Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

TEMA : EKSISTENSI DAN PROSPEK HPI DI MASA DEPAN


POLITIK HUKUM PENGATURAN BISNIS ONLINE DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Atiqah, S.IP., M.Si

DISUSUN OLEH:

1. Nyayu Salsabila Andiera Azalea (180701079)


2. Komariah (180701001)
3. Deffa Febriansyah Putra (180701012)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul, “Politik Hukum Pengaturan Bisnis Online
di Indonesia” dengan baik walaupun masih terdapat kekurangan di dalamnya. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Atiqah, S.IP., M.Si . selaku dosen pengampu mata kuliah
Hukum Perdata Internasional di Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah pengetahuan mengenai politik
hukum pengaturan bisnis online yang ada di Indonesia. Maka dari itu, saya berharap agar makalah
ini dapat dipahami oleh pembaca. Dan tentunya, saya menyadari makalah ini masih memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, diperlukan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah di masa yang akan datang serta perkenankanlah saya memohon maaf apabila terjadi
kesalahan kata–kata dalam penulisan makalah ini. Selamat membaca.

Pekanbaru, 5 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................7
2.1 Sejarah Perkembangan Bisnis Online di Indonesia..................7
2.2 Politik Hukum Pengaturan Bisnis Online di Indonesia.............8
BAB III PENUTUP...............................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan aktivitas bisnis dewasa ini sangat pesat dan terus merambah ke berbagai
bidang, baik barang maupun jasa. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa kegiatan bisnis dan
perdagangan merupakan indikator mengenai pembangunan dan kemajuan suatu Negara.
Kegiatan bisnis dalam pembangunan meliputi semua aktivitas yang dilakukan oleh orang
atau badan secara teratur dan terus menerus yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atau jasa-jasa maupun fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan atau
disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Dalam melakukan kegiatan bisnis, para pelaku bisnis pasti tidak terlepas dengan hukum,
karena hukum berperan mengatur bisnis agar bisa berjalan lacar, tertib dan aman sehingga
keuntungan bisa diperoleh tidak hanya oleh satu pihak saja tetapi oleh semua pelaku bisnis.
Kemajuan suatu bisnis tidak akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada
kesejahteraan dan keadilan yang dinikmati merata oleh semua pelaku bisnis. Tidak ada
penindasan oleh pengusaha kuat kepada pengusaha lemah dan tidak ada pelaku bisnis yang
kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, sehingga tidak ada keseimbangan dalam
tatanan bisnis. Disinilah peran hukum bisnis berguna untuk membatasi hal tersebut. Dengan
dibuatnya hukum bisnis, maka hukum bisnis tersebut harus dipelajari oleh para pelaku bisnis
sehinga bisnisnya berjalan sesuai koridor hukum dan tidak mempraktekkan bisnis yang bisa
merugikan pelaku bisnis secara luas.
Gedung Putih pada bulan Juli tahun 1997 mendeklarasikan telah terjadinya sebuah
revolusi industri baru yang akan berdampak pada stabilitas ekonomi global, yaitu sejalan
dengan fenomena maraknya bisnis secara elektronik/digital dengan menggunakan internet
sebagai medium bertransaksi1.
Sebagai negara berkembang, Indonesia memerlukan kepastian hukum yang lebih besar
ketimbang negara-negara maju guna menjamin bisnis online yang sedang marak saat ini.
Bisnis online itu sendiri merupakan sebuah bentuk bisnis. Ini berdasarkan definisi dari bisnis
online. Bisnis online merupakan aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan perseorangan atau

1
kelompok untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan jaringan internet 2. Bisnis
online menggunakan teknologi untuk meningkatkan proses bisnis. Yang mana termasuk di
dalamnya pengelolaan proses internal seperti sumber daya manusia, sistem keuangan dan
administrasi serta proses-proses eksternal seperti penjualan dan pemasaran, penyediaan
barang dan jasa dan hubungan pelanggan.
Menurut Zorayda Ruth Andam (2003), meskipun terdapat kemiripan antara e-commerce
dan bisnis online, mereka adalah konsep yang berbeda. Dalam e-commerce, teknologi
informasi dan komunikasi digunakan antar bisnis atau transaksi antar organisasi dan dalam
transaksi bisnis ke konsumen. Sedangkan dalam bisnis online, di sisi lain, teknologi
informasi dan komunikasi digunakan untuk meningkatkan bisnis seseorang. Ini mencangkup
setiap proses bahwa organisasi bisnis (baik untuk laba, pemerintah, atau lembaga non-profit)
dilakukan melalui mediasi jaringan computer3.
Kekuatan bisnis online ada pada potensi besar populasi penduduk Indonesia yang sudah
mengenal transaksi online, fleksibilitas akses, serta kepraktisan dan kemudahan bertransaksi.
Meskipun penggunaan bisnis online ini masih belum banyak dimengerti, akan tetapi desakan
bisnis menyebabkan para pelaku bisnis mau tidak mau harus berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan kebutuhan pasar. Hal ini juga memberikan peluang bagi pengusaha kecil dan
menengah untuk bersaing lebih baik dengan perusahaan besar karena akses pasar menjadi
setara.

Bisnis online di dalamnya juga termasuk e-commerce memiliki pangsa pasar yang besar.
Hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idea), Google Indonesia,
dan Taylor Nelson Sofres (TNS) memperlihatkan bahwa pada tahun 2013, nilai pasar e-
commerce di Indonesia mencapai $8 miliar atau setara Rp 94.5 triliun. Dan pada tahun 2016
diprediksi naik tiga kali lipat menjadi $25 miliar atau setara Rp 295 triliun. Potensi ini
dibarengi dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar
30% dari total penduduk di Indonesia4. Sayangnya, potensi besar ini belum didukung dengan
peraturan perundang-undangan yang memadai karena belum ada peraturan yang secara
khusus

4
diterbitkan untuk mengatur sektor e-commerce yang merupakan bagian dari bisnis online.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan bisnis online di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan politik hukum pengaturan bisnis online di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Bisnis Online di Indonesia


Perkembangan bisnis online di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan
berdirinya Dyviacom Intrabumi atau D-Net sebagai perintis bisnis online. Wahana transaksi
berupa mal online yang disebut D-Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar
33 toko online/merchant. Produk yang dijual bermacam-macam, mulai dari makanan,
aksesori, pakaian, produk perkantoran sampai furniture. Selain itu, berdiri pula tempat
penjualan online berbasis internet yang memiliki fasilitas lengkap seperti adanya bagian
depan toko (storefront) dan shopping cart (keranjang belanja). Selain itu, ada juga
Commerce Net Indonesia - yang beralamat. Sebagai Commerce Service Provider (CSP)
pertama di Indonesia, Commerce Net Indonesia menawarkan kemudahan dalam melakukan
jual beli di internet. Commerce Net Indonesia sendiri telah bekerjasama dengan lembaga-
lembaga yang membutuhkan e-commerce, untuk melayani konsumen seperti PT Telkom dan
Bank International Indonesia. Selain itu, terdapat pula tujuh situs yang menjadi anggota
Commerce Net Indonesia, yaitu Plasa.com, Interactive Mall 2000, Officeland, Kompas Cyber
Media, Mizan Online Telecommunication Mall dan Trikomsel.
Perkembangan bisnis yang sangat pesat, menimbulkan persaingan pasar yang cukup
ketat. Setiap harinya muncul pelaku bisnis yang mengenalkan produknya dengan kreativitas
dan inovasi baru, sehingga persaingan pasar pun tidak bisa dihindarkan lagi. Jika para pelaku
usaha online tidak berusaha menjadi diri yang kreatif dan inovatif, usahanya hanya akan
tergerus persaingan pasar.
Kreatif dan inovatif dalam menjalankan bisnis, menjadi salah satu kunci sukses sebuah bisnis
untuk memenangkan persaingan pasar. Peningkatan dua situ mencapai hingga 31% di
indonesia, perkembangan e-commerce di tandai dengan bertmbuh nya situs jual beli di
tambah dengan marak nya istilah startup yang dipakai oleh kaum muda di indonesia untuk
memulai bisnis berbasis internet. Di indonesia mencari referensi kebutuhan barang atau jasa
dilakukan melalui media internet, data spire menunjukkan 90% orang mencari
referensi/informasi melalui rekomendasi dari orang yang mereka kenal, sementara sejumlah
10% merupakan opini atau testimoni mereka saja. Keuntungan-keuntungan lain yang dapat
dimanfaatkan para pelaku bisnis online yaitu: kemudahan dalam segi modal, karena bisnis
online tidaklah terlalu membutuhkan modal yang besar, cukup dengan satu unit komputer
dan jaringan internet. Manfaatkan jaringan internet untuk menjangkau konsumen, karena
internet bersifat global dan mendunia sehingga kita dapat menjangkau kosumen yang jauh
dengan mudah dengan mempromosikan produk dengan mudah di internet. salah satu caranya
dengan membuat blog atau website sederhana.5

2.2 Politik Hukum Pengaturan Bisnis Online di Indonesia


Padmo Wahjono dalam bukunya Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum
mendefinisikan politik hukum sebagai kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk
maupun isi dari hukum yang akan dibentuk6. Sedangkan menurut Soedarto, politik hukum
adalah kebijakan dari negara melalui badan-badan negara yang berwenang untuk
menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang diperkirakan akan digunakan untuk
mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang
dicita-citakan7. Kemudian menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara, politik hukum adalah
kebijakan hukum (legal policy) yang hendak diterapkan atau dilaksanakan oleh suatu
pemerintahan negara tertentu8.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, saya mengambil
kesimpulan mengenai pengertian politik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara
negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara.
Kata kebijakan yang telah disebutkan di atas berkaitan dengan adanya strategi yang
sistematis, terperinci dan mendasar. Dalam merumuskan dan menetapkan hukum yang telah
dan akan dilakukan, politik hukum menyerahkan otoritas legislasi kepada penyelenggara
negara, tetapi dengan tetap memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, semuanya
diarahkan dalam rangka mencapai tujuan negara yang dicita-citakan9.
Politik hukum satu negara berbeda dengan politik hukum negara yang lain. Perbedaan ini
disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang kesejarahan, pandangan dunia (world-
5

9
view), sosio-kultural, dan political will dari masing-masing pemerintah di masing-masing
negara. Dengan kata lain, politik hukum bersifat lokal dan hanya berlaku dari dan untuk
negara tertentu saja, bukan bersifat universal. Namun bukan berarti bahwa politik hukum
suatu negara mengabaikan keberadaan dan politik hukum internasional.
Politik hukum di Indonesia adalah kebijakan dasar penyelenggara negara (Republik
Indonesia) dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari
nilai-nilai yang berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk
mencapai tujuan negara (Republik Indonesia) yang dicita-citakan.
Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas diamanatkan bahwa
perekonomian Indonesia adalah perekonomian yang berdasarkan kerakyatan. Namun
kontras dengan hal tersebut, produk perundang-undangan yang dibuat justru lebih
mengutamakan kepentingan individu yang didominasi oleh nilai materialistis. Hal ini
menciptakan kebingungan untuk mematuhi hukum atau tidak sehingga muncul ketidak
pastian hukum bagi masyarakat.
Sehubungan dengan penggunaan elektronik yang sudah sedemikian rupa, mulai dari
aktivitas keuangan sampai dengan aktivitas lainnya yang sifatnya menghasilkan
informasi  dan bersifat transaksional dimana alat elektronik adalah hal yang semakin hari
semakin vital. Sehingga muncul sebuah metode bisnis baru yaitu bisnis online yang
menggunakan internet sebagai medianya.
Bisnis online di Indonesia bisa berkembang pesat karena tidak adanya regulasi khusus
yang mengatur mengenai pelaksanaan atau penarapan bisnis online ini sendiri sehingga
muncul kebebasan environment. Bisnis online bisa tumbuh subur lantaran tidak ada campur
tangan pemerintah yang sangat signifikan. Direktur e-business Ditjen Aplikasi dan
Telematika Kemenkominfo Azhar Hasyim mengungkapkan, pada 2008 potensi bisnis online
di Indonesia mencapai angka Rp 330 triliun. Dan pada 2012 lalu, transaksi yang terjadi
sudah berkisar Rp 30 triliun.
Bahkan lembaga riset Nielsen menyebutkan bahwa selama kuartal pertama 2012,
kepercayaan konusmen online dari Indonesia tergolong tinggi. Indeks kepercayaann dari
konsumen online Indonesia sebesar 118 poin atau setara dengan Filipina. Optimisme ini
meningkat satu poin dibanding kuartel keempat 2011 yaitu 117 poin. Survey yang dilakukan
Nielsen dari tanggal 10 sampai 27 Februari 2012 lalu, mengambil objek 28.000 konsumen
online di Asia Pasifik, Eropa, Amira Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara. Hal
ini membuktikan bahwa konsumen Indonesia masuk dalam jajaran tiga besar negara dengan
optimism keuangan di bawah India (123) dan Arab Saudi (119).
Barulah pada tahun 2008, pemerintah Indonesia yang diprakarsai oleh Departemen
Komunikasi dan informatika (Depkominfo) membidangi lahirnya Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang sekarang kita kenal dengan
UU ITE. Dan setelah mengalami amandemen oleh Pemerintah dan DPR RI pada Oktober
dan diundangkan pada November 2016, terdapat sejumlah perubahan penting dalam UU ITE
baru (Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik). Namun, perubahan UU ITE
tersebut dianggap tidak signifikan terhadap dunia bisnis. Hanya terdapat penambahan
penjelasan yang mempertegas Pasal 5 Ayat (1) UU ITE bahwa informasi elektronik,
dokumen elektronik serta hasil cetakannya adalah alat bukti hukum yang sah10.
Salah satu tujuan diterbitkannya UU ITE memang untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan bagi para pelaku di sektor perdagangan online. Namun, banyak anggapan
bahwa undang-undang ini belum mampu mewujudkan tujuannya tersebut11. Pembahasan
mengenai ketidakmampuan tersebut dapat dimulai dari fakta bahwa tidak adanya definisi
khusus untuk perdagangan online dalam kerangka UU ITE. Sebab, kegiatan perdagangan
yang dilakukan secara elektronik tersebut dipahami sebagai “transaksi elektronik”. Padahal
definisi “transaksi elektronik” yang diberikan oleh Pasal 1 Ayat (2) UU ITE begitu luas,
yaitu perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,
dan/atau media elektronik lainnya. Dan banyak ketentuan dalam UU ITE yang masih
“kosong” dan oleh karenanya memerlukan peraturan pelaksana.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Bayu Krisnamurthi, mengatakan pengaturan
bisnis online ada untuk melindungi konsumen karena pola bisnis baru seperti ini rentan
merugikan konsumen. Dan jika ada masalah yang merugikan konsumen, payung hukum
yang tersedia hanyalah Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang terlalu
luas dan kurang spesifik membahas poin perdagangan dunia maya 12.

10

11

12
Meskipun undang-undang terkait belum meng-cover aspek transaksi yang dilakukan
secara online via internet. Akan tetapi, transaksi dalam bisnis online di Indonesia tetap
tunduk pada ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen atau UU PK. Menurut Kemendag, seluruh transaksi bisnis "online"
atau "e-commerce" tetap dilindungi oleh Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Dasar yang digunakan untuk melindungi konsumen tersebut
tertuang pada pasal 16 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Selain itu juga
diberlakukan ketentuan terkait Standar Nasional Indonesia (SNI) dan labeling13.
Hingga saat ini hanya terdapat Rancangan Peraturan Pemerintah tentang E-Commerce
(RPP E-Commerce) sebagai calon peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan (UU Perdagangan). 14
Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan
(Kemendag) Widodo menjelaskan, pihaknya masih menyelesaikan regulasi atau aturan
turunan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Salah satunya adalah
peraturan pemerintah tentang "e-commerce". Dengan belum diterbitkannya aturan turunan
dari UU Perdagangan tersebut, Kemendag minta kepada para konsumen untuk lebih pro-
aktif melaporkan manakala terjadi wanprestasi atau tidak terlaksananya suatu perjanjian
yang dilakukan pelaku usaha jual-beli "online" tersebut15. Selama rancangan tersebut belum
disahkan, maka kerangka utama peraturan perundang-undangan terkait kegiatan bisnis
online di Indonesia masih berpusat pada UU ITE.
Selain mengacu kepada UU ITE di atas, ada beberapa peraturan atau perundangan yang
mengikat dan dapat dijadikan sebagai payung hukum dalam kegiatan bisnis online16,
diantaranya adalah:
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

13

14

15

16
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
 Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 1998 Tentang Pendirian
Dengan berkembangnya bisnis online, pemerintah juga dinilai perlu fokus menata lisensi
produk luar yang masuk ke Indonesia, baik melalui perdagangan maupun penjualan dari
bisnis online, untuk mengantisipasi maraknya bisnis antarwilayah dan antarnegara yang
tidak mendapatkan izin penjualan. Penataan lisensi itu untuk menghindari bisnis yang hanya
ingin mengambil keuntungan tetapi tidak membayar pajak maupun tidak ada dasar
perlindungan terhadap konsumen.
Dan untuk mendukung penggunaan bisnis online di Indonesia, Kemkominfo saat ini
menyiapkan perangkat-perangkat regulasi terkait penerapan dan pemanfaatan e-commerce,
bisnis online, dan transaksi elektronik, menyiapan sarana dan prasarana layanan e-commerce
dan transaksi elektronik, menerapkan proses transformasi masyarakat khususnya UKM
menuju e-UKM secara terencana dan bertahap, hingga ke daerah melalui Pusat Komunitas
Kreatif Bangunan yang berfasilitas media Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK)
yang dikhususkan bagi para Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam mentransformasikan
manual business ke elektronik business, memfasilitasi, membina dan memberi bimbingan
teknis bagi masyarakat dalam rangka penerapan e-Commerce di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, Kemkominfo juga menyiapan dan fasilitasi proses e-commerce dan transaksi
elektronik internasional secara cross-border, technology neutral dan mengedepankan
perlindungan data pribadi atau indentitas pribadi17.
Kemudian, Pemerintah rencananya akan menerbitkan sebuah roadmap e-commerce yang
menyangkut beberapa aspek regulasi. Peta jalan e-commerce dirasa begitu penting bagi
industry e-commerce di Indonesia. Sebab Pemerintah menargetkan nilai valuasi bisnis
transaksi e-commerce mencapai US$ 130 miliar atau setara Rp 1.710,5 triliun pada tahun
17
2020. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution Menyebutkan
masalahnya saat ini Indonesia belum memiliki peta jalan pengembangan e-commerce yang
jadi acuan bagi seluruh stake holder.
Untuk itu, kebijakan peta jalan e-Commerce ini bakal mengutamakan dan melindungi
kepentingan nasional, khususnya UKM dan pelaku usaha rintisan atau startup. Adapun 8
aspek penting yang akan diatur dalam Perpres Peta Jalan e-Commerce di antaranya adalah18:
1. Pendanaan, berupa KUR untuk pengembang platform, hibah untuk inkubator bisnis
pendamping startup, dana USO untuk UMKM digital dan startup e-
Commerce platform, angel capital, seed capital, crowdfunding, dan pembukaan
daftar negatif investasi (DNI).
2. Perpajakan dalam bentuk pengurangan pajak bagi investor lokal yang berinvestasi
di startup, penyederhanaan izin atau prosedur bagi startup dengan penghasilan di
bawah Rp 4,8 miliar per tahun, serta persamaan perlakuan perpajakan bagi
pengusaha e-Commerce.
3. Perlindungan konsumen melalui peraturan pemerintah tentang transaksi
perdagangan melalui sistem elektronik, harmoni regulasi, dan sistem pembayaran
melalui e-Commerce, serta pengembangan national payment gateway secara
bertahap.
4. Pendidikan dan SDM melalui kampanye kesadaran e-Commerce, program inkubator
nasional, kurikulum e-Commerce, dan edukasi e-Commerce pada konsumen, pelaku
dan penegak hukum.
5. Logistik melalui pemanfaatan sistem logistik nasional, penguatan kurir lokal dan
nasional, pengembangan alih data UMKM, dan pengembangan logistik dari desa ke
kota. 
6. Infrastruktur komunikasi melalui pembangunan jaringan broadband.
7. Keamanan siber, dengan penyusunan model sistem pengawasan nasional dalam
transaksi e-Commerce, public awareness tentang dunia maya, penyusunan SOP
terkait penyimpanan data konsumen, dan sertifikasi keamanan data konsumen.
8. Pembentukan manajemen pelaksana dengan melakukan monitoring dan evaluasi
implementasi peta jalan e-Commerce.

18
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, politik hukum merupakan kebijakan dasar
penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang
bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara. Yang
berkaitan dengan adanya strategi yang sistematis, terperinci dan mendasar. Dalam
merumuskan dan menetapkan hukum yang telah dan akan dilakukan, politik hukum
menyerahkan otoritas legislasi kepada penyelenggara negara, tetapi dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, semuanya diarahkan dalam rangka
mencapai tujuan negara yang dicita-citakan
Secara nyata perkembangan di bidang informasi dan teknologi menjadi suatu hal yang
mutlak dan tidak bisa dihindari terutama dalam era global ini. Salah satu aspek dari
perkembangan tersebut adalah bisnis online yang menggunakan media transaksi elektronik
dengan memanfaatkan jaringan internet. Bisnis online merupakan aktivitas atau pekerjaan
yang dilakukan perseorangan atau kelompok untuk mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan jaringan internet. Penggunaan bisnis online juga akan meningkat seiring
dengan meningkatnya pengguna internet khususnya di Indonesia. Meskipun demikian,
permasalahan hukum akan senantiasa menjadi pertimbangan seberapa cepat dampak dari
bisnis online oleh pengguna internet.
Sehingga dengan lahirnya UU ITE semua permasalahan hukum yang timbul dalam bisnis
online mendapatkan pengaturan yang jelas serta memiliki nilai kepastian hukum yang
selaras dengan perkembangan internasional dalam bidang transaksi elektronik. Selain
mengacu kepada UU ITE, ada beberapa peraturan atau perundangan yang mengikat dan
dapat dijadikan sebagai payung hukum dalam kegiatan bisnis online, diantaranya adalah:
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
 Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 1998 Tentang Pendirian Perusahaan
Perseroan dibidang Perbankan.
Kemudian, untuk mendukung penggunaan bisnis online di Indonesia, Kemkominfo saat
ini menyiapkan perangkat-perangkat regulasi terkait penerapan dan pemanfaatan e-
commerce, bisnis online, dan transaksi elektronik, menyiapan sarana dan prasarana layanan
e-commerce dan transaksi elektronik, menerapkan proses transformasi masyarakat.
Dan rencananya, Pemerintah juga akan mengeluarkan regulasi mengenai roadmap e-
commerce yang menyangkut beberapa aspek, diantaranya:
1. Pendanaan, berupa KUR untuk pengembang platform, hibah untuk inkubator bisnis
pendamping startup, dana USO untuk UMKM digital dan startup e-
Commerce platform, angel capital, seed capital, crowdfunding, dan pembukaan
daftar negatif investasi (DNI).
2. Perpajakan dalam bentuk pengurangan pajak bagi investor lokal yang berinvestasi
di startup, penyederhanaan izin atau prosedur bagi startup dengan penghasilan di
bawah Rp 4,8 miliar per tahun, serta persamaan perlakuan perpajakan bagi
pengusaha e-Commerce.
3. Perlindungan konsumen melalui peraturan pemerintah tentang transaksi
perdagangan melalui sistem elektronik, harmoni regulasi, dan sistem pembayaran
melalui e-Commerce, serta pengembangan national payment gateway secara
bertahap.
4. Pendidikan dan SDM melalui kampanye kesadaran e-Commerce, program
inkubator nasional, kurikulum e-Commerce, dan edukasi e-Commerce pada
konsumen, pelaku dan penegak hukum.
5. Logistik melalui pemanfaatan sistem logistik nasional, penguatan kurir lokal dan
nasional, pengembangan alih data UMKM, dan pengembangan logistik dari desa ke
kota. 
6. Infrastruktur komunikasi melalui pembangunan jaringan broadband.
7. Keamanan siber, dengan penyusunan model sistem pengawasan nasional dalam
transaksi e-Commerce, public awareness tentang dunia maya, penyusunan SOP
terkait penyimpanan data konsumen, dan sertifikasi keamanan data konsumen.
8. Pembentukan manajemen pelaksana dengan melakukan monitoring dan evaluasi
implementasi peta jalan e-Commerce.
Dengan demikian, pengaturan yang ada tersebut diharapkan dapat menciptakan ketertiban
dan kepastian hukum dalam setiap transaksi dalam bisnis online yang pada
perkembangannya sudah menjadi bagian dari pola kehidupan ekonomi masyarakat.
1.2 Saran
Karena perkembangan TI dalam era sekarang ini sudah sangat pesat, pemerintah dalam
hal ini  diharapkan cepat tanggap dalam pengambilan keputusan hukum mengenai
transaksi dalam bisnis online sehingga  perkembangan TI ini akan dapat memproduksi hasil-
hasil yang optimal. Pelaku usaha dalam bisnis online  khususnya  jangan merusak
kepercayaan yang diberikan oleh konsumen. Dan menurut saya, perlu juga peninjauan
kembali terhadap UU ITE yang menjadi payung hukum dalam aktivitas bisnis online. Tidak
hanya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, peninjauan kembali tersebut juga
diharapkan dapat mengakomodir berbagai perkembangan di sektor perdagangan online dan
perlu diakomodir agar pelaksanaan bisnis online dan e-commerce di Indonesia dapat lebih
optimal dan bisa lebih menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan setiap transaksi
elektronik.
Kemudian, berikut beberapa upaya yang disarankan untuk pemerintah dalam upaya
memajukan bisnis online atau e-commerce Indonesia19:
 Membantu UKM Office untuk Beralih ke Online
Peranan UKM sangat berpengaruh kuat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional jika mereka juga mengakses jejaring internet. Namun, peranan pemerintah masih
dianggap kurang bisa membuat UKM untuk memaksimalkan dunia maya. Padahal, setiap
konter bisa membuat Toko Jual Pulsa Online dengan mudah.
Sejauh ini instansi-instansi pemerintah memang telah melahirkan beberapa program yang
mendukung bisnis internet. Namun, setelah diadakan survei dan wawancara, masih banyak

19
pihak yang  merasa ada aturan-aturan yang tumpang tindih. Sebab itulah, komunikasi dan
koordinasi antar instansi pemerintah diharapkan dapat berjalan beriringan. Sehingga, para
pelaku UKM yang masih bersifat offline lebih terdorong untuk beralih ke online.
 Meningkatkan Kualitas dan Cakupan Akses Internet
Dalam bisnis online yang berbasis dunia maya tentu akses internet amatlah penting. Maka
dari itu, upaya yang dilakukan untuk memajukan bisnis online adalah meningkatkan kualitas
akses internet untuk memudahkan segala aktifitas yang berkaitan dengan e-commerce
tersebut. Kecepatan akses internet di Indonesia masih jauh dari kata mumpuni untuk sebuah
pengoperasian bisnis online.
Tentunya jika akses internet diperkuat, masyarakat Indonesia akan jauh lebih mudah
dalam menggunakan bisnis online.
 Memperluas Sistem Pembayaran Elektronik
Dalam pengoperasian perdagangan elektronik pasti kebanyakan melibatkan transaksi
pembayaran elektronik. Sayangnya, berdasarkan beberapa laporan, platform pembayaran
elektronik di tanah air masih kurang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sendiri.
Banyak dari pelaku bisnis yang masih meragukan keamanan pembayaran elektronik ini.
Maka dari itu, di sinilah peran pemerintah untuk meningkatkan keamanan dan akses ke
mekanisme pembayaran secara elektronik. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat akan
meningkat.
Masyarakat yang telah memahami sistem transaksi internet akan merasakan kenyamanan
dalam penggunaannya. Selanjutnya pembayaran secara elektronik dapat meluas dikalangan
pelaku jual beli.
 Memperluas Akses Investasi
Investor memiliki peranan penting dalam perkembangan bisnis online Indonesia. Baik
yang berasal dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal ini dikarenakan masih banyak
beberapa startup bisnis online di Indonesia yang masih membutuhkan dukungan dari para
investor baik lokal maupun asing. Namun, di Indonesia prosedur dan langkah-langkah
investasi untuk bisnis online masih sangat rumit serta membingungkan.
Tingkat investasi yang rendah mengakibatkan terhambatnya potensi pertumbuhan bisnis.
Dalam hal peran dan dukungan pemerintah sangat penting supaya dapat mengeluarkan suatu
regulasi yang dapat memudahkan investor yang ingin berinvestasi pada bisnis online di
tanah air.
 Memperluas Layanan Pemerintah secara Elektronik
Pemerintah sekali lagi memiliki peranan penting dalam mengimplementasikan teknologi
digital agar menjadi sebuah kebiasaan yang harus selalu digunakan. Ketika pemerintah
menyadari hal ini dan selalu menggunakan perangkat teknologi digital, maka dengan
sendirinya masyarakat luas akan lebih mudah percaya dan beralih ke transaksi online.
Bisnis online akan berkembang pesat bila didukung dengan koneksi internet cepat.
Perangkat digital pun harus menjadi fokus utama pemerintah. Saat ini salah satu fokus
pemerintah yang bisa dimaksimalkan adalah perluasan jaringan 4G di Indonesia. Dengan
jaringan internet yang stabil, peluang bisnis online akan semakin terbuka lebar bagi semua
lapisan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Commerce Strategi dan Konsep Bisnis di Dunia Maya.
APTIKOM.

MD, Mahfud. 2010. Membangun Politik Menegakkan Konstitusi. Jakarta: Rajawali Pers.
Soedarto. 1983. Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat dalam kajian Hukum
Pidana. Bandung: Sinar Baru.

Suseno, Frans Magnis. 1994. Etika Politik: Prinsip-prinsip Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Wahyono, Padmo. 1986. Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum.


Jakarta: Ghalia Indonesia.

Paper

Ikhwan, Andi. E-business: Penerapan di Dunia dan di Indonesia. Bogor: MB Institut Pertanian
Bogor.

Neoelearningclass. 2014. Mengenal Bisnis Online Lebih Dekat. NeoElearningClass.com.

Website

ANT. “Pengaturan Bisnis E-Commerce untuk Lindungi Konsumen”. 25 April 2017.


http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt511348d9ebcd0/pengaturan-bisnis-e-
commerce-untuk-lindungi-konsumen

Direktorat Jenderal Pajak. “e-commerce Tentukan Masa Depan Perdagangan Indonesia”. 24


April 2017. http://www.pajak.go.id/content/e-commerce-tentukan-masa-depan-perdagangan-
indonesia

Hukum Online. “Harapan Pelaku E-Commerce Indonesia Pasca UU ITE Baru”. 25April 2017.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/%20lt5863491859ad2/harapan-pelaku-e-commerce-
indonesia-pasca-uu-ite-baru
IESE, “Mampukah UU ITE Menjawab Tantangan Perkembangan E-Commerce di Indonesia”.
25 April 2017. http://iese.id/mampukah-uu-ite-menjawab-tantangan-perkembangan-e-commerce-
di-indonesia/

Kominfo. “Jasa Logistik Melesat di Era E-Commerce”. 23 April 2017.


https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6707/Jasa+Logistik+Melesat+di+Era+e-
Commerce+/0/sorotan_media

Kelompok 3 WIRM. “Makalah Pengenalan Bisnis Online E-Commerce”. 25 April 2017.


http://kelompok3wirm.blogspot.co.id/2012/06/makalah-pengenalan-hukum-bisnis-e.html

Setiawan, Bima Agus. “Undang-Undang ITE dan Kasus”. 25 April 2017.


http://bimagustiawan.blogspot.co.id/2016/03/undang-undang-ite-dan-kasus.html

Wardani, Agustin Setyo. “Pemerintah Terbitkan Roadmap e-Commerce, Ini 8 Aspek


Regulasinya”. 29 Mei 2017. http://tekno.liputan6.com/read/2648966/pemerintah-terbitkan-
roadmap-e- commerce-ini-8-aspek-regulasinya

Anda mungkin juga menyukai