Sebuah nilai adalah sebuah konsepsi , eksplisit atau implisit yang menjadi milik khusus
seorang atau ciri khusus suatu kesatuan sosial (masyarakat) menyangkut sesuatu yang
diingini bersama (karena berharga) yang mempengaruhi pemilihan sebagai cara, alat dan
tujuan sebuah tindakan.
Nilai nilai dasar yang universal adalah masalah hidup yang menentukan orientasi nilai budaya
suatu masyarakat, yang terdiri dari hakekat hidup, hakekat kerja, hakekat kehidupan manusia
dalam ruang waktu, hakekat hubungan manusia dengan alam, dan hakekat hubungan manusia
dengan manusia.
Dengan pengertian, bahwa orang Minangkabau itu hidupnya jangan seperti hidup
hewan yang tidak memikirkan generasi selanjutnya, dengan segala yang akan
ditinggalkan setelah mati. Karena itu orang Minangkabau bekerja keras untuk dapat
meninggalkan, mempusakakan sesuatu bagi anak kemenakan dan masyarakatnya.
Mempusakakan bukan maksudnya hanya dibidang materi saja, tetapi juga nilai-nilai
adatnya. Oleh karena itu semasa hidup bukan hanya kuat mencari materi tetapi juga kuat
menunjuk mengajari anak kemenakan sesuai dengan norma-norma adat yang berlaku.
Ungkapan adat juga mengatakan “Pulai batingkek naiek maninggakan rueh jo buku,
manusia batingkek turun maninggakan namo jo pusako”.
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
2
merupakan keharusan. Kerjalah yang dapat membuat orang sanggup meninggalkan
pusaka bagi anak kemenakannya. Dengan hasil kerja dapat dihindarkan “Hilang rano dek
panyakik, hilang bangso indak barameh”(hilang warna karena penyakit, hilsng bangsa
karena tidak beremas). Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh
sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.
Dari etos kerja ini, anak-anak muda yang punya tanggungjawab di kampung
disuruh merantau. Mereka pergi merantau untuk mencari apa-apa yang mungkin dapat
disumbangkan kepada kerabat dikampung, baik materi maupun ilmu. Misi budaya ini
telah menyebabkan orang Minangkabau terkenal dirantau sebagai makhluk ekonomi ulet.
Etos kerja keras yang sudah merupakan nilai dasar bagi orang Minangkabau ditingkatkan
lagi oleh pandangan ajaran Islam yang mengatakan orang harus bekerja keras seakan-
akan dia hidup untuk selama-lamanya, dia harus beramal terus seakan-akan dia akan mati
besok.
Dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang merupakan
ruang waktu yang harus menjadi perhatian bagi orang Minangkabau. Maliek contoh ka
nan sudah. Bila masa lalu tidak menggembirakan dia akan berusaha untuk
memperbaikinya. Duduk meraut ranjau, tegak meninjau jarak merupakan manifestasi
untuk mengisi waktu dengan sebaik-baiknya pada masa sekarang. Membangkit batang
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
3
terandam merupakan refleksi dari masa lalu sebagai pedoman untuk berbuat pada masa
sekarang. Sedangkan mengingat masa depan adat berfatwa “bakulimek sabalun habih,
sadiokan payuang sabalun hujan”.
Kekuasaan yang tertinggi menurut orang Minangkabau bersifat abstrak, yaitu nan
bana (kebenaran). Kebenaran itu harus dicari melalui musyawarah yang dibimbing oleh
alur, patut dan mungkin. Penggunaan akal sehat diperlukan oleh orang Minangkabau dan
sangat menilai tinggi manusia yang menggunakan akal. Nilai-nilai yang dibawa Islam
mengutamakan akal bagi orang muslim, dan Islam melengkapi penggunaan akal dengan
bimbingan iman. Dengan sumber nilai yang bersifat manusiawi disempurnakan dengan
nilai yang diturunkan dalam wahyu, lebih menyempurnakan kehidupan bermasyarakat
orang Minangkabau.
Menurut adat pandangan terhadap seorang diri pribadi terhadap yang lainnya
hendaklah sama walaupun seseorang itu mempunyai fungsi dan peranan yang saling
berbeda. Walaupun berbeda saling dibutuhkan dan saling membutuhkan sehingga
terdapat kebersamaan. Dikatakan dalam mamangan adat “Nan buto pahambuih lasuang,
nan pakak palapeh badie, nan lumpuah paunyi rumah, nan kuek pambaok baban, nan
binguang kadisuruah-suruah, nan cadiak lawan barundiang. Hanya fungsi dan peranan
seseorang itu berbeda dengan yang lain, tetapi sebagai manusia setiap orang itu
hendaklah dihargai karena semuanya saling isi mengisi.
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
4
Saling menghargai agar terdapat keharmonisan dalam pergaulan, adat
menggariskan “nan tuo dihormati, samo gadang baok bakawan, nan ketek disayangi”.
Kedatangan agama Islam konsep pandangan terhadap sesama dipertegas lagi.
Nilai egaliter yang dijunjung tinggi oleh orang Minangkabau mendorong mereka untuk
mempunyai harga diri yang tinggi. Nilai kolektif yang didasarkan pada struktur sosial
matrilinial yang menekankan tanggungjawab yang luas seperti dari kaum sampai
kemasyarakatan nagari, menyebabkan seseorang merasa malu kalau tidak berhasil
menyumbangkan sesuatu kepada kerabat dan masyarakat nagarinya. Interaksi antara
harga diri dan tuntutan sosial ini telah menyebabkan orang Minangkabau untuk selalu
bersifat dinamis.
