Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

MEREK
DOSEN PENGAMPU : ANDREW SHANDY UTAMA, SH., MH

DISUSUN OLEH :
NYAYU SALSABILA ANDIERA AZALEA (180701079)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat bertahan
hidup dan harus mempunyai strategi khusus dalam memasarkan produknya.
Pemasaran pada dasarnya bertujuan membangun citra produk di benak konsumen.
Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari suatu produk dan citra
produk sangat penting untuk melakukan pemilihan dan keputusan pembelian.
Produk dari suatu perusahaan dikenal dengan mencantumkan merek atau identitas yang
mudah diingat dan mempunyai nilai tinggi. Penamaan sebuah produk dalam bentuk
merek menjadi faktor pendukung kelancaran dalam proses pemasaran.
Kotler dan Keller (2007) mendefenisikan ekuitas merek adalah nilai tambah yang
diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen
berpikir, merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar dan profitabilitas
yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan asset tak berwujud yang penting,
memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan. Begitu besarnya pengaruh
ekuitas merek terhadap sebuah produk menuntut perusahaan untuk lebih jeli
memilih merek dari produk mie instan yang dihasilkan
Keputusan Pembelian merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu sebagai
konsumen. Keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan merek
daripada hal-hal lain. Selain itu keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh
faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis ( Kotler dan Keller, 2007).
Dengan adanya mata kuliah manajemen pemasaran, yang terdiri dari berbagai bab atau
tema, di antaranya adalah Merk Equity atau ekuitas merek, yang selama ini telah menjadi
bahan yang penting dalam dunia pedagangan produk maupun jasa. Maka saya akan
membahas apakah merk itu dan apa itu merk equity.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Merek ?
2. Apa yang dimaksud Ekuitas Merk (Brand Equity) ?
3. Bagaimana Mengukur Ekuitas Merk ?
Apa Manfaat Pengukuran Ekuitas Merk ?
Bagaimana Pembuatan Merek yang Efektif ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Merek.
2. Untuk mengetahui Ekuitas Merk (Brand Equity).
3. Untuk mengetahui cara Mengukur Ekuitas Merk.
Untuk mengetahui Manfaat Pengukuran Ekuitas Merk.
Untuk mengetahui cara pembuatan Merek.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Merek
Produk adalah sesuatu yang dihasilkan di pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang
dibeli oleh customer. Sebuah produk dapat ditiru oleh pesaingnya, sedangkan merek
memiliki keunikan sendiri. Sebuah produk secara cepat dapat termakan oleh waktu,
sedangkan merek yang sukses akan sepanjang masa.
Munurut kotler dalam bukunya yang berjudul The American Marketing Association: merek
adalah nama, istilah, tanda simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang
di maksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.sedangkan Menurut Rangkuni
dalam bukunya yang berjudul the power of brands (2002:2) merek merupakan janji penjual
untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli.
Merek baik akan memberikan jaminan kualitas, namun pemberian nama atau merek pada
suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol saja. Merk dapat juga di bagi
dalam pengertian lainnya, seperti:
a. Brand name (nama merk) yang merupakan bagian dari, yang dapat di ucapkan.
Misalnya, honda, pepsodent dan sebagainya
b. Brand mark (tanda merk) yang merupakan sebagian dari merk yang dapat di kenali
namun tidak dapat di ucapkan, seperti lambang, desain, huruf maupun warna
c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek
yang di lindungi hukum karna kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa.
Tanda merek ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama
merek.
d. Copyright (hak cipta) merupakan hak istimewa yang di lindungi undang-undang untuk
memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, musik maupun seni.
Agar perusahaan dapat menetukan nama merek yang spesifik untuk suatu barang produk,
ada beberapa kriteria yang perlu di penuhi, antara lain:
1. Merek harus menunjukan manfaat dan mutu produk
2. Merek harus memiliki ciri khas tersediri agar mudah di bedakan
3. Merek harus mudah di ucapkan, kenali dan di ingat
4. Merek sebaiknya tidak bermakna negatif apabila di terjemahkan dalam bahasa asing
5. Harus di dartarkan ke badan hukum agar mendapatkan hak paten
Sedangkan, Aaker mendefinisikan merek, yaitu sebuah nama atau symbol seperti logo yang
dimasukkan untuk mengidentifikasikan suatu produk seorang atau kelompok penjual dan
membedakan produk atau jasa tersebut dibandingkan dengan pesaingnya.
Merek adalah sebuah tanda yang dapat membedakan barang dan jasa yang diproduksi dan
dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Kata, huruf, angka, gambar,
foto, bentuk, warna, jenis logo, label atau gabungannya yang dapat digunakan untuk
membedakan barang dan jasa dapat dianggap sebagai sebuah merek.
Merek adalah janji penjual dalam menyampaikan kumpulan sifat, manfaat dan jasa yang
spesifikasi secara konsisten kepada pembeli. Menurut seorang eksekutif pemasaran, merek
dapat menyampaikan empat tingkat arti yaitu :
1. Atribut, dimana merk yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan
keyakinan atau kepercayaan terhadap atribut fungsional produk.
2. Manfaat, dimana pelanggan tidak membeli atribut, tetapi membeli menfaat. Atribut
harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
3. Nilai, dimana merek mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Pemasaran
merek harus mengenali kelompok spesifikasi pembeli yang nilai-nilaiya sesuai dengan
manfaat yang diberikan oleh merek tersebut.
4. Kepribadian, dimana merek akan menarik bagi orang yang memiliki kesesuaian /
kecocokan antara gambaran citra dirinya dengan citra merek.
Merek merupakan suatu tanda bagi konsumen untuk mengenal barang atau jasa yang
ditawarkan. Pengertian merek sering diartikan sebagai nama, istilah, simbol, desain, atau
kombinasi dari semuanya. Agar merek mudah dikenal masyarakat, penciptaan merek harus
mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
1. Mudah diingat
2. Terkesan hebat dan modern
3. Memilih arti (arti positif)
4. Menarik perhatian

B. Ekuitas merk (Brand Equity)


Dengan munculnya konsep ekuitas merek dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa brand
yang kuat adalah suatu aset yang dapat dikalkulasi nilainya. Artinya brand terebut dapat
diperjual belikan sebagaimana aset lainnya dalam perusahaan.
Pengertian ekuitas merek menurut Kotler, Armstrong (2003;350): “Ekuitas merek adalah
nilai suatu merek berdasarkan seberapa kuat merek tersebut mempunyai loyalitas merek,
kesadaran konsumen akan nama merek, kualitas yang dipersepsikan, asossiasi merek dan
berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan hubungan jaringan distribusi”.
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif seperti yang
dikemukakan oleh Philip Kotler (2000;462), yaitu:
a) Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil
b) Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor
dan pengecer
c) Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya
d) Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek
e) Merek itu dilindungi perusahaan dari harga yang ganas
Berdasarkan market fact, Brand equity adalah keinginan seseorang untuk melakukan
pembelian kembali terhadap merek tersebut atau tidak. Oleh sebab itu, ukuran dari Brand
equity berkaitan dengan loyalitas pelanggan.
Brand equity adalah satu set brand asset dan liability yang berhubungan dengan sebuah
merek, nama dan symbol yang disediakan sebuah produk atau service bagi konsumen. Brand
equity memiliki lima atribut, yaitu :
1. Brand loyalty (loyalitas merek) merupakan ukuran kesetiaan pelanggan terhadap suatu
merek. Loyalitas merupakan inti dari Brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam
pemasaran.
2. Brand awareness (kesadaran akan merek) merupakan kemampuan seseorang
pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan tertentu secara spontan atau
setelah dirangsang dengan kata-kata kunci.
3. Perceived quality (persepsi / kesan terhadap kualitas) adalah persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa atau pelayanan
dikaitkan dengan harapan pelanggan.
4. Brand Associations (asosiasi merek sebagai tambahan dari kesan kualitas)
5. Other Proprietary Brand Assets (seperti : hak paten, merek dagang, channel, dan lain-
lain).
v Peran Brand equity
Brand Equity menurut Aaker memiliki peran yang dapat dilihat dari sisi kosumen dan
perusahaan. Secara umum, bila dilihat dari sisi konsumen, Brand equity dapat menambah
maupun mengurangi nilai yang dirasakan oleh konsumen. Brand equity dapat memberikan
nilai lebih sehingga menambah rasa percaya diri konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian. Nilai tersebut diperoleh dari pengalaman setelah menggunakan produk atau jasa
dan pengetahuan konsumen akan karakteristik yang dimiliki produk dan jasa tersebut.
Sedangkan, peran Brand equity bagi perusahaan yaitu dapat membantu perusahaan dalam
meningkatkan marginal cash flow (keuntungan) melalui penambahan nilai dari produk atau
jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Selain itu, peran Brand equity bagi perusahaan
antara lain yaitu :
1. Brand Equity merupakan suatu competitive advantage yang dimiliki perusahaan dan
dinilai sebagai suatu hambatan bagi pesaingnya.
2. Dengan meningkatkan program pemasaran produk atau jasa, maka Brand equity yang
telah dimiliki perusahaan dapat menarik konsumen baru dan menangkap kembali konsumen
yang sudah ada.
3. Brand Equity dapat memberikan marginyang lebih tinggi kepada perusahann, dimana
perusahaan daptmemberlakuka harga premium untuk produk yang ditawarkan. Selain itu,
perusahaan dapat mengurangi kegiatan promosinya sehingga biaya promosi yang
dikeluarkan dapat serendah mungkin yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
perusahaan
4. Brand Equity dapat menyediakan sebuah platform untuk pertumbuhan perusahaan
melalui brand extentions (pengembangan merek) dimasa yang akan datang.

v Dimensi-dimensi Ekuitas Merk


1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Sampai mana, nama merek mampu disebutkan oleh konsumen atau kemampuan sebuah
merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori
produk tertentu.Mencakup:
a. Pengenalan terhadap merek (brand recognition): mencerminkan tingkat kesadaran yang
dangkal.
b. Kemampuan mengingat merek (brand recall): mencerminkan kesadaran yang lebih
dalam.
Ada 4 tingkatan brand awareness yaitu:
1. Unaware of brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang paling rendah
dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu
merek.
Ada 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh konsumen
aware terhadap sebuah brand antara lain:
a. Recall yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa saja
yang diingat.
b. Recognition yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk
dalam kategori tertentu.
c. Purchase yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam
alternatif pilihan ketika akan membeli produk/layanan.
d. Consumption yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika sedang
menggunakan produk/layanan pesaing
2. Brand recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini
penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.
3. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap
merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam
suatu kelas produk.
4. Top of mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi
bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek
yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran.
2. Citra merk (brand image)
Brand image merupakan bagian dari merk yang dapat di kenali namun tidak dapat di
ucapkan, seperti lambang, desain, huruf dan warna/ persepsi palanggan atas sebuah produk
atau jasa yang di wakili oleh merknya. Citra merk di kembangkan dari waktu ke waktu
melalui kampanye iklan dengan tema yang konsisiten dan di tanggapi melalui pangalaman
langsung konsumen.
Dapat di simpulkan bahwa brand image adalah seperangkat asosiasi yang unik yang
terbentuk dalam benak konsumen sebagai hasi persepsi konsumen atas identitas sebuah
merk. Jenis asosiasi mencakup:
a. Atribut
· Hal-hal yang berhubungan dengan produk: warna, ukuran, disain.
· Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk: harga, kemasan, pemakai, citra
penggunaan.
b.Manfaat
Berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh konsumen dari konsumsi merek. Maaka
manfaat citra merk antara lain ialah:
a. Manfaat bagi konsumen: dengan citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap merk tersebut
b. Manfaat bagi produsen: perusahaan akan dapat mengembangkan lini produk dengan
memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama.

3. Loyalitas Merek (Brand Loyalti)


Sikap senang terhadap produk yang direpresentasikan dalam bentuk pembelian yang
konsisten terhadap merek sepanjang waktu. Loyalitas merek menjadi dasar untuk
memprediksi seberapa besar kemungkinan konsumen pindah ke merek lain. Penciptaan dan
peningkatan loyalitas merek akan menghasilkan peningkatan nilai-nilai kepercayaan
terhadap merek.
Berkaitan dengan loyalitas merek, perlu dicermati adanya 5 kategori pembeli:
a. Switcher/price buyer: pembeli yang berpindah-pindah, pada umumnya berkaitan
dengan faktor harga.
b. Habitual buyer: pembeli yang bersifat kebiasaan, tidak pernah mengalami
ketidakpuasaan dalam mengkonsumsi produk, biasanya berkaitan dengan preferensi,
budaya.
c. Satisfied buyer: pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, mempunyai
pertimbangan yang lebih rasional ketika memilih merek.
d. Likes the brand buyer: pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tertentu. Rasa
suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan pengalaman menggunakan merek itu dan
juga merek lain sebelumnya.
e. Commited buyer: pembeli setia/mempunyai komitmen, merupakan tingkatan teratas
dalam kategori pembeli dalam loyalitas merek. Mereka bangga dalam menggunakan merek
tertentu.
4. Perceived quality
Didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
5. Brand association
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak
hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada
suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan
untuk mengkomunikasikannya.

