Di Susun Oleh :
Nama :Siti Marwa (211E10175)
Kelas :E1
1
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "“TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP PROMOSI PENJUALAN BARANG MELALUI TOKO
ONLINEDIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN”" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah hukum bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada EMI ZULAIKA, S.H., M.H. selaku
dosen mata kuliah hukum bisnis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……... .………………………………
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I
PENDAHULU.........................................................................
LATAR BELAKANG............................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................
BAB III
PENUTUP .............................................................................................
Kesimpulan.................................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
yang saling berbenturan di antara mereka, persaingan yang tidak sehat ini
pada gilirannya dapat merugikan konsumen.3 Dengan demikian para
konsumen memerlukan perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak
konsumen, sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang selanjutnya disebut
UUPK mengatur tentang hak dan kewajiban konsumen maupun pelaku
usaha meskipun tidak secara eksplisit/ gamblang menerangkan tentang
transaksi jual beli yang bersifat online.
Menurut Pasal 1 angka 1 UUPK :
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.4Seiring
perkembangan zaman, teknologi menimbulkan adanya suatu gaya baru
dalam sistem perdagangan sehingga menimbulkan transaksi jual beli secara
online.
5
pada harga yang sudah di tentukan. Sistem pembayaran transaksi jual beli
barang tersebut dilakukan antara toko online sebagai pelaku usaha dengan
6
B. Identifikasi Masalah
Dengan bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan
diatas, maka pemasalahannya diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam transaksi jual beli online?
2. Bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap promosi penjualan barang
melalui toko online dalam barang yang tidak sesuai dengan keterangan iklan yang
terdapat di website Shopee di tinjau menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen?
3. Bagaimanakah tanggung jawab Shopee terhadap barang promosi yang tidak
sesuai dengan keterangan iklan yang terdapat di website Shopee?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pnulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam transaksi jual beli online.
2. Untuk mengetahui Perlindungan Konsumen terhadap promosi penjualan barang
melalui toko online dalam barang yang tidak sesuai dengan keterangan iklan yang
terdapat di website Shopee di tinjau menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
3. Untuk mengetahui tanggung jawab Shopee terhadap barang promosi yang tidak
sesuai dengan keterangan iklan yang terdapat di website Shopee.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi hukum bagi para akademisi
bidang hukum, khususnya mengenai transaksi jual beli secara online.
Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan guna menambah wawasan ilmu hukum
Perlindungan Konsumen.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan manfaat bagi para pelaku
usaha dan konsumen mengenai transaksi jual beli online serta memberi masukan
kepada instansi pemerintah untuk mengatur kegiatan transaksi jual beli online.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang dibahas di skripsi ini pertama
penulis menggunakan teori perlindungan konsumen, yakni istilah yang dipakai
untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen
dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan
konsumen itu sendiri.
7
Konsumen umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang
diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan
barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau diperjual belikan lagi.7
Menurut Pasal 1 angka 2 UUPK disebutkan :
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
Produsen atau pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan
barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir,
leveransir, dan pengecer profesional, yaitu setiap orang/ badan yang ikut serta dalam
penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen. Menurut Pasal 1
angka 3 UUPK tidak memakai istilah produsen, tetapi memakai istilah pelaku usaha
yang diartikan sebagai berikut “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau
badan, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
8
dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum.8
Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidahkaidah
yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan
dan penggunaan produk konsumen antara penyedian dan penggunaanya dalam
kehidupan bermasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
9
(mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang
satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang
lainnya di wajibkan memenuhi tuntutannya itu.10 Jual beli (menurut KUHPerdata)
adalah suatu perjanjian bertimbal-balik dalam mana pihak yang satu (si penjual)
berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya
(si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai
imbalan dari perolehan hak milik tersebut.11
Transaksi jual beli ini harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sesuai dengan
Pasal 1320 KUHPerdata :
1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak;
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya objek;
4. Adanya sebab yang halal;
2. Jual beli merupakan suatu kontrak dimana hukum kontrak itu sendiri memiliki
beberapa asas diantaranya: 12
1. Asas konsensualisme
Asas konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya
kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai kesepakatan antara para
pihak, lahirlah kontrak, walaupun kontrak itu belum dilaksanakan pada saat
itu.
3. 2. Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan
orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas juga dari sifat Buku III
KUHPerdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para
pihak dapat menyimpanginya (mengenyampingkannya) kecuali terhadap
pasalpasal tertentu yang sifatnya memaksa.
10
Unsur-unsur pokok (“esssentialia”) perjanjian jual beli adalah barang dan
harga. Sesuai dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum
perjanjian KUHPerdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik
tercapainya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua belah
pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual
beli yang sah. Terjadinya jual beli antara pihak penjual dan pembeli adalah
pada saat terjadinya persesuaian kehendak dan pernyataan antara mereka
tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum di serahkan maupun
harganya belum di bayar lunas (Pasal 1458 KUHPerdata).13 Unsur-unsur
yang timbul dalam transaksi jual beli antara lain adanya subjek hukum,
adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli dan adanya hak dan
kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli. Perjanjian jual
beli bersifat mengikat bagi para pihak, hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 1338 KUHPerdata yaitu :
11
Seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi, saat ini
kegiatan jual beli tidak dilakukan secara langsung atau bertatap muka
namun melalui media internet artinya secara tidak langsung atau online.
Transaksi jual beli secara online biasa disebut Electronic Commerce
atau di singkat dengan E-Commerce, menurut Sutan Remy Sjahdeini
ECommerce adalah kegiatan bisnis yang meyangkut konsumen/
consumers, manufaktur/ manufactures, service providers, dan pedagang
perantara/ intermediaries dengan menggunakan jaringan-jaringan
computer yaitu internet.16 Dalam E-Commerce terdapat beberapa
unsur, yaitu :
a. Adanya perjanjian;
b. Perjanjian dilakukan menggunakan media elektronik;
c. Tidak memerlukan kehadiran para pihak;
d. Kontrak itu terjadi dalam jaringan public;
e. Sistemnya terbuka, yaitu menggunakan internet atau world wide web
(www).
f. Kontrak itu terlepas dari batas, yuridiksi nasional.Transaksi E-Commerce
melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat secara langsung tergantung
kompleksitas transaksi yang dilakukan. Artinya apakah semua proses
transaksi dilakukan secara online atau hanya beberapa tahap saja yang
dilakukan secara online. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi E-
Commerce antara lain penjual/ merchant yaitu perusahaan/ produsen yang
menawarkan produknya melalui internet, konsumen yaitu orang-orang
yang ingin memperoleh produk (barang/ jasa) melalui pembelian secara
online, acquire yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan dan
penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit), issuer
yaitu perusahaan credit card yang menerbitkan kartu, Certification
Authorities yaitu pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk
mengeluakan sertifikasi kepada merchant,issuer dan dalam beberapa hal
diberikan kepada card holder.
Sering terjadi permasalahan di dalam transaksi jual beli secara online atau
ECommerce, antara lain barang yang di beli tidak sesuai dengan apa yang
ada dalam keterangan iklan sehingga banyak konsumen yang di rugikan
oleh pelaku usaha. Oleh karena itu, konsumen perlu adanya perlindungan
hukum khususnya dalam transaksi jual beli secara online karena antara
pelaku usaha dan konsumen namun tidak menutup kemungkinan pelaku
usaha melakukan kecurangan demi mendapat keuntungan yang lebih besar.
12
Meskipun transaksi jual beli secara online, pengaturan untuk melindungi
hak-hak pelaku usaha dan konsumen dalam transaksi jual beli tercantum
dalam UUPK melalui Pasal 4 yang menetapkan hak-hak konsumen sebagai
berikut: 17
13
yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/jasa terstentu serta memberi jaminan dan/atau garansi
atas barang yang dibuat dan/atau perdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.18
Dalam kegiatan usaha yang berkonsep e-commerce ini, sering
dilakukannya sebuah iklan dalam program promosi barang yang dilakukan
oleh perusaahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jual beli barang.
Promosi mempunyai peranan yang sangat penting, promosi yang berarti
juga memberi informasi harus dilakukan secara jujur dan dengan itikad
baik sebagaimana yang berbunyi dalam Pasal 7 huruf b UUPK. Dilihat dari
segi media yang dipakai sebagai alatnya, maka dapat dibedakan :
a. Promosi melalui media billboard;
b. Promosi melalui media massa cetak;
c. Promosi melalui media massa elektronik;
d. Promosi melalui media brosur, dan
e. Promosi melalui personal selling.19
Pengaturan tentang larangan pelaku usaha dalam suatu promosi diatur
dalam Pasal 8 sampai 17 UUPK, dan salah satunya terdapat Pasal 11
UUPK menerangkan bahwa pelaku usaha dalam hal penjualan yang
dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang megelabui/ menyesatkan
konsumen dengan :
a. Menyatakan barang dan/ atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tersebut;
b. Menyatakan barang dan/ atau jasa tersebut seolah-olah tidak
mengandung cacat tersembunyi;
c. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkaan melainkan dengan
14
cukup dengan maksud menjual jasa yang lain;
f. Menaikan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.
Istilah Promosi dengan iklan merupakan istilah yang berbeda tetapi tujuannya
sama dan dalam kegiatannya sering digunakan oleh Pelaku usaha. Iklan
adalah segala bentuk promosi yang ditujukan untuk memperbesar penjualan
barang dan jasa dari pemberi pesan kepada masyarakat dengan
mempergunakan media yang dibayar berdasasrkan tarif tertentu.20 Ada
beberapa pengertian yang diberikan para sarjana mengenai iklan ini, menurut
paparan Kotler :
“Iklan adalah komunikasi bukan pribadi, yang dilakukan melalui media yang
dibayar atas usaha yang jelas”Kemudian, Sofyan Assauri menulis:
“Iklan adalah cara mempromosikan barang-barang, jasa, atau gagasan/ide
yeng dibiayai oleh sponsor yang dikenal dalam rangka untuk menarik calon
pembeli sehingga dapat meningkatkan penjualan produk dari perusahaan yang
bersangkutan”21
Berikut ini dikemukakan makna iklan menurut katagori setelah menganalisis
isi kalimat-kalimat yang dimuat dalam iklan itu. Pada pokoknya semua makna
iklan itu dapat dibedakan dalam lima kategori, yaitu :
a) Informasi;
b) Ajakan/ undangan;
c) Pengaruh/ bujukan;
d) Janji/ jaminan, dan
e) Peringatan.22
Melalui iklan, pelaku usaha bermaksud mengomunikasikan sesuatu tentang
produknya kepada konsumen. Pelaku usaha menempuh beberapa macam
cara yang dianggap dapat menyampaikan pesannya secara efektif dan
efisien.
F. Metode Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu bentuk
kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran
tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala
hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Disamping itu, juga
diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu faktor hukum
15
tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan.23
Metode penelitian diperlukan dalam penelitian hukum guna menunjang
hasil
penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian hukum tersebut. Adapun
langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan
metode penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas:
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam menyusun usulan penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini memusatkan perhatian
pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat
penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan
dan bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkaptentang gejala
yuridis.24 Adapun pengertian metode deskriptif analitis menurut Sugiyono
adalah:
“Suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum.”25
Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat
penelitian dilaksanakan, hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis
untuk diambil kesimpulannya.
16
3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi transaksi
Elektronik
c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yang pada dasarnya
mencakup bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan-bahan
hukum primer dan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan
acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Adapun bahan
hukum tersier terkait dengan hal ini yang digunakan penulis dalam
penelitian ini diantaranya adalah kamus hukum.26
3. Metode Pendekatan
Dalam pendekatan ini, metode pendekatan yang digunakan merupakan
metode pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan metode
pendekatan kasus (case approach). Metode pendekatan perundang-
undangan (statue approach) yaitu dengan menelaah semua peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan dengan permasalahan hukum yang
sedang dihadapi, adapun beberapa undang undang yang dimaksud, yaitu:
17
of document) dan studi literatur (study of literature).
18
BAB III
A.kesimpulan
Seiring perkembangan zaman, teknologi menimbulkan adanya suatu gaya baru
dalam sistem perdagangan sehingga menimbulkan transaksi jual beli secara
online. Dalam kegiatan transaksi jual beli online seringkali konsumen mengalami
kerugian, salah satu kasusnya dalam program promosi flash sale 12.12.18 yang
diadakan di website Shopee berupa barang yang dibeli tidak sesuai dengan iklan
yang pelaku usaha cantumkan dalam website. Oleh karena itu penulis tertarik dan
membahas hal tersebut dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hak dan
kewajiban para pihak dalam transaksi jual beli online, perlindungan konsumen
terhadap promosi penjualan barang melalui toko online dalam barang yang tidak
sesuai dengan keterangan iklan yang terdapat di website Shopee ditinjau menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
tanggung jawab Shopee terhadap barang promosi yang tidak sesuai dengan
keterangan iklan yang terdapat di website Shopee
2.Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan, yaitu hak dan kewajiban para
pihak dalam transaksi jual beli online sama halnya dengan hak dan kewajiban
pelaku usaha dalam transaksi jual beli biasa yang diatur di dalam UUPK dan
Shopee memiliki ketentuan tentang hak kewajiban pelaku usaha dan konsumen
yang dinamakan kebijakan Shopee. Konsumen memiliki hak atas informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa.
Dengan kerugian yang menimpa konsumen atas kesalahan pelaku usaha maka
konsumen berhak atas menuntut ganti rugi kepada pelaku usaha sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 4 huruf c, h UUPK dan pelaku usaha wajib bertanggung
jawab atas perbuatannya tersebut sesuai dengan isi Pasal 19 UUPK. Shopee tidak
bertanggungjawab atas keterangan iklan yang dikeluarkannya pada promo Flash
Shale 12.12.18 karena Shopee telah membuat persyaratan layanan promo Flash
Sale 12.12.18 pada nomor 3 huruf e. Dengan adanya persyaratan layanan tersebut
19
maka segala bentuk kerugian konsumen ditanggung oleh pelaku usaha toko
online. Meskipun Shopee tidak bertanggung jawab atas kerugian yang dialami
konsumen, Shopee memberikan sanksi kepada pelaku usaha sebagaimana
disebutkan dalam kebijakan periklanan Shopee.
B. Saran
Demikian Makalah yang saya buat,semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.Apa bila ada saran dan keritik yang ingin di sampaikan , silahkan
sampaikan kepada saya.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat di maafkan dan memakluminya,karena
saya adalah hamba allah yang tidak luput dari salah dan lupa.
C.DAFTAR PUSTAKA
Ahmad .M ramli, 2002, PerlindunganTerhadap Konsumen dalam Transaksi E-
Commerce
jurnal hukum bisnis yayasan pengembangan hukum , Jakarta
Anastasia, 2001, Mengenal E-Commerce Bussines, Andi yokyakarta ,
Yogyakarta.
A.Z nasution, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Diadit
media,
Jakarta Budi Agus Riswadi, 2003 Hukum dan Internet Indonesia ,Uii press,
Yoyakarta Mariam Darus Badrul Zaman, 2002, Komplikasi Hukum Perikatan, PT
Citra Aditya
Bakti, Bandung
M.Arsyad Sanusi, 2002 , E- Commerce Hukum Dan Solusinya, PT mizan grafika
sarana,
Bandung
M. Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Perasilan dan
Penyelesaian Sengketa, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Ok Sadikin, 2003, Aspek
Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Grafidu Prasada. Jakarta Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen
20