Anda di halaman 1dari 22

E- BUSSINES

KELOMPOK 4
• Anisa soulisa
• Citra Pratama
• Mar’aturriada Tulapessy
• Saida Rumbia
• Fitriyatur Rosyidah
Payapo
KEBIJAKAN DAN ETIKA
DALAM E-BISNIS
KEBIJAKAN
D A L A M E - B IS N IS

Kebijakan Publik dalam E-Bisnis


menyangkut regulasi yang mengatur
jalannya E-Bisnis agar dapat sesuai dengan
hukum dan aturan-aturan yang berlaku
pada suatu negara.
Hal yang mungkin dihadapi

1. Bagaimana mengadaptasi mekanisme transaksi formal yang secara


hukum dilindungi, yaitu tanda tangan dan saksi-saksi.
2. Bagaimana merepresentasikan dokumen-dokumen legal di dalam
internet yang pada dasarnya merupakan file-file komputer yang mudah
digandakan dan disebarluaskan tanpa seijin yang memiliki;
3. Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan adalah benar-benar
orang yang di atas namakan dalam dokumendokumen legal terkait
(otentifikasi);
4. Tanggal dan waktu yang mungkin berbeda antar negara; Dan lain
sebagainya.

Www.stikomambon
.ac.id
Aspek Legalitas

1. Perangkat hukum yang jelas.


• Legalitas dan dokumen perusahaan
• HaKI
• Pajak
2. Transparansi dalam pelayanan, peraturan,
dan persyaratan
• Perlindungan Konsumen
3. Pertukaran dan pemrosesan data bisnis secara elektronik
• Keamanan pertukaran data (tanda tangan digital)
• Kekuatan pembuktian data elektronik dan penyelesaian sengketa
Hal Yang Pengaruhi Kebijakan
Publik

1. Aspek hukum bisnis konvensional belum sepenuhnya dpat


mengatasi permasalahan hukum dalam e-bisnis perlu aturan baru
2. Perlunya aturan khusus yang mengatur pengguna internet yang
tanpa batas terkait Jurisdiksi
3. Tingkat kejahatan internet semakin meningkat dan
bervariasi cybercrime
4. Negara perlu menerapkan hukum khusus cyberlaw
UU No. 11 tahun 2008
Cakupan materi UU ITE

• Asas dan tujuan • Penyelenggaraan


• Nama domain, HKI, sertifikasi elektronik
perlindungan hak dan istem elektronik
pribadi • Penyidikan
• Informasi, dokumen, • Transaksi elektronik
dan tanda tangan • Penyelesaian
elektronik sengketa
• Perbuatan yang • Ketentuan pidana
dilarang
• Peran pemerintah
dan peran
masyarakat
PRODUK HUKUM E-BISNIS
DI INDONESIA
Hak & Kewajiban Penjual
Barang/Jasa Secara Online

Pada dasarnya, jual beli secara online adalah salah satu media yang


digunakan dalam melakukan transaksi jual beli. Namun, sifat dari
transaksi tersebut adalah jual beli sehingga tetap merujuk pada aturan
mengenai jual beli yang diatur dalam KUHPerdata. Dalam kontrak
elektronik atas transaksi jual-beli online atau bisnis e-commerce, penjual
memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing.
PENJUAL
kewajiban

1. Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjualbelikan.


2. Menanggung kenikmatan serta menanggung cacat tersembunyi.
3. Memberi informasi tentang barang dan atau jasa yang dijual
secara benar, jujur, jelas, dan sebagainya.

Pasal 7 Undang-Undang No. 8/1999 tentang Perlindungan


Konsumen (UU Perlindungan Konsumen) juga mengatur bahwa
seorang penjual sebagai pelaku usaha wajib memberikan ganti
rugi kepada pembeli atau konsumen apabila barang yang
diterima tidak sesuai dengan yang diperjanjikan
PENJUAL
hak
hak penjual berdasarkan Pasal 6 UU Perlindungan Konsumen adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan dan menerima harga pembayaran atas penjualan barang sesuai
dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
2. Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan pembeli yang beriktikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian
sengketa.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum merugikan
konsumen yang tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang
diperdagangkan.
PEMBELI
kewajiban
Selain penjual, pembeli sebagai salah satu pihak dalam transaksi jual beli juga
memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban pembeli dalam
transaksi jual beli menurut Pasal 5 UU Perlindungan Konsumen adalah
1. Membaca informasi dan mengikuti prosedur atau petunjuk
tentang penggunaan dan atau jasa yang dibelinya.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi jual beli barang atau
jasa tersebut.
3. Membayar harga pembelian sesuai dengan yang telah
disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum secara patut apabila
timbul sengketa dari proses jual beli tersebut.
PEMBELI
hak
Sedangkan untuk melindungi pembeli sebagai konsumen dari hal-hal yang dapat
merugikan konsumen atas perbuatan tidak bertanggung jawab yang dilakukan
penjual, Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen menjabarkan 8 hak-hak pembeli

