A. POKOK - POKOK AJARAN ADAT MINANGKABAU, ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI
KITABULLAH BESERTA PENJELASANNYA DAN BERLAKU UNTUK SELURUH WILAYAH
MINANGKABAU”
Alam takambang jadi guru adalah falsafah nenek moyang kita orang Minangkabau. Nenek moyang kita
belajar kepada alam seperti pada air, udara, energi dan apa yang ada pada alam seperti binatang, tumbuh-
tumbuhan dan dari diri kita sendiri. Belajar atau berguru kepada alam dengan mengambil sesuatu yang baik
dari sifat alam, seperti sifat memberi, menjadi contoh tauladan, mana yang baik dipakai dan mana yang buruk
dibuang. Filosofi alam takambang jadi guru bagi orang Minangkabau menempatkan dirinya sebagai orang yang
berilmu dan dengan itu orang Minangkabau selalu mengutamakan amal kebajikan, berbuat baik (berbudi) dan
hidup dalam kebenaran, tolong menolong dan alam takambang selanjutnya dikenal Sunnatullah yang segala
sesuatunya dijadikan untuk iktibar bagi manusia. Akal pikiran bagi orang Minangkabau haruslah dikendalikan
oleh jantung dan hati, karena disanalah bermuaranya rasa hiba, tenggang rasa, rasa santun, saling harga
menghargai. Apa yang ada pada hati itu dipancarkan langsung keotak atau akal pikiran sebagai mana
diungkapkan dalam pepatah “ Ulu budi talago undang, pincuran tajunan aka “ Dek ribuik runduaklah padi,
dicupak datuak tumanggung, hiduik nan kalau tak babudi, duduak tagak kumari canggung. Belajar kepada alam
juga dimaknai belajar kepada aturan-aturan alam, bahkan mempelajari aturan alam bagi orang Minangabau
lebih tua dari agama yang dianutnya ( Islam ). Bulan mengelilingi bumi, sejak dari satu hari bulan, lalu bulan
empat belas hari, menurun kepada dua puluh sembilan atau tiga puluh, dia lebih cepat mengedari bumi dari
pada bumi mengedari matahari. Lalu dengan itu timbulah pergiliran cahaya, siang dan malam, pasang naik dan
pasang surut, perobahan letak bintangpun diperhatikannya sehingga orang Minangkabau mengetahui
perputaran musim dan dengan demikian mereka dapat menjalani kehidupan. Undang-undang alam itu bersifat
tetap sebelum riwayat peredaran alam itu ditutup oleh siempunya alam (Allah SWT.).
Berbudi baik, rasa malu dan sopan santun, menghargai orang lain didapatkan contohnya pada alam
itu. Seperti sebatang pisang mempunyai budi yang tinggi sebagaimana ungkapannya, “Dululah nyato dari
umbuik, kini batang lah mulai mangalupak, daunlah mulai mangurisiak, pucuak nan indak tumbuah lai, takana
badan nak babudi, dek tumbuah karano ditanam, daun rimbum karano digabuak, jaso jo apo kadibaleh. Bialah
jantuang kataulua manjulai dilua badan, nan baiak takana juo, malakik badan kamati, bapantang pisang tak
babuah, baguno diurang banyak, anak baririk manggantikan”. Itulah contohnya budi dari alam takambang,
sebagai pertanda kesolehan sosial yang diperturun panaiakkan oleh orang Minangkabau.
Adat nan sabana adat adalah semua aturan-aturan, sifat-sifat dan segala ketentuan yang terdapat pada
alam atau pada alam takambang yang merupakan Sunnatullah. Ketentuan-ketentuan itu bersifat pasti dan tidak
berobah sebagaimana dicontohkan pada aia mambasah, api mambaka, gunung bakabuik, batuang babuku,
karambia bamato yang maksudnya untuk dipelajari sebagai sumber hukum dan sebagai iktibar. Pada awalnya
alam takambang jadi guru merupakan bagian utama dari Adat Nan Sabana Adat. Dalam perjalanan yang
panjang adat Minangkabau mulai menyatu dengan Islam dan dalam rentang waktu perang Paderi diperkirakan
tahun 1837 terjadi kesepakatan yang disebut perjanjian Bukit Marapalam antara pemuka adat dan pemuka
agama dibuat suatu kesepakatan yang berbunyi : Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah yang
selanjutnya disebut sebagai jati diri dan identitas kultural Minangkabau disingkat sebagai ABS SBK. Kemudian
ABS-SBK ini masuk dalam kategori Adat Nan Sabana Adat. Adat nan Sabana Adat ini juga disebut sebagai
cupak usali atau adat nan babuhua mati ( tidak dapat dan tidak boleh diubah )
Penjelasan tentang Adat nan sabana adat
a. Adat nan sabana adat disebut juga adat nan sabatang panjang
b. Adat nan sabana adat indak lapuak dek hujan, indak lakang dek paneh, dibubuik indak layua dianjak indak
mati
c. Pepatah petitih sebagai ayat-ayat adat
Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah adalah penyatuan antara Adat Minangkabau dan
Islam sebagai sebuah sistem nilai dan norma. Nilai adat yang bersumber kepada alam takambang jadi guru
dipandang oleh agama Islam sebagai Sunnatullah menjadikan adat Minangkabau dapat beradaptasi dan
berinteraksi dengan ajaran Islam. Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah merupakan persenyawaan
dua nilai yang pada akhirnya menjadi landasan kultural dan pandangan hidup orang Minangkabau, yang intinya
terdapat hubungan Insyaniah sebagai manusia dan Ilahiyah sebagai Khalik dan dengan itu terjalinnya
hubungan dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan dengan manusia (hablumminannas). Islam
merupakan perekat ajaran adat, menyatu dan bersenyawa dengan ajaran Islam sebagai agama
Rahmatanlila’lamin. Islam telah menyempurnakan ajaran adat yang bersumber kepada alam takambang jadi
guru dan persenyawaan antara ajaran adat dan Islam telah membentuk suatu sistem nilai dan norma yang
dengan demikan nilai Ketuhanan dan Insyaniah menjadi landasan ABS-SBK. Nilai-nilai adat yang bersumber
alam takambang telah berhasil mengantarkan manusia pada taraf hidup dan pergaulan manusia yang
sempurna, berperilaku yang baik, sopan santun, menghargai dan menghormati orang lain yang disebut dengan
budi. Budi adalah hasil pemahaman dari raso, pareso, malu jo sopan pada sisi lain Islam telah mengenalkan
orang Minangkabau terhadap alam takambang yang diyakininya sebenarnya adalah ayat-ayat Allah yang
merupakan Sunnatullah. Dengan demikian adat Minangkabau sangat cepat menangkap bahwa Islam adalah
satu-satunya agama dan Allah adalah maha pencipta bagi seluruh alam ini. Mengakui Islam berarti orang
Minangkabau menerima dengan tegas hukum Islam dan Rukun Iman dan Al-Qur’an adalah Kitab Allah yang
diturunkan melalui Rasulnya Nabi Muhammad SAW. Sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dimuka bumi ini
termasuk warga Minangkabau. Kesepakatan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang dianut oleh orang
Minangkabau dinyatakan pada kesepakatan bersama antara kaum adat dan pemuka agama dalam perjanjian
sumpah sakti Bukik Marapalam terjadi pada tahun 1837. Pada waktu itu telah diikrarkan bahwa Adat basandi
Syarak, Syarak basandi Kitabullah adalah satu-satunya ajaran, pandangan hidup, landasan berfikir, jati diri dan
landasan kultural Masyarakat Minangkabau yang selanjutnya menjadikan ABS-SBK sebagai falsafah hidup
orang Minangkabau baik di Ranah Minangkabau maupun di Rantau..
i. Matrilineal adalah kerangka dasar dan sumber kehidupan beradat suku Minangkabau. Mengambil garis
keturunan dari pihak Ibu dalam arti bahwa dalam kehidupan sosial dan lintas kehidupan masyarakat
Minangkabau sumber utamanya adalah dari pihak Ibu tanpa mengurangi dan bahkan menghargai serta
memuliakan hak seorang Bapak atau keluarga Bapak yang disebut Bako (babako-babaki). Kehidupan
matrilineal sepanjang sejarah telah dapat mempersatukan masyarakat Minangkabau, membentuk
keperibadian dan kehidupan sopan santun dan berbudi. Menganut faham Matrilineal Minangkabau tidak
ada larangannya dalam agama Islam, dan bahkan kedudukan seorang Ibu sangat dimuliakan. Matrilineal
tidak dapat diubah atau digabung seperti parental dan sebagainnya. Karena hal tersebut. bukan budaya
Minangkabau
ii. Kehidupan matrilineal berurat tunggang kepada sako dan pusako
iii. Suku anak sama dengan suku Ibu
iv. Sebagai pedoman dalam penyelesaian masalah pusako dan pemberian gelar adat
v. Memuliakan dan menghormati Bapak dalam kehidupan rumah tangga, bahkan rumah pusako istrinya
disebut rumah Bapak
vi. Ciri-ciri kehidupan matrilineal1 :
Keturunan berdasarkan garis ibu, suku berdasarkan garis ibu, tiap orang diharuskan kawin diluar garis
sukunya (eksogami), kekuasaan suku dilaksanakan oleh saudara laki-laki, perkawinan bersifat matrilokal,
suami bertempat tinggal dirumah istrinya, ayah diluar suku istri dan anak-anaknya, harato pusako
diwariskan oleh mamak kepada kemenakan perempuan.
Kekerabatan Matrilineal adalah hubungan lintas kemasyarakatan yang diawali dengan hubungan
keluarga kerabat perempuan, hubungan rumah tangga pariuak, jurai, kemasyarakatan suku, nagari, hubungan
mamak dengan kemenakan, hubungan sako jo pusako, serta peranan orang tua laki-laki sebagai bapak
biologis dan hubungan bapak sebagai mamak dalam suku bapaknya.
Pasal 6 Tentang Adat Minangkabau
(1) Adat menurut pengertiannya adalah sistem nilai dan norma yang mengatur tata kehidupan suatu kesatuan
masyarakat hukum adat. Adat Minangkabau tersebut adalah semua peraturan-peraturan adat yang berlaku
di Minangkabau yang telah dituangkan dalam kesepakatan bersama melalui Kongres Kebudayaan
Minangkabau atau musyawarah yang diadakan untuk itu dan adat Minangkabau yang belum memperoleh
kesepakatan bersama dipandang masih tetap berlaku.
(2) Adat Minangkabau yang bersifat universal, adat nan sabana adat atau adat nan sabatang panjang dan
ABS-SBK
(3) Adat yang berlaku pada tiap-tiap nagari yang disebut adat istiadat atau adat nan salingka nagari
Kesatuan masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun hidup diwilayah
geografis tertentu berdasarkan asal usul leluhur, mempunyai hak-hak yang lahir dari hubungan yang kuat
dengan sumber daya alam dan lingkungannya memiliki adat, nilai dan identitas budaya yang khas yang
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum yang ditegakkan oleh lembaga-lembaga adat
1
LKAAM, 2002 : 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
Ulayat Nagari adalah tanah/hutan, air dan kekayaan alam yang ada diatas dan dibawahnya dipergunakan
untuk kepentingan masyarakat adat atau sebagai cadangan milik bersama masyarakat adat dalam suatu
nagari. Ulayat nagari tidak termasuk didalamnya tanah ulayat suku, ulayat kaum
(6) Ulayat Suku
Ulayat Suku adalah tanah milik bersama suku/beberapa kaum yang secara bersama-sama diwarisi menurut
adat Minangkabau secara matrilinineal
(7) Ulayat kaum
Ulayat Kaum adalah tanah milik bersama anggota kaum yang diwarisi secara bersama-sama turun temurun
menurut garis keturunan ibu atau matrilineal
(1) Harato pusako tinggi adalah harato turun temurun menurut garis Ibu sesuku dan merupakan harato tua atau
harato musabalah yaitu harato atau hasil yang diambil manfaatnya saja dari harato tersebut. sesuai dengan
ketentuan adat yang berlaku dari dahulu sampai sekarang
(2) Bilamana keturunan suku kebawah habis atau tidak punya anak perempuan, maka harato tersebut pindah
kepada saudara atau keluarga yang terdekat sesuai dengan ketentuan “ Nan saeto nan sajangka, nan
satampok sabuah jari “
(3) Demi untuk menjaga keturunan menurut garis yang telah ditentukan oleh adat dan untuk menjaga tali jan
nyo putuih, jajak jannyo lipua serta untuk menjaga ulayat jangan berpindah, maka pusako tinggi menurut
adat tidak boleh dijual “dijua indak diamakan bali, tagadai indak dimakan sando “
(4) Pewarisan pusako hanya dapat dilakukan ke pusako juga
(5) Harato pusako tinggi tidak boleh dibagi-bagi
(1) Harato pusako randah adalah harato yang diperoleh oleh seorang suami dan atau istri semasa hidupnya
dan harato tersebut disebut harato pencaharian dan diwarisi oleh anak-anak keturunannya menurut hukum
faraidh atau hukum Islam
(2) Harato bawaan istri (harato pusako tinggi) sebelum kawin disebut harato saurang.
(3) Pencaharian istri bila berusaha atau bekerja menjadi harato basamo
(1) Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu dan
berwenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dan mengurus kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan filosofi ABS-SBK
(2) Setiap nagari harus dibuatkan peta desa/nagari
(3) Penduduk nagari yang bertempat tinggal di nagari dan mempunyai KTP
(4) Anak nagari adalah putra putri yang dilahirkan menurut garis keturunan ibu, dan orang yang diakui dan
diterima sepanjang adat dalam suatu nagari.
(5) Nagari berkembang dari taratak, dusun/jorong/korong, koto.
(1) Penghulu adalah orang yang diangkat oleh kaum dan sukunya untuk memimpin anak kamanakan dalam
pasukuannya dan kepadanya diberi gala pusako. Ia wajib dihormati oleh payung pasukuan lainnya, karena
duduaknyo samo randah dan tagaknyo samo tinggi dengan pasukuan lainnya. Ia adalah pemimpin dalam
pasukuan dan pemimpin dalam nagari. Panggilannya adalah datuak dengan gala pusako yang dipusakoi
sukunya secara turun temurun.
(2) Tugas Penghulu : manuruik alua nan luruih, manampuah jalan nan pasa, mamaliharo harato pusako,
mamaliharo anak kamanakan
(3) Penghulu dalam kelarasan Budi Caniago disebut penghulu andiko
(4) Penghulu dalam kelarasan Koto Piliang disebut penghulu pucuak
(5) Ninik mamak adalah sebutan penghulu dan pemangku adat lainnya
(1) Bundo Kanduang adalah nama panggilan terhadap wanita atau perempuan Minangkabau. Bundo artinya
ibu, kanduang artinya sejati. Bundo Kanduang adalah ibu yang sejati yang telah berumah tangga dan
memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimpinan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
(2) Seorang wanita atau perempuan yang dinamakan bundo kanduang adalah wanita atau perempuan yang
mempunyai sifat-sifat terpuji menurut adat, mempunyai kecakapan dan pengetahuan sesuai dengan
kemampuan seorang wanita dan baik budi pekertinya.
(3) Martabat Bundo Kanduang : ingek dan jago pado adat, berilmu, bermakrifat, berpaham, ujud dan yakin
tawakal pada Allah, murah dan mahal dalam laku dan parangai yang berpatutan, kayo dan miskin pado ati
dan kebenaran, saba jo ridho, imek jimek, lunak lambuik bakato-kato
(4) Sumbang salah Bundo Kanduang menurut adat :
Sumbang duduak, sumbang tagak, sumbang diam, sumbang bajalan, sumbang pergaulan, sumbang
perkataan, sumbang penglihatan, sumbang pakaian, sumbang pekerjaan, sumbang tanyo, sumbang
jawab, sumbang kurenah.
(1) Hukum Ilmu, adalah menjatuhkan hukuman dengan ilmu. Bila akan menjatuhkan hukuman janganlah
bertentangan dengan ilmu hukum yang dipelajari. Kalau akan menghukum suatu sengketa hukumlah
dengan seadil-adilnya dan hukumlah diri sendiri terlebih dahulu.
(2) Hukum Bainah, adalah hukum bersumpah artinya memutuskan suatu sengketa dengan melakukan putusan
sumpah
(3) Hukum Kurenah, seorang hakim memutuskan suatu perkara dengan jalan berdasarkan kurenah/tingkah
laku yang terlihat dari air muka tertuduh maupun yang menggugat
(4) Hukum Perdamaian, hukum yang dilaksanakan keputusannya dengan cara penyelasaian oleh niniak
mamak pemangku adat tentang sengketa yang terjadi dalam suatu kelompok yang mempunyai hubungan
kekeluargaan
(1) Pada tingkat nagari dapat dibentuk badan peradilan adat untuk menyelesaikan suatu perkara, masalah
perselisihan atau persengketaan antara sesama suku maupun dengan pihak ketiga lainnya. Yang dapat
diadili adalah masalah perdata atau masalah pidana ringan. Penyelesaian suatu perkara dengan jalan
mediasi yaitu dengan cara perdamaian menurut adat yang berlaku pada suatu nagari. Setiap penyelesaian
perkara yang telah diputuskan harus melaporkan hasilnya kepada pihak kepolisian.
(2) Penyelesaian perkara sesuku diselesaikan oleh orang ampek jinih suku dan diputus oleh Penghulu
(3) Penyelesaian perkara antar suku atau dengan pihak ketiga lainnya diselesaikan oleh badan peradilan adat
Kerapatan Adat Nagari (KAN).
(4) Materi pokok Undang-undang nan Duo Puluah
a. Bagian yang berkenaan dengan pidana ringan dan berat
Sumbang salah, laku parangai; dago dagi, mambari malu; maling curi, taluang dindiang; upeh racun,
batabuang sayak; sia baka, sabatang suluah; samun saka, tagak dibateh; tikam bunuah, padang
badarah; umbuak umbi, budi marangkak.
b. Bagian yang berkenaan dengan cemo / sangkaan dan tuduhan yang dapat diberlakukan untuk
subjek/materi hukum yang berkenaan dengan : talalok takaja, tasindorong jajak manurun; tacancang
tarageh, tatukiak jajak mandaki; talacuik tapukua, batimbang jawek batanyo; tumbang ciek, alah
bauriah bak sipasin; Putuih tali, lah bajajak nan bak bakiek; anggang lalu, atah jatuah.
c. Berkenaan dengan tuduhan/dugaan/dakwaan : Pulang pagi babasah basah; bajua bamurah-murah;
bajalan bagageh gageh; dibao pikek dibao langau; kacondongan mato rang banyak; dibaok ribuik
dibaok angin
(5) Menjelang adanya ketentuan baru berdasarkan UU atau Perda mengenai hak asal usul /otonomi atau yang
ada kaitannya dengan peradilan nagari atau peradilan adat. Maka tingkat nagari dapat melaksanakan
wewenang mengadili dengan jalan :
1. Mengadili perkara pidana ringan dengan system putusan perdamaian secara musyawarah ( system
mediasi / arbiter )
2. Mengadili seluruh jenis perkara / sengketa perdata dengan sistem perdamaian secara musyawarah
(sistem mediasi/arbiter
3. atau tidak tertutup kemungkinan untuk dilakukan pada tingkat peradilan negara
Raso adalah segala sesuatu yang dirasakan atas diri, umpama disakiti, dicaci, diperlakukan dengan
tidak baik seperti perkataan kasar yang menyakitkan hati dan itu tidak boleh dilakukan
Pareso yang dirasakan oleh hati dan perasaan. Umpama kita tidak boleh menyakiti orang lain
karena orang akan merasakan sakitnya itu dan sebaliknya bagaimana kalau hal yang demikian terjadi
bagi kita
Malu adalah tingkatan dari raso jo pareso sehingga kita dapat menahan diri untuk tidak
mengerjakanpekerjaan yang tidak baik
Sopan adalah hasil perbuatan dari malu dan orang itu dinamakan berbudi,kita selalu berbuat dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang disukai oleh orang lain
Kato mandaki perlakuan dan pembicaraan yang dilakukan kepada orang yang lebih tinggi
tingkatannya dari kita, seperti bicara kepada Ibu Bapak bicara kepada Mamak dan semua orang tua
atau yang dituakan
Kato manurun adalah perbuatan dan cara berbicara dengan orang yang lebih rendah tingkatannya
dari kita seperti berbicara dengan anak, kemanakan pembicaraan itu harus mendidik dan dilakukan
dengan penuh kasih saying
Kato mandata cara bicara dengan orang yang setingkat dengan kita, pembicaraan itu juga dilakukan
dengan sopan santun dari hasil ketiga tsb. Diatas sebagaimana ungkapan yang kecil dikasihi yang tua
dihormati samo gadang lawan baiyo
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
Kato melereng adalah perkataan yang dilakukan secara hati-hati. Kita menjaga orang lawan bicara
kita jangan sampai tersinggung apalagi perkataan dan perbuatan terhadap orang sumando dan iapar
bisan dsb.
a. Pengertian akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat dan
kebiasaan
b. Tujuan Akhlak
Agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang
baik sesuai dengan ajaran Islam
c. Dasar Akhlak
Dalam Islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan sifat seseorang itu baik atau
buruk adalah Al Quran dan Sunnah. Apa yang baik menurut al Quran dan Sunnah, itulah yang dijadikan
pegangan dalam kehidupan sehari-hari,sebaliknya apa yang tidak baik menurut Al Quran dan Sunnah
haruslah dijahui. Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling baik dan tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk pribadi masing-masing. Begitu juga akhlak para sahabat karena
mereka semua berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah Nabi.
Mencintai Allah
- Sungguh telah kami ciptakankan manusia dengan sebaik-baik bentuk” (Q. S At Tin : 4)
- Kalau kamu betul-betul mencintai Allah turutlah aku, niscaya kamu akan dicintai oleh Allah
dan kemudian diampuniNya dosa-dosamu, Allah itu pengampun dan penyayang” ( Q.S Al
Imran : 31)
- Barang siapa yang terdapat padanya tiga perkara, maka ia akan merasai manisnya Iman,
yaitu mencintai Allah dan RasulNya melebihi cinta kepada yang lain, mencintai manusia
karena cinta kepada Allah semata; membenci kepada kufur (ingkar) seperti orang yang
benci untuk dilemparkan kedalam api “ (H.R.Bukhari dan Muslim)
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
Mencintai Rasul
- Apapun yang dibawa oleh Rasul itu, hendaklah kamu ambil dan apa yang dilarang,
hendaklah kamu jahui” (Q.S Al-Hasyr : 7)
- Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku niscaya Allah
mengasihimu” (Q.S Ali-Imran :31)
- Hai orang-orang yang beriman, Taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri
(pemimpin) diantara kamu”(Q.S An Nisa : 59)
Itulah akhlak orang –orang yang terpuji dan mereka dikasihi oleh Allah.
Benar
- Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa
kepada sorga. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar sehingga tercatat disisi
Allah sebagai orang yang benar”(HR Muttafaq Alaih)
- Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar” (At Taubah : 119)
- “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam
kehidupan didunia ini dan diakhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim
(salah) dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (Q.S Ibrahim : 27)
- “Tinggalkanlah apa yang engkau ragu-ragu kepada apa yang tidak engkau ragu-
ragukan.Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada ketenangan dan dusta itu
menimbulkan keragu-raguan”(HR.Tarmizi)
Berani
- “Bukanlah dinamakan pemberani orang yang kuat bergulat, sesungguhnya pemberani itu
ialah orang yang sanggup menguasai dirinya diwaktu marah”(HR.Muttafaq ‘Alaih)
Nabi Muhammad SAW tidak pernah gentar menghadapi musuh sebagaimana firman Allah
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
- “ Yaitu orang-orang yang mencintai Allah dan Rasulnya dan kepada mereka ada orang
yang mengatakan; sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab”Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik pelindung’ Maka mereka kembali dengan nikmat dan kurnia yang lebih
besar dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keredaan
Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (Al-Imran 173-174)
Karena itu orang harus berani mengambil keputusan pada saat-saat yang tepat. Orang
harus berani mengemukan dan menyampaikan yang benar itu benar dan yang salah itu salah
Amanah.
- Amanah adalah kepercayaan, kesetian atau ketulusan. Amanah itu adakalanya berbentuk
titipan benda, rahasia, tugas, jabatan dsb.
- “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya : “Bilakah kiamat itu akan terjadi
ya Rasulullah? Dijawab oleh Rasullullah : “ Bila amanah (kepercayaan) diabaikan, maka
tunggulah kiamat itu. Bagaimana pula mengabaikan kepercayaan itu ? jawab Rasulullah :
Apabila urusan atau pekerjaan diserahan kepada orang yang tidak ahli, maka tunggulah
kiamatitu” (HR.Bukhari)
Menepati janji
- Janji dalam Islam adalah hutang dan hutang itu harus dibayar dan ditepati. Pelanggaran
terhadap janji berarti berbuat dosa orang mukmin itu harus satu kata dengan perbuatannya.
- “Hai orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan.Sungguh besar murka Allah jika kamu mengatakan yang tidak kamu
kerjakan”(Shaf : 34)
- “ Hai orang yang beriman tepatilah janjimu (janji-janji) itu “( Q.S Al Maidah : 1)
- “Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggung jawabannya” (Q.S Al Isra’
: 34)
- “Tanda orang munafiq itu ada tiga: 1. Apabila berkata ia berdusta 2. Apabila ia berjanji
mungkir 3. Apabila ia diberi amanah (kepercayaan) ia khianat”( HR.Bukhari Muslim)
Sabar
- Hidup manusia dibunia tidak luput dari susah dan senang, sehat dan sakit, suka dan duka.
- “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepada kamu dan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita kepada orang-orang yang
sabar(yaitu) orang-orang yang ditimpa musibah mereka berkata, Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepada Nya kami akan kembali. Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhanya dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S Al Baqarah : 155-157)
- “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam
keadaan berserah diri (kepadaMu) (Q.S Al A’raf : 126)
- “Maka bersabarlah kamu seperti bersabarnya orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati dari Rasul-Rasul”( Q.S Al Ahqaf : 35)
Pemaaf
- “Dan hendaklah mereka bermaaf maafan dan berlapang dada.Apakah kamu tidak ingin,
bahwa Allah mengampuni dan Allah adalah maha pengampu lagi maha penyayang” (Q.S
An Nur : 22)
- “ yaitu orang-orang yang menafkan hartanya, baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit,
dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan kesalahan orang.Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”( Q.S Ali Imran : 134)
Pemurah
- Agama Islam mengajak para pemeluknya agar bermurah hati, suka berkorban dan berbuat
unuk kepentingan masyarakat, mau mengulurkan tangan kepada siapa saja yang
memerlukannya
- “Orang-orang yang menafkahkan di malam hari dan disiang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala dari Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah : 274)
- “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang-orang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan”( Q.S Al Isra’ : 26-27)
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
Ikhlas
- Ikhlas artinya bersih, suci murni tidak bercampur dengan yang lain. Mengerjakan ibadah
atau kebajikan hanya karena Allah semata-mata serta mengharapkan keredhaanNya,
bukan mengharap pujian manusia.
- “Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran itu kepada engkau dengan kebenaran.Oleh sebab
itu sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama karenanya semata mata.Ketahuilah
bahwa agama yang suci murni hanyalah kepunyaan Allah”( Q.S Az Zumar 2-3)
- “Dan mereka hanya diperintah supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas beragama
untuk Allah semata-mata, berdiri lurus menegakkan shhalat dan membayar zakat.Dan
itulah agama yang betul”( Q.S Al Bayinah: 5)
Hidup sederhana
- “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan dan
tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu ditengah-tengah antara yang demikian” (Q.S
Al Furqan:67)
- “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.Dan orang yang
disempitkan rejekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa
yang Allah berikan kepadanya, Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan”( Q.S Al Thatalaq : 7)
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
KESIMPULAN /KESEPAKATAN
KESIMPULAN HASIL PEMBAHASAN
KOMISI A
ABS-SBK DAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN
Bismillahirrahmanirrahiim
Salah satu agenda penting dalam Seminar Kebudayaan Minangkabau Gebu Minang 2010 (SKM-GM 2010),
adalah menyepakati pedoman pengamalan “Adaik Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah”. Dalam hal ini
Panitia SKM-GM 2010 telah mempersiapkan dengan baik pedoman pengamalan Adat Basandi Syarak-Syarak
Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai. Dalam pembahasan di Komisi A, selain pedoman
pengamalan ASB-SBK, yang menjadi rujukan pembahasan, tulisan (Makalah) yang disampaikan oleh Prof. Dr.
Azyumardi Azra, MA, dalam diskusi panel SKM-GM 2010 berjudul Konsolidasi Kultural Suku Bangsa
Minangkabau.
Aktualisasi ABS-SBK di tengah tantangan lokal, nasional dan global, dan tulisan (Makalah) Dr. Mochtar
Naim yang berjudul ABS-SBK, dijadikan pula sebagai masukan yang sangat berguna dalam memperkaya dan
melengkapi konsep yang telah dibuat oleh Panitia SKM-GM 2010, terutama betapa pentingnya melakukan
konsolidasi kultutal Suku Bangsa Minangkabau untuk mengaktualisasi ABS-SBK ditengah tantangan local,
nasional, dan Global.
Setelah melalui pembahasan yang cukup alot, serius dan dinamis, telah disepakati kesimpulan/hasil
pembasahan Komisi A, meliputi 2 hal pokok, yaitu :
1. Pandangan dan pendapat tentang buku pedoman pengamalan ABS-SBK.
2. Komentar, usul, saran, dan rekomendasi untuk memperkuat pengamalan ABS-SBK.
1. Banyak sekali komentar yang disampaikan oleh peserta sidang komisi A, tentang hal-hal, sebagai berikut :
a. Telah terjadi berbagai krisis dalam pelaksanaan dan pengamalan ABS-SBK dalam masyarakat
Minangkabau.
b. Muncul kecemasan dan kekhawatiran pengamalan ABS-SBK hanya sekedar retorika dan suatu ketika
akan lenyap dalam kehidupan generasi mendapat.
c. Lemah dan dangkalnya pengetahuan tentang ABS-SBK dikalangan sementara Penghulu, Datuak dan
Ninik Mamak.
d. Sulitinya mendapatkan ketauladanan dari penghulu, Datuak, dan Ninik Mamak dalam pelaksanaan
ABS-SBK, hal ini karena masih adanya tindak tanduk, sikap dan kepribadian, sementara penghulu,
datuk, dan ninik mamak, yang tidak mencerminkan akhlak mulia.
e. Sulitnya pengamalan ABS-SBK, juga karena berbenturan antara Hukum adat dan hukum positif serta
sulitnya melaksanakan eksekusi terhadap sanksi dan pelanggaran Hukum dan ketentuan adat.
f. Tidak atau belum berjalannya menurut semestinya. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran ABS-SBK terhadap
masyarakat khususnya generasi Muda.
KESIMPULAN /KESEPAKATAN
KOMISI B
MEMBANGUN NAGARI KEMASA DEPAN DI SUMATERA BARAT
Dizaman Globalisasi saat ini dan otonomi daerah membuat kita jauh berfikir dan harus berfikir dalam
menanggulangi berbagai permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat Minang di Sumatera Barat, oleh
karena itu tokoh-tokoh Minang yang ada di Rantau maupun yang tinggal didaerah Sumatera Barat selalu berfikir
untuk perkembangan anak kemenakan yang disebut generasi penerus di ranah Minang dalam hal ini
pemerintah membuat program untuk kemajuan Ranah Minang kedepan.
Perlu kita berfikir sejenak dan merangkul orang rantau untuk menulis suatu gagasan dan konsep
pembangunan nagari, karena anak kemenakan kebanyakan berada dikampung atau nagari.
Dalam hal ini kami dari Komisi B yang membahas dengan ringkas persoalan tersebut.
