Anda di halaman 1dari 24

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU

E-COMMERCE DI ERA DISRUPSI 4.0

FAUZIYAH
DOSEN FAKULTAS HUKUM

Selasa, 31 Agustus 2021


Sistematika

• Latar Belakang;
• Bagaimana aspek perlindungan konsumen terhadap
transaksi bisnis elektronik;
• Bagaimana pengaturan pengawasan transaksi bisnis
elektronik dalam menjamin terselenggaranya hak – hak
konsumen.
• Kesimpulan
Latar belakang
• Pengaturan transaksi elektronik.
• Bentuk- bentuk perbuatan hukum
 UU UU No. 19/2016 ttg perubahan atas • memanfaatkan teknologi dlm berdagang
UU No. 11 / 2008 Tentang ITE.
• Kesejahteraaan ekonomi Nasional.
 UU No. 08/ 1999 Tentang PK.
Latar belakang

• Pendapat Nicholas dalam thesis Enni Soerjati UI (2020)


saat ini tidak ada seorangpun yang membantah bahwa TI
telah mengendalikan perdagangan, menyatukan mata
rantai yang saling terpisah dan menghubungkan bisnis
dan konsumen yang mereka layani.
• Ps. 1 angka 2 UU 19/2016 transaksi elektronik adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.
Definisi E-commerce
• Onno w. Purbo dan Aang Arif Wahyudi E-commerce is a
dynamic set of technologies, applications, and business
process that link enterprieses, consumer and comunnities
through electronic transactions and the electronic
exchange of goods, services and information.
• E-commerce adalah satu set dinamis teknologi, aplikasi
dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,
konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi
elektronik dan perdagangan barang, jasa, dan informasi
yang dilakukan secara elektronik.
• Dampak positif : praktis, mudah dalam pembayaran,
efisiensi waktu, banyak promo.
• Dampak negatif : kecurangan, tanggungjawab
perusahaan online kepada konsumen online sebab begitu
banyaknya perusahaan online yang ada di negeri ini.
UU Perlindungan Konsumen

• UUPK ini sebagai pedoman bagi penjual dan


pembeli bisa menjalankan usahanya secara
jujur dan tepat.

• Perlindungan Konsumen bagian yang tak


terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat.
Keseimbangan perlindungan hukum dalam
kegiatan bisnis yang sehat antara pembeli,
penjual dan pemerintah, tidak adanya
perlindungan yang seimbangan menimbulkan
pembeli berada pada posisi yang lemah.
• Perlindungan ialah hak yang didapatkan
masyarakat yaitu berupa hak untuk memperoleh
keamanan serta kenyamanan, hingga rakyat
merasa aman.
• Karena posisi konsumen yang lemah maka wajib
mendapatkan perlindungan oleh hukum.
• Kelemahan konsumen dalam hal melaksanakan
transaksi elektronik dapat ditinjau melalui terjadinya
wanprestasi dalam pemenuhan kewajiban penjual
sebagai produsen.
• Aspek perlindungannya dengan cara mempertahankan
hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak lain. Dapat
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, dan
kemandirian konsumen terutama dalam memilih,
menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen.
• Tujuan UUPK untuk menciptakan sistem perlindungan
bagi konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dalam keterbukaan infomasi, sehingga dapat
tumbuhkan sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam
menghasilkan barang dan/atau jasa .
Hak- hak Konsumen Pasal 4 UUPK
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya
atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
Hak- hak Konsumen
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
Kewajiban Konsumen Pasal 5 UUPK

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan


prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang
dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
Hak Pelaku Usaha Pasal 6 UUPK

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai


dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari
tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di
dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti
secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak
diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
Kewajiban Pelaku Usaha Pasal 7 UUPK

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
Kewajiban Pelaku Usaha
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
• Selain UUPK pengaturan guna menciptakan
kesejahteraan dalam transaksi bisnis.
• Pemerintah mengeluarkan aturan yaitu UU No. 7 tahun
2014 tentang Perdagangan secara Teknis dasar hukum
penyelenggaraan Peraturan Pemerintah PMSE Nomor 80
Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PP PMSE) pada 24 November 2019 dalam
perdagangan melalui via elektronik.
• PP PMSE mengatur pokok-pokok transaksi e-commerce
baik dari dalam maupun luar negeri, mencakup pelaku
usaha, perizinan, dan pembayaran.
• Larangan iklan yang menyesatkan konsumen maupun
yang mengelabui, seolah-olah produk dan/atau jasa yang
diusulkan menyandang kondisi yang layak akan tetapi
pada kenyataannya tidak .
• Opini pada sebuah produk merupakan sebuah unsur
yang dapat membuat sebuah ketertarikan oleh pembeli
terhadap produk yang akan ditawarkan. Dalam hal
pembuatan opini pada setiap kemasan maupun brosur
pada produk ataupun jasa dapat memperhitungkan fakta
yang dimiliki oleh produk atau jasa tersebut.
• Pengawasan Pemerintah dalam hal ini dapat mencegah
timbulnya tindak pidana penipuan dalam perdagangan
elektronik yang dapat diketahui bahwa tindak pidana
penipuan merupakan kejahatan yang sangat utama pada
suatu perdagangan elektronik maupun tradisional.
• Undang-Undang Perlindungan Konsumen belum secara
jauh mengatur transaksi bisnis e_x0002_commerce
apabila terjadinya sengketa. Pada Peraturan Pemerintah
PMSE sudah diaturnya mengenai
• Penyelesaian sengketa bisnis e-commerce yang terdapat
pada Pasal 72 Bab XV. ODR (Online Dispute Resolution)
merupakan penyelesaian sengketa yang menggunakan
fasilitas teknologi dalampenyelesaian sengketa para
pihak. Dalam hal ini menggunakan negosiasi, mediasi,
arbitrase, dan atau kombinasi. Penyelesaian sengketa ini
merupakan penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non
litigasi). Penyelesaian sengketa ini dikategorikan sebagai
Kesimpulan

• Bentuk pengawasan yang terdapat pada UU


perdagangan dan UUPK belum cukup untuk
perdagangan pada e-commerce, maka dari itu munculah
PeraturanPemerintah PMSE yang membahas mengenai
pembinaan dan pengawasan transaksi elektronik.
• Fungsi Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
dapat mencegah terjadinya wanprestasi tindak penipuan
serta menanggulangi permasalahan yang telah terjadi
mengenai transaksi bisnis elektronik.
• Kemendag sebagai pembinaan bidang perdagangan
mengharuskan semua perusahaan memperdagangkan
produk dengan memenuhi Standarisasi serta
legalitasnya. Tidak luput dari itu, proses pemenuhan
persyarat menjadi peran utama dalam hal memenuhi SNI
serta kelayakan produk guna menunjang hak – hak yang
harus didapat oleh pembeli dari penjual atas penjualan
produk tersebut.

Anda mungkin juga menyukai