut
hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/ atau jasa.13 Selain itu, perbuatan impor pakaian bekas untuk
Idealitanya pada ilustrasi di atas, Konsumen dalam hal ini Ahya, yang
bertanggung jawab atas deskripsi yang ditulis pada laman Shopee. Sebab,
12
Wawancara dengan Ahyaul Maghfiroh, Pembeli, di Yogyakarta, 10 Oktober 2022.
13
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
14
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan
Barang Dilarang Impor.
6
kesesuaian antara barang dengan deskripsi harus sama. Hal ini untuk
kepentingan Ahya sebagai Konsumen dan Pelaku usaha dalam menjaga nama
baiknya. Namun, realita yang terjadi, setelah barang sampai kepada Ahya,
B. Rumusan Masalah
hak atas informasi dalam perjanjian jual beli thrifting online melalui
aplikasi Shopee?
2. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha ketika barang yang dijual tidak
sesuai dengan informasi yang tertera pada perjanjian jual beli thrifting
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
hak atas informasi dalam perjanjian jual beli thrifting online melalui
aplikasi Shopee.
7
2. Mengetahui tanggung jawab pelaku usaha ketika barang yang dijual tidak
sesuai dengan informasi yang tertera pada perjanjian jual beli thrifting
D. Orisinalitas Penelitian
8
Pinang –
2022.
M. Herman Perlindungan Perbedaan fokus kajian Persamaan adalah
Effendi Konsumen dengan penelitian ini pelaksanaan jual
dalam Jual adalah membahas beli dilakukan
Beli Pakaian mengenai pemenuhan melalui aplikasi e-
Bekas Impor hak atas informasi bagi commerce.
Melalui Konsumen yang
Aplikasi menjual dan membeli
Sosial Media pakaian bekas melalui
Instagram di aplikasi Shopee.
Indonesia –
2022.
Dyah Ayu Perlindungan Perbedaan fokus kajian Persamaan adalah
P. Konsumen dengan penelitian ini pelaksanaan jual
Terhadap adalah aplikasi yang beli dilakukan
Jual Beli digunakan. Penelitian melalui aplikasi e-
Thrifting ini menggunakan commerce.
Melalui Shopee, sedangkan
Aplikasi penelitian dalam
Tiktok di orisinalitas
Indonesia - menggunakan Tiktok.
2021
Sar Hak Atas Perbedaan fokus kajian Persamaan adalah
Nicholas Perlindungan dengan penelitian ini pelaksanaan jual
Konsumen adalah penelitian ini beli dilakukan
Terhadap menggunakan Shopee, melalui aplikasi e-
Barang yang sedangkan penelitian commerce.
Rusak dalam dalam orisinalitas
Jual Beli menggunakan
Thrifting
9
Online Tokopedia.
Melalui
Tokopedia -
2021
penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah orisinal. Penelitian ini belum
dikaji oleh pihak lain. Penelitian bersumber dari pemikiran, sehingga dapat
E. Tinjauan Pustaka
yaitu orang yang memiliki hubungan langsung antara pelaku usaha dan
konsumen.15
10
yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan
diperdagangkan.18
dan/atau jasa baginya, dan menumbuhkan sikap pelaku usaha yang jujur
16
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010, hlm. 17.
17
Susanti Adi N., Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari Hukum Acara
serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 61-62.
18
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
19
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Perlindungan Konsumen, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 9.
11
diperdagangkan (tujuan komersial). Ketiga, Konsumen akhir adalah
komersial).20
belanda. Sebab, Pelaku usaha dapat berupa badan hukum atau orang
usaha yaitu pembuat produk akhir, produsen dari setiap bahan mentah,
atau pembuat dari suatu suku cadang dan setiap orang yang memasang
nam, merek atau suatu tanda pembedaan yang lain pada peroduk,
Kata perjanjian mempunyai arti yang luas atau arti yang sempit.
Makna dalam arti luas adalah perjanjian menimbulkan akibat hukum oleh
bebas dari dua orang atau lebih.23 Menurut Ahli Perdata, Wirjono
20
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Jaya Widya, Jakarta, 1999, hlm. 13.
21
Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,
hlm. 22.
22
Ridwan Khairandy, Pokok-pokok Hukum Dagang, FH UII Press, Yogyakarta, 2014, hlm.
13.
23
Ibid.
12
Prodjodikoro mengatakan bahwa perjanjian diartikan sebagai suatu
perbuatan hukum tentang harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam
mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu
hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak
adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau
di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.24
Jual beli adalah timbal balik pihak yang satu berjanji menyerahkan
hak milik barang, pihak yang lainnya berjanji membayar harga sebagai
imbalan. Jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata, mengatakan jual beli
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan.25 Perjanjian jual beli adalah janji
hak miliknya. Objek perjanjian jual beli adalah hak milik atas barang.26
barang- barang bekas yang masih berkualitas dan layak pakai. Tahun
24
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktik Perusahaan Perdagangan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 28.
25
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
26
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.
34.
13
Kecenderungan generasi millenial untuk cepat bosan dalam memiliki
sebuah barang menjadi peluang bisnis yang kini ngetren disebut dengan
Thrifting.27
masih dalam kondisi baru karena berbagai alasan secara pribadi semakin
banyak dilakukan banyak orang. Tren ini terus berlanjut hingga adanya
tentu menjual pakaian bekas, celana, topi hingga sepatu. Berbagai produk
a. Pakaian
komoditi utama. Banyak jenis pakaian bekas yang bisa dijual, seperti
hidup mereka.
27
David Chaney, “LifeStyle: A Comprehensive Introduction”, Gadjah Mada International
Journal of Business, Vol. 1 No. 1, 2020, hlm. 77.
28
Ibid, hlm. 80.
