Anda di halaman 1dari 20

TUGAS Bahasa Indonesia

( Dosen : Mawan Eko Defriatno,S.Pd.,M.T. )

Di Susun Oleh :
Nama :Siti Marwa (211E10175)
Kelas :E1

1
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "“TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP PROMOSI PENJUALAN BARANG MELALUI TOKO
ONLINEDIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN”" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah hukum bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada EMI ZULAIKA, S.H., M.H. selaku
dosen mata kuliah hukum bisnis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……... .………………………………

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I

PENDAHULU.........................................................................

LATAR BELAKANG............................................................................

Rumusan Masalah ..................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN ........................................................................

Manfaat Pancasila Untuk Indonesia ........................................................

Seandainya Indonesia Tanpa Pancasila ... ......................................................

BAB III

PENUTUP .............................................................................................

Kesimpulan.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jual beli merupakan suatu perbuatan hukum yang didalamnya terdapat
subjek hukum dan objek hukum, subjek hukum yang terdapat dalam
transaksi jual beli adalah pelaku usaha dan konsumen. Sedangkan objek
hukum tersebut adalah suatu barang tertentu yang di perjual belikan dalam
transaksi jual beli.
Dalam Pasal 1457 KUHPerdata diatur tentang pengertian jual beli sebagai
berikut:
“Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain
untuk membayar harga yang telah dijanjikan.”1Dalam hubungan jual beli,
kepada kedua belah pihak dibebankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
sebagaimana diatur dalam Pasal 1513-1518 KUHPerdata untuk pembeli dan
Pasal 1474-1512 KUHPerdata untuk penjual. Kewajiban utama penjual
adalah menyerahkan barangnya dan menanggungnya (Pasal 1474
KUHPerdata). Menyerahkan barang artinya memindahkan penguasaan ataas
barang yang dijual dari tangan penjual kepada pembeli. Dimaksud
menanggung di sini adalah kewajiban penjual untuk memberi jaminan atas
kenikmatan tentram dan jaminan dari cacat- cacattersembunyi (hidden
effect). Kewajiban menanggung kenikmatan tentram artinya bahwa penjual
wajib menjamin bahwa pembeli tidak akan di ganggu oleh orang lain dalam
hal memakai atau mempergunakan barang yang dibelinya.2 Indonesia
merupakan negara berkembang yang banyak memiliki industri barang dan
jasa baik berskala besar maupun kecil. Pertumbuhan barang dan jasa di satu
pihak membawa dampak positif, antara lain tersedianya kebutuhan dalam
jumlah yang mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adanya alternatif
pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya. Para produsen atau
pelaku usaha akan mencari keuntungan yang setinggi-tingginya sesuai
prinsip ekonomi. Ketatnya persaingan dapat mengubah perilaku ke arah
persaingan yang tidak sehat karena para pelaku usaha memiliki kepentingan

4
yang saling berbenturan di antara mereka, persaingan yang tidak sehat ini
pada gilirannya dapat merugikan konsumen.3 Dengan demikian para
konsumen memerlukan perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak
konsumen, sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang selanjutnya disebut
UUPK mengatur tentang hak dan kewajiban konsumen maupun pelaku
usaha meskipun tidak secara eksplisit/ gamblang menerangkan tentang
transaksi jual beli yang bersifat online.
Menurut Pasal 1 angka 1 UUPK :
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.4Seiring
perkembangan zaman, teknologi menimbulkan adanya suatu gaya baru
dalam sistem perdagangan sehingga menimbulkan transaksi jual beli secara
online.

Beberapa tahun terakhir perdagangan melalui media internet marak terjadi di


Indonesia, hal ini terjadi karena sebagian besar konsumen berpikir belanja
menggunakan internet lebih praktis dan efisien karena tidak harus
membuang waktu untuk pergi ke mall atau pasar dan banyaknya variasi
barang dan kualitas barang serta proses pemesanan barang mudah, cukup
dikomunikasikan melalui internet. Hampir semua barang dapat menjadi
objek perdagangan melalui internet, hal itu karena internet nama Electronic
Commerce atau lebih populer dengan sebutan E-Commerce, transaksi
merupakan media yang paling efektif saat ini.5 Perdagangan seperti ini
dikenal denganelektronik ini menggunakan cara berbisnis yang
mengutamakan efektivitas dalam pelaksanaanya artinya dengan
melaksanakan transaksi bisnis melalui E-Commercediharapkan menciptakan
wajah baru bagi perdagangan dengan pelayanan yang serba cepat, mudah,
dan praktis. Transaksi-transaksi atau hubungan bisnis yang menggunakan E-
Commece ini pada dasarnya banyak bentuknya, dari berupa hubungan jual
beli barang, pengiriman dan penerimaan barang, produksi dan jasa
berdasarkan suatu kontrak dan lain-lain, semua transaksi tersebut sarat dan
potensi melahirkan konflik atau sengketa.6 Sengketa yang timbul dalam
suatu transaksi jual beli barang menimbulkan kerugian bagi
pembeli/konsumen, salah satunya transaksi jual beli barang melalui website
Shopee. Shopee merupakan salah satu website mall online terbesar di
Indonesia yang menyediakan sarana penjualan berbagai macam barang dan
barang yang dijual di website tersebut merupakan barang baru yang dijual

5
pada harga yang sudah di tentukan. Sistem pembayaran transaksi jual beli
barang tersebut dilakukan antara toko online sebagai pelaku usaha dengan

konsumen dengan metode yang sudah di tentukan oleh website


Shopee.Beragam variasi barang yang dijual dalam website ini semakin
banyak yang memiliki pilihan produk mulai dari elektronik, gadget IT,
peralatan elektonik rumah, Dalam program tersebut terdapat beberapa
konsumen yang mengalami kerugian berupa kenyamanan konsumen yang
terganggu misalnya barang yang dibeli oleh konsumen tidak sesuai dengan
apa yang ada di keterangan iklan barang tersebut, hal ini sangat merugikan
pihak konsumen.

Dari permasalahan tersebut yang akan di teliti penulisadalah mengenai


perlindungan konsumen terhadap promosi penjualan barang melalui toko
online, masalah tersebut diperkuat degan adanya kasus yang terjadi pada
program flash sale 12.12.18 yang diadakan oleh situs website Shopee. Di
dalam program flash sale 12.12.18 ini banyak yang mengalami kerugian dari
pihak konsumen, misalnya handphone yang dijual merupakan barang
rekondisi dan bergaransi distributor tidak resmi sedangkan di dalam iklan
yang di promosikan melalui website tersebut memberikan keterangan barang
yang di jual adalah barang 100% baru dan bergaransi distributor resmi.
Dengan demikian, permasalahan tersebut perlu diteliti karena telah
memberikan keterangan iklan yang palsu dan mencari pihak mana yang
harus mempertanggung jawabkan kerugian terhadap konsumen yang di
rugikan Untuk menganalisis permasalahan tersebut penulis akan
menggunakan teori perjanjian, teori perlindungan konsumen dan teori media
elektronik. Antara lain KUHPerdata, UUPK, dan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang selanjutnya
disebut UU ITE.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan oleh
penulis, maka penulis tertarik untuk meneliti dan dituangkan dalam bentuk
skripsi dengan

PROMOSI PENJUALAN BARANG MELALUI TOKO ONLINE


DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN”

6
B. Identifikasi Masalah
Dengan bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan
diatas, maka pemasalahannya diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam transaksi jual beli online?
2. Bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap promosi penjualan barang
melalui toko online dalam barang yang tidak sesuai dengan keterangan iklan yang
terdapat di website Shopee di tinjau menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen?
3. Bagaimanakah tanggung jawab Shopee terhadap barang promosi yang tidak
sesuai dengan keterangan iklan yang terdapat di website Shopee?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pnulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam transaksi jual beli online.
2. Untuk mengetahui Perlindungan Konsumen terhadap promosi penjualan barang
melalui toko online dalam barang yang tidak sesuai dengan keterangan iklan yang
terdapat di website Shopee di tinjau menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
3. Untuk mengetahui tanggung jawab Shopee terhadap barang promosi yang tidak
sesuai dengan keterangan iklan yang terdapat di website Shopee.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi hukum bagi para akademisi
bidang hukum, khususnya mengenai transaksi jual beli secara online.

Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan guna menambah wawasan ilmu hukum
Perlindungan Konsumen.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan manfaat bagi para pelaku
usaha dan konsumen mengenai transaksi jual beli online serta memberi masukan
kepada instansi pemerintah untuk mengatur kegiatan transaksi jual beli online.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang dibahas di skripsi ini pertama
penulis menggunakan teori perlindungan konsumen, yakni istilah yang dipakai
untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen
dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan
konsumen itu sendiri.

7
Konsumen umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang
diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan
barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau diperjual belikan lagi.7
Menurut Pasal 1 angka 2 UUPK disebutkan :
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
Produsen atau pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan
barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir,
leveransir, dan pengecer profesional, yaitu setiap orang/ badan yang ikut serta dalam
penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen. Menurut Pasal 1
angka 3 UUPK tidak memakai istilah produsen, tetapi memakai istilah pelaku usaha
yang diartikan sebagai berikut “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau
badan, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak


yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima asas, yang
menurut Pasal 2 UUPK adalah :
1. Asas manfaat
Asas ini mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/
atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum

8
dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum.8
Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidahkaidah
yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan
dan penggunaan produk konsumen antara penyedian dan penggunaanya dalam
kehidupan bermasyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Untuk menganalisis pemasalahan-pemasalahan penulis menggunakan


juga teori perjanjian, pada dasarnya perjanjian merupakan sumber perikatan
sebagaimana yang diatur dalam buku III KUHPerdata sebagaimana diatur dalam
Pasal 1313 sampai 1351.
Menurut Subekti yang dimaksud dengan perikatan adalah “suatu hubungan hukum

9
(mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang
satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang
lainnya di wajibkan memenuhi tuntutannya itu.10 Jual beli (menurut KUHPerdata)
adalah suatu perjanjian bertimbal-balik dalam mana pihak yang satu (si penjual)
berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya
(si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai
imbalan dari perolehan hak milik tersebut.11
Transaksi jual beli ini harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sesuai dengan
Pasal 1320 KUHPerdata :
1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak;
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya objek;
4. Adanya sebab yang halal;
2. Jual beli merupakan suatu kontrak dimana hukum kontrak itu sendiri memiliki
beberapa asas diantaranya: 12
1. Asas konsensualisme
Asas konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya
kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai kesepakatan antara para
pihak, lahirlah kontrak, walaupun kontrak itu belum dilaksanakan pada saat
itu.
3. 2. Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan
orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas juga dari sifat Buku III
KUHPerdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para
pihak dapat menyimpanginya (mengenyampingkannya) kecuali terhadap
pasalpasal tertentu yang sifatnya memaksa.

3. Asas mengikatnya suatu kontrak (Pacta Sunt Servanda)


Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak
tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus
dipenuhi dan janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya
undangundang.
4. Asas itikad baik
Asas itikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum
Perjanjian. Ketentuan tentang itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat
(3) KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

10
Unsur-unsur pokok (“esssentialia”) perjanjian jual beli adalah barang dan
harga. Sesuai dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum
perjanjian KUHPerdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik
tercapainya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua belah
pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual
beli yang sah. Terjadinya jual beli antara pihak penjual dan pembeli adalah
pada saat terjadinya persesuaian kehendak dan pernyataan antara mereka
tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum di serahkan maupun
harganya belum di bayar lunas (Pasal 1458 KUHPerdata).13 Unsur-unsur
yang timbul dalam transaksi jual beli antara lain adanya subjek hukum,
adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli dan adanya hak dan
kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli. Perjanjian jual
beli bersifat mengikat bagi para pihak, hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 1338 KUHPerdata yaitu :

1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah sesuai dengan Undang-


Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya.
2. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan
kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang di tentukan oleh
Undang-Undang.
3. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Jual beli
mengandung hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen, terdapat
kewajiban pelaku usaha antara lain menyerahkan hak milik atas barang
yang diperjualbelikan dan menanggung kenikmatan tentram atas barang
tersebut dan
menanggung terhadap cacad-cacad yang tersembunyi. Kewajiban
menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut hukum
diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang di
perjualbelikan itu dari pelaku usaha kepada konsmen.14Kewajiban
untuk menanggung kenikmatan tentram merupakan konsekuensi dari
pada menjamin yang oleh pelaku usaha diberikan kepada pembeli
bahwa barang yang dijual itu adalah sungguh-sungguh miliknya sendiri
yang bebas dari sesuatu beban atau tuntutan dari sesuatu pihak.15
Selain kewajiban pelaku usaha terdapat juga kewajiban konsumen ialah
membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat sebagaimana
ditetapkan menurut perjanjian.
Dalam kegiatan jual beli telah menjadi kebutuhan bagi setiap orang.

