OLEH :
SEBASTIAN SITOHANG
2010601102
UNIVERSITAS TIDAR
2020
Abstrak
Di era globalisasi, mendorong tumbuhnya e-commerce yang masih dalam tahap awal dan saat
ini tercakup dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Implementasi dan penegakan hukum yang memadai masih menjadi kendala meskipun telah
ada regulasi seperti UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Akibatnya, banyak terjadi penipuan dan kerugian konsumen. Peningkatan pengawasan dan
penindakan hukum terhadap pelaku bisnis online yang melakukan perilaku merugikan
konsumen menjadi salah satu solusi yang dapat diberikan. Selain itu, penting untuk
menginformasikan dan mensosialisasikan konsumen tentang hak dan tanggung jawab hukum
mereka selama transaksi online, serta menyediakan fasilitas pengaduan yang mudah diakses.
Kesimpulannya, Indonesia masih perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi hak hukum
konsumen saat melakukan pembelian online. Perlindungan konsumen harus menjadi prioritas
dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia. Diperlukan upaya bersama dari
pemerintah, pelaku bisnis daring, dan konsumen untuk memastikan bahwa transaksi daring
dapat dilakukan dengan aman dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat.
3. Batasan Masalah
4. Perumusan Masalah
5. Tujuan
Menjadi Sumber Rujukan: Penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan bagi
regulator, pengusaha, dan masyarakat untuk memperkuat perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian daring. Solusi yang disarankan dapat
menjadi panduan bagi mereka dalam menetapkan kebijakan dan melakukan
tindakan nyata untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring.
3. Tinjauan Pustaka
Berikut adalah beberapa literatur yang dapat menjadi acuan untuk melakukan tinjauan
pustaka terkait dengan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring di
Indonesia:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen: Undang-
undang ini merupakan dasar hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Dalam
undang-undang ini terdapat ketentuan tentang hak-hak dan perlindungan yang diberikan
kepada konsumen, termasuk dalam transaksi pembelian daring.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik: Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan tentang perlindungan
konsumen dalam transaksi elektronik, termasuk transaksi pembelian daring.
3. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Online (Jurnal Yustisia, 2019): Artikel ini
membahas tentang peran perlindungan konsumen dalam transaksi online dan tantangan
yang dihadapi dalam memberikan perlindungan konsumen yang efektif dalam transaksi
pembelian daring.
1. Teori Ekonomi: Teori ekonomi dapat digunakan untuk memahami perilaku konsumen
dalam melakukan transaksi pembelian daring. Teori ekonomi juga dapat membantu
untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
memilih transaksi pembelian daring dan bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas
perlindungan konsumen dalam transaksi tersebut.
2. Teori Hukum Kontrak: Teori hukum kontrak dapat digunakan untuk memahami hak dan
kewajiban konsumen dan penjual dalam transaksi pembelian daring. Teori ini juga dapat
membantu untuk memahami peraturan yang berlaku dan bagaimana peraturan tersebut
harus diterapkan dalam transaksi pembelian daring.
3. Teori Perlindungan Konsumen: Teori perlindungan konsumen dapat digunakan untuk
memahami hak-hak dan perlindungan yang harus diberikan kepada konsumen dalam
transaksi pembelian daring. Teori ini juga dapat membantu untuk memahami kebijakan
perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia dan bagaimana kebijakan tersebut
harus diterapkan dalam transaksi pembelian daring.
4. Teori Teknologi Informasi: Teori teknologi informasi dapat digunakan untuk
memahami perkembangan teknologi informasi dan bagaimana teknologi tersebut
mempengaruhi transaksi pembelian daring. Teori ini juga dapat membantu untuk
memahami permasalahan keamanan dan privasi dalam transaksi pembelian daring serta
cara untuk meningkatkan keamanan dan privasi dalam transaksi tersebut.
Jadi dengan menggunakan tinjauan teoritis, penulis dapat memperkuat argumen dalam
penelitian dan memberikan dasar teoritis yang kuat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring di
Indonesia.
Beberapa konsep yang dapat diulas dalam tinjauan konseptual ini antara lain:
5. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
normatif. Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang mengacu pada hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku1, sedangkan pendekatan normatif adalah
pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder terhadap
asas-asas hukum serta studi kasus yang dengan kata lain sering disebut sebagai penelitian
hukum kepustakaan.2 Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode penelitian kepustakaan. Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundangundangan, buku-buku, dokumen resmi,
publikasi dan hasil penelitian. Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode
penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur
hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau
makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum
yang menjadi objek kajian.
Penelitian hukum terhadap peningkatan perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis peraturan hukum yang berlaku terkait perlindungan konsumen dalam transaksi
pembelian daring di Indonesia, serta memberikan solusi yang dapat meningkatkan
perlindungan konsumen dalam transaksi tersebut.
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik data,
sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan memberikan
rekomendasi solusi untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian
daring.
1
Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1982), hlm. 20.
2
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 13.
Pelaksanaan Penelitian, penelitian dilaksanakan dengan melakukan studi literatur dan
pengumpulan data dari konsumen yang telah melakukan transaksi pembelian daring.
Selanjutnya, data akan dianalisis untuk mengidentifikasi peraturan hukum yang berlaku,
menganalisis kelemahan dan kekurangan dalam perlindungan konsumen saat ini, serta
memberikan solusi untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian
daring.
Output dari penelitian ini berupa laporan hasil penelitian yang berisi analisis peraturan
hukum yang berlaku terkait perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring, serta
rekomendasi solusi yang dapat meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi
tersebut. Dengan desain penelitian tersebut, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum, serta bermanfaat bagi regulator, pengusaha, dan
masyarakat untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring
di Indonesia.
BAB IV
6. Pembahasan
Pada era globalisasi saat ini, perlindungan konsumen menjadi semakin penting karena
konsumen harus dijamin hak-hak mereka dan dilindungi dari praktik bisnis yang tidak etis.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan perlindungan konsumen agar
mereka dapat memperoleh produk dan layanan yang aman, bermutu, dan adil. Berikut adalah
beberapa rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen:
Pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas dan tegas mengenai perlindungan
konsumen. Aturan ini harus mempertimbangkan kepentingan konsumen dan
membatasi praktik bisnis yang tidak etis atau merugikan konsumen. Selain itu,
hukuman yang tegas harus diberikan kepada pelanggar aturan ini untuk mencegah
praktik bisnis yang tidak etis terjadi kembali.
3. Meningkatkan Pengawasan dan Penegakan Hukum
Pemerintah harus memiliki lembaga pengawas yang independen dan kuat untuk
mengawasi praktik bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Lembaga ini harus
memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi dan memperketat aturan-aturan
terkait bisnis. Selain itu, penegakan hukum terhadap praktik bisnis yang melanggar
aturan harus dilakukan secara tegas dan konsisten.
2. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat yaitu mengenai:
Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.
Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa.
3
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3. PP No.58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen.
Maka sebagai konsumen memiliki berbagai hak dalam tindakan pembelian barang serta
adanya berbagai perlindungan hukum terhadap konsumen.
Pada era digital yang semakin berkembang, belanja online atau transaksi pembelian
daring menjadi semakin populer di Indonesia. Namun, transaksi pembelian daring juga
4
Ahmadi dan Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. hal. 58
5
Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
menimbulkan tantangan tersendiri dalam hal perlindungan konsumen.
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian daring di Indonesia:
Pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas dan tegas mengenai perlindungan
konsumen dalam transaksi pembelian daring. Aturan ini harus mempertimbangkan
kepentingan konsumen dan membatasi praktik bisnis yang tidak etis atau merugikan
konsumen. Selain itu, hukuman yang tegas harus diberikan kepada pelanggar aturan
ini untuk mencegah praktik bisnis yang tidak etis terjadi kembali.
Pemerintah harus memiliki lembaga pengawas yang independen dan kuat untuk
mengawasi praktik bisnis yang dilakukan oleh perusahaan e-commerce. Lembaga ini
harus memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi dan memperketat aturan-
aturan terkait bisnis daring. Selain itu, penegakan hukum terhadap praktik bisnis yang
melanggar aturan harus dilakukan secara tegas dan konsisten.
6
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Umum E-commerce.
5. Peningkatan Akses Konsumen terhadap Informasi
Konsumen harus memiliki akses terhadap informasi yang cukup dan jelas mengenai
produk dan layanan yang mereka beli secara daring. Informasi ini harus mencakup
informasi tentang produk, harga, dan syarat-syarat pembelian. Platform e-commerce
harus memastikan bahwa informasi tersebut mudah diakses oleh konsumen. 7
Transaksi pembayaran daring harus dilindungi oleh sistem yang aman dan terjamin.
Oleh karena itu, platform e-commerce harus memastikan bahwa sistem pembayaran
yang mereka gunakan aman dan dapat melindungi konsumen dari penipuan atau
kejahatan siber. Dalam kesimpulannya, solusi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan perlindungan konsumen dalam transaksi pembelian daring di Indonesia
memerlukan kerjasama antara pemerintah, perusahaan e-commerce, dan konsumen.
Dengan adanya upaya-upaya.
7
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. (2019). Perlindungan Konsumen dalam Transaksi
Daring.
BAB V
7. Kesimpulan
2. Bahwa perlindungan konsumen menjadi semakin penting dalam era globalisasi saat
ini, dan perlu adanya upaya untuk meningkatkan perlindungan konsumen agar mereka
dapat memperoleh produk dan layanan yang aman, bermutu, dan adil. Beberapa
rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen termasuk peningkatan
kesadaran konsumen, peningkatan regulasi dan hukuman, meningkatkan pengawasan
dan penegakan hukum, mendorong tanggung jawab sosial perusahaan, dan
meningkatkan akses konsumen terhadap informasi. Dalam kesimpulannya,
meningkatkan perlindungan konsumen memerlukan kerjasama antara pemerintah,
perusahaan, dan konsumen. Diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut,
konsumen dapat memperoleh perlindungan yang cukup dan produk dan layanan yang
aman dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
aini, D. n. (2022). Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pada Transaksi Digital Asset Kripto
Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. PADJAJARAN LAW REVIEW, 10 No. 1.
EIOPA (European Insurance and Accuptional Pensions Authory. (2022). GENERAL
PUBLICATIONS. Consumer Trends Report .
PERATURAN MENTRI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA No. 50/2018 Tentang
Penyelenggaraan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA No. 91/2019
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Bidang Perdagangan
Tahun Anggaran 2020
UNDANG-UNDANG No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.