1. Persoalan Ekonomi yang dihadapi oleh pemerintahan Nagari
a. Kurang termanfaatkannya bantuan pemerintah di sebagian Nagari
b. Kurangnya penyuluhan dari pemerintah daerah ke pertanianm kelompok perkebunan, perikanan,
peternakan dan industry kecil yang ada di Nagari
c. Tidak adanya pemasaran pengrajin Industri kecil seperti tenun songket, dll.
d. Tolong SKM-GM untuk mewadahi pendanaan modal melalui BPR GM
2. Sosial Budaya, Permasalahannya :
a. Masih banyaknya generasi muda Minang yang gaya hidupnya kebarat-baratan
b. Budaya malu mulai menipis digenerasi muda Minang.
c. Ada lembaga Bamus yang mestinya bersinergi dengan Wali Nagari, kebanyakan hanya mencari-cari
kesalahan wali nagari
d. Masih ada Ninik Mamak yang mestinya berfungsi kapai tampek batanyo, ke apulan tampek babasito.
e. Kelompok petani dan industry kecil tidak mempunyai modal yang cukup untuk mengolah industry.
5. Usulan-usulan
a. Pengelolaan SDA, Menurut UU Pertambangan No.4/2009, Para investor harus membangun pabrik agar
dapat menampung tenaga kerja masyarakat dan menanggulangi kemiskinan. Seperti : tambang biji
besi, emas, dll.
b. Perlu adanya kawan hutan rakyat pada kawasan hutan lindung yang dilarang pihak kehutanan, seperti
petani karet/kopi, kakao, dll
c. Agar dapat diperjuangkan kepada pembuat kebijakan (Pemerintah, DPR)
d. Meningkatkan SDM kita, baik dibidang pertanian, peternakan, dagang, perkebunan, dan teknologi.
Pentingnya teknologi mendapatkan informasi usaha dengan informasi mengembangkan SDA, dengan
SDM yang kuat maka kita bisa manfaatkan SDA dengan baik.
e. Membuat usaha Mikro kecil menengah.
f. Legalitas/hak milik tentang kesenian tradisional Minangkabau tolong dibukukan dan dimasukkan
database ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Supaya kesenian tradisional didaerah kita ini
tidak mudah diambil atau diklaims oleh daerah atau Negara lain/.
6. Advokasi : Upaya pencerahan kepada masyarakat, mencakup semua aspek yang terjadi di Nagari,
problem/masalah apa yang dihadapi di Nagari.
Kesimpulan :
- Disetiap nagari mempunyai website nagari, yang menjadi salah satu sarana komunikasi dengan
perantau, atau mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh Nagari.
- Masalah pembukaan jalan di nagari diusahakan tanpa biaya pembebasan lahan, serta keihklasan dari
yang punya lahan dengan mengajak duduk bersama, bermusyawarah serta memberikan pengertian
kepada yang punya lahan, bahwa nilai tanah akan menjadi lebih tinggi dengan dibukanya jalan yang
melalui lahannya.
- Pemerintahan nagari harus memberikan visi dan misi yang harus disampaikan kepada Pemuda, dan
membentuk organisasi wali Nagari-se Sumatera Barat dalam usaha pembangunan masing-masing
Nagari.
- Masalah RPJM Nagari harus diselesaikan, dan itulah yang menjadi acuan pembangunan nagari.
- Dana pembangunan Nagari, harus ada bantuan dari perantauan dengan adanya komunikasi
pemerintah nagari dengan para perantauan.
- Peningkatan penanaman/perkebunan coklat, karet, dsb, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat
Nagari.
- Pemberian pinjaman untuk modal para petani dan usaha-usaha kecil lainnya dengan bunga yang kecil.
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
PIMPINAN SIDANG
PENDAMPING I PEDAMPING II
KESIMPULAN /KESEPAKATAN
KOMISI C : PENDAYAGUNAAN POTTENSI MARITIM DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR
1. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan, perlu dilakukan modernisasi peralatan nelayan
seperti : pengadaan bantuan kapal penangkap ikan yang lebbih modern dan cangggih
2. Perlu dilakukan peningkatan SDM nelayan dengan melakukan pelatihan-pelatihan dan diklat-diklat,
sehingga kemampuan nelayan dalam peningkatan produksi juga meningkat.
3. Diperlukan adanya sebuah lembaga atau organisasi seperti misallnya Koperasi yang berfungsi untuk
mewadahi nelayan dan memperjuangkan aspirasi dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
4. Perlu dilakukan pemetaan lokassi sepanjang pantai Sumatera Barat yang berpotensi untuk
pengembangan budidaya rumput laut dan pertambakan (udang dan Bandeng)
5. Perlu agar budidaya rumpu lauut untuk daerah—daerah yang memungkinkan
6. Mencegah akibat yang lebih buruk dari abrasi yyang terjadi secara terus menerus di pantai sepanjang
Sumatera Barat, serta perlu dilakukan penanaman poko bakau
7. Dalam waktu dekat, perlu sesegera mungkin diharapkan Gebu Minang dapat mengadakan kapal-kapal
penangkap ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan diipergunakan sebagai Pilot Project
Percontohan untuk nelayan Sumatera Barat.
8. Untuk mengatasi gejolak harga penjualan ikan, sewaktu-waktu tertentu meningkat (pada waktu musim
panen), kepada Pemerintah diminta untuk dapat membeli hasil panen tangkapan nelayan.
9. Pada daerah sentra nelayan, diusulkan agar disediakan depot-depot bahan bakar yang kapan saja
dapat dimanfaatkan oleh nelayan.
10. Kalau bisa SKM GM, waktu nelayan panen, tolong diwadahi pembelian ikan.
Juru Bicara
Komisi C
Awaluddin.
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
1
Masalah Tanah Ulayat
di Sumatera Barat
Kendati di luar Sumatera Barat tanah ulayat di mana-mana telah mengalami proses peleburan menjadi
tanah-tanah pribadi ataupun perusahaan sejak diundangkannya Agrarische Wet (Undang-undang Agraria) dan
Domein Verklaring tahun 1870, di Sumatera Barat sendiri proses yang sama baru efektif bermula sejak awal
1970-an, di awal era Orde Baru, yakni ketika dibukanya peluang kepada perusahaan-perusahaan perkebunan
multi- maupun nasional lainnya untuk meluaskan sayap usahanya, terutama di wilayah lingkaran luar, seperti di
Kabupaten Pasaman, Darmasyraya, Solok Selatan dan Pesisir Selatan.
Proses pengalihan hak ini terjadi dengan memindahkan tanah ulayat menjadi tanah negara dan dengan
itu memberi HGU kepada perusahaan-perusahaan di bidang perkebunan, kehutanan, galian SDA lainnya, dsb.
Sejak itu rakyat yang memiliki tanah ulayat tidak lagi bisa berbuat banyak kecuali menjadi buruh lepas dan
pekerjaan rendahan lainnya di bekas tanah ulayat mereka dengan persentase kecil juga kebagian menjadi
anggota pekebun plasma yang dikendalikan oleh perusahaan.
Sementara itu, di lingkaran dalam sendiri, yaitu di daerah-daerah berpenduduk relatif padat di bagian
tengah Sumbar, juga terjadi proses deulayatisasi dari tanah-tanah komunal kaum, suku dan nagari, sebagai
akibat dari makin tidak berimbangnya jumlah penduduk yang terus bertambah dengan luas tanah garapan yang
makin mengecil. Proses ini juga berbarengan dengan makin menipisnya usaha-usaha di bidang perekonomian
yang tadinya berbentuk komunal yang kemudian menjurus ke arah yang berbentuk individual.
Sebagai akibat dari dualisme ekonomi yang menyebabkan terjadinya jurang sosial dan ekonomi yang
makin menganga antara penduduk pribumi yang tadinya memiliki tanah ulayat luas sekali dengan kelompok
kapitalis multinasional dan nasional sekalipun, justeru setelah kita memasuki era pembangunan nasional di
masa Orde Baru, keinginan untuk mengembalikan tanah ulayat yang telah dikonversikan menjadi tanah negara
untuk diHGUkan kepada perusahaan-perusahaan multi nasional dan nasional itu menjadi menguat yang
berujung dengan dikeluarkannya Perda Prov Sumbar No 6 th 2008 yang menginginkan dikembalikannya tanah
ulayat yang telah menjadi tanah negara itu kepada rakyat. Namun pelaksanaan pengembalian tanah ulayat
kepada rakyat ini tidak secepat yang diharapkan karena tidak atau belum disiapkannya prosedur serta
mekanisme pengembalian tanah ulayat itu.