14
b. Sepatu
yang mau mencoba bisnis ini. Apalagi jika sepatu itu tergolong edisi
terbatas seperti sepatu merek Air Jordan, atau menjual sepatu yang
punya sejarah karena pernah dipakai orang terkenal. Ini akan jadi
c. Tas
Produk lain yang bisa dijual dalam usaha thrifting adalah tas,
hawa, biasanya mereka mencari tas bekas dari brand ternama seperti
4. Pengertian E-Commerce
komputer atau internet. Maksud atau makna lain dari e-commerce adalah
elektronik.29
29
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
15
Definisi selanjutnya melalui Pasal 1 ayat (2) UU ITE, transaksi
elektronik.
16
akan menjual kembali produk ke Konsumen lainnya. Contoh di dunia e-
kredit.32
kepada para produsen yang menjual produk atau jasa. Contoh di dunia e-
32
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, Kencana,
Jakarta, 2005, hlm. 210.
17
Konsumen secara online. Di sini, pihak produsen akan menjalankan
F. Definisi Operasional
memperdagangkannya.
G. Metode Penelitian
1. Tipologi Penelitian
33
Ibid, hlm. 215.
18
Jenis penelitian ini yaitu penelitian hukum normatif. Penelitian
dan tersier.34
2. Pendekatan Penelitian
ruang bahasan yang diharap bisa memberi kejelasan uraian dari sebuah
34
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, Unpam Press, Tangerang, 2019, hlm. 80.
35
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2016, hlm. 156.
36
Moh. Rifai, “Kajian Masyarakat Beragaman Perspektif Pendekatan Sosiologis”, Al-
Tanzim, Vol. 2 No. 1, 2018, hlm. 26.
19
pelengkap data primer dan data sekunder, seperti kamus dan
dimaksud.
Perlindungan Konsumen;
Perdagangan;
kepustakaan.38
4. Analisis Data
37
Suteki, Metodologi Penelitian Hukum: Filsafat, Teori, dan Praktik, Rajagrafindo Persada,
Bandung, 2018, hlm. 130.
38
Ibid.
20
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
ini, Peneliti bisa memetik kesimpulan berdasar pada data dan pandangan
pribadi.39
39
I Made Pasek Diantha, Op.Cit., hlm. 160.
21
BAB II
1. Pengertian Konsumen
pemakai akhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka oleh
22
Menurut ahli Perdata bernama Philip Kotler, mengatakan bahwa
Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau
atau buruk pelayanan kita. Terakhir, ahli Perdata pula bernama A.Z.
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
42
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta,
2002, hlm. 3.
43
Ibid.
44
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut
Perjanjian Baku (Standar), dalam BPHN, Simposium Aspek-aspek Hukum Perlindungan
Konsumen, Binacipta, Bandung 1986. hlm. 57.
23
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
pada individu pihak ketiga yang dirugikan atau menjadi korban akibat
pertama, setiap orang. Subjek berarti orang yang memiliki status pemakai
barang/jasa yang dipakai bukan hasil jual beli. Maka, dasar hubungan
45
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
46
Adrian Sutedi, Tanggung jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Ctk.
Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 10-11.
24
hukum konsumen dengan pelaku usaha tidak perlu ada hubungan
kontraktual. Misal, ilustrasi dari uraian itu dapat diberikan contoh berikut,
seseorang memperoleh paket hadiah atau parsel pada hari ulang tahunnya
isi paketnya makanan dan minuman kaleng yang dibeli si pengirim dari
digunakan istilah produk. Saat ini “produk” sudah berkonotasi barang atau
tidak berwujud; baik yang bergerak maupun tidak bergerak; baik dapat di
47
Janus Sidalabok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Medan, 2014, hlm. 14.
25
setiap layanan berbentuk pekerjaan disediakan bagi masyarakat untuk
Kelima, bagi kepentingan diri sendiri. Pada hal ini, terlihat ada teori
untuk kepentingan diri sendiri. Kepentingan bukan sekedar bagi untuk diri
48
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafik, Jakarta, 2008,
hlm. 27.
49
Ibid.
50
Janus Sidalabok, Loc.Cit.
51
N.H.T. Siahaan, Op.Cit., hlm. 26.
26
Konsumen sebagai sosok pembeli barang/jasa mempunyai hak dan
yang diharapkan untuk dipenuhi. Dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu
Hak diperoleh sejak lahir, Seperti, hak untuk hidup dan hak untuk
bernafas. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh negara, dan bahkan
asasi.52
peristiwa jual beli. Hak pembeli adalah menerima barang, sedangkan hak
dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa; hak untuk
memilih dan mendapatkan barang dan/ atau jasa sesuai dengan nilai tukar
52
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005,
hlm. 40.
53
Ibid.
27
dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa; hak
untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang
atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
baik dalam aktivitas transaksi pembelian. Hal ini tentu saja disebabkan
transaksi.55
54
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
55
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
28
2. Perlindungan Konsumen Secara Umum
konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-asas atau kaidah-
kaidah yang bersifat mengatur hubungan dan juga mengandung sifat yang
56
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013,
hlm. 21.
29
efisiensi produsen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam
kedua hal tersebut, baik langsung atau tidak langsung maka konsumenlah
bidang-bidang lainnya.
terdengar. Namun, belum jelas benar apa saja yang masuk ke dalam materi
keduanya. Juga, apakah kedua “cabang” hukum itu identik. Sebab, posisi
57
Husni Syawali, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 23.
58
Ibid.
30
konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu
pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen di
tentunya tidak terlepas dari perlindungan atas hak-hak yang terdapat oleh
ada Sembilan hak dari konsumen, delapan diantaranya hak eksplisit diatur
59
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000, hlm. 9.
60
A.Z. Nasution, Op.Cit., hlm. 12.
31
dalam UUPK dan satu hak lainnya diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
oleh hukum.61
a. Hak manusia karena kodratnya; Yaitu hak yang kita peroleh sejak
lahir. Seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini tidak
boleh diganggu gugat oleh negara, dan bahkan negara wajib menjamin
b. Hak yang lahir dari hukum; dan Yaitu hak-hak yang diberikan oleh
c. Hak yang lahir dari hubungan hukum antara seseorang dan orang lain
61
Ahmadi Miru, Op.Cit., hlm. 25.
32
b. Hak konsumen sebagai subyek hukum dan warga negara (yang
bahwa hak ini penting bagi perjuangan hak-hak yang lainnya. Hak ini
dalam posisi yang sangat tinggi. Hak ini dinyatakan di dalam Pasal
62
Asep Mulyana, “Hak Atas Informasi dalam Bingkai HAM”, Artikel, Lembaga Studi &
Advokasi Masyarakat, 2015.
33
28F UUD 1945 bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Oleh karena itu, hak
Pada pasal dimaksud, definisi hak atas informasi adalah setiap orang
lingkungan sosial.64
63
Ibid.
64
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
65
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
34
2) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
3) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konsidi
7) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
undangan lainnya.
usaha memberikan hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
35
pelaku usaha pembuat yang menghasilkan produk. Perlindungan
dalam Pasal 1. Definisi tersebut berupa pelaku usaha adalah setiap orang
perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun
66
Janus Sidalabok, Op.Cit., hlm. 13.
67
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
68
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.
25-26.
36
atas produk dan segala hal sesuai mengenai produk yang dibutuhkan
konsumen. Informasi itu adalah infornasi yang benar, jelas, dan jujur.
dengan kebutuhannya.
bertransaksi dengan pelaku usaha. Selain itu, pelaku usaha juga memiliki
berupa:69
69
Ibid.
37
a. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
tidak sesuai dengan netto; tidak sesuai dengan timbangan; tidak sesuai
dengan kondisi; tidak sesuai dengan mutu; tidak sesuai dengan janji
barang dimaksud.
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberi
d. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
terhadap produk secara langsung dari pelaku usaha atas kerugian yang
70
Sylvia Diansari dkk, “Pertanggungjawaban Hukum Pelaku Usaha dalam Hukum
Perlindungan Konsumen”, Makalah, Universitas Pelita Harapan, 2020, hlm. 5.
38
b. Criminal liability. Criminal liability merupakan pertanggungjawaban
dengan negara.
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
39
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Salah satu hak yang dimiliki konsumen adalah hak atas informasi.
sesuatu. Menurut Kelly, informasi adalah data yang telah diolah menjadi
pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Maka, dapat disimpulkan
Hak atas informasi konsumen adalah hak yang dimiliki konsumen untuk
mendapat data-data secara benar, jelas, dan jujur terhadap barang dan/atau jasa
yang digunakan. Hal ini menjadi aspek terpenting mengenai hak dan
kewajiban para pihak adalah penyediaan informasi yang jelas dan jujur
mengenai barang dan/atau jasa. Sebab, hak ini tidak hanya diatur menurut
C. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Jual Beli dan Akad Jual Beli dalam
Perspektif Islam
Perjanjian adalah peristiwa janji kepada orang lain untuk suatu hal.
hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban antar pihak. Menurut Pasal
1233 ayat (1) KUHPer, tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena suatu
72
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/informasi, diakses terakhir tanggal 22 November 2022,
pukul 22.55 WIB.
73
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-dan-kewajiban-konsumen-serta-pelaku-
usaha-yang-perlu-diketahui-lt62e27b1d9c927, diakses terakhir tanggal 22 November 2022, pukul
23.00 WIB.
40
perjanjian maupun karena undang-undang. Perjanjian merupakan sumber lahir
Jual beli adalah perjanjian timbal balik menyerahkan hak milik barang.
Menurut Pasal 1457 KUHPer, jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Kemudian,
menurut Pasal 1458 KUHPer, jual beli sudah dianggap terjadi antara kedua
belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan
dibayar, sehingga dengan lahirnya “kata sepakat” maka lahirlah perjanjian itu
dan sekalian pada saat itu menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban. Oleh
karena itu, perjanjian jual beli dikatakan juga sebagai perjanjian konsensuil
menyerahkan hak milik barang. Objeknya adalah hak milik barang.76 Beberapa
asas utama dari hukum perjanjian menurut KUHPer yaitu adalah sebagai
berikut:77
74
Satrio J, Hukum Perikatan tentang Hapusnya Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hlm. 2.
75
A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 2010, hlm. 23.
76
Djohari Santoso, Hukum Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, 2000, hlm. 32.
77
Munir Fuady, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007, hlm. 50.
41
a. Asas konsesualisme pada prinsipnya merujuk pada adanya kesepakatan
para pihak mengenai hal-hal pokok sehingga pada detik itulah perjanjian
itu lahir.
pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau
c. Asas obligatoir adalah asas yang mengajarkan bahwa jka suatu kontrak
telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatannya itu hanya
d. Asas Pacta sunt servanda merupakan bahwa jika suatu kontrak sudah
dibuat secara sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut sudah mengikat
para pihak. Bahkan mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para pihak
KUHPer bahwa perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya
“sepakat” mengenai barang dan harga yang kemudian lahirlah perjanjian jual
beli yang sah. Sifat konsensuil dari jual beli tersebut dapat dilihat dari Pasal
1458 KUHPer, yang isinya jual beli sudah dianggap terjadi antara kedua belah
42
pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga,
dan kepunyaan si pembeli dan menanggung terhadap barang yang dijual itu.
Mengenai “menanggung”, lebih lanjut diatur dalam Pasal 1491 KUHPer, yang
penguasaan benda yang dijual oleh si pembeli berlangsung secara aman dan
KUHPer, jika pada waktu membuat persetujuan tidak ditetapkan tentang itu,
pihak pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu di mana penyerahan
harus dilakukan.79
78
Ibid.
79
Ibid.
43
Berakhirnya jual beli secara normal adalah setelah penjual dan pembeli
Tetapi, secara tidak normal ada beberapa hal yang dapat mengakibatkan
perjanjian jual beli berakhir atau putus. Hal-hal tersebut adalah segala hak dan
perjanjian secara sepihak. Pada perjanjian jual beli, umumnya jual beli barang
sampai di rumah dengan keadaan yang baik seperti pada sedia kala saat di
toko.80
Menurut hukum Islam, perjanjian berasal dari kata aqad yang secara
aqad dalam bahasa berarti ikatan dan tali pengikat, maka secara bahasa makna
janji dan sumpah demi menguatkan biat berjanji untuk melaksanakannya isi
kehidupan ini, tentunya tidak terlepas dari dasar hukum yang akan kita jadikan
80
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.
34.
81
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, CV. Penerbit
Diponegoro, Bandung, 2000, hlm. 48.
44
sebagai rujukan dalam menyelesaikan permasahan yang akan dihadapi. Jual
beli sudah dikenal masyarakat sejak dahulu yaitu sejak zaman para Nabi.
Sejak zaman itu, jual beli dijadikan kebiasaan atau tradisi oleh masyarakat
hingga saat ini. Adapun dasar hukum yang disyari’atkannya jual beli dalam
Islam yaitu:82
1. Al-Quran
kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu berupa sandang, pangan, papan,
dan lain sebagainya. Kebutuhan seperti itu tidak pernah terputus dan tidak
pernah terhenti selama manusia itu hidup. Oleh karena itu, tidak ada satu
hal pun yang lebih sempurna dalam memenuhi kebutuhan itu selain
lain sesuai kebutuhan. Jual beli adalah suatu perkara yang telah dikenal
masyarakat sejak zaman dahulu yaitu sejak zaman para Nabi hingga saat
ini. Maka, Allah Swt mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan
ِإَّنَم ا ٱْلَبْيُع ِم ْثُل ٱلِّر َبٰو ۟ا ۗ َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا ۚ َفَم ن َج ٓاَء ۥُه َم ْو ِع َظٌة ِّم ن َّرِّبِهۦ َفٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم ا َس َلَف
َٰٓل
َو َأْم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِهَّللۖ َو َم ْن َعاَد َفُأ۟و ِئَك َأْص َٰح ُب ٱلَّناِرۖ ُهْم ِفيَها َٰخ ِلُد وَن
82
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam, Kairo, 2000, hlm. 548.
45
Ayat di atas bermakna yaitu bisa jadi merupakan bagian dari
bahwasanya terdapat perbedaan antara jual beli dan riba. Dia maha
mengetahui lagi maha bijaksana, tidak ada yang dapat menolak ketetapan-
bagi mereka. Kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya lebih besar
hidupnya. Akan tetapi, tentu saja transaksi jual beli itu harus sesuai dengan
koridor atau ketentuan yang telah Allah Swt berikan. Kemudian, Allah
ingat kepadanya.
2. Hadits
46
Artinya: “Dari Jabir bin Abdullah r.a bahwasanya ia mendengar
lampu? Beliau menjawab, “ tidak boleh, itu haram” kemudian diwaktu itu
suatu barang, yang diperjual belikan harus jelas dan halal, dan bukan milik
47
orang lain, melainkan milik kita sendiri. Allah melarang menjual barang
yang haram dan najis, maka Allah melaknat orang-orang yang melakukan
a. Para pihak yang membuat akad (al-‘aqidam) melakukan ijab dan qabul
majelis akad. Hak ini harus dicapai tanpa adanya paksaan atau secara
bebas.
c. Objek akad, syaratnya harus sudah ada ketika berlangsung akad, objek
akad dapat menerima hukum akad, objek akad harus dapat ditentukan
dan diketahui oleh kedua belah pihak yang melakukan akad dan objek
3. Dasar Ijma’
Para ulama fiqih dari dahulu sampai dengan sekarang telah sepakat
83
Muhammad Abdullah Abu Al-Imam Al-Bukhori, Kitab Shahih Bukhori, Dahlan,
Bandung, 2008, hlm. 1223.
84
Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam, Amzah,
Jakarta, 2010, hlm. 15.
48
dapat dijadikan dasar atau hujjah dalam menetapkan hukum berbagai
sebagaimana tersebut di atas bahwa jual beli itu adalah hukumnya mubah.
Artinya, jual beli itu diperbolehkan asal saja di dalam jual beli tersebut
urgen, dengan transaksi jual beli seseorang mampu untuk memiliki barang
orang lain yang diinginkan tanpa melanggar batasan syari’at. Oleh karena
itu, praktek jual beli yang dilakukan manusia semenjak masa Rasulullah
Saw hingga saat ini menunjukan bahwa umat telah sepakat akan
memiliki harta orang lain dengan jalan yang telah ditentukan, sehingga
a. Prinsip kerelaan.
b. Prinsip bermanfaat.
c. Prinsip tolong-menolong.
49
D. Tinjauan Umum tentang Thrifting
Kata Thrifting sebenarnya terbentuk dari istilah thrift yang berarti hemat.
Sedangkan bisnis Thrifting lebih dikenal dengan usaha yang menjual barang-
barang bekas yang masih berkualitas dan layak pakai. Sejak tahun 2013,
millenial untuk cepat bosan dalam memiliki sebuah barang menjadi peluang
Bisnis ini semakin hits semenjak tren menjual barang preloved yaitu di
mana seseorang menjual barang pribadi miliknya yang masih dalam kondisi
baru karena berbagai alasan secara pribadi semakin banyak dilakukan banyak
orang. Tren ini terus berlanjut hingga adanya sejumlah orang yang mulai
hasil.89
menjual barang bekas. Di Indonesia sendiri thrifting ini dikenal dengan toko
yang menjual pakaian bekas impor, dari mulai baju, celana, sepatu, aksesoris.
Bahwa barang bekas dapat dapat ditemui di mana saja selama adanya
siklus pembelian negara maju sangatlah cepat. Maka dari itu, barang bekas ini
88
O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial”, Jurnal Hukum, Vol. 9 No. 1, Juni 2008, hlm. 58.
89
Moustakas Clark, Phenomenological Research Methods, Sage, California, 2000, hlm. 27.
