Anda di halaman 1dari 8

Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 7 Mei 2020

Dosen :Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Rangkuman Islam dan Budaya Minangkabau


NILAI-NILAI DASAR ADAT MINANGKABAU
( Adat Nan Ampek )

A. Nilai Nilai Dasar Adat minangkabau


Nilai nilai dasar yang universal adalah masalah hidup yang
menentukan orientasi nilai budaya suatu masyarakat, yang terdiri dari hakekat
hidup, hakekat kerja, hakekat kehidupan manusia dalam ruang waktu, hakekat
hubungan manusia dengan alam, dan hakekat hubungan manusia dengan
manusia.
1. Pandangan Terhadap Hidup
Tujuan hidup bagi orang Minangkabau adalah untuk berbuat jasa. Kata
pusaka orang Minangkabau mengatakan bahwa "hiduik bajaso, mati
bapusako". Jadi orang Minangkabau memberikan arti dan harga yang tinggi
terhadap hidup. Untuk analogi terhadap alam, maka pribahasa yang
dikemukakanadalah:
Gajahmatimaninggakangadieng
Harimaumatimaninggakanbaling
Manusia mati maninggakan namo
Dengan pengertian, bahwa orang Minangkabau itu hidupnya jangan
seperti hidup hewan yang tidak memikirkan generasi selanjutnya, dengan
segala yang akan ditinggalkan setelah mati. Karena itu orang Minangkabau
bekerja keras untuk dapat meninggalkan, mempusakakan sesuatu bagi anak
kemenakan dan masyarakatnya.

2. Pandangan Terhadap Kerja


Sejalan dengan makna hidup bagi orang Minangkabau, yaitu berjasa
kepada kerabat dan masyarakatnya, kerja merupakan kegiatan yang sangat
dihargai. Kerja merupakan keharusan. Kerjalah yang dapat membuat orang
sanggup meninggalkan pusaka bagi anak kemenakannya. Dengan hasil kerja
dapat dihindarkan "Hilang rano dek panyakik, hilang bangso indak
barameh"(hilang warna karena penyakit, hilsng bangsa karena tidak
beremas). Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab
itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.
Dari etos kerja ini, anak-anak muda yang punya tanggungjawab di
kampung disuruh merantau. Mereka pergi merantau untuk mencari apa-apa
yang mungkin dapat disumbangkan kepada kerabat dikampung, baik materi
maupun ilmu. Misi budaya ini telah menyebabkan orang Minangkabau
terkenal dirantau sebagai makhluk ekonomi ulet.

3. Pandangan Terhadap Waktu


Bagi orang Minangkabau waktu berharga merupakan pandangan
hidup orang Minangkabau. Orang Minangkabau harus memikirkan masa
depannya dan apa yang akan ditinggalkannya sesudah mati. Mereka
dinasehatkan untuk selalu menggunakan waktu untuk maksud yang
bermakna, sebagaimana dikatakan "Duduak marauik ranjau, tagak maninjau
jarah".
4. Hakekat Pandangan Terhadap Alam
Alam Minangkabau yang indah, bergunung-gunung, berlembah,
berlaut dan berdanau, kaya dengan flora dan fauna telah memberi inspirasi
kepada masyarakatnya. Mamangan, pepatah, petitih, ungkapan-ungkapan
adatnya tidak terlepas daripada alam.
Alam mempunyai kedudukan dan pengaruh penting dalam adat
Minangkabau, ternyata dari fatwa adat sendiri yang menyatakan bahwa alam
hendaklah dijadikan guru.