2
Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam proses pengembalian tanah ulayat
Karena tuntutan untuk pengembalian tanah ulayat ini juga dilindungi oleh UUD 1945 sendiri, terutama
pasal 18 B dan pasal 33 ayat (1), di samping Undang-Undang Pokok Agraria no. 5 th 1960, pelaksanaan
perealisasian Perda No.6 th 2008 sudah harus merupakan program mendesak ke masa depan di Sumatera
Barat dengan penjadwalan terinci.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
Pertama, tanah-tanah ulayat yang telah diHGUkan atas nama tanah negara itu perlu diinventarisasi
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
Kedua, sesuai dengan bunyi pasal 2 Perda Prov tersebut, dalam prosedur, proses dan mekanisme
pengembaliannya tidak bersifat menghalangi dimungkinkan berlanjutnya kerjasama dengan pihak investor
bersangkutan untuk menyelesaikan HGUnya sampai berakhirnya masa pakai, tanpa juga menghalangi
kemungkinan diperbaharuinya HGU yang sama dengan pihak pewaris tanah ulayat di atas tanah yang sama
dengan prosedur baru.
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
Ketiga, di atas tanah ulayat yang telah dikembalikan itu diberlakukan sistem ekonomi kekeluargaan
(pasal 33 ayat 1 UUD1945) dengan bentuk usaha koperasi syariah atas prinsip ABS-SBK dalam wadah badan
usaha milik Nagari (BUMNagari) dari nagari bersangkutan. Dengan sistem ekonomi kekeluargaan ini juga
terbuka peluang untuk melakukan hubungan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan (profit sharing)
dengan para investor swasta manapun, dari dalam maupun luar negeri sekalipun.
Keempat, dalam menggerakkan usaha-usaha di bidang perekonomian di atas tanah ulayat ini
BUMNagari perlu melakukan kerjasama dengan bank-bank pemerintah maupun swasta yang bersifat saling
menguntungkan.
Kelima, tanah ulayat yang diolah sebagai usaha ekonomi kekeluargaan ini juga perlu dimanfaatkan bagi
keperansertaan secara aktif dan dinamis dari para anggota kaum dalam suku dan nagari dalam menumbuh-
kembangkan semangat berusaha dan berwiraswasta dalam artian kontemporer dan moderen dengan semangat
ABS-SBK.
Keenam, pemerintah dan lembaga-lembaga sosial-ekonomi dari masyarakat sendiri perlu mengambil
manfaat dari keberadaan tanah ulayat untuk tujuan menumbuh-kembangkan ekonomi kekeluargaan
berdasarkan koperasi syariah dengan semangat ABS-SBK ini dalam membina ekonomi Sumatera Barat ke
masa depan. ***
Walinagari Solok : Peran Ninik Mamak dari dahulu telah melunturkan kekuasaan. SDM Wali Nagari kurang
mampu dibidang adat. Kekuasaan tunggal di Wali Nagari bukan Ninik Mamak, Wali Nagari merupakan
perpanjangan tangan dari Pemerintah sendiri
Di zaman Orba tanah ulayat diambil dulu, kita tarik dizaman sekarang ini, kita baru mengetahui secara
terang benderang, Sumbar tanahnya terbagi dalam Nagari. Ulayat nagari. Inilah yang dipermasalahkan
sekarang, UU Agraria harus diperbaharui sekarang.
Tanah Ulayat hendaknya dikuasai secara komunal dan berada dibawah payung hukum adat.
Diberi pengumuman dikantor Wali Nagari suatu keputusan dibuat tidak ada yang menguntungkan masing-
masing pihak.
- Sebagian dikuasai oleh Belanda sebagai perkebunan dan akhirnya dikuasai oleh Negara, dan
diserahkan kepada PT. Perkebunan.
2. Tanah Ulayat yang tinggal hanyalah tanah bekas lading yang sudah ditanami masyarakat.
3. Mohon diberikan paying hukum dengan jelas melalui Perda yang akomodatif, yang memihak kepada
hak ulayat masing-masing suku dan nagari di Sumatera Barat.
Sijunjung
- Bagaimana caranya kita tidak ada sengketa soal tanah
Kayu Tanam
- Mengharapkan pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia
Pasaman
- Tolong dibahas seluruh wilayah yang dikuasai niniak mamak, tapi tanah ulayat nagari ditetapkan secara
sepihak jadi hutan lindung pemerintah
St. Syahrir
1. Pengangkatan niniak mamak tidak sesuai dengan adat di minangkabau
2. Orang yang jadi datuak harus disuruh belajar dan akan ditanya oleh bundo kanduang
Kesimpulan :
1. Silahkan pakai tanah ulayat tapi jangan ditanam yang bertentangan dengan peraturan UU yang berlaku
2. Pakai tanah ulayat tapi jangan bertentangan dengan falsafah kehidupan orang minang
3. Pakai tanah ulayat tapi jangan di borohkan ke bank
4. Pakai tanah ulayat tapi jika habis masa kontrak, secara otomatis kembali ke pemilik kecuali
perpanjangan kontrak
5. Berinvestasi harus bermamfaat bagi masyarakat
6. GEBU MINANG membuat LBH untuk tanah ulayat
7. Gebung Minang tulang punggung dari rakyat
Notulis Komisi D
KESIMPULAN /KESEPAKATAN
KOMISI E:
MASALAH MITIGASI BENCANA DAN KEGIATAN PASCA BENCANA
1. Penanggulangan bencana alam baik sebelum terjadi bencana maupun pasca bencana alam yang
berbasiskan adat dan agama dengan melibatkan semua unsur di Minangkabau ini, seperti bagaimana
peran aktif Tigo Tungku Sajarangan yang selama ini pemerintah tidak melibatkannya.
2. Gebu Minang melalui Yayasan yang dibentuk hendaknya mempunyai tim yang betul-betul dibutuhkan oleh
masyarakat Minangkabau, seperti membentuk Tim Recue/SAR untuk bencana alam, bencana disini bukan
bencana alam saja yang akan kita bentuk dari segi social juga harus kita bentuk dan himbauan kita kepada
Ninik Mamak mempunyai peranan penting dalam anak dipangku kemenakan dibimbing.
3. Wadah tanggap darurat yang independen, BPBN dari SKM-GM
NOTULIS.
Penasehat : Hj. Murkasianis
Ketua : Hariza Riko (DPD KNPI Padang 0813 63259473)
Sekretaris : Meri Erawati.
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
A. Adat Minangkabau, Agama Islam, dan Provinsi Sumatera Barat
1. Abdullah, Taufik. 1987. Islam dalam Lintasan Sejarah: Pantulan Sejarah Indonesia. LP3ES. Jakarta.
2. Abidin, H.Mas’oed. 2004. Implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. PPIM.
Padang
3. -------------------------. 2004. Adat dan Syarak di Minangkabau. PPIM. Padang.
4. Aman, Prof Drs H Syofyan, SH. 2007. Kiprah Perantau Minang di Malang, Jawa Timur. Yayasan
Tuanku Imam Bonjol. Malang.
5. Amir, Adriyetti, et.al. 2006. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Andalas University Press. Padang.
6. Amran,Rusli, 1985, Sumatera Barat Pelakat Panjang, PT Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. -----------------. 1988. Sumatera Barat:Pemberontakan Pajak 1908. Bag ke 1 Perang Kamang. [PT
Pesero Gita Jaya. Jakarta.]
8. -------------------. 1997. Cerita-cerita Lama dalam Lembaran Sejarah.Balai Pustaka. Jakarta.
9. Arifin, Zainal, et.al. 2007. Permusuhan dalam Persahabatan (Budaya Politik Masyarakat Minangkabau).
[…]
10. Asnan, Gusti.2003. Kamus Sejarah Minangkabau. PPIM.Padang.
11. ------------------. ed. 2006.Demokrasi, Otonomi, dan Gerakan Daerah: Pemikiran Orang Minang Tahun
1950-an. Yayasan Citra Budaya Indonesia. Padang.
12. -------------------. 2006. Pemerintahan Daerah Sumatera Barat, dari VOC hingga Reformasi. Penerbit
Citra Pustaka. Yogyakarta.