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
5
2. Adat Nan Diadatkan
Adalah ketentuaan-ketentuan adat yang dibuat dan disusun oleh nenek moyang
orang Minangkabau yaitu Dt. Parpatih Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan, yang
kemudian dihimpun dalam bentuk pepatah, petitih, mamang, bidal, pantun dan
gurindam adat untuk mengatur kehidupan bermasyarakat di Minangkabau.
Kalau kita bandingkan antara adat nan sabana adat dengan adat nan diadatkan,
perbedaannya yang prinsip terletak pada subjek yang menciptakannya. Adat nan sabana
adat di ciptakan oleh Allah Maha Pencipta seluruh alam, yang menciptakan kenyataan-
kenyataan/ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang biasa kita sebut dengan
hukum Allah/hukum kodrat atau sunatullah. Sedangkan adat nan diadatkan penciptanya
adalah manusia (buatan manusia), yaitu nenek moyang orang Minangkabau dalam hal
ini adalah Dt. Perpatih Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan.
Ruang lingkup kehdupan yang diatur oleh adat nan diadatkan sangat luas. Hampir
seluruh segi kehidupan bermasyarakat diatur oleh adat nan diadatkan, mulai dari
masalah yang kecil-kecil misalnya tata cara makan dan minum, berjalan, bergaul dan
sebagainya, sampai masalah yang berkaitan dengan bidang Ekonomi, Politik, Sosial
dan sebagainya.
Contoh ketentuan adat nan diadatkan yang berkaitan dengan tata cara makan dan
minum:
Makan sasuok duo suok, cukuik ka tigo kanyang
Minum saraguak duo raguak, cukuik ka tigo pueh
Jan makan sakali tak abih
Jan minum saraguak abih
Contoh ketentuan adat nan diadatkan yang berkaitan dengan tata cara berjalan dan
berbicara:
Bajalan paliharo kaki, bakato paliharo lidah
Maju salangkah madok suruik, bakato sapatah dipikiri
Mangango mangko mangecek
Contoh ketentuan adat nan diadatkan yang berkaitan dengan tata cara bergaul dalam
bermasyarakat:
Nan tuo dihormati, nan ketek dikasihi, samo gadang baok bakawan
Contoh ketentuaan adat nan diadatkan tentang masalah politik/pemerintah :
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
6
Bana badiri sandirinyo
Manuruik mungkin jo patuik
Contoh ketentuan adat yang diadatkan yang berkaitan dengan masalah ekonomi:
Ka sawah babungo ampiang, ka bukik babungo batu, karimbo babungo kayu
Ka sungai babungo pasia, kalauik babungo karang, katambang babungo basi
Nan lunak di tanam baniah, nan kareh di buek ladang, nan bancah palapeh itiak
Padang ana bakeh taranak, batanam nan bapucuak, mamaliharo nan banyawa.
Contoh ketentuan adat nan diadatkan tentang masalah sosial:
Kok sakik basilau, kok mati bajanguak
Kaba elok baimbauan, kaba buruak bahamburan
Barek samo di pikua, ringan samo dijinjiang
Kok ado samo di makan, kok indak samo di cari
Kabukik samo mandaki, kalurah samo manurun
Tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo minum ambun.
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
7
ini misalnya ketentuan tentang perkawinan.
Ketentuan pokok tentang perkawinan di Minangkabau yaitu :
Sigai mancari anau, anau tatap sigai baranjak
Ayam putiah tabang siang, basuluah matohari, bagalanggang mato rang banyak
Datang bajampuik, pai baanta.
4. Adat Istiadat
Adat istiadat adalah ketentuan adat yang dibuat dan disusun berdasarkan
musyawarah mufakat oleh ninik mamak dalam suatu nagari. Adat istiadat ini mengatur
tentang masalah kesukaan dan permainan anak nagari, sesuai dengan mungkin jo
patuik. Ketentuan adat ini juga berbeda-beda antara satu nagari dengan nagari yang lain
karena berbedanya kesukaan dan kemauan masyarakat nagari yang satu dengan nagari
yang lain.
Bentuk dari adat istiadat ini adalah berupa kesenangan atau hobbi masyarakat
suatu nagari, seperti kesenian, olah raga. Kesenangan dan kesukaan anak nagari itu
dikukuhkan oleh para ninik mamak nagari tersebut menjadi ketentuan adat istiadat.
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)
8
DAFTAR BACAAN
Badawi, Ahmad. 2019. Warisan Menurut Hukum Islam dan Adat Jawa: Studi Kasus di
Kecamatan Medan Sunggal. Yogyakarta: Deepublish.
Dinas Kebudayaan Provinsin Sumatera Barat. 2018. Modul Penguatan Pemangku Adat
Minangkabau. Padang: Dinas Kebudayaan Sumbar.
Ibrahim, Dt. Sanggoeno Diradjo. Tambo Alam Minangkabau; Tatanan Adat Warisan Nenek
Moyang Orang Minang. Bukittinggi: Kristal Multimedia.
M. Rasjid Manggis. 1967. Minangkabau Sejarah Ringkas dan Adatnya. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
スサナワテイ (SUSANAWATI,S.Pd)