Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM


KONTRAK E COMMERCE

Disusun Oleh :

1.Ahmad Jaelani Danifulhaq (20.02.51.0002)

2.Raskhafi Fajar Septiyanto (20.02.51.0024)

3.Patrick Assyauqi Lil Alamin (20.02.51.0015)

4.Hendrian Setio Nugroho (20.02.51.0025)

5.Tangguh Farhandito (20.02.51.0017)

PROGAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM DAN BAHASA

UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM
KONTRAK E COMMERCE”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak baru yang lebih populer dengan
istilah digital economic atau ekonomi digital. Keberadaannya ditandai dengan semakin
maraknya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi.
Perdagangan misalnya, semakin banyak mengandalkan perdagangan elektronik atau
electronic commerce (e-commerce) sebagai media transaksi.1
Perdagangan yang berbasis teknologi canggih, e-commerce telah mereformasi
perdagangan konvensional di mana interaksi antara konsumen dan perusahaan yang
sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi interaksi yang tidak langsung. E-commerce
telah merubah paradigma bisnis klasik dengan menumbuhkan model – model interaksi antara
produsen dan konsumen di dunia virtual. Sistem perdagangan yang dipakai dalam
ecommerce dirancang untuk menandatangani secara elektronik. Penandatanganan elektronik
ini dirancang mulai dari saat pembelian, pemeriksaan dan pengiriman.2
Perlindungan konsumen adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bisnis
yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen.
Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang disebutkan
dalam pasal 1 ayat 1 bahwa “perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.3
Pengertian e-commerce adalah segala bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan
barang atau jasa dengan menggunakan media elektronik. Dampak dari adanya internet
sebagai hasil dari kemajuan perkembangan teknologi informasi bagi konsumen di satu sisi
telah mengubah perilaku konsumen menjadi semakin kritis dan selektif dalam menentukan
produk yang akan dipilihnya. Begitu pula bagi produsen, kemajuan ini memberi dampak
positif dalam memudahkan pemasaran produk sehingga dapat menghemat biaya dan waktu.

1.2. Rumusan Masalah

Konsumen yang pada awalnya memesan suatu barang di e comerce merasa dirugikan,
karena barang yang dipesan sama sekali tidak seperti dengan apa yang dijelaskan pada
deskripsi produk. Penjual mengklaim bahwa dompet kulit yang dibelinya dengan harga yang
cukup tinggi terbuat dengan kulit buaya asli, namun setelah barang diterima ternyata dompet
tersebut merupakan dompet yang dibuat dengan kulit sintetis atau buatan. Bahkan warna
yang dikirim juga tidak sesuai dengan apa yang dipesan. Permasalahan yang terjadi dalam e
comerce ini terjadi dikarenakan penjual tidak merespon saat konsumen melakukan

1
Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,
2001, hlm. 33.
2
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di
Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. Vii.
3
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
komplain, padahal terdapat keterangan dalam toko, penjual akan merespon dengan cepat
apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan yang dipesan dan bersedia mengganti
kerugian.
Dari kejadian yang menimpa konsumen ini, konsumen sama sekali tidak mendapatkan
perlindungan hukum sebagaimana mestinya yang terdapat dalam undang undang nomor 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui kendala dalam mendapatkan perlindungan hukum bagi konsumen


yang memperoleh kerugian atas barang yang tidak sesuai dengan perjanjian online yang
sudah disepakati antara penjual maupun penbeli dalam jual beli online. 

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen akibat kerugian atas
barang yang tidak sesuai dengan apa yang telah dipesan pada jual beli online, hal ini
berdasarkan undang undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hukum Perlindungan Konsumen

Konsumen yang diperbincangkan dalam hal ini ialah setiap pengguna barang atau jasa
untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga, dan tidak untuk memproduksi
barang/jasa lain atau memperdagangkannya kembali, adanya transaksi konsumen yang mana
maksudnya ialah proses terjadinya peralihan pemilikan atau penikmatan barang atau jasa
dari penyedia barang atau penyelenggara jasa kepada konsumen.

Pasal 4 UUPK menyebutkan bahwa hak konsumen diantaranya; hak untuk memilih
barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa, hak untuk mendapatkan kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, dll.

Kewajiban bagi pelaku usaha sesuai Pasal 7 UUPK diantaranya; memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; memberi kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan
tidak sesuai dengan perjanjian.

Lebih tegas lagi Pasal 8 UUPK melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan
barang/jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut. Berdasarkan pasal tersebut,
ketidaksesuaian spesifikasi barang yang Anda terima dengan barang tertera dalam iklan/foto
penawaran barang merupakan bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam
memperdagangkan barang.

Maka konsumen sesuai Pasal 4 huruf h UUPK berhak mendapatkan kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Sedangkan, pelaku usaha itu sendiri sesuai
Pasal 7 huruf g UU PK berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian. Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya, pelaku usaha dapat
dipidana berdasarkan Pasal 62 UUPK, yang berbunyi: “Pelaku usaha yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal
15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).”4
4
Pasal 62 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2.2. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi Ecommers

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam transaksi e-commerce bervariasi


tergantung pada negara dan yurisdiksinya. Namun, umumnya ada beberapa prinsip dan
aturan yang dapat melindungi konsumen dalam transaksi e-commerce. Berikut adalah
beberapa contoh perlindungan hukum yang umum ditemukan:

1. Perlindungan Privasi: Hukum perlindungan data pribadi dan privasi mengatur bagaimana
data konsumen harus diolah dan dilindungi oleh perusahaan e-commerce. Hal ini
termasuk keharusan bagi perusahaan untuk memberikan informasi tentang pengumpulan,
penggunaan, dan pengungkapan data kepada konsumen serta memberikan pilihan kepada
konsumen terkait privasi mereka.
2. Kontrak Elektronik: Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas
dan akurat tentang produk atau layanan yang mereka beli. Kontrak elektronik yang
dibuat antara konsumen dan perusahaan e-commerce harus transparan dan harus
mencakup syarat-syarat yang adil dan tidak merugikan konsumen.
3. Perlindungan Konsumen: Undang-undang perlindungan konsumen umumnya berlaku
juga dalam transaksi e-commerce. Ini meliputi hak konsumen untuk menerima produk
atau layanan yang sesuai dengan deskripsi yang diberikan oleh penjual, hak untuk
mengajukan klaim jika produk atau layanan tersebut cacat atau tidak memenuhi harapan,
serta hak untuk mendapatkan pengembalian atau penggantian jika diperlukan.
4. Penipuan dan Praktik Bisnis Tidak Adil: Hukum perlindungan konsumen juga melarang
praktik bisnis yang tidak adil atau menyesatkan dalam transaksi e-commerce. Ini
termasuk penipuan, iklan palsu, atau praktik lain yang bertujuan untuk menipu
konsumen.
5. Penyelesaian Sengketa: Ada prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa yang
tersedia bagi konsumen jika terjadi perselisihan dengan perusahaan e-commerce. Ini
dapat meliputi mediasi, arbitrase, atau pengadilan konsumen khusus.

Penting untuk diingat bahwa perlindungan hukum dapat bervariasi dari negara ke negara.
Oleh karena itu, jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang perlindungan hukum
konsumen dalam transaksi e-commerce di negara tertentu, disarankan untuk mempelajari
hukum dan peraturan yang berlaku di wilayah tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2001
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan
dan Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Pasal 62 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai