Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM

Tinjauan Terhadap Perlindungan Hukum Konsumen dalam Transaksi


Pembelian Daring di Indonesia: Analisis Atas Regulasi yang Berlaku dan
Rekomendasi untuk Meningkatkan Perlindungan Konsumen.

OLEH :

SEBASTIAN SITOHANG
2010601102

FAKULTAS ILMU SISOAL DAN POLITIK


PROGRAM STUDI HUKUM

UNIVERSITAS TIDAR
2020
Abstrak

Di era globalisasi, mendorong tumbuhnya e-commerce yang masih dalam tahap awal dan saat
ini tercakup dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Implementasi dan penegakan hukum yang memadai masih menjadi kendala meskipun telah
ada regulasi seperti UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Akibatnya, banyak terjadi penipuan dan kerugian konsumen. Peningkatan pengawasan dan
penindakan hukum terhadap pelaku bisnis online yang melakukan perilaku merugikan
konsumen menjadi salah satu solusi yang dapat diberikan. Selain itu, penting untuk
menginformasikan dan mensosialisasikan konsumen tentang hak dan tanggung jawab hukum
mereka selama transaksi online, serta menyediakan fasilitas pengaduan yang mudah diakses.
Kesimpulannya, Indonesia masih perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi hak hukum
konsumen saat melakukan pembelian online. Perlindungan konsumen harus menjadi prioritas
dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia. Diperlukan upaya bersama dari
pemerintah, pelaku bisnis daring, dan konsumen untuk memastikan bahwa transaksi daring
dapat dilakukan dengan aman dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat.

Kata Kunci: perlindungan konsumen, daring, ekonomi, teknologi


BAB I

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempermudah akses


konsumen untuk melakukan transaksi pembelian secara online (daring). Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi seperti internet, smartphone, dan aplikasi e-commerce
telah memungkinkan konsumen untuk berbelanja secara online dengan mudah. Sebelumnya,
konsumen harus pergi ke toko fisik untuk membeli barang yang diinginkan, namun sekarang
konsumen dapat membeli barang dari mana saja dan kapan saja melalui perangkat elektronik
mereka. Melalui situs web atau aplikasi e-commerce, konsumen dapat melihat berbagai
macam produk, membandingkan harga, membaca ulasan dari pelanggan sebelumnya, dan
memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Setelah itu, konsumen dapat
melakukan pembayaran secara online dan produk akan dikirimkan ke alamat yang
diinginkan.
Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi juga memungkinkan konsumen untuk
memantau status pengiriman dan melakukan pengembalian produk jika diperlukan dengan
mudah. Semua kemudahan ini telah membuat berbelanja secara online menjadi pilihan yang
lebih menarik bagi konsumen.
Namun, dengan semakin banyaknya transaksi pembelian daring, perlindungan
konsumen menjadi hal yang semakin penting untuk diperhatikan. Dalam transaksi daring,
konsumen tidak selalu memiliki akses langsung ke produk yang dibeli dan keadaan produk
dapat berbeda dari apa yang diiklankan. Selain itu, konsumen juga dapat menjadi korban
penipuan, penjualan produk palsu atau cacat, dan berbagai masalah lain yang dapat
merugikan mereka.
Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum yang memadai bagi konsumen
dalam transaksi pembelian daring. Sejumlah regulasi terkait dengan perlindungan konsumen
dalam transaksi daring telah dikeluarkan, seperti Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan
Melalui Sistem Elektronik.
Namun, masih banyak masalah yang perlu diatasi dalam perlindungan konsumen
dalam transaksi daring di Indonesia. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik memiliki beberapa masalah yang perlu diperhatikan.
Pertama, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 masih mengacu pada kondisi ekonomi
dan teknologi yang berbeda dengan zaman sekarang. Seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan internet, banyak konsumen melakukan pembelian produk secara
online. Namun, undang-undang tersebut belum mengakomodasi kebutuhan perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian online secara cukup memadai. Kedua, Peraturan
Pemerintah No. 80 Tahun 2019 yang mengatur perdagangan melalui sistem elektronik, masih
memiliki beberapa kekurangan dalam pengaturannya. Beberapa ketentuan yang ada kurang
jelas dan terbuka untuk interpretasi yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan
ketidakpastian bagi para pelaku bisnis dan konsumen. Ketiga, meskipun kedua peraturan
tersebut ada, masih banyak pelaku bisnis online yang tidak patuh terhadap ketentuan tersebut,
baik dari sisi perlindungan konsumen maupun pajak.
Hal ini menyebabkan kerugian bagi konsumen dan negara. Oleh karena itu, penelitian
tentang perlindungan konsumen dalam transaksi daring di Indonesia menjadi topik yang
penting untuk dikaji lebih lanjut dan perlu dilakukan evaluasi terhadap kedua peraturan
tersebut agar dapat mengakomodasi kondisi ekonomi dan teknologi yang terkini, serta
diperlukan penegakan hukum yang lebih tegas bagi para pelaku bisnis online yang tidak
patuh terhadap ketentuan tersebut.
2. Identifikasi masalah

Perlindungan konsumen merupakan isu kritis dalam bisnis dan pemerintahan.


Konsumen yang terlindungi dengan baik akan merasa lebih aman dan terlindungi saat
bertransaksi bisnis. Terlepas dari kenyataan bahwa beberapa peraturan telah dibuat
untuk melindungi konsumen di Indonesia, masih ada beberapa masalah yang dihadapi
konsumen. Oleh karena itu, bagian ini akan membahas peraturan dan rekomendasi
yang relevan untuk meningkatkan perlindungan konsumen di Indonesia.
Teridentifikasi lemahnya regulasi yang diterapkan. Yakni di Indonesia, masih
lemahnya regulasi yang diterapkan untuk melindungi konsumen. Beberapa regulasi
yang telah diterapkan belum cukup efektif dan masih terdapat celah yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk melakukan praktik bisnis yang tidak jujur dan
tidak adil. Rendahnya kesadaran konsumen Masalah lainnya adalah rendahnya
kesadaran konsumen akan hak-haknya. Sebagian besar konsumen masih belum
menyadari hak-haknya sebagai konsumen dan masih rentan terhadap praktik bisnis
yang tidak jujur dan tidak adil. Dan juga Pelanggaran hak konsumen, ada beberapa
kasus di Indonesia dimana hak konsumen dilanggar oleh perusahaan, seperti
ketidaksesuaian antara produk dan deskripsi produk, perbedaan harga, dan perbedaan
kualitas produk.

3. Batasan Masalah

Peraturan perlindungan konsumen di Indonesia merupakan landasan penting


untuk melindungi hak-hak konsumen. Meskipun telah ada UU Perlindungan
Konsumen dan peraturan yang menyertainya, masih terdapat celah yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak jujur dan tidak adil. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk memperkuat regulasi yang ada dan meningkatkan
transparansi regulasi tersebut.

Pelanggaran hak konsumen merupakan hal yang umum terjadi di Indonesia.


Perbedaan antara produk dan deskripsi produk, perbedaan harga, dan perbedaan
kualitas produk semuanya telah dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu,
diperlukan penegakan hukum yang tegas bagi perusahaan yang melanggar hukum,
demikian pula penguatan kelembagaan yang bertugas melindungi hak-hak
konsumen. Hambatan lain untuk meningkatkan perlindungan konsumen di
Indonesia adalah kurangnya kesadaran konsumen akan hak-haknya. Karena
kurangnya pengetahuan tentang hak-hak mereka, konsumen tetap rentan terhadap
praktik bisnis yang menipu dan tidak adil. Akibatnya, harus dilakukan upaya
untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan hak-haknya, seperti melalui
kampanye pendidikan dan pemberian informasi yang jelas tentang produk dan
layanan.

Pengembangan teknologi untuk meningkatkan perlindungan konsumen


merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan perlindungan konsumen di
Indonesia. Dengan menyediakan platform online yang aman dan transparan untuk
melakukan transaksi bisnis, teknologi dapat membantu meningkatkan
perlindungan konsumen. Selain itu, teknologi dapat membantu mempercepat
proses penyelesaian sengketa antara konsumen dan bisnis. Akibatnya, upaya harus
dilakukan untuk mengembangkan teknologi yang akan menguntungkan
konsumen.

4. Perumusan Masalah

1. Bagaimana peraturan hukum yang berlaku terkait perlindungan konsumen dalam


transaksi pembelian daring di Indonesia?
2. Apa solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam
transaksi pembelian daring di Indonesia?

5. Tujuan

1. Untuk mengetahui peraturan hukum yang berlaku terkait perlindungan konsumen


dalam transaksi pembelian daring di Indonesia
2. Untuk memberikan solusi terkait peningkatan perlindungan konsumen dalam
transaksi pembelian daring di Indonesia
6. Manfaat penelitian

Beberapa manfaat melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan


yang berlaku mengenai perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian online
serta memberikan solusi terkait peningkatan perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring di Indonesia antara lain :

 Meningkatkan Kepercayaan Konsumen: Dengan adanya peraturan hukum


yang jelas dan diterapkan dengan tegas, konsumen akan lebih percaya untuk
melakukan transaksi pembelian daring. Ini akan membantu meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap pasar daring dan mendorong pertumbuhan
bisnis di sektor e-commerce.

 Menjaga Kestabilan Pasar: Peraturan hukum yang ketat akan membantu


menjaga kestabilan pasar dengan mengurangi praktik bisnis yang tidak adil
dan merugikan konsumen. Hal ini akan memperkuat pertumbuhan pasar
daring dengan memberikan kepercayaan kepada konsumen.

 Melindungi Konsumen: Dengan mengetahui peraturan hukum yang berlaku,


konsumen akan dapat mengetahui hak-hak mereka jika terjadi masalah dalam
transaksi pembelian daring. Hal ini akan membantu melindungi konsumen dari
praktik bisnis yang tidak fair dan memastikan bahwa mereka mendapatkan
perlindungan yang layak.

 Mendorong Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan bisnis e-commerce yang


stabil dan terpercaya akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian negara.

 Memberikan Kontribusi bagi Masyarakat: Penelitian ini dapat memberikan


kontribusi yang signifikan bagi masyarakat, terutama bagi konsumen dalam
melakukan transaksi pembelian daring. Dengan adanya solusi yang disarankan
dalam penelitian, konsumen dapat memperoleh perlindungan yang lebih baik
dalam transaksi pembelian daring.

 Meningkatkan Kualitas Layanan: Penelitian ini dapat membantu


meningkatkan kualitas layanan pada bisnis e-commerce dan meningkatkan
kepercayaan konsumen dalam melakukan transaksi pembelian daring. Hal ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan bisnis e-commerce secara positif.

 Meningkatkan Kesadaran Konsumen: Penelitian ini dapat meningkatkan


kesadaran konsumen tentang hak-hak mereka dalam transaksi pembelian
daring, sehingga mereka dapat lebih waspada dan berhati-hati dalam
melakukan transaksi.

 Menjadi Sumber Rujukan: Penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan bagi
regulator, pengusaha, dan masyarakat untuk memperkuat perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian daring. Solusi yang disarankan dapat
menjadi panduan bagi mereka dalam menetapkan kebijakan dan melakukan
tindakan nyata untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring.

 Menyediakan Bahan Penelitian: Pengetahuan tentang peraturan hukum yang


berlaku juga akan memberikan bahan penelitian bagi para akademisi dan
peneliti untuk mempelajari pengaruh perlindungan konsumen terhadap bisnis
e-commerce di Indonesia dan mengevaluasi efektivitas peraturan hukum yang
ada.

 Mendorong Penelitian Selanjutnya: Penelitian ini dapat menjadi awal bagi


penelitian selanjutnya terkait perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring. Dengan adanya solusi yang disarankan, dapat menjadi
peluang untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan detail
mengenai perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring.
BAB II

3. Tinjauan Pustaka

Berikut adalah beberapa literatur yang dapat menjadi acuan untuk melakukan tinjauan
pustaka terkait dengan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring di
Indonesia:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen: Undang-
undang ini merupakan dasar hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Dalam
undang-undang ini terdapat ketentuan tentang hak-hak dan perlindungan yang diberikan
kepada konsumen, termasuk dalam transaksi pembelian daring.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik: Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan tentang perlindungan
konsumen dalam transaksi elektronik, termasuk transaksi pembelian daring.
3. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Online (Jurnal Yustisia, 2019): Artikel ini
membahas tentang peran perlindungan konsumen dalam transaksi online dan tantangan
yang dihadapi dalam memberikan perlindungan konsumen yang efektif dalam transaksi
pembelian daring.

4.1 Tinjauan Teoritis

1. Teori Ekonomi: Teori ekonomi dapat digunakan untuk memahami perilaku konsumen
dalam melakukan transaksi pembelian daring. Teori ekonomi juga dapat membantu
untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
memilih transaksi pembelian daring dan bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas
perlindungan konsumen dalam transaksi tersebut.
2. Teori Hukum Kontrak: Teori hukum kontrak dapat digunakan untuk memahami hak dan
kewajiban konsumen dan penjual dalam transaksi pembelian daring. Teori ini juga dapat
membantu untuk memahami peraturan yang berlaku dan bagaimana peraturan tersebut
harus diterapkan dalam transaksi pembelian daring.
3. Teori Perlindungan Konsumen: Teori perlindungan konsumen dapat digunakan untuk
memahami hak-hak dan perlindungan yang harus diberikan kepada konsumen dalam
transaksi pembelian daring. Teori ini juga dapat membantu untuk memahami kebijakan
perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia dan bagaimana kebijakan tersebut
harus diterapkan dalam transaksi pembelian daring.
4. Teori Teknologi Informasi: Teori teknologi informasi dapat digunakan untuk
memahami perkembangan teknologi informasi dan bagaimana teknologi tersebut
mempengaruhi transaksi pembelian daring. Teori ini juga dapat membantu untuk
memahami permasalahan keamanan dan privasi dalam transaksi pembelian daring serta
cara untuk meningkatkan keamanan dan privasi dalam transaksi tersebut.

Jadi dengan menggunakan tinjauan teoritis, penulis dapat memperkuat argumen dalam
penelitian dan memberikan dasar teoritis yang kuat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring di
Indonesia.

4.2 Tinjauan Konseptual

Beberapa konsep yang dapat diulas dalam tinjauan konseptual ini antara lain:

1. Transaksi pembelian daring: Transaksi pembelian daring atau online merupakan


transaksi jual beli yang dilakukan melalui internet. Dalam transaksi ini, pembeli
melakukan pembayaran secara online dan barang akan dikirimkan ke alamat pembeli.
2. Perlindungan hukum konsumen: Perlindungan hukum konsumen adalah upaya untuk
melindungi hak-hak konsumen dalam transaksi jual beli, termasuk dalam transaksi
pembelian daring. Perlindungan hukum konsumen meliputi hak-hak seperti hak atas
informasi yang jelas dan benar, hak atas keamanan dan privasi, serta hak atas
kompensasi jika terjadi kerugian.
3. Regulasi yang berlaku: Regulasi yang berlaku di Indonesia terkait dengan
perlindungan hukum konsumen dalam transaksi pembelian daring antara lain Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik,
dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan
Layanan Jasa Pembayaran.
4. Rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen: Beberapa rekomendasi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring antara lain peningkatan kesadaran dan edukasi konsumen,
penegakan hukum yang lebih efektif terhadap pelanggaran hak konsumen, serta
peningkatan pengawasan dan regulasi terhadap penyelenggara transaksi pembelian
daring.

Penulis dapat lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perlindungan hukum


konsumen dalam transaksi pembelian secara daring di Indonesia dengan melakukan tinjauan
konseptual terhadap konsep-konsep di atas. Dengan pemahaman yang lebih baik, penulis
dapat memberikan saran dan rekomendasi yang tepat untuk meningkatkan efektifitas
perlindungan hukum konsumen dalam transaksi jual beli secara daring di Indonesia.
BAB III

5. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
normatif. Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang mengacu pada hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku1, sedangkan pendekatan normatif adalah
pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder terhadap
asas-asas hukum serta studi kasus yang dengan kata lain sering disebut sebagai penelitian
hukum kepustakaan.2 Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode penelitian kepustakaan. Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundangundangan, buku-buku, dokumen resmi,
publikasi dan hasil penelitian. Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode
penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur
hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau
makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum
yang menjadi objek kajian.
Penelitian hukum terhadap peningkatan perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis peraturan hukum yang berlaku terkait perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring di Indonesia, serta memberikan solusi yang dapat meningkatkan
perlindungan konsumen dalam transaksi tersebut.
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik data,
sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan memberikan
rekomendasi solusi untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian
daring.
1
Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1982), hlm. 20.

2
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 13.
Pelaksanaan Penelitian, penelitian dilaksanakan dengan melakukan studi literatur dan
pengumpulan data dari konsumen yang telah melakukan transaksi pembelian daring.
Selanjutnya, data akan dianalisis untuk mengidentifikasi peraturan hukum yang berlaku,
menganalisis kelemahan dan kekurangan dalam perlindungan konsumen saat ini, serta
memberikan solusi untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian
daring.
Output dari penelitian ini berupa laporan hasil penelitian yang berisi analisis peraturan
hukum yang berlaku terkait perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring, serta
rekomendasi solusi yang dapat meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi
tersebut. Dengan desain penelitian tersebut, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum, serta bermanfaat bagi regulator, pengusaha, dan
masyarakat untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring
di Indonesia.
BAB IV

6. Pembahasan

Pada era globalisasi saat ini, perlindungan konsumen menjadi semakin penting karena
konsumen harus dijamin hak-hak mereka dan dilindungi dari praktik bisnis yang tidak etis.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan perlindungan konsumen agar
mereka dapat memperoleh produk dan layanan yang aman, bermutu, dan adil. Berikut adalah
beberapa rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen:

1. Peningkatan Kesadaran Konsumen

Pendidikan dan kesadaran konsumen adalah kunci utama dalam meningkatkan


perlindungan konsumen. Konsumen harus diberi pengetahuan tentang hak-hak
mereka dan diberitahu tentang risiko yang mungkin terjadi dalam transaksi bisnis.
Pemerintah dapat melakukan kampanye edukasi dengan cara menyediakan informasi
yang mudah dipahami dan diakses oleh konsumen.

2. Peningkatan Regulasi dan Hukuman

Pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas dan tegas mengenai perlindungan
konsumen. Aturan ini harus mempertimbangkan kepentingan konsumen dan
membatasi praktik bisnis yang tidak etis atau merugikan konsumen. Selain itu,
hukuman yang tegas harus diberikan kepada pelanggar aturan ini untuk mencegah
praktik bisnis yang tidak etis terjadi kembali.
3. Meningkatkan Pengawasan dan Penegakan Hukum

Pemerintah harus memiliki lembaga pengawas yang independen dan kuat untuk
mengawasi praktik bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Lembaga ini harus
memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi dan memperketat aturan-aturan
terkait bisnis. Selain itu, penegakan hukum terhadap praktik bisnis yang melanggar
aturan harus dilakukan secara tegas dan konsisten.

4. Mendorong Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Perusahaan harus bertanggung jawab dalam melindungi konsumen. Perusahaan harus


memastikan bahwa produk dan layanan yang mereka sediakan aman, bermutu, dan
sesuai dengan standar. Selain itu, perusahaan juga harus mendorong praktik bisnis
yang etis dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Peningkatan
Akses Konsumen terhadap Informasi Konsumen harus memiliki akses terhadap
informasi yang cukup dan jelas mengenai produk dan layanan yang mereka beli.
Informasi ini harus mencakup informasi tentang produk, harga, dan syarat-syarat
pembelian. Pemerintah dapat membantu

5. Meningkatkan akses konsumen terhadap informasi dengan menyediakan platform


informasi yang mudah diakses.

Dalam kesimpulannya, meningkatkan perlindungan konsumen adalah suatu tugas yang


memerlukan kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan konsumen. Dengan adanya
upaya-upaya tersebut, diharapkan konsumen dapat memperoleh perlindungan yang cukup dan
produk dan layanan yang aman dan bermutu.

Di Indonesia dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan


perlindungan adalah:

1. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen di
antaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta
mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.3

2. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat yaitu mengenai:
 Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.
 Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
 Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa.

3
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3. PP No.58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen.

4. Surat Edaran Dirjen Perdagangan dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 tentang


Penanganan Pengaduan Konsumen yang ditujukan kepada seluruh dinas Indag
Prop/Kab/Kota yaitu membahas tentang memberlakuan wajib label berbahasa
Indonesia bagi produk yang beredar di Indonesia sebagai langkah meningkatkan
perlindungan konsumen. Permendag ini merupakan perbaikan atas Permendag No.
62/MDAG/PER/12/2009. 4

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.


795/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.

Sesuai dengan Pasal 4 Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), 5

Hak-hak Konsumen adalah :


1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Maka
sebagai konsumen memiliki berbagai hak dalam tindakan pembelian barang serta
adanya berbagai perlindungan hukum terhadap konsumen.

Maka sebagai konsumen memiliki berbagai hak dalam tindakan pembelian barang serta
adanya berbagai perlindungan hukum terhadap konsumen.
Pada era digital yang semakin berkembang, belanja online atau transaksi pembelian
daring menjadi semakin populer di Indonesia. Namun, transaksi pembelian daring juga

4
Ahmadi dan Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. hal. 58
5
Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
menimbulkan tantangan tersendiri dalam hal perlindungan konsumen.