5. Pandangan Terhadap Sesama


Dalam hidup bermasyarakat, orang Minangkabau menjunjung tinggi
nilai egaliter atau kebersamaan. Nilai ini menyatakan mereka dengan
ungkapan "Duduak samo randah, tagak samo tinggi". Dalam kegiatan yang
menyangkut kepentingan umum sifat komunal dan kolektif mereka sangat
menonjol. Mereka sangat menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat. Hasil
mufakat merupakan otoritas yang tertinggi.
Minangkabau dalam fungsinya sebagai pedoman dan pegangan hidup
masyarakat di Minagkabau, isinya secara garis besar terdiri dari 4 (empat)
jenis. Dalam kehidupan sehari-hari di Minangkabau keempat jenis/tingkatan
adat tersebut lazim disebut dengan istilah adat istiadat Minangkabau. Karena
adat Minangkabau terdiri dari ampek (empat) jenis, maka biasa juga disebut
dengan adat nan ampek. Keempat jenis adat tersebut kalau dilihat dari segi
sifatnya dapat dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Adat babuhua mati
2. Adat babuhua sentak
Ketentuan adat nan babuhua mati adalah merupakan ketentuan-
ketentuan adat yang bersumber pada kenyataan-kenyataan dan fenomena-
fenomena serta sifat-sifat yang terdapat pada alam yang tidak mungkin bisa
dirobah oleh manusia dengan cara apapun juga, karena memang sudah
demikian ditetapkan oleh Allah Maha Pencipta. Adapun contoh dari
ketentuaan adat nan babuhua mati tersebut misalnya : sifat api mambaka, sifat
aia mambasahi, atau matahari terbit di ufuk Timur, kemudian terbenam di
ufuk Barat. Semua itu sudah merupakan sunahtullah (ketetapan) dari Allah
Maha Pencipta. Itulah sebabnya dikatakan bahwa adat nan babuhua mati
tersebut takkan dapat di robah oleh manusia dengan cara dan upaya apapun
juga. (tak lakang dek paneh, tak lapuak dek ujan)
Kemudian ketentuan-ketentuan adat nan babuhua sintak adalah
ketentuan-ketentuan adat yang disusun oleh ninik mamak untuk mengatur
kehidupan masyarakat yang dapat dirobah oleh manusia melalui proses
musyawarah mufakat. Misalnya ketentuan-ketentuan adat yang berkaitan
dengan tata cara mengantar dan menjeput marapulai dalam adat perkawinan di
Minangkabau, baik mengenai persyaratan ataupun tata cara menjeput
marapulai. Ketentuan tersebut dapat dirobah dengan persyaratan harus dengan
musyawarah mufakat oleh para ninik mamak dalam nagari yang bersangkutan.

B. Adat nan ampek


Adapun adat nan ampek tersebut adalah adat nan sabana adat, adat nan
di adatkan, adat nan taradat, dan adat istiadat.
1 Adat Nan Sabana adat.
Adat nan sabana adat adalah ketentuan-ketentuan adat berupa
kenyataan-kenyataan yang terdapat pada alam sekitar kita. Kenyataan-
kenyataan tersebut bisa berupa sifat-sifat alam, baik flora maupun fauna,
warna-warni ataupun gejala-gejala yang terdapat pada alam yang ada di
sekitar kita yang dapat ditangkap dengan panca indera manusia. Contoh
dari adat nan sabana adat ini, misalnya sifat aia mambasahi, sifat api
mambaka atau adat lauik timbunan ombak, adat gunuang timbunan
kabukik. Atau yang berupa warna-warna, misalnya : hitam tahan tapo,
putiah tahan sasah, nan kuriak kundi, nan merah sago dan sebagainya.
Jadi sumber adat nan sabana adat adalah kenyataan-kenyataan yang
terdapat pada alam yang merupakan hakikat dari hukum-hukum yang
diciptakan oleh Allah Maha Pencipta. Yang dimaksud dengan alam adalah
alam takambang (alam yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia),
alam memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat alam ada yang berubah-ubah, dan
ada pula yang tetap. Sifat alam yang tetap dan tidak berobah inilah yang
disebut dengan ungkapan adat :
Indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan, dianjak indak layuah,
dibubuik (dicabuik) indak mati”.
Dari keempat jenis adat ini, adat nan sabana adat mempunyai
kedudukan yang tertinggi dan menjadi dasar dari ketentuan adat
berikutnya yaitu adat yang diadatkan dan adat teradat serta adat istiadat.
Adat nan sabana adat merupakan dasar pokok dari tiga jenis adat
berikutnya dan merupakan ketentuan pelaksanaan dari ketentuan adat nan
sabana adat.

2. Adat Nan Diadatkan


Adalah ketentuaan-ketentuan adat yang dibuat dan disusun oleh
nenek moyang orang Minangkabau yaitu Dt. Parpatih Nan Sabatang dan
Dt. Katumanggungan, yang kemudian dihimpun dalam bentuk pepatah,
petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam adat untuk mengatur
kehidupan bermasyarakat di Minangkabau.
Ruang lingkup kehdupan yang diatur oleh adat nan diadatkan
sangat luas. Hampir seluruh segi kehidupan bermasyarakat diatur oleh adat
nan diadatkan, mulai dari masalah yang kecil-kecil misalnya tata cara
makan dan minum, berjalan, bergaul dan sebagainya, sampai masalah
yang berkaitan dengan bidang Ekonomi, Politik, Sosial dan sebagainya.
Contoh ketentuan adat nan diadatkan yang berkaitan dengan tata cara
makan dan minum :
Makan sasuok duo suok, cukuik ka tigo kanyang
Minum saraguak duo raguak, cukuik ka tigo pueh..
Jan makan saku tak abih
Jan minum saraguak abih
Contoh ketentuan adat nan diadatkan yang berkaitan dengan tata cara
berjalan dan berbicara.
Bajalan paliharo kaki, bakato paliharo lidah
Maju salangkah madok suruik, bakato sapatah dipikiri
Mangango mangko mangecek
Contoh ketentuan adat nan diadatkan yang berkaitan dengan tata cara
bergaul dalam bermasyarakat.
Nan tuo dihormati, nan ketek dikasihi, samo gadang baok bakawan
Contoh ketentuaan adat nan diadatkan tentang masalah
politik/pemerintah :
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Manuruik mungkin jo patuik

3. Adat Nan Teradat


Adalah ketentuan-ketentuan adat yang dibuat dan disusun oleh
ninik mamak dalam suatu nagari dalam rangka melaksanakan ketentuan-
ketentuan pokok dari adat Minangkabau sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan dari masyarakat nagari yang bersangkutan.
Ketentuan-ketentuan dari adat nan teradat ini berbeda-beda antara
nagari yang satu dengan nagari yang lain di Minangkabau. Perbedaan ini
di sebabkan oleh karena berbedanya keadaan dan kebutuhan masing-
masing nagari di Minangkabau.
Sifat adat nan teradat ini disebut dalam ungkapan adat yang berbunyi :
Lain lubuak lain ikannyo.
Lain padang lain balalangnyo.
Lain nagari lain pulo adatnyo.
Jadi tegasnya ketentuan adat nan teradat ini ruang lingkup
berlakunya hanya terbatas pada nagari tertentu, dan tidak berlaku bagi
nagari lain. Ketentuan adat nan teradat ini disebut juga dengan “ adat
salingka nagari “.
Contoh dari ketetntuan adat nan teradat ini misalnya ketentuan tentang
perkawinan. Ketentuan pokok tentang perkawinan di Minangkabau yaitu :
“Sigai mancari anau, anau tatap sigai baranjak Ayam putiah tabang siang,
basuluah matohari, bagalanggang mato rang banyak datang bajampuik, pai
baanta”.
Maksud dari ketentuan adat diatas adalah kalau terjadi perkawinan
di Minangkabau, tetap sigai mencari anau atau laki-laki/ calon suami yang
datang kerumah perempuan/ calon istrinya. Dan kalu terjadi perceraian,
maka laki-laki yang pergi meninggalkan rumah Perempuan. Tata cara dari
perkawinan tersebut : datang bajapuik, pai baanta, artinya pihak laki-laki /
calon suami/ marapulai menuju rumah perempuan (wanita), diantar
bersama-sama oleh keluarga pihak laki-laki dan dijemput bersama-sama
oleh pihak keluarga perempuan.

4. Adat Istiadat
Adat istiadat adalah ketentuan adat yang dibuat dan disusun
berdasarkan musyawarah mufakat oleh ninik mamak dalam suatu nagari.
Adat istiadat ini mengatur tentang masalah kesukaan dan permainan anak
nagari, sesuai dengan mungkin jo patuik. Ketentuan adat ini juga berbeda-
beda antara satu nagari dengan nagari yang lain karena berbedanya
kesukaan dan kemauan masyarakat nagari yang satu dengan nagari yang
lain.
Bentuk dari adat istiadat ini adalah berupa kesenangan atau hobbi
masyarakat suatu nagari, seperti kesenian, olah raga. Kesenangan dan
kesukaan anak nagari itu dikukuhkan oleh para ninik mamak nagari
tersebut menjadi ketentuan adat istiadat.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 7 Mei 2020

Dosen :Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Pepatah Minangkabau

1. Bakato bak balalai gajah, babicaro bak katiak ula.


Suatu pembicaraan yang tidak jelas ujung pangkalnya.

2. Bapikia kapalang aka, ba ulemu kapalang paham.


Seseorang yang mengerjakan sesuatu tanpa berpengetahuan
tentang apa yang dikerjakannya.

Anda mungkin juga menyukai