11
Seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi, saat ini
kegiatan jual beli tidak dilakukan secara langsung atau bertatap muka
namun melalui media internet artinya secara tidak langsung atau online.
Transaksi jual beli secara online biasa disebut Electronic Commerce
atau di singkat dengan E-Commerce, menurut Sutan Remy Sjahdeini
ECommerce adalah kegiatan bisnis yang meyangkut konsumen/
consumers, manufaktur/ manufactures, service providers, dan pedagang
perantara/ intermediaries dengan menggunakan jaringan-jaringan
computer yaitu internet.16 Dalam E-Commerce terdapat beberapa
unsur, yaitu :

a. Adanya perjanjian;
b. Perjanjian dilakukan menggunakan media elektronik;
c. Tidak memerlukan kehadiran para pihak;
d. Kontrak itu terjadi dalam jaringan public;
e. Sistemnya terbuka, yaitu menggunakan internet atau world wide web
(www).
f. Kontrak itu terlepas dari batas, yuridiksi nasional.Transaksi E-Commerce
melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat secara langsung tergantung
kompleksitas transaksi yang dilakukan. Artinya apakah semua proses
transaksi dilakukan secara online atau hanya beberapa tahap saja yang
dilakukan secara online. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi E-
Commerce antara lain penjual/ merchant yaitu perusahaan/ produsen yang
menawarkan produknya melalui internet, konsumen yaitu orang-orang
yang ingin memperoleh produk (barang/ jasa) melalui pembelian secara
online, acquire yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan dan
penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit), issuer
yaitu perusahaan credit card yang menerbitkan kartu, Certification
Authorities yaitu pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk
mengeluakan sertifikasi kepada merchant,issuer dan dalam beberapa hal
diberikan kepada card holder.
Sering terjadi permasalahan di dalam transaksi jual beli secara online atau
ECommerce, antara lain barang yang di beli tidak sesuai dengan apa yang
ada dalam keterangan iklan sehingga banyak konsumen yang di rugikan
oleh pelaku usaha. Oleh karena itu, konsumen perlu adanya perlindungan
hukum khususnya dalam transaksi jual beli secara online karena antara
pelaku usaha dan konsumen namun tidak menutup kemungkinan pelaku
usaha melakukan kecurangan demi mendapat keuntungan yang lebih besar.

12
Meskipun transaksi jual beli secara online, pengaturan untuk melindungi
hak-hak pelaku usaha dan konsumen dalam transaksi jual beli tercantum
dalam UUPK melalui Pasal 4 yang menetapkan hak-hak konsumen sebagai
berikut: 17

1. Hak atas keamanan, kenyamaan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan/ atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur dan mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakannya.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara tidak
diskriminasi.
8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana semestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan
lainnya.Selain hak-hak konsumen tersebut, UUPK juga mengatur hak-hak
konsumen yang dirumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, yakni kewajiban
pelaku usaha. Kewajiban dan hak sesungguhnya merupakan antinomy
dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai
(merupakan bagian dari) hak konsumen. Pada Pasal 7 UUPK menerangkan
kewajiban pelaku usaha antara lain :
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang di produksi dan/atau


diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

13
yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/jasa terstentu serta memberi jaminan dan/atau garansi
atas barang yang dibuat dan/atau perdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.18
Dalam kegiatan usaha yang berkonsep e-commerce ini, sering
dilakukannya sebuah iklan dalam program promosi barang yang dilakukan
oleh perusaahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jual beli barang.
Promosi mempunyai peranan yang sangat penting, promosi yang berarti
juga memberi informasi harus dilakukan secara jujur dan dengan itikad
baik sebagaimana yang berbunyi dalam Pasal 7 huruf b UUPK. Dilihat dari
segi media yang dipakai sebagai alatnya, maka dapat dibedakan :
a. Promosi melalui media billboard;
b. Promosi melalui media massa cetak;
c. Promosi melalui media massa elektronik;
d. Promosi melalui media brosur, dan
e. Promosi melalui personal selling.19
Pengaturan tentang larangan pelaku usaha dalam suatu promosi diatur
dalam Pasal 8 sampai 17 UUPK, dan salah satunya terdapat Pasal 11
UUPK menerangkan bahwa pelaku usaha dalam hal penjualan yang
dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang megelabui/ menyesatkan
konsumen dengan :
a. Menyatakan barang dan/ atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tersebut;
b. Menyatakan barang dan/ atau jasa tersebut seolah-olah tidak
mengandung cacat tersembunyi;
c. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkaan melainkan dengan

maksud untuk menjual baranglain;


d. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/ atau jumlah yang
cukup dengan maksud menjual barang yang lain;
e. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah

14
cukup dengan maksud menjual jasa yang lain;
f. Menaikan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.

Istilah Promosi dengan iklan merupakan istilah yang berbeda tetapi tujuannya
sama dan dalam kegiatannya sering digunakan oleh Pelaku usaha. Iklan
adalah segala bentuk promosi yang ditujukan untuk memperbesar penjualan
barang dan jasa dari pemberi pesan kepada masyarakat dengan
mempergunakan media yang dibayar berdasasrkan tarif tertentu.20 Ada
beberapa pengertian yang diberikan para sarjana mengenai iklan ini, menurut
paparan Kotler :
“Iklan adalah komunikasi bukan pribadi, yang dilakukan melalui media yang
dibayar atas usaha yang jelas”Kemudian, Sofyan Assauri menulis:
“Iklan adalah cara mempromosikan barang-barang, jasa, atau gagasan/ide
yeng dibiayai oleh sponsor yang dikenal dalam rangka untuk menarik calon
pembeli sehingga dapat meningkatkan penjualan produk dari perusahaan yang
bersangkutan”21
Berikut ini dikemukakan makna iklan menurut katagori setelah menganalisis
isi kalimat-kalimat yang dimuat dalam iklan itu. Pada pokoknya semua makna
iklan itu dapat dibedakan dalam lima kategori, yaitu :

a) Informasi;
b) Ajakan/ undangan;
c) Pengaruh/ bujukan;
d) Janji/ jaminan, dan
e) Peringatan.22
Melalui iklan, pelaku usaha bermaksud mengomunikasikan sesuatu tentang
produknya kepada konsumen. Pelaku usaha menempuh beberapa macam
cara yang dianggap dapat menyampaikan pesannya secara efektif dan
efisien.

F. Metode Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu bentuk
kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran
tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala
hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Disamping itu, juga
diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu faktor hukum

15
tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan.23
Metode penelitian diperlukan dalam penelitian hukum guna menunjang
hasil
penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian hukum tersebut. Adapun
langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan
metode penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas:

1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam menyusun usulan penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini memusatkan perhatian
pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat
penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan
dan bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkaptentang gejala
yuridis.24 Adapun pengertian metode deskriptif analitis menurut Sugiyono
adalah:
“Suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum.”25
Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat
penelitian dilaksanakan, hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis
untuk diambil kesimpulannya.

2. Jenis Penelitian dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup:


a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Adapun
bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah:

1) Undang-Undamg Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

16
3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi transaksi
Elektronik

b. Bahan hukum sekunder, seperti literatur para sarjana, hasil penelitian,


makalah hukum.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yang pada dasarnya
mencakup bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan-bahan
hukum primer dan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan
acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Adapun bahan
hukum tersier terkait dengan hal ini yang digunakan penulis dalam
penelitian ini diantaranya adalah kamus hukum.26

3. Metode Pendekatan
Dalam pendekatan ini, metode pendekatan yang digunakan merupakan
metode pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan metode
pendekatan kasus (case approach). Metode pendekatan perundang-
undangan (statue approach) yaitu dengan menelaah semua peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan dengan permasalahan hukum yang
sedang dihadapi, adapun beberapa undang undang yang dimaksud, yaitu:

a. Undang-Undamg Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi transaksi


ElektronikMetode pendekatan kasus (case approach) yaitu dilakukan
dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
hukum yang dihadapi.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi
dokumen (study

17
of document) dan studi literatur (study of literature).

a. Studi dokumen (study of document).


Studi dokumen (study of document) digunakan untuk mengumpulkan data
sekunder. Cara ini merupakan konsekuensi dari penelitian
normatif/kepustakaan yang berdasarkan data sekunder. Data sekunder
tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi
sura-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada dokumen-
dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah. Adapun data sekunder
tersebut memiliki ciri-ciri umum, sebagai berikut: data sekunder pada
umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready-made); bentuk maupun isi
data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu; dan
data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan
tempat.27

b. Studi literatur (study of literature)


Secara umum studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka dengan cara mencari referensi
teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.

5. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,
yaitu metode penelitian yang bertitik tolak dari norma-norma, asas-asas dan
peraturan perundang-undangan yang ada sebagai norma hukum positif
yang kemudian dianalisis secara kualitatif.

18
BAB III

A.kesimpulan
Seiring perkembangan zaman, teknologi menimbulkan adanya suatu gaya baru
dalam sistem perdagangan sehingga menimbulkan transaksi jual beli secara
online. Dalam kegiatan transaksi jual beli online seringkali konsumen mengalami
kerugian, salah satu kasusnya dalam program promosi flash sale 12.12.18 yang
diadakan di website Shopee berupa barang yang dibeli tidak sesuai dengan iklan
yang pelaku usaha cantumkan dalam website. Oleh karena itu penulis tertarik dan
membahas hal tersebut dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hak dan
kewajiban para pihak dalam transaksi jual beli online, perlindungan konsumen
terhadap promosi penjualan barang melalui toko online dalam barang yang tidak
sesuai dengan keterangan iklan yang terdapat di website Shopee ditinjau menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
tanggung jawab Shopee terhadap barang promosi yang tidak sesuai dengan
keterangan iklan yang terdapat di website Shopee

1.Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Jenis penelitian yuridis


normatif. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-
undangan dan pendekatan kasus. Teknik pengumpulan data dengan studi
dokumen dan studi literatur. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

2.Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan, yaitu hak dan kewajiban para
pihak dalam transaksi jual beli online sama halnya dengan hak dan kewajiban
pelaku usaha dalam transaksi jual beli biasa yang diatur di dalam UUPK dan
Shopee memiliki ketentuan tentang hak kewajiban pelaku usaha dan konsumen
yang dinamakan kebijakan Shopee. Konsumen memiliki hak atas informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa.
Dengan kerugian yang menimpa konsumen atas kesalahan pelaku usaha maka
konsumen berhak atas menuntut ganti rugi kepada pelaku usaha sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 4 huruf c, h UUPK dan pelaku usaha wajib bertanggung
jawab atas perbuatannya tersebut sesuai dengan isi Pasal 19 UUPK. Shopee tidak
bertanggungjawab atas keterangan iklan yang dikeluarkannya pada promo Flash
Shale 12.12.18 karena Shopee telah membuat persyaratan layanan promo Flash
Sale 12.12.18 pada nomor 3 huruf e. Dengan adanya persyaratan layanan tersebut

19
maka segala bentuk kerugian konsumen ditanggung oleh pelaku usaha toko
online. Meskipun Shopee tidak bertanggung jawab atas kerugian yang dialami
konsumen, Shopee memberikan sanksi kepada pelaku usaha sebagaimana
disebutkan dalam kebijakan periklanan Shopee.

B. Saran
Demikian Makalah yang saya buat,semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.Apa bila ada saran dan keritik yang ingin di sampaikan , silahkan
sampaikan kepada saya.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat di maafkan dan memakluminya,karena
saya adalah hamba allah yang tidak luput dari salah dan lupa.

C.DAFTAR PUSTAKA
Ahmad .M ramli, 2002, PerlindunganTerhadap Konsumen dalam Transaksi E-
Commerce
jurnal hukum bisnis yayasan pengembangan hukum , Jakarta
Anastasia, 2001, Mengenal E-Commerce Bussines, Andi yokyakarta ,
Yogyakarta.
A.Z nasution, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Diadit
media,
Jakarta Budi Agus Riswadi, 2003 Hukum dan Internet Indonesia ,Uii press,
Yoyakarta Mariam Darus Badrul Zaman, 2002, Komplikasi Hukum Perikatan, PT
Citra Aditya
Bakti, Bandung
M.Arsyad Sanusi, 2002 , E- Commerce Hukum Dan Solusinya, PT mizan grafika
sarana,
Bandung
M. Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Perasilan dan
Penyelesaian Sengketa, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Ok Sadikin, 2003, Aspek
Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Grafidu Prasada. Jakarta Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen

20

Anda mungkin juga menyukai