Anda di halaman 1dari 8

Materi Ajar

Nilai Dasar Adat Minangkabau

A. Pengertian Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah


Minangkabau merupakan salah satu bagian dari kemajemukan adat dan budaya
Indonesia. Kemajemukan inilah yang rawan akan konflik. Dalam masyarakat
Minangkabau terdapat sebuah filosofi, yaitu adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah yang dijadikan sebagai pandangan hidup atau way of life bagi masyarakat
Minangkabau. Tujuannya untuk mengatur masyarakat Minagkabau mengatur tatanan
kehidupan bermasyarakat serta hubungan antara adat dan agama.
Secara harfiah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dapat kita bagi menjadi
dua kalimat yaitu adaik basandi syarak mengatur bahwa seluruh adat yang digunakan oleh
masyarakat Minangkabau harus “bersendikan” kepada syariat, yang pada gilirannya
didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah (Syarak basandi Kitabullah). Artinya adat di
Minangkabau dapat bersanding dengan agama yang mana agama harus bersumber dari Al-
quran dan hadis. Dimana dalam hal ini Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku yang
melembaga dalam masyarakat Minangkabau.
`
Menurut sejarah, filosofi Minangkabau mengalami berbagai pergulatan. Sebelum islam
masuk ke wilayah Sumatra Barat, pada masa animisme dan dinamisme masyarakat
Minangkabau menggunakan Alam Takambang Jadi Guru sebagai pedoman hidup yang
mengandung pengertian bahwa melihat alam sebagai guru dan dijadikan sebagai landasan
hidup. Namun ketika agama Islam masuk ke Sumatra Barat, masyarakat Minangkabau
dapat menerimanya dengan baik karena ajaran islam sama sekali tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang sudah dianut oleh masyarakat minang itu sendiri.
Menurut (Yulizal, Yunus) Syara’ mangato adaik mamakai. Maksudnya adalah adat
dan agama Islam di Minangkabau berkait rapat, merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat
dipisahkan.“Tidak ada di Minang, ini orang adat, dan itu orang agama.”
Minangkabau bukan hanya sebagai tempat hidup dan mati, bukan hanya tempat hidup
dan berkembang, tetapi minangkabau juga memiliki makna filosofis. Seperti yang ada
dalam ungkapan pepatah minangkabau “alam takambang jadi guru”.Alam memiliki makna
yang mendalam dengan segala bentuk, sifat, serta segala yang terjadi di dalamnya,
merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran, dan guru.
Adat Minangkabau yang dinamis, menempatkan raso (hati, kearifan, intuitif) dan pareso

[Pick the date] Page 1


(akal, rasio, logika), sebagai hasil dari falsafah, “alam takambang jadi guru.”Artinya, adat
Minangkabau mengandung unsur adat dan ilmu.
Belajar kepada alam berarti mengambil pelajaran dari perjalanan hidup. Dalam
pengertian hukum, adat adalah pedoman atau patokan dalam bertingkah laku, bersikap,
berbicara, bergaul, dan berpakaian. Adat atau norma telah berjalan lama sekali dan turun
temurun disebut tradisi, adalah tata cara memelihara hubungan baik antar sesama.
Alam sebagai ajaran dan pandangan hidup kata-kata yang menjadi pedoman hidup bagi
manusia dalam berbuat, bertindak, dan berprilaku. Dalam minangkabau pun begitu, mereka
membuat segala bentuk pepatah-petitih dan mamang berdasarkan kehidupan yang ada di
alam semesta ini. Hal tersebut lalu dijadikan sebagai aturan, hukum, dan ketentuan adat.
Mereka menerapkan semua itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang dinamakan
ajaran minangkabau.Dalam kata pusaka minangkabau telah diungkapkan, bahwa.

Panakiak pisau sirauik,Ambiak galah batang lintabuang,Silodang ambiak ka nyiru, Satitiak


jadikan lawuik Sakapa jadikan gunuang. Alam takambang jadi guru.

Pada dasarnya, alam memiliki dua sifat yang paling mendasar. Pertama, bersifat

`tetap, artinya alam tidak pernah berubah sejak dulu sampai kini. Semua hal yang tidak
berubah itu dijadikan masyarakat minangkabau sebagai dasar atau landasan hukum dan
rumusan adat. Landasan itu disebut “adat babuhua mati”. Kedua, bersifat tidak tetap artinya
alam dapat berubah-berubah sesuai dengan kodratnya. Semua itu disebabkan oleh keadaan,
situasi dan cuaca. Sifat ini juga dijadikan oleh orang minangkabau sebagai rumusan
membuat adat, yang disebut dengan “adat babuhua sintak”.
Kedua hal ini dijadikan sebagai falsafah “alam takambang jadi guru”.

Alam merupakan tempat hidup dan sumber kehidupan manusia. Maka dari itu
manusia haruslah memanfaatkan alam dengan seoptimal mungkin. Semua yang terdapat di
Alam ini, memiliki kegunaannya masing-masing serta memiliki makna penciptaannya.

Nan lunak ditanam baniah Nan kareh dibuek ladang Nan bancah palapeh itiak Ganangan
ka tabek ikan Bukik batu ka tambang ameh Padang laweh bakeh taranak.

Ka rimbo babungo kayu Ka sungai babungo pasia Ka lawik babungo karang Ka sawah
babungo padi Ka tambang babungo ameh.

[Pick the date] Page 2


Informasi apa yang didapatkan dari kata pusaka tersebut? Ternyata orang
minangkabau terdahulu tidak hanya mengenal dunia agraris saja, tetapi juga telah
mengenal pertambangan. Alam mereka jadikan sebagai landasan untuk merumuskan dan
menyusun ajaran adat. Kemudian mereka menjadikan alam sebagai sumber hidup dan
kehidupan mereka. Apapun yang diberikan alam, mereka jadikan sebagai sumber
kesejahteraan sumber daya alam. Memanfaat pemberian alam untuk memenuhi semua
kebutuhan mereka.

B. Dasar Adat Minangkabau


Adat Minangkabau terbentuk berdasarkan falsafah alam Minangkabau “alam
takambang jadi guru” (alam terkembang jadi guru). Bagi orang Minangkabau, alam adalah
segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir dan tempat mati, tempat hidup dan
berkembang saja (Navis, 2015: 59). Oleh karena itu, falsafah ini menjadi dasar pemikiran
adat Minangkabau. Menurut Panjang (2004) sebelum orang Minangkabau memeluk agama
Islam, raja mereka adalah alua jo patuik (Hukum dan alam). Dengan datangnya Islam,
tuntunan orang Minangkabau adalah Al-Qur’an dan Hadis. Hal ini diungkapkan dalam
pepatah Minangkabau “syarak mangato, adat mamakai” (syariat mengatakan, adat
`menggunakan). Syarak mengacu kepada ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan
Hadis. Jadi, apa pun yang diajarkan dalam agama Islam, digunakan juga sebagai landasan
adat Minangkabau. Oleh sebab itu, falsafah adat Minangkabau menjadi “Adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah” (Adat bersendikan kepada syariat, sedangkan syariat
bersendikan kepada Al-Qur’an).

C. Pengertian Tau di Adaik Nan Ampek


Adat Minangkabau telah dibagi menjadi empat tingkatan yang disebut “adat nan
ampek” (adat yang empat). Panjang (2004) mengklasifikasikan adat nan ampek menjadi
empat macam dari dua kelompok besar. Kelompok besar yang pertama adalah “adat nan
babuhua mati” (adat berbuhul mati): adat yang tidak boleh diubah lagi (Ibrahim, 2018:
153). Kelompok adat ini terdiri atas “adat nan sabana adat” (adat yang sebenarnya adat)
dan “adat nan diadatkan” (adat yang diadatkan). Adat nan sabana adat adalah segala
kenyataan yang berlaku tetap di alam, tidak pernah berubah, baik meliputi tempat maupun
waktunya. Adat inilah yang melahirkan konsep dasar pelaksanaan adat dalam kehidupan
masyarakat Minangkabau—“alam takambang jadi guru” dan “adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai”.

[Pick the date] Page 3


Adat nan diadatkan adalah adat yang dirancang oleh nenek moyang orang
Minangkabau untuk diterapkan bagi kehidupan masyarakat seharisehari. Adat ini dipercaya
oleh orang Minangkabau dibuat oleh dua tokoh besar Minagkabau, yakni Datuak
Katumangguangan dan Datuak Parpatih Nan Sabantang yang bertujuan untuk
mengembangkan dan menerapkan adat nan sabana masyarakat Minangkabau. Jadi, adat nan
diadatkan sejalan dengan adat nan sabana adat terwujud dalam bentuk undang-undang adat,
buku-buku tentang adat, petatah-petitih, dan hukum adat.
Yang kedua adalah “adat babuhua sentak” (adat berbuhul sentak) yang bermakna
adat yang bersifat tidak mutlak, dapat dimodifikasi, maupun ditambah atau dikurangi
(Ibrahim, 2018: 153). Adat ini terdiri atas “adat 12 nan taradat” dan “adat istiadat”. Adat
nan taradat merupakan adat yang disusun oleh nagari untuk melaksanakan adat nan sabana
adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nagari. Menurut
Sjarifoedin (2014: 99), adat ini disusun oleh para tokoh dan pemuka masyarakat melalui
musyawarah mufakat yang pada akhirnya melahirkan istilah “adat salingka nagari” (adat
selingkar nagari). Artinya, ia hanya berlaku di dalam satu nagari semata. Dengan demikian,
tiap nagari di Minangkabau memiliki aturan tertentu yang berbeda dengan nagari lain.
Implementasi dari adat tersebut antara lain upacara batagak pangulu, turun mandi, sunatan
`
rasul, dan perkawinan.
1. Adat Nan Sabana Adat
Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang berlaku tetap di alam, tidak pernah berubah
oleh keadaan tempat dan waktu. Kenyataan itu mengandung nilai-nilai, norma, dan hukum.
Di dalam ungkapan Minangkabau dinyatakan sebagai adat nan indak lakang dek paneh,
indak lapuak dek hujan, diasak indak layua, dibubuik indak mati; atau adat babuhua mati.
Adat nan sabana adat bersumber dari alam.

Pada hakikatnya, adat ini ialah kelaziman yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah.
Maka, adat Minangkabau tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal itu melahirkan
konsep dasar pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, yakni adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan syarak mangato, adat mamakai. Dari konsep
itu lahir pulalah falsafah dasar orang Minangkabau yakni alam takambang jadi guru.

Adat nan sabana adat menempati kedudukan tertinggi dari empat jenis adat di
Minangkabau, sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan aturan-aturan masyarakat
Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat, norma kemasyarakatan, dan peraturan-
peraturan yang berlaku di Minangkabau bersumber dari adat nan sabana adat.

2. Adat Nan Diadatkan


Adat nan diadatkan adalah adat buatan yang dirancang, dan disusun oleh nenek moyang
orang Minangkabau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aturan yang berupa

[Pick the date] Page 4


adat nan diadatkan disampaikan dalam petatah dan petitih, mamangan, pantun, dan
ungkapan bahasa yang berkias hikmah. Inti dari adat nan diadatkan yang dirancang Datuak
Parpatiah Nan Sabatang ialah demokrasi, berdaulat kepada rakyat, dan mengutamakan
musyawarah untuk mufakat. Sedangkan adat yang disusun Datuak Katumangguangan
intinya melaksanakan pemerintahan yang berdaulat ke atas, otokrasi namun tidak
sewenang-wenang. Sepintas, kedua konsep adat itu berlawanan. Namun dalam
pelaksanaannya kedua konsep itu bertemu, membaur, dan saling mengisi. Gabungan
keduanya melahirkan demokrasi yang khas di Minangkabau.

3. Adat Nan Taradat


Adat nan taradat adalah ketentuan adat yang disusun di nagari untuk melaksanakan adat
nan sabana adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nagarinya.
Adat ini disusun oleh para tokoh dan pemuka masyarakat nagari melalui musyawarah dan
mufakat. Dari pengertian itu lahirlah istilah adat salingka nagari.

Adat nan taradat disebut juga adat babuhua sentak, artinya dapat diperbaiki, diubah, dan
diganti. Fungsi utamanya sebagai peraturan pelaksanaan dari adat Minangkabau. Contoh
penerapannya antara lain dalam upacara batagak pangulu, turun mandi, sunat rasul, dan
perkawinan, yang selalu dipagari oleh ketentuan agama, di mana syarak mangato adaik
mamakaikan.

4. Adat Istiadat
`Adat istiadat merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat niniak mamak dalam
suatu nagari. Peraturan ini menampung segala kemauan anak nagari yang sesuai menurut
alua jo patuik, patuik jo mungkin. Adat istiadat umumnya tampak dalam bentuk
kesenangan anak nagari seperti kesenian, langgam dan tari, dan olahraga.

Daftar Pustaka
https://www.boyyendratamin.com/2019/07/makna-dan-hakikat-falsafat-minangkabau.html

https://dutadamaisumaterabarat.id/alam-takambang-jadi-guru/

http://eprints.uny.ac.id/67420/3/Bab%20II.pdf
https://www.pasbana.com/2017/06/ada-4-tingkatan-adat-di-minangkabau-ini.html

[Pick the date] Page 5


Lembar kerja peserta didik

Nama siswa :
Kelas :
Tema :
Tujuan pembelajaran :
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu memahami pengetahuan nilai
dasar adat Minangkabau (tau jo adat nan ampek)
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Kerjakan tugas dibawah ini:
- Jelaskan pengertian ABS-SBK
- Jelaskan pengertian Tau diadaiak nan ampek
- Sebutkan contoh dasar adat minangkabau
2. Langkah-Langkah Kegiatan:
1. Sebelum mengisi lembar kerja di bawah ini, bacalah terlebih dahulu penjelasan
tentang Nilai Dasar Adat Minangkabau
2. Berdasarkan uraian di atas, tuliskanlah contoh tau diadaiak nan ampek (adaiak
nan sabana adaiak, adaiak nan taradaik, adaiak nan diadaiakan, dan adaiak
istiadaik).

`
Contoh Tau diadaiak nan ampek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

[Pick the date] Page 6


LEMBAR ASESMEN FORMATIF
1. Mengatur masyarakat Minangkabau dan tatanan kehidupan bermasyarakat serta
hubungan antara adat dan agama merupakan fungsi dari
a. ABS-SBK
b. Adat mamakai
c. Syarak mangato
d. Alam takambang jadi guru

2. Yang menjadi pedoman hidup masyarakat minangkabau adalah …


a. ABS-SBK
b. Adat mamakai
c. Syarak mangato
d. Alam takambang jadi guru

3. Dijadikan sebagai apakah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah oleh orang
minangkabau?
a. Filsafah hidup
b. Dasar adat
c. Pedoman hidup
d. Keadaan hidup
`
4. Adat yang tidak boleh diubah lagi adalah pengertian dari…
a. Adat nan diadaikan
b. Adat nan sabana adaik
c. Adat nan babubua mati
d. Adat nan babubua sentak

5. Adat yang bersifat tidak mutlak, dapat dimodifikasi, maupun ditambah atau
dikurangi adalah pengertian dari…
a. Adat nan diadaikan
b. Adat nan sabana adaik
c. Adat nan babubua mati
d. Adat nan babubua sentak

Kunci Jawaban
1. A
2. D
3. B
4. C
5. D

[Pick the date] Page 7


ASSESMEN SUMATIF

PENGAYAAN
Diberikan kepada peserta didik yang masih belum paham tentang identifikasi masalah
mengenai nilai dasar adat minangkabau.

REMEDIAL
Diberikan kepada peserta didik yang belum menuntaskan Capaian Pembelajaran, dengan
cara diberikan tugas tambahan.

[Pick the date] Page 8

Anda mungkin juga menyukai