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian daring di Indonesia:

1. Peningkatan Kesadaran Konsumen

Pendidikan dan kesadaran konsumen adalah kunci utama dalam meningkatkan


perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring. Konsumen harus
diberikan pengetahuan tentang hak-hak mereka dan risiko yang mungkin terjadi
dalam transaksi bisnis daring. Pemerintah dan platform e-commerce dapat melakukan
kampanye edukasi dengan cara menyediakan informasi yang mudah dipahami dan
diakses oleh konsumen. 6

2. Peningkatan Regulasi dan Hukuman

Pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas dan tegas mengenai perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian daring. Aturan ini harus mempertimbangkan
kepentingan konsumen dan membatasi praktik bisnis yang tidak etis atau merugikan
konsumen. Selain itu, hukuman yang tegas harus diberikan kepada pelanggar aturan
ini untuk mencegah praktik bisnis yang tidak etis terjadi kembali.

3. Meningkatkan Pengawasan dan Penegakan Hukum

Pemerintah harus memiliki lembaga pengawas yang independen dan kuat untuk
mengawasi praktik bisnis yang dilakukan oleh perusahaan e-commerce. Lembaga ini
harus memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi dan memperketat aturan-
aturan terkait bisnis daring. Selain itu, penegakan hukum terhadap praktik bisnis yang
melanggar aturan harus dilakukan secara tegas dan konsisten.

4. Mendorong Tanggung Jawab Sosial Perusahaan E-commerce

Perusahaan e-commerce harus bertanggung jawab dalam melindungi konsumen.


Perusahaan harus memastikan bahwa produk dan layanan yang mereka sediakan
aman, bermutu, dan sesuai dengan standar. Selain itu, perusahaan juga harus
mendorong praktik bisnis yang etis dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
masyarakat.

6
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Umum E-commerce.
5. Peningkatan Akses Konsumen terhadap Informasi

Konsumen harus memiliki akses terhadap informasi yang cukup dan jelas mengenai
produk dan layanan yang mereka beli secara daring. Informasi ini harus mencakup
informasi tentang produk, harga, dan syarat-syarat pembelian. Platform e-commerce
harus memastikan bahwa informasi tersebut mudah diakses oleh konsumen. 7

6. Meningkatkan Proteksi Pembayaran

Transaksi pembayaran daring harus dilindungi oleh sistem yang aman dan terjamin.
Oleh karena itu, platform e-commerce harus memastikan bahwa sistem pembayaran
yang mereka gunakan aman dan dapat melindungi konsumen dari penipuan atau
kejahatan siber. Dalam kesimpulannya, solusi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring di Indonesia
memerlukan kerjasama antara pemerintah, perusahaan e-commerce, dan konsumen.
Dengan adanya upaya-upaya.

7
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. (2019). Perlindungan Konsumen dalam Transaksi
Daring.
BAB V

7. Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka


dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesadaran konsumen, regulasi dan hukuman yang tegas,
pengawasan dan penegakan hukum yang kuat, tanggung jawab sosial perusahaan e-
commerce, peningkatan akses konsumen terhadap informasi, dan proteksi
pembayaran yang lebih baik, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen
dalam melakukan transaksi pembelian daring dan mengurangi risiko kerugian bagi
konsumen. Dalam hal ini, peran pemerintah dan perusahaan e-commerce sangat
penting untuk memastikan perlindungan konsumen yang memadai.

2. Bahwa perlindungan konsumen menjadi semakin penting dalam era globalisasi saat
ini, dan perlu adanya upaya untuk meningkatkan perlindungan konsumen agar mereka
dapat memperoleh produk dan layanan yang aman, bermutu, dan adil. Beberapa
rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen termasuk peningkatan
kesadaran konsumen, peningkatan regulasi dan hukuman, meningkatkan pengawasan
dan penegakan hukum, mendorong tanggung jawab sosial perusahaan, dan
meningkatkan akses konsumen terhadap informasi. Dalam kesimpulannya,
meningkatkan perlindungan konsumen memerlukan kerjasama antara pemerintah,
perusahaan, dan konsumen. Diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut,
konsumen dapat memperoleh perlindungan yang cukup dan produk dan layanan yang
aman dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA

aini, D. n. (2022). Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pada Transaksi Digital Asset Kripto
Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. PADJAJARAN LAW REVIEW, 10 No. 1.
EIOPA (European Insurance and Accuptional Pensions Authory. (2022). GENERAL
PUBLICATIONS. Consumer Trends Report .
PERATURAN MENTRI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA No. 50/2018 Tentang
Penyelenggaraan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA No. 91/2019
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Bidang Perdagangan
Tahun Anggaran 2020
UNDANG-UNDANG No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Anda mungkin juga menyukai