13. -------------------. 2007. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera.Penerbit Ombak, Yogyakarta.
14. Azwar, Nulhendri. 2001. Matrilokal dan Status Perempuan dalam Tradisi Bajapuik. Galang Press.
Yogyakarta.
15. Bahar, Dr Mahdi, S.Kar, M.Hum, ed. 2004. Seni Tradisi Menentang Perubahan. Bunga Rampai. STSI.
Padang Panjang.
16. Bahar, Dr. Saafroedin, dan Ir Mohammad Zulfan Tadjoeddin, 2004. Masih Ada Harapan: Posisi Sebuah
Etnik Minoritas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Yayasan Sepuluh Agustus. Jakarta.
17. von Benda-Beckmann, Keebet, Terj Dr Indira Simbolon. 2000. Goyahnya Tangga Menuju Mufakat:
Peradilan Nagari dan Pengadilan Negeri di Minangkabau. Grasindo. Jakarta.
18. Bosa XIV, Dr Fadlan Maalip SKM Tuanku. 2007. Adaik Salingka Nagari Talu. Lembaga Adat Nagari
Talu, Pasaman.
19. --------------------------------------------------------. 2009. Dari Ranah Minang menuju Kasunan Surakarta
Hadiningrat melalui Betawi dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Penerbit Baiturrahim Press. Jambi.
20. Daya, Dr Burhanuddin. 1990. Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam, Kasus Sumatera Thawalib. PT
Tiara Wacana. Yogyakarta.
21. Djamaris, Dr Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
22. Dobbin, Christine, Terj.Lilian Tedjasudhana, 2008, Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan
Paderi: Minangkabau 1784-1847, Komunitas Bambu, Jakarta.
23. Dt Bandaro, Ch N. Latief S.H, M.Si. 2004. Fungsi Suku bagi Hari Depan Etnis Minang/ Klub Buku Adat
Budaya Minangkabau, Gebu Minang. Bandung.
24. Dt Bandaro Panjang, Suwardi Idris. 2004. Sekitar Adat Minangkabau.Penerbit Kulik-Kulik Minang.
Jakarta..
25. Dt Bagindo,Azmi, 2008, Polemik Adat Minangkabau di Internet, Yayasan Citra Pendidikan Indonesia
dan LAKM, Jakarta.
26. Dt Majo Indo, A.B,1999, Kato Pusako: Pepatah, Petitih, Mamang, Pantun, Ajaran dan Filsafat
Minangkabau. MPAAM dan PT Rora Karya, Jakarta.
27. Dt Malako nan Putiah, H. Julius. 2007. Mambangkik Batang Tarandam dalam Upaya Mewariskan dan
Melestarikan Adat Minangkabau menghadapi Modernisasi Kehidupan Bangsa Penerbit Citra Umbara.
Bandung.
28. Dt Kando Marajo, Drs Sjafnir Abu Nain. 2006. Sirih Pinang Adat Minangkabau:Pengetahuan Adat
Minangkabau Tematis. Sastra Budaya. Padang.
29. --------------------------------------------------. Edisi revisi 2008. Tuanku Imam Bonjol: Sejarah Intelektual
Islam di Minangkabau (1784-1832). Penerbit Esa. Padang.
30. Dt. Mangguang nan Sati, Amir MS. 1997.Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. PT
Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
31. Dt. Mangguang nan Sati, Amir MS. 2005. Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. PT Mutiara
Sumber Widya. Jakarta.
32. Dt. Mangguang nan Sati, Amir MS. 2009. Pewarisan Harato Pusako Tinggi & Harato Pencaharian di
Minangkabau. PT Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
33. Dt Perpatih nan Tuo,S.H, M.H. H.N. et.al, eds. 2002. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah:
Pedoman Hidup Banagari. LKAAM Sumatera Barat.
34. Dt. Putih, Asral, [2006?]. Dua Belas Jurus Pertahanan Melawan Serangan. [Penerbit?]
35. Dt Radjo nan Gadang, Koenoen, 1996. Arung Makkunrai Rilodana: dari Fragmen Kaba Minangkabau
Anggun nan Tongga. Yayasan Pembina Generasi Penerus Indonesia (YPGPI), Pare-Pare bekerjasama
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
dengan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), Lembaga Kesenian Sulawesi Selatan DKI Jaya
(LKSS-DKI Jaya).
36. Dt. Rajo Mangkuto, H. Asbir, tanpa tahun, Minangkabau Tua, belum diterbitkan
37. Dt. Rajo Mangkuto, H. Asbir, tanpa tahun, Perang Tuak belum diterbitkan
38. Dt. Rajo Mangkuto, H. Asbir, tanpa tahun, Bai’ah Marapalam belum diterbitkan
39. Dt Rajo Penghulu,H.Idrus Hakimy, 1986, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau.
Remaja Karya, C.V. Bandung.
40. Dt Sangguno Dirajo, Ibrahim. 1988. Mustika Adat Alam Minangkabau. CV Pustaka Indonesia. Bukit
Tinggi.
41. ------------------------------------- 2003. Curaian Adat Minangkabau. Kristal Multimedia. Bukit Tinggi.
42. Esten, Prof Dr Mursal, 1993. Minangkabau: Tradisi dan Perubahan. Penerbit Angkasa Raya. Padang.
43. Erwin, Dr. 2006. Tanah Komunal: Memudarnya Solidaritas Sosial pada Masyarakat Matrilineal
Minangkabau. Andalas University Press. Padang.
44. Fachruddin Hs. Anita Saafroedin (penyunting).2010. Petunjuk Al Quran tentang Berbagai Masalah
disusun menurut Alfabet. Penerbit Yayasan Sepuluh Agustus. Jakarta.
45. Gazalba, drs Sidi. 1983. Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Pustaka Antara. Jakarta.
46. Graves, Elizabeth E. 2007. Asal Usul Elite Minangkabau Modern: Respons terhadap Kolonial Belanda
Abad XIX/XX. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
47. von Grunebaum, Gustave. TerjemahanEffendi N. Yahya. 1983. Islam: Kesatuan dalam Keragaman.
Yayasan Obor Indonesia dan Lembaga Studia Islamika. Jakarta.
48. Hadler, Jeffrey, “A Historiography of Violence and the Secular State in Indonesia: Tuanku Imam
Bondjol and the Uses of History”, The Journal of Asian Studies, Vol 67 No. 3 (August) 2008, 971-1010.
49. ----------------------, 2010, Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Kolonialisme di
Minangkabau. The Freedom Institute, Jakarta.
50. HAMKA, 1985, Islam dan Adat di Minangkabau, PT Pustaka Panji Mas, Jakarta.
51. Hasbi, Drs Mohammad et.al. 1990. Nagari, Desa, dan Pembangunan Pedesaan di Sumatera Barat.
Yayasan Genta Budaya. Padang.
52. Herwandi, ed, 2007. Kebijakan Setengah Hati dan Kerisauan tentang Degradasi Kebudayaan
Minangkabau. Pusat Studi Humaniora dan Panitia Peringatan 25 Tahun Fakultas Sastra Universitas
Andalas. Padang.
53. -------------- dan Zaiyardam Zubir, eds. 2006. Menggugat Minangkabau. Andalas University Press.
Padang.
54. Huri, Irdam S.Sos. 2006. Filantropi Kaum Perantau: Studi Kasus Kedermawanan Sosial Organisasi
Perantau Sulit Air Sepakat (SAS), Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Penerbit Piramedia, Depok.
55. Idris, Suwardi. 2008. Antologi Cerpen Pergolakan Daerah: Senarai Kisah Pemberontakan
PRRI.Beranda Publishing. Yogyakarta.
56. Imran, Amrin, et.al. eds 2002. Menelusuri Sejarah Minangkabau. Yayasan Citra Budaya-LKAAM
Sumbar. Padang.
57. -------------------.et.al. PDRI dalam Perang Kemerdekaan. Perhimpunan Kekerabatan Nusantara. Jakarta.
58. Jabbar, Hamid dan Edy Utama. 2000. Gebu Minang: dariTradisi ke Inovasi. Lembaga dan Yayasan
Gebu Minang. Jakarta.
59. Jamna, Prof. Dr. Jamaris, M.Pd. 2004. Pendidikan Matrilineal. PPIM.Padang.
60. Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau: Suatu Problema Sosiologi Sastra. PN Balai
Pustaka. Jakarta.
61. Kahin, Audrey. 2005. Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1929-
1998. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
62. Kamal. Prof Dr. H Tamrin, M.S. 2005. Purifikasi Ajaran Islam pada Masyarakat Minangkabau: Konsep
Pemnaharuan H.Abdul Karim Amrullah Awal Abad ke 20. Penerbit Angkasa Raya. Padang.
63. Kato,Tsuyoshi,Terj. Gusti Asnan, Akiko Iwata. 2005. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif
Sejarah. Balai Pustaka, Jakarta.
64. Kleden, Ignas.et.al. 1988. Kebudayaan sebagai Perjuangan: Perkenalan dengan Pemikiran S.Takdir
Alisjahbana. PT Dian Rakyat. Jakarta.
65. Mahyuddin, H.Suardi, S.H. 2009. Dinamika Sistem Hukum Adat Minangkabau dalam Yurisprudensi
Mahkamah Agung. PT Candi Cipta Paramuda. Jakarta.
66. al-Maududi, Abul A’la, cetakan ke III, 1985, Esensi Ajaran Al-Quran: Filsafat, Politik, Ekonomi, Etika.
Penerbit Mizan. Bandung.
67. Miko, Alfan, ed. 2006. Pemerintahan Nagari dan Tanah Ulayat: 70 Tahun Prof Dr Sjahmunir A.M.,
S.H. Andalah University Press. Padang.
68. Muhammad, Drs Abubakar. n.d. Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al Quran. Penerbit Al
Ichlas. Surabaya.
69. Nafis, Anas. 1996. Peribahasa Minangkabau.Penerbit Inter Masa. Jakarta.
70. ----------------. 2004. Animisme di Minangkabau. PPIM. Padang.
71. Naim, Dr. Mochtar. 1984. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
72. Navis, A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. PT Grafiti Pers.
Jakarta.
73. Nizar, Prof Dr. Hayati, M.A. 2004. Bundo Kanduang dalam Kajian Islam dan Budaya. PPIM/ Padang.
74. Nurhasim, Moch. ed. 2007. Penguatan Kapasitas Desa di Indonesia:Studi Kasus Desa Baluk, Tepus,
Tegalrejo, dan Sulit Air. LIPI. Jakarta.
75. Pamuntjak-Djohan, Laksmi dan Agus Edy Santoso, eds, Cetakan ketiga edisi revisi 2004. Tidak Ada
Negara Islam: Surat-surat Politik Nurcholis Madjid –Mohamad Roem. Penerbit Djambatan. Jakarta.
76. Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing.
LP3ES. Jakarta.
77. Pide, Andi Suryaman Mustari, disertasi, 2004. Eksistensi Yuridis dan Realita Sosial Hak Kolektif
Masyarakat Hukum Adat Pasca Undang-undang Pokok Agraria. Program Pascasarjana (3) Universitas
Hasanuddin. Makassar.
78. Rahardjo, Prof. Dr Dawam. 1996. Ensiklopedi Al Quran: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci. Penerbit Paramadina. Jakarta.
79. ar-Rasuli, Syekh Suleman, “Maklumat Sumpah Satie Bukik Marapalam” Adaek Basandi Syarak Syarak
Basandi Kitabullah”, 7 Juni 1964.
80. Rivai, Drs. H.Moh.1980.300 Hadits Bekal Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim. Penerbit PT
Wicaksana. Semarang.
81. Sanusi, Drs Shalahuddin. 1967. Integrasi Umat Islam. Perguruan Tinggi Dakwah Islam. Bandung.
82. Sachs, Jeffrey D. 2005. The End of Poverty: Economic Possibilities of Out Time. Penguin
Books.London.England.
83. Samad, drs. H. Duski, M.Ag. 2002. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau (Syarak Mandaki
Adat Manurun ). The Minangkabau Foundation dan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta.
84. Salim, Emil. 1993. Gebu Minang: Latar Belakang, Kondisi, dan Masa Depannya. Lembaga Gebu
Minang. Jakarta.
85. Saydan, Gouzali, Bc TT. 2004. Kajian Adat dan Syarak Minangkabau: Deskripsi, Arti, dan Maknawi
Pepatah dan Petitih Minangkabau. PPIM.Padang.
86. Sikki, Nawir, et.al. 2004. Pemberdayaan dan Penguatan Posisi Masyarakat Nagari/Laggai. Jembatan
Pemilu. Padang.
87. Subekti, Nanang, et.al. eds, 2007, Membangun Masa Depan Minangkabau dari Perspektif Hak Asasi
Manusia, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
88. Sukma, Rizal dan Clara Joewono. 2007. Gerakan dan Pemikiran Islam Indonesia Kontemporer. CSIS.
Jakarta.
89. Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah & Tafsir Al Quran Huruf Arab dan Latin. Penerbit Fa Sumatra.
Bandung.
90. at-Tubani, Riwayat. 2005. Erosi Moralitas di Minangkabau. Media Eksplorasi. Padang.
91. Taib, Hj Gusnawirta, S.Pd. Abrar Yusra.eds. […].Tantangan Sumatera Barat Mengembalikan
Keunggulan Pendidikan Berbasiskan Budaya Minangkabau. Penerbit Citra Pendidikan. Jakarta.
92. Tanjung, S.Sos. Bagindo Armaidi. 2008. Mereka yang Terlupakan: Tuanku Menggugat. Pustaka Artaz.
Padang.
93. Umar, M.Nuruddin. 1982. Klasifikasi Ayat Al Quran (Pedoman Mencari Ayat Al Quran). Penerbit Al
Ikhlas. Surabaya.
94. Verayanti, Lanny, et.al.2003. Partisipasi Politik Perempuan Minang dalam Sistem Masyarakat
Matrilineal. LP2M, The Asia Foundation. Padang.
95. Warman, Kurnia. 2006. Ganggam Bauntuak Menjadi Hak Milik: Penyimpangan Konversi Hak Tanah di
Sumatera Barat. Andalas University Press. Padang.
96. Zaini, Drs Syahminan. 1986. Isi Pokok Ajaran Al Quran. Penerbit Kalam Mulia. Jakarta.
97. Zainuddin, H. Musyair. 2008. Implementasi Pemerintahan Nagari berdasarkan Hak Asal-Usul Adat
Minangkabau. Penerbit Ombak. Yogyakarta.
98. Zed,Mestika, et.al. 1992, Perubahan Sosial di Minangkabau: Implikasi Kelembagaan dalam
Pembangunan Sumatera Barat. Pusat Studi Pembangunan dan Perubahan Sosial Budaya Universitas
Andalas, Padang.
99. Zuriati. 2007. Undang-undang Minangkabau dalam Perspektif Sufi. Fakultas Sastra Universitas
Andalas. Kampus Limau Manis. Padang.
1. Jasmi, Khairul, ‘ Pak SBY, Tolonglah Kami …. ‘, harian Singgalang, Padang, 25 November 2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN SKM-GM 2010
2. Moenir, Darman. “ Rekomendasi Kongres Kebudayaan Minangkabau 2006”.[n.d].
3. ---------------------. “Kongres Kebudayaan Gebu Minang?”. [n.d.].
4. Naim, Mochtar, “ABS SBK: Antara Pengikraran dan Pentadbiran: dalam Rangka Menyambut Kongres
Kebudayaan Minangkabau Pertama, 10-12 Juli 2010 di Balai Sidang Bung Hatta, Bukittinggi”, [n.d.].
5. Deklarasi dan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa.
6. The U.N. Convention on the Law of The Sea, 1982.
7. The ILO Convention No. 169/1989 on The Rights of Indigenous Peoples and Tribal Groups in
Independent Countries.
8. The U.N. Declaration on the Rights of Persons Belonging to National or Ethnic, Religious, and Linguistic
Minorities, 18 December 1992.
9. The U.N. Declaration on the Rights of Indigenous Peoples, 7 September 2007.
10. Makalah-makalah utama dan makalah-makalah sumbangan dalam Seminar Kebudayaan Minangkabau
Gebu Minang, Padang, 12-13 Desember 2010.