50
di ekspor ke negara berkembang. Maksud barang bekas disini merupakan
dengan gaya vintage. Maka konsumen thrift shop di Indonesia sendiri ratarata
merupakan kalangan anak muda. Harga pakaian bekas di thrift shop memang
lebih murah. Terdapat tiga hal yang mendorong konsumen dalam melakukan
3. Aspek individu. Pakaian bekas yang terdapat di thrift shop bersifat unik
dan memiliki ciri khasnya tersendiri. Pakaian bekas yang dijual di pasaran
hanya memiliki satu model untuk satu buah pakaian. Dari keunikan
51
pakaian bekas yang sesuai dengan selera individu masing-masing. Seiring
berkembangnya teknologi saat ini thrift shop dapat ditemui tidak hanya di
yang paling mudah tentu menjual pakaian bekas, celana, topi hingga sepatu. 93
Berikut adalah produk yang bisa dijual belikan dalam usaha thrift shop:94
1. Pakaian. Sebagai salah satu kebutuhan primer, pakaian pasti jadi komoditi
yang akan selalu dicari orang-orang. Ada banyak jenis pakaian bekas yang
bisa dijual, seperti kemeja floral, hoodie, sweater, celana jeans, celana
bahan, dan sebagainya. Jika pandai membeli, maka baju bekas branded
yang masih layak pakai seperti dari brand Uniqlo, H&M, Supreme, dan
lain-lain bisa menjadi pilihan. Bagi mereka, hal ini sudah menjadi bagian
bisa menjadi ladang bisnis yang menggiurkan untuk kamu yang mau
mencoba bisnis ini. Apalagi jika sepatu itu tergolong edisi terbatas seperti
sepatu merek Air Jordan, atau menjual sepatu yang punya sejarah karena
pernah dipakai orang terkenal. Ini akan jadi poin penting untuk memikat
konsumen.
3. Tas. Produk lain yang bisa dijual dalam usaha thrifting adalah tas,
umumnya mereka yang menggemari jenis produk ini adalah kaum hawa,
92
Rivaldi L. Saputro, “Thriftstore Surabaya (Studi Deskriptif Tentang Upaya
Mempertahankan Eksistensi Pakaian Bekas Sebagai Budaya Populer di Surabaya)”, Jurnal Fisip,
Vol. 7 No. 3, Oktober 2018, hlm. 346.
93
Muhajir, “E-Commerce Consumer Protection At Tokopedia”, Al-Amwal, Vol. 4 No. 2,
September 2019, hlm. 41.
94
Ibid, hlm. 347.
52
biasanya mereka mencari tas bekas dari brand ternama seperti, Louis
4. Jam tangan. Jam tangan yang dijual biasanya adalah jam tangan yang
bermerek maupun jam tangan yang dijual dengan edisi terbatas, jam yang
sering dijumpai dalam thrifting adalah merek dari Rolex, G-shock, Casio,
berkualitas dapat lebih efisien jika dibeli dibandingkan barang baru dapat
yang akan dijual adalah baju bekas yang harganya cukup murah dan
tentunya masih layak pakai serta berkualitas. Hanya perlu waktu dan
energi dalam membeli barang bekas yang akan dijual. Sabar dalam
2. Menentukan jenis produk. Banyak jenis produk thrifting yang bisa dijual.
mempunyai karakter/ciri khas yang berbeda dari toko lain, maka bisa
95
Rivaldi L. Saputro, Loc.Cit.
53
3. Pemasaran. Pada era serba digital saat ini, dapat mengandalkan platform
jual beli dalam bisnis ini adalah semakin bagus kondisi barang dan
semakin terkenal brand yang dijual akan membuat harga jual barang
menjadi lebih bagus. Kelengkapan barang juga sering kali membuat harga
barang menjadi lebih mahal. Misal, sepatu bekas yang dijual masih
lengkap dengan dusnya. Selain itu, permisalan lain adalah saat menjual tas
dengan paper bag beserta price tag jika ingin harga jual tetap tinggi.
Tanpa ini, harga jual barang akan lebih rendah karena dianggap
Hukum Islam
diterapkan oleh golongan menengah ke atas. Sampai dengan saat ini, masih
belum ada suatu pendefinisian yang baku tentang keberadaannya dikenal juga
dari bahasa Inggris, penggabungan dua buah kata, yaitu kata E yang
(muatan listrik), alat-alat elektronik, atau semua hal yang berhubungan dengan
54
adalah transaksi perdagangan melalui media elektronik yang terhubung
dengan internet.96
3. Perspektif layanan. Pada perspektif ini e-commerce ialah suatu alat yang
96
Adi Sulistyo Nugroho, E-commerce: Teori dan Implementasi, Ekuilibria, Yogyakarta,
2016, hlm. 3.
97
Ery Agus Priyono, “Regulations For E-Commerce Agreement According To Ict Act And
Title Iii Of Indonesian Civil Code”, Diponegoro Law Review, Vol. 4 No. 1, April 2019, hlm. 34.
98
Ibid, hlm. 18-19.
99
Putu Agus Eka Pratama, E-commerce, E-business, dan Mobile Commerce, Informatika,
Bandung, 2015, hlm. 14.
55
untuk meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan
pengiriman.
baik antar dua buah institusi (B-to-C) maupun antarinstitusi dan konsumen
langsung (B-to-c).100
Selain itu, menurut Onno W. Purbo dan Aang Arif bahwa e-commerce
merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang
100
Ibid.
101
Onno W. Purbo, Mengenal E-commerce, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001,
hlm. 40.
102
Ibid.
56
pedagang perantara (intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan
bahwa ini adalah transaksi dagang antara penjual dan pembeli untuk
menyediakan barang, jasa, atau mengambil alih hak. Kontrak ini dilakukan
dengan media elektronik (digital medium) di mana para pihak tidak hadir
secara fisik. Media ini terdapat di dalam jaringan umum dengan sistem
persetujuan jual beli antara pihak pembeli dengan penjual secara elektronik
yang biasanya menggunakan jaringan komputer pribadi. 105 Pada hal ini,
57
2. Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi.
perdagangan tersebut.
Jadi, dapat dipahami bahwa secara garis besar e-commerce itu mengacu
pada jaringan internet untuk melakukan belanja online dan cara transaksinya
c. Salah satu pelaku bisnis tidak harus menunggu rekan bisnisnya untuk
mengirimkan datanya.
58
antar aplikasi komputer–antar perusahaan/instansi secara electronis
permohonan.
110
Ibid, hlm. 95.
111
Joko Salim, Step by Step Online, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009, hlm. 23.
59
a. Pada lingkup konsumen ke konsumen bersifat khusus karena transaksi
suatu produk.
(www.kaskus. co.id).
112
Ibid, hlm. 66.
60
Secara umum dalam penggunaan teknologi lainnya, e-commerce
dan negara.113
bahkan dapat mencapai waktu 24 jam dalam sehari. Bagi pembeli juga e-
113
Abdul Halim Barakatullah, Bisnis EcCommerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di
Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 2.
61
commerce memungkinkan sejumlah pedagang untuk menjual barang-
barang atau jasa-jasa mereka dengan harga yang lebih murah, sehingga
jumlah orang yang dapat membeli produk atau jasa mereka akan menjadi
dapat meningkat karena jika suatu negara sudah mempunyai produk yang
kerugian dimaksud:114
1. Bagi Individu, rentannya terjadi penipuan online oleh para pebisnis online
114
Wirjono Prodjodikoro, Loc.Cit.
62
terhadap internet. Organisasi/manajer butuh untuk meningkatkan
yang dalam kaidah syariah bersifat fleksibel, dinamis dan variabel. Hal ini
bersama. Namun, dalam hal ini ada yang tidak boleh berubah atau bersifat
63
konstan dan prinsipil, yakni prinsip-prinsip syariah dalam muamalah tersebut
Landasan syariah tentang transaksi e-commerce adalah QS. an-Nisa ayat 29:
ۚ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم
ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
kepada transaksi perdagangan, bisnis jual beli. Dalam ayat ini Allah
harta orang lain dengan jalan yang bathil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh
syari’at. Kita boleh melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan
jalan perdagangan dengan asas saling ridha, saling ikhlas. Dalam ayat ini
115
Rafika Nur Laili, “Islamic Perspective on Consumer Protection in the Online Fashion
Business”, Proceedings of Islamic Economics, Business, and Philanthropy, Vol. 1 No. 2, Mei
2022, hlm. 22.
116
Sugeng Santoso, Loc.Cit.
117
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 22.
64
Allah juga melarang untuk bunuh diri sendiri maupun saling membunuh. Dan
Allah melarang semua ini, sehingga wujud dari kasih sayang-Nya, karena
Allah itu Maha Kasih Sayang. Selanjutnya, terdapat juga Hadits Rasulullah
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih (HR.
Hakim).”
paling baik, maka ia menjawab, yang paling halal dan paling berkah,
mengusahakan dari jual beli yang bersih dari tipu daya. Jadi berdagang
65
BAB III
SHOPEE
Shopee
hasil transaksi itu dilakukan dengan cara, mengirim melalui jasa pengantaran
paket.118
cara jual-beli secara langsung, atau adanya pertemuan antara penjual dan
66
pembeli secara langsung, namun melalui teknologi informasi yang di
pemasaran dan biaya distribusi. Digunakan lebih sedikit dari pada biaya jual-
beli tatap muka karena membutuhkan modal yang lebih sedikit dalam
bertransaksi online yaitu lebih mudah, menghemat waktu, hemat biaya, seperti
lebih murah dan membandingkan kualitas. Hal ini mudah hanya dengan
yang tidak bertemu langsung dengan pelaku usaha serta tidak saling mengenal.
berikut:122
119
Ibid.
120
A.Z. Nasution, Konsumen dan Hukum, PT Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm.
67.
121
Ibid.
122
Suyadi, Dasar-dasar Hukum Perlindungan Konsumen, UNSOED, Purwokerto, 2007,
hlm. 1.
67
1. Find it.
2. Explore it.
3. Select it.
4. Buy it.
5. Ship it.
dan/atau jasa.
dan melindungi kepentingan konsumen atas barang dan/atau jasa yang ada di
masyarakat. Terkait posisi antara konsumen dan pelaku usaha tidak seimbang
dengan baik.123
68
informasi yang terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi dan memberikan
informasi yang sebenar-benanrnya terkait kondisi barang atau jasa yang akan
cara penggunaan, cara perbaikan serta cara merawat barang atau jasa tersebut.
infromasi yang sebenar-benarnya terkait kondisi barang atau jasa yang dari
konsumen atas pemenuhan hak atas informasi yang terbuka. Tidak hanya UU
namun peraturan lain pun juga mengatur tentang hak atas informasi yaitu pada
atau menawarkan atau jasa melalui teknologi informasi berbasis internet wajib
124
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Sistem dan
Transaksi Elektronik.
69
3. Apabila barang yang tidak sesuai maka konsumen diberikan batas waktu
pengembalian; dan
Terkait hak atas informasi terdiri dari informasi yang benar, jelas, dan
yang tertera pada label atau iklan harus sesuai sebagaimana keadaan yang
sesungguhnya.
Informasi yang jelas dan benar dalam transaksi online sangat penting.
dapat berakibat kerugian oleh konsumen. Tidak terpenuhi hak atas informasi
125
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Sistem dan
Transaksi Elektronik.
126
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju, Jakarta, 2011,
hlm. 4.
70
oleh konsumen di kemudian hari atau kerugian dari kehilangan keuntungan
harga barang yang miring dengan kualitas yang bagus, belakangan ini
branded bekas dengan kualitas hampir mendekati baru, jual beli thrifting ini
lebih mudah cari barang, tapi rentan terjadi penipuan. Jadinya, diperlukan UU
Pada awal bulan September 2021 Ahya berniat untuk membeli salah satu
pakaian saja, akan tetapi banyak produk-produk trifting lainnya seperti sepatu
pertimbangan akhirnya Ahya pun merasa yakin dan membeli di toko tersebut,
harga yang terjangkau dengan informasi yang telah disebutkan bahwa pakaian
Barang yang dibeli oleh Ahya pun sampai, tentu terdapat perasaan senang
Ahya sesuai dengan apa yang Ahya inginkan. Akan tetapi, Ahya merasa
71
kecewa karena barang thrifthing yang dibelinya tidak sesuai dengan apa yang
diinformasikan oleh penjual, barang yang dibeli Ahya ternyata bukan pakaian
informasi yang terlihat adalah pelaku usaha telah memberikan informasi yang
merupakan produksi Indonesia akan tetapi ketika Ahya menerima barang yang
telah dibelinya ternyata barang tersebut merupakan Supreme impon dari USA,
dalam hal ini tentu Ahya mengalami kerugian secara materil, karena Supreme
oleh USA.
Berdasarkan kasus tersebut, pelaku usaha dalam jual beli online tersebut
“hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
72
b. Pelaku usaha ketika bertransaksi wajib memberikan informasi yang
d. Pelaku usaha wajib memberikan jaminan atas mutu barang atau jasa
yang diproduksi atau dijual berdasarkan standar mutu barang jasa yang
berlaku;
yang dilanggar:
73
h. Konsumen berhak atas kompensasi atas barang atau jasa jika
Apabila hak atas informasi konsumen telah dilanggar oleh pelaku usaha,
maka konsumen berhak atas hak atas ganti kerugian. Pelaku usaha mempunyai
jaminan atas barang atau jasa sesuai standar yang diberlakukan oleh
konsumen berhak meminta ganti kerugian kepada pelaku usaha tas kerugian
yang timbul. Dari kasus tidak terpenuhnya hak atas konsumen, pelaku usaha
maka pelaku usaha wajib melakukan tanggung jawab berupa membayar ganti
sanksi administratif adalah berupa penetapan ganti rugi yang paling banyak
yang berada pada wilayah Daerah Tingkat II. Sementara itu, sanksi lain yang
74
dapat diberikan bagi pelaku usaha yang melanggar hak konsumen adalah
diatur oleh KUHPerdata maka dilihat dari syarat sahnya perjanjian. Pada Pasal
Apabila unsur objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum
mereka yang mengikatkan dirinya. Perjanjian menjadi sah apabila para pihak
sepakat terhadap segala hal yang terdapat di dalam perjanjian serta adanya
informasi yang tidak benar, tidak jelas dan tidak jujur dan konsumen baru
Sehingga penulis berpendapat bahwa pada kasus di atas unsur syarat sah
75
Pasal 1321 KUHPerdata menyebutkan bahwa tiada sepakat yang sah jika
sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan yang dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa, sehingga
nyata bahwa pihak yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu tanpa
Kasus di atas bahwa perjanjian tersebut tidak terpenuhi oleh syarat sah
sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh
hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak
yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas).
maka perjanjian tetap akan mengikat pihak-pihak terkait karena hakim tidak
B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha ketika Barang yang Dijual Tidak Sesuai
76
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
penelitian ini, pelaku usaha terbagi menjadi dua, yakni konsumen dan
begitu transaksi jual beli secara online merupakan salah satu bentuk dari
definisi ketentuan di atas. Pada transaksi jual beli online, sama halnya dengan
transaksi jual beli biasa yang dilakukan di dunia nyata. Kedudukan para
pihaknya hampir sama, yang membedakan hanya para pihak tidak bertemu
secara langsung atau tatap muka. Sedikit pembeda dalam transaksi jual beli
online adalah adanya provider situs jual beli yang bertindak sebagai
membayar barang yang akan dibeli dari penjual sesuai kesepakatan bersama.
129
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
130
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
77
Kemudian, konsumen wajib mengisi identitas diri secara benar dalam proses
informasi secara lengkap dari barang yang hendak dibeli, sehingga tidak
merasa rugi di kemudian hari. Hubungan hukum demikian diatur dalam Pasal
“perjanjian dikatakan sah apabila telah memenuhi empat hal yaitu adanya kata
sepakat, para pihak cakap hukum, adanya objek yang diperjanjikan, dan
memuat kausa yang halal”.
Perjanjian jual beli yang dilakukan oleh konsumen dan penjual dalam
aplikasi Shopee, telah terhitung sebagai transaksi jual beli. Walaupun, barang
yang dibeli belum diterima konsumen atau masih dalam tahap pengiriman
melalui kurir. Pernyataan ini didukung atau didasari oleh Pasal 1458
“jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah
orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta
harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum
dibayar”.
Berdasarkan wawancara dengan Narasumber, dikatakan bahwa ketika
hendak berbelanja jam tangan G-Shock, sudah diisi dengan benar data diri
diterima melalui kolom deskripsi sudah jelas dan sesuai dengan gambar
131
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
132
Ibid.
133
Wawancara dengan Esa, Pembeli, di Yogyakarta, 12 Oktober 2022.
78
selaku pemilik toko sepatutnya memenuhi pula kewajibannya. Pemenuhan
tersebut dengan memberikan hak konsumen sesuai dengan yang tertera dalam
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
lainnya.
134
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
79
Hubungan hukum konsumen dengan aplikasi Shopee didasarkan kepada
subjek hukum satu dengan lainnya dalam bidang harta kekayaan. Perjanjian
demikian berisi bahwa konsumen wajib tunduk pada term of use aplikasi
Shopee. Dilakukan dengan ditandai dan disetujui pada saat pembuatan akun
disertai dengan menekan tanda persetujuan syarat dan ketentuan dari aplikasi
Shopee. Hal yang sama juga dilakukan oleh penjual yang mendaftarkan diri
ketentuan.135
harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang
dan/atau jasa;
3. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang
135
Abdul Halim B., Hak-hak Konsumen, Nusa Media, Bandung, 2008, hlm. 52.
136
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
80
4. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan/ atau
jasa;
mengenai periklanan.
Kewajiban pelaku usaha secara online turut diatur dalam Pasal 9 UU ITE
yang berbunyi:
wajib dikenakan sanksi berupa ganti rugi terhadap konsumen. Larangan ini
“tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
Berdasarkan wawancara dengan narasumber mengatakan jika sepatu
Nike yang dibeli tidak sesuai dengan informasi tertera. Padahal, narasumber
merasa sudah yakin dengan pakaian yang dibeli bahwa akan sesuai. Namun,
usaha, dalam hal ini penjual, tidak menjalankan kewajiban dengan sebaik-
137
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5142a15699512/perbuatan‐melawan‐
hukum-dalam‐hukum‐perdata‐dan‐hukum‐pidana, diakses terakhir tanggal 20 November 2022,
pukul 20.55 WIB.
138
Wawancara dengan Aryda Bunga, Pembeli, di Yogyakarta, 13 Oktober 2022.
81
baiknya. Keterangan dari narasumber menyatakan jika barang yang
Penjual sengaja tidak jujur kepada konsumen akan kondisi produknya yang
rugi karena membeli barang yang tidak sesuai. Kondisi ini telah menimbulkan
kerugian materiil bagi konsumen berupa uang dan barang. Maka, secara jelas
Oleh karena itu, pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas perbuatan yang
usaha adalah tanggung jawab berdasarkan kesalahan. Teori ini diterapkan agar
pelaku usaha yang berbuat salah serta menimbulkan kerugian pada diri
Aplikasi Shopee memiliki terms of use untuk para pengguna dan penjual
yang harus dipatuhi pada saat pendaftaran akun. Berdasarkan Pasal 1338 ayat
membuatnya. Pasal ini mengandung asas pacta sun servanda yaitu para pihak
139
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5142a15699512/perbuatan‐melawan‐
hukum-dalam‐hukum‐perdata‐dan‐hukum‐pidana, diakses terakhir tanggal 20 November 2022,
pukul 20.55 WIB.
82
yang melakukan perjanjian harus mematuhi perjanjian mereka. Apabila ada
salah satu pihak mengingkari atau tidak menjalankan perjanjian yang telah
tersebut tidak dihiraukan oleh penjual. Padahal, disini penjual telah melanggar
terms of use dari Shopee. Sebab, tidak memberi deskripsi gambar dan
informasi yang benar dan jujur. Hal demikian membuat konsumen merasa rugi
melanggar perjanjian yang dibuat dalam syarat dan ketentuan Shopee. Sebab,
tidak memberi deskripsi gambar dan informasi yang benar dan jujur. Selain
itu, penjual juga tidak merespon dan menerima permintaan konsumen untuk
barang tidak sesuai dengan informasi tertera. Hak konsumen tidak terpenuhi
berikut:142
140
Janus Sidabalok, Op.Cit., hlm. 25.
141
Wawancara dengan Aryda Bunga, Pembeli, di Yogyakarta, 13 Oktober 2022.
142
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
83
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
tidak diskriminatif;
yang berlaku;
diperdagangkan; dan
apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
ketentuan dari Allah Swt. Peristiwa dalam penelitian ini menggambarkan jika
pelaku usaha tidak memenuhi ketentuan dari Allah Swt dimaksud. Pada QS.
al-Baqarah ayat 275 dikatakan jika jual beli diperbolehkan oleh Allah Swt dan
melarang atau mengharamkan praktek riba. Makna ayat tersebut adalah Allah
84
Swt memperbolehkan kepada manusia untuk melaksanakan transaksi jual beli
demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi, tentu saja transaksi jual
beli itu harus sesuai dengan koridor atau ketentuan yang telah Allah Swt
karuniannya dan selalu ingat kepadanya. Oleh karena itu, jika melanggar,
aplikasi Shopee tidak memberikan barang sesuai informasi yang tertera pada
sarana jual beli thrifting, maka harus bertanggung jawab. Tanggung jawab
85
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Tanggung jawab pelaku usaha ketika barang yang dijual tidak sesuai
dengan informasi yang tertera pada perjanjian jual beli thrifting melalui
aplikasi Shopee adalah tidak dipenuhi dengan baik dan benar. Pelaku
usaha, dalam hal ini penjual, tidak memberikan ganti rugi. Pelaku usaha
B. Saran
sebagai berikut:
86
1. Sebaiknya, perlindungan hukum dari aplikasi Shopee lebih serius
konsumen.
87
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A.Z. Nasution, Konsumen dan Hukum, PT Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.
Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam,
Amzah, Jakarta, 2010.
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam, Kairo, 2000.
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,
Kencana, Jakarta, 2005.
Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi
Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2009.
H.M. Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2001.
88
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2010.
Susanti Adi N., Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari Hukum
Acara serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta, 2011.
Jurnal
Aditya Migi Prematura, “Legal Protection for Consumers Against Buying and
Selling Goods Transactions Through Online Shops”, Pena Justisia, Vol. 20
No. 2, Desember 2021.
89
David Chaney, “LifeStyle: A Comprehensive Introduction”, Gadjah Mada
International Journal of Business, Vol. 1 No. 1, 2020.
Dewa Angga, “Legalitas Thrift shop dan Preloved di Indonesia”, Jurnal Kertha
Desa, Vol. 9 No. 6, 2021.
Firqotun Naziah, “Sale & Purchase Agreement Through Internet: The Legal
Certainty for the E-Commerce Practices in Indonesia”, Indonesia Media
Law Review, Vol. 1 No. 1, Juni 2022.
Skripsi
Henita Saputri, “Optimalisasi Pengawasan Penjualan Thrifting (Baju Bekas)
Paketan Secara Online di Kota Pangkal Pinang”, Skripsi, UIN Mulana
Malik Ibrahim, 2022.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
90
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Hasil Wawancara
Wawancara dengan Ahyaul Maghfiroh, Pembeli, di Yogyakarta, 10 Oktober
2022.
Data Elektronik
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5142a15699512/perbuatan‐melawan‐
hukum-dalam‐hukum‐perdata‐dan‐hukum‐pidana, diakses terakhir tanggal
20 November 2022, pukul 20.55 WIB.
91