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi


barang dan atau jasa.
2. Hak memilih serta mendapatkan barang dan atau jasa dengan kondisi yang
sesuai dengan yang diperjanjikan.
3. Mendapatkan informasi secara benar, jujur, dan jelas mengenai barang atau
jasa yang diperjualbelikan.
4. Mendapatkan pelayanan dan perlakuan secara benar dan tidak diskriminatif.
PEMBELI
hak

5. Didengarkan pendapatnya atau keluhannya atas kondisi barang dan atau


jasa yang dibelinya.
6. Mendapatkan perlindungan hukum secara patut apabila dari proses jual
beli tersebut timbul sengketa.
7. Mendapatkan kompensasi atau ganti rugi apabila barang dan atau jasa
yang dibelinya tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan.
8. Mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
Perlindungan Hukum Dalam
Perjanjian online
Meski dilakukan secara online melalui media Internet, kontrak online juga bisa
menjadi dokumen elektronik yang dapat dijadikan alat bukti untuk menghindari
adanya penyalahgunaan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan
menimbulkan kerugian. Meskipun pada prakteknya tidak terdapat perjanjian
jual beli yang ditandatangani oleh penjual dan pembeli, namun dengan adanya
konfirmasi pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dan adanya
pemberitahuan dari penjual bahwa barang tersebut akan dikirim, maka hal
tersebut sudah dapat dijadikan bukti adanya kesepakatan antara penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. perlindungan hukum bagi penjual
dan pembeli serta dokumen yang bisa menjadi alat bukti dalam transaksi jual
beli online
1. Perlindungan hukum berdasarkan perjanjian
2. Perlindungan hukum berdasarkan UU Perlindungan
Konsumen
3. Alat bukti elektronik
ETIKA DALAM
MENJALANKAN E-BISNIS
Etika dalam menjalankan
e bisnis

Kepercayaan merupakan modal utama dalam melakukan transaksi


ecommerce sebab perdagangan secara elektronik ini tidak
bertemu antara penjual dan pembeli. Maka dari itu transaksi e-
commerce dalam menjual barang dan/atau jasa tidak
memperlihatkan terlebih dahulu kondisi barang yang dijual
kepada konsumen. Keadaan ini memberi kesempatan kepada
pelaku usaha untuk menjual barang dan jasa yang kualitasnya
tidak sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan. Maka dibutuhkan
kepercayaan konsumen yang tinggi dalam membeli sebuah barang

dan/atau jasa.
Etika dalam menjalankan
e bisnis
Prinsip etika bisnis yang baik seperti menurut salah satu sumber yang
penulis kutip ada lima prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf
diantaranya

1. Prinsip Otonomi
2. Prinsip kejujuran
3. Prinsip berbuat baik dan tidak berbuat jahat
4. Prinsip keadilan
5. Prinsip hormat pada diri sendiri
Etika dalam menjalankan
e bisnis
Selain itu juga ada pendapat lain mengenai nilai – nilai etika bisnis yang
dinilai oleh Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business
Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu:

1. Kejujuran
2. keadilan
3. Rendah Hati
4. Simpatik
5. Kecerdasan
Etika dalam menjalankan
e bisnis
Pelaku usaha yang melakukan suatu tindakan yang tidak etis akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan
sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan
beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Sedangkan pelaku usaha
yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk
pelaku usaha yang memiliki integritas yang tinggi artinya dalam menjalankan
usahanya pelaku usaha selalu mempertimbangkan baik buruknya dan
mengambil keputusan untuk melakukan hal yang baik

Etika bisnis yang baik dalam transaksi e-commerce dikaitkan dengan


pemberian data yang nantinya akan berdampak pada kepercayaan konsumen.
sebab konsumen akan membeli barang atau jasa melalui
transaksi e-commerce apabila terdapat data yang lengkap dari pelaku usaha,
yang menimbulkan kepercayaan konsumen terhadap pelaku usaha
Etika dalam menjalankan
e bisnis
Kebenaran identitas diperlukan pada pengajuan permohonan penyelesaian
sengketa. Oleh sebab itu tata cara penyelesaian sengketa konsumen khususnya
ecommerce, diperkuat dengan permohonan yang dilakukan secara tertulis maka
harus memuat secara benar dan leengkap mengenai:
a. Nama dan alamat lengkap konsumen;
b. Nama dan alamat lengkap pelaku usaha;
c. Barang atau jasa yang diadukan;
d. Bukti perolehan (bon, kuitansi dan dokumen bukti lain);
e. Keterangan tempat, waktu dan tanggal diperoleh barang dan jasa tersbeut;
f. Saksi yang mengetahui barang dan jasa tersebut diperoleh;
g. Foto-foto barang dan kegiatan pelaksanaan jasa, bila ada.
THA NK YOU

Anda mungkin juga menyukai