C. Cara Mengukur Ekuitas Merk


Kekuatan suatu merek (brand equity) dapat diukur berdasarkan 7 indikator, yaitu:
1. Leadership yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga maupun atribut
non-harga.
2. Stability yaitu kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
3. Market adalah kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja toko atau distributor.
4. Internationality yaitu kemampuan merek untuk keluar dari area geografisnya atau
masuk ke negara atau daerah lain.
5. Trend merek menjadi semakin penting dalam industri.
6. Support adalah besarnya dana yang dikeluarkan untuk mengkomunikasikan merek.
7. Protection merek tersebut mempunyai legalitas.

D. Manfaat Pengukuran Ekuitas Merek


1. Hasil pengukuran dapat digunakan sebagai benchmark terhadap market leader dan atau
kompetitor lain.
2. Hasil pengukuran dapat dijadikan guidance untuk penyusunan strategi komunikasi
pemasaran
3. Membantu dalam pelaksanaan manajemen perusahaan.

E. Pembuatan Merek
Sebuah merek dagang yang efektif bagi sebuah usaha sangatlah penting, terutama dalam
pemasaran dan penjualan. Pemasaran dan penjualan produk dan jasa Anda akan berjalan
relatif lebih lancar jika merek dagang Anda menarik bagi para pelanggan.
Inilah beberapa langkah yang dapat di laksanakan untuk membuat merek dagang yang
efektif bagi sebuah usaha :
1. Pilih nama yang berdaya pembeda
Mungkin ini bukan hal baru lagi, tetapi ini adalah syarat pertama dan fundamental untuk
memilih sebuah nama bagi merek dagang. Nama yang terdengar mirip dengan kompetitor
Anda yang sudah eksis dalam bidang usaha yang Anda tekuni tidak akan efektif dalam
mendongkrak popularitas usaha dan merek dagang Anda, karena itu hanya akan membuat
Anda terjebak dalam persengketaan hukum yang pelik, menguras tenaga, uang serta waktu
bila pesaing Anda mengajukan keberatan dengan merek dagang Anda itu. Ingatlah bahwa
semakin berbeda merek dagang Anda dari para pesaing, semakin besar peluang usaha Anda
untuk maju dan berkembang.
2. Pilih yang tidak membingungkan
Pernahkah Anda merasa kesulitan melafalkan nama sebuah benda kemudian Anda
memutuskan untuk tidak menyebutkannya dan cenderung melupakannya? Begitulah yang
dapat terjadi pada merek dagang yang terlalu 'unik'. Meskipun harus terdengar unik dan
berbeda, bukan berarti Anda harus membuat sesuatu yang terlalu aneh dan di luar jangkauan
pengetahuan orang.
3. Hindari merek dagang yang tidak dapat didaftarkan
Tidak ada gunanya mencoba untuk mendaftarkan nama-nama yang tidak memenuhi syarat.
Dengan mendaftarkannya ke pihak yang berwenang, merek Anda akan terlindung dari niat
jahat para pesaing dan Anda mendapatkan hak kepemilikan yang pantas Anda dapatkan. Di
bawah Anda akan ketahui bahwa ada nama-nama yang harus Anda hindari untuk digunakan
sebagai merek dagang.
4. Hindari kata-kata yang bersifat deskriptif
Kata-kata deskriptif misalnya adalah "Deterjen Bubuk", "Telepon Selular", atau "Gula
Merah". Semua kata-kata tersebut menggambarkan karakteristik yang melekat pada benda
tertentu. Jika kata-kata seperti ini didaftarkan, kemungkinan besar Anda akan ditolak karena
persetujuan terhadap merek dagang seperti itu hanya akan membuat banyak orang harus
menghindari pemakaian istilah "Deterjen Bubuk" dalam kemasan deterjen mereka. Padahal
itu semestinya adalah istilah yang umum dan bisa digunakan siapa saja tanpa harus
mendapatkan izin.
5. Singkirkan nama depan
Nama-nama yang sering digunakan sebagai nama depan seseorang biasanya tidak dapat
didaftarkan sebagai merek dagang. Mengapa? Bayangkan betapa banyaknya orang memiliki
nama seperti merek dagang Anda. Apakah pelanggan akan dengan mudah mengingat merek
Anda? Merek "Kopi Arabica Pak Joko", misalnya, adalah contoh dari merek dagang yang
harus dihindari. Selain karena mengandung istilah yang bersifat deskriptif ("Kopi Arabica"),
juga terdapat nama yang sangat sering digunakan sebagai nama depan orang ("Pak Joko").
6. Buatlah merek dagang yang jelas dan tidak membingungkan pelanggan
Sebuah merek dagang yang baik sebaiknya membuat pelanggan tahu bahwa barang yang
akan ia beli berbeda dari barang lain yang sejenis yang telah ada lebih dahulu di pasaran.
Misalnya nama "Babie" untuk sebuah produk boneka mainan adalah merek dagang yang
membuat pelanggan bingung (dan jika tidak teliti, tertipu) karena sebelumnya telah ada
merek dagang yang lebih dahulu terkenal dan familiar di telinga konsumen, yaitu "Barbie".
Hal ini selain tidak membuat produk dan layanan Anda berbeda dari pesaing, juga akan
membuat Anda harus menghadapi tuntutan hukum yang sebenarnya tidak perlu dan bisa
dihindari. Sebagai tindakan pencegahan, lakukan penelitian seksama terhadap direktori
merek dagang yang dimiliki oleh badan berwenang (dalam hal ini Ditjen HKI).
7. Gunakan kata-kata yang unik dan berbeda
Hal ini dilakukan agar Anda mendapatkan sebuah merek dagang yang sebisa mungkin unik
serta berbeda dari yang lain. Maka dari itu, jangan gunakan kata-kata yang bersifat general
atau mencakup makna yang luas, misalnya "bagus", "ekonomis", "efisien", "mewah", dan
sebagainya. Meskipun membawa konotasi dan asosiasi positif, kata-kata tersebut terlalu
umum dan sering digunakan orang. Merek dagang Anda akan tenggela dan sulit dibedakan
dari kompetitor.

8. Hindari akronim tiga huruf serta angka


Mengapa harus Anda hindari? Karena akronim biasanya sulit diingat (meski ada beberapa
pengecualian seperti IBM dan ATT yang tetap mudah diingat meski adalah akronim),
berlawanan dengan kata-kata terutama yang dicetak warna-warni yang akan lebih mudah
diingat. Angka juga cenderung dilupakan lebih mudah.
9. Gunakan kata-kata temuan
Kata-kata temuan adalah kata-kata yang tidak dapat kita jumpai di kamus bahasa mana pun
dan diciptakan secara kreatif oleh manusia. Di masa sekarang, kata-kata seperti inilah yang
sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk menarik pelanggan, contohnya
Verizon, Spandex, Exxon, Kodak, dan sebagainya. kelompok kata ini ideal untuk dijadikan
merek dagang karena unik dan bukan kata yang umum digunakan orang untuk
menggambarkan sesuatu. Untuk menciptakan kata yang unik, Anda cukup gabungkan
beberapa kata yang mencerminkan usaha/produk/jasa Anda.
10. Pertimbangkan nama tumbuhan atau hewan
Nama hewan atau tumbuhan yang menncerminkan sifat atau karakteristik tertentu yang
sesuai dengan produk Anda mungkin akan lebih mudah diingat dan menarik.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Merek adalah sebuah tanda yang dapat membedakan barang dan jasa yang diproduksi dan
dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Kata, huruf, angka, gambar,
foto, bentuk, warna, jenis logo, label atau gabungannya yang dapat digunakan untuk
membedakan barang dan jasa dapat dianggap sebagai sebuah merek.
Ekuitas merek adalah nilai suatu merek berdasarkan seberapa kuat merek tersebut
mempunyai loyalitas merek, kesadaran konsumen akan nama merek, kualitas yang
dipersepsikan, asossiasi merek dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan
hubungan jaringan distribusi.
Kekuatan suatu merek (brand equity) dapat diukur berdasarkan 7 indikator, yaitu:
Leadership
Stability
Market
Internationality
Trend merek menjadi semakin penting dalam industri.
Support
Protection merek tersebut mempunyai legalitas.
Manfaat Pengukuran Ekuitas Merk
Hasil pengukuran dapat digunakan sebagai benchmark terhadap market leader dan atau
kompetitor lain.
Hasil pengukuran dapat dijadikan guidance untuk penyusunan strategi komunikasi
pemasaran
Membantu dalam pelaksanaan manajemen perusahaan

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Organisasi Hak Kekayaan Intelektual dunia. (WIPO, 2008). Membuat Sebuah Merek: Pengantar
Merek Untuk Usaha Kecil dan Menengah. (World Intellectual Property organization – WIPO).
kevin lane keller & Philip kotler. 2007. manajemen pemasaran. Bandung: PT. Mitra Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai