Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN MENGENAI CIRI-CIRI ADAT MINANGKABAU

“AMAN DAN DAMAI SERTA SAIYO SAKATO”

DISUSUN OLEH:

Nama :Jefri Antoni

Nim : 19075026

Mata Kuliah :Budaya Alam Minangkabau

Dosen : Prof.Dr.Agustina M,Hum

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAHAN KELUARGA

PRODI PENDIDIKAN KESEJAHTERHAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020

Ciri dan Adat Orang Minang


1. Aman dan Damai

Bila dipelajari dengan seksama pepatah-pepatah adat Minang, serta fakta-fakta yang
hidup dalam masyarakat seperti masalah perkawinan,sistem kekerabatan, kedudukan tanah
pusaka tinggi, peranan mamak dan penghulu,kiranya kita dapat membaca konsep-konsep hidup
dan kehidupan yang ada dalam pikiran nenek-moyang kita.

Dari konsep-konsep hidup dan kehidupan itu,kita juga dapat memastikan tujuan hidup
yang ingin dicapai oleh nenek-moyang kita.

Tujuan hidup orang Minangkabau:

Bumi Sanang Padi Manjadi

Taranak Bakambang biak

Rumusan menurut adat Minang ini, agaknya sama dengan masyarakat yang aman damai makmur
ceria dan berkah,seperti diidamkan oleh ajaran Islam yaitu; “Baldatun Taiyibatun wa Rabbun
Gafuur“, yang bermakna; Suatu masyarakat yang aman damai dan selalu dalam naungan
ampunan Tuhan.

2. Masyarakat nan “Sakato”

Menurut ketentuan adat Minang, tujuan itu akan dapat dicapai bila dapat disiapkan
prasarana dan sarana yang tepat. Kalau tujuan akan dicapai sudah jelas, yaitu suatu masyarakat
yang aman damai makmur dan berkah , maka kini tinggal bagaimana cara yang perlu ditempuh
untuk mencapai tujuan itu. Kondisi yang bagaimana yang harus diciptakan. Yang dimaksud
dengan prasarana disini adalah manusia-manusia pendukung adat Minang, yang mempunyai sifat
dan watak seperti diuraikan diatas.

Manusia dengan kualitas seperti itulah yang diyakini adat Minang dapat membentuk
suatu masyarakat yang akan diandalkan sebagai sarana (wadah) yang akan membawa kepada
tujuan yang diidam-idamkan yaitu suatu masyarakat yang aman damai makmur dan berkah.
Corak masyarakat idaman menurut kacamata adat Minang adalah masyarakat nan “sakato”.
3. Unsur-unsur Masyarakat nan sakato

Terdapat 4 unsur yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat untuk dapat membentuk
masyarakat nan sakato. Sakato artinya sekata-sependapat-semufakat:

a. Saiyo Sakato

Menghadapi suatu masalah atau pekerjaan, akan selalu terdapat perbedaan


pandangan dan pendirian antar orang satu dengan yang lain sesuai dengan yang lain
dengan pepatah; “kapalo samo hitam, pikiran ba lain-lain”.

Pekerjaan itu akan terkatung-katung. Karena itu harus selalu dicari jalan keluar.
Jalan keluar yang ditunjukkan adat Minang adalah melakukan musyawarah untuk mufakat,
bukan musyawarah untuk melanjutkan pertengkaran. Keputusan boleh bulat (aklamasi)
tapi boleh juga pipih atau picak (melalui voting).

Setiap individu Minang disarankan untuk selalu menjaga hubungan dengan


lingkungannya. Adat Minang tidak terlalu memuja kemandirian (privacy) menurut ajaran
individualisme barat. Adat Minang mengajarkan supaya membiasakan berembuk dengan
lingkungan kendatipun menyangkut masalah pribadi.Dengan demikian adat Minang
mendorong orang Minang lebih mengutamakan “kebersamaan” kendatipun menyangkut
urusan pribadi.

Kendatipun seorang individu Minang menduduki posisi sebagai penguasa seperti


dalam kedudukan mamak-rumah atau pun Penghulu Andiko maka keputusan tidak
mungkin juga diambil sendiri. Karena itu sikap otoriter tidak pernah disukai orang-orang
Minang.

Adat Minang sangat menjunjung persatuan dan kesatuan dalam masyarakat


Minang. Orang Minang yakin tanpa persatuan dan kesatuan itu akan menjauhkan mereka
dari tujuan masyarakat yang ingin dicapai.

Adat Minang akan selalu mencoba memelihara komunikasi dan kemungkinan


berdialog. Karena dengan cara itu segala masalah akan selalu dapat dipecahkan melalui
musyawarah. Orang Minang menganggap penyelesaian masalah diluar musyawarah adalah
buruk.

Dalam mencapai kata sepakat kadangkala bukanlah hal yang mudah. Karena itu
memerlukan kesabaran, ketabahan dan kadangkala terpaksa menguras tenaga. Namun
demikian musyawarah tetap diupayakan.
b. Sahino Samalu

Kehidupan kelompok sesuku sangat erat. Hubungan individu sesama anggota


kelompok kaum sangat dekat. Mereka bagaikan suatu kesatuan yang tunggal-bulat. Jarak
antara “kau dan aku” menjadi hampir tidak ada. Istilah “awak” menggambarkan kedekatan
ini. Kalau urusan yang rumit diselesaikan dengan cara “awak samo awak”, semuanya akan
menjadi mudah.

Kedekatan hubungan dalam kelompok suku ini, menjadikan harga diri individu,
melebur menjadi satu menjadi harga diri kelompok suku. Kalau seseorang anggota suku
diremehkan dalam pergaulan, seluruh anggota suku merasa tersinggung. Begitu juga bila
suatu suku dipermalukan maka seluruh anggota suku itu akan serentak membela nama baik
sukunya.

c. Anggo Tanggo

Unsur ketiga yang dapat membentuk masyarakat nan sakato, adalah dapat
diciptakannya pergaulan yang tertib serta disiplin dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa
setiap anggota masyarakat dituntut untuk mematuhi aturan dan undang-undang, serta
mengindahkan pedoman dan petunjuk yang diberikan penguasa adat.

Dalam pergaulan hidup akan selalu ada kesalahan dan kekhilafan. Kesalahan dan
kekhilafan itu harus diselesaikan sesuai aturan agar ketertiban dan ketentraman selalu
terjaga.

d. Sapikua Sajinjiang

Dalam masyarakat yang komunal, semua tugas menjadi tanggung jawab bersama.
Sifat gotong royong menjadi keharusan. Saling membantu dan menunjang merupakan
kewajiban. Yang berat sama dipikul yang ringan sama dijinjing. Kehidupan antara anggota
kaum, bagaikan air dengan tebing, saling bantu membantu, saling dukung mendukung.

Dengan hal ini diharapkan akan dapat dicapai tujuan hidup dan kehidupan orang
Minang sesuai konsep yang diciptakan nenek moyang orang Minang.

Bumi Sanang Padi Manjadi


Padi Masak Jaguang Maupiah

Anak Buah Sanang Santoso


Taranak Bakambang Biak
Bapak Kayo Mande Batuah
Mamak Disambah Urang Pulo.
4. Apakah pembahasannya mengenai penerapan adat atau pelanggaran adat
Menurut saya dari pembahasan diatas lebih kepada penerapan dari pada
pelanggaran,kenapa saya bisa menyimpulkan begitu,rata-rata orang minangkabau sangat
menghormati adat yang ada mulai dari anak kecil sampai dewasa sudah mengerti apa-apa yang
boleh dan yang tidak dalam adat minangkabau.Misalnya saja dalam pengambilan keputusan
sangat mengutamakan musyawarah,hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan,maka dari itu orang minangkabau sangat lekat dengan musyawarahnya dalam
mengambil keputusan secara bersama-sama.Dan setelah keputusan diambil maka semua orang
diharuskan menjalankan apa yang sudah dimusyawarakan sebelumnya,itulah ciri khas orang
minang selalu mengambil keputusan secara bersama-sama tidak sendiri-sendiri.

5. Kalau penerapan adat, bagaimana selanjutnya menurut Anda


melestarikannya
Dalam penerapannya agar melestarikan sebuah adat harus diajarkan mulai dari kecil
karena anak adalah calon penerus dimasa yang akan datang,jangan pernah melupakan apa yang
sudah diajarkan oleh para pendahulu-pendahulu supaya tidak hilang apa yang sudah
diajarkan,sebagai generasi muda sepatutnya kita juga ikut ambil bagian dalam peranan menjaga
adat minangkabau ini jangan mudah terpengaruh dengan adat Negara luar yang bisa saja
melunturkan adat kita.Intinya selalu jaga nama baik daerah tempat kita tinggal dan adatnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=artikel+yang+membahas+adat+minangkabau+tentang+aman+dan+damai+saiyo+sakato

Anda mungkin juga menyukai