Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL OBSERVASI

KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU SAMIN, KARANGPACE,


KLOPODUWUR

Disusun Oleh:
Rebecca Ratna Paramita
K7412145 / E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai makhluk sosial hidup dalam lingkungan masyarakat yang terdiri dari

berbagai macam ras, suku, agama, dan budaya. Ras merupakan pembedaan manusia secara
fisik. Suku merupakan masyarakat yang mempunyai persamaan pada identitas, seperti
bahasa, budaya, kebiasaan, ciri fisik yang sama, dan gaya hidup yang sama. Kebudayaan
merupakan suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan dalam pikiran
manusia yang ditujukan untuk membantu manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan
diwujudkan dalam pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, dan
seni.
Observasi telah dilakukan di Blora, tepatnya di desa Karangpace, Klopoduwur,
Samin. Di Blora yang diamati adalah masyarakat Samin atau Sedulur Sikep. Pada
kesempatan ini yang menjadi pokok yang diamati adalah penduduk suku samin atau yang
lebih suka disebut dengan sudulur sikep. Masyarakat di wilyaah kabupaten Blora ini sangat
unik. Mereka masih sangat memegang tradisi para leluhur mereka, yang sampai saat ini
masih diturunkan kepada para generasi muda sedulur samin. Namun dengan adanya
perkembangan jaman, sedulur sike samin yang saya amati ini juga menunjukkan perubahan
pola kehidupan sosialnya, yaitu menurut pada aturan Negara yang berlaku tetapi tiidak
meninggalkan tradisi dan budayanya itu.

B.

IDENTIFIKASI MASALAH

Pada latar belakang yang sudah diurai diatas dapat dijabarkan identifikasi masalah sebagi
berikut :
1)

penggambaran umum tentang kondisi kehidupan masyarakat Samin

2)

Kondisi kehidupan sosial masyarakat Samin

C.

PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut maka aspek yang akan diamati haruslah
dibatsai. Semua pembatsan ini berguna untuk memfokuskan aspek yang akan diamati.
Sehingga pada akhirnya akan diperoleh hasil yang labih maksimal dan sesuai apa yang
terdapat dalam wilayah yang sedang diobservasi. Cakupan masalah yang diamati dalam
observasi saat ini adalah kehidupan sosial masyarakat Samin..

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah dapat
dieroleh rumusan sebagai berikut :
a.

Bagaimana deskripsi singkat masyarakat Samin?

b.

Bagaimana kondisi kehidupan sosial masyarakat Samin?

E. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui deskripsi singkat daerah suku Samin


Untuk memahami konsep sosial dalam masyarakat dan pada masyarakat Samin

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian
Observasi ini dilakukan di Suku Samin, dukuh Karangpace, desa Klopoduwur , Kabupaten
Blora, Jawa Tengah.
2. Tema Penelitian
Observasi ini difokuskan pada tema kehidupan sosial di Suku Samin, dukuh Karangpace,
desa Klopoduwur , Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
3. Sumber Data

Data Primer

Data primer di sini maksudnya adalah pengambilan data dengan wawancara. Wawancara
telah dilakukan dengan narasumber yaitu Bapak para sesepuh dan beberapa masyarakat suku
Samin.

Data Sekunder

Data sekunder berupa sumber tertulis yaitu sumber di luar wawancara yang dikategorikan
sebagai sumber data kedua. Sumber data tertulis dalam penelitian yang ini adalah buku-buku
dan sumber internet yang berkenaan dengan observasi ini.
4. Studi Pustaka
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelusuran dan penelaah literature. Kegiatan
ini dilakukan untuk mencari sumber data sekunder yang mendukung penelitian dengan
menggunakan bahan-bahan dokumentasi, baik berupa buku, majalah maupun arsi-arsip
lainnya yang mendukung observasi.

BAB III
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
Masyarakat Samin mempunyai norma tersendiri yang digunakan dalam menjalin
kehidupan bersama. Norma-norma tersebut diturunkan nenek moyang. Sampai sekarang
norma tersebut masih dipertahankan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu norma yang dapat dicontoh adalah norma kejujuran. Masyarakat Samin mengedepankan
kejujuran yang dapat dilihat dari perkataan maupun perbuatan.
Selain kejujuran juga terdapat kebersamaan. Kebersamaan ini bisa dilihat dari
penyambutan tamu yang berkunjung ke masyarakat samin. Dalam penyambutan tamu,
mereka bersikap ramah-tamah dan memberikan jamuan berbagai macam makanan
tradisional. Selain itu dalam masyarakat Samin, terdapat norma mengenai pernikahan.
Pernikahan yang boleh dilakukan hanya sekali seumur hidup, artinya tidak ada cerai dan
polygami. Tetapi apabila salah satu pasangan telah meninggal maka diperbolehkan untuk
menikah lagi.
Norma-norma umum seperti larangan berjudi, larangan mencuri dan norma norma
lainnya masih tetap berlaku di masyarakat samin. Bahkan melekat kental dalam diri mereka.
Apabila ada yang melanggar aturan-aturan dan norma, sanksi yang diberikan berupa teguran
agar orang yang melanggar tidak mengulang perbuatan itu lagi. Seseorang yang melanggar
norma akan mendapat teguran dari warga lain. Meskipun daya ikat sanksi tergolong rendah
namun selama ini masyarakat Samin menaati dan memegang teguh norma-norma yang ada.
Di masyarakat Samin terdapat kelompok sosial in-group. Kelompok sosial in-group
yang ada dalam masyarakat Samin adalah anggapan dari mereka sendiri, bahwa kelompok
mereka adalah kelompok tersendiri yang berbeda dengan masyarakat luar. Artinya, mereka
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat Samin dan menganggap
masyarakat luar tidak sama dengan mereka karena pandangan hidup mereka yang berbeda.
Namun masyarakat samin tidak menutup diri mereka dengan masyarakat luar. Dalam hal
bersosialisasi mereka tidak menutup diri dengan masyarakat luar. Akan tetapi, dalam
melakukan komunikasi dengan masyarakat luar mereka cukup kesulitan karena adanya
sedikit perbedaan bahasa dan pemahaman.

Pada masyarakat Samin sebenarnya apabila dilihat lebih mendalam tidak ada institusi sosial
karena mereka menganggap semuanya adalah sama. Bila digambarkan, suku samin adalah
masyarakat di dalam masyarakat. Meskipun mereka tidak mempunyai institusi, namun
apabila terdapat peraturan ataupun kebijakan dari institusi yang ada di luar masyarakat
mereka, mereka mengikuti peraturan atau kebijakan tersebut.

B. PEMBAHASAN
Samin artinya sami-sami ing dumadi, yang maksudnya adalah kelompok orang
yang senasib dan sepenanggungan. Masyarakat Samin terdiri dari 65 kepala keluarga (KK).
Masyarakat Samin pada umumnya lebih suka dipanggil sebagai Sedulur Sikep. Di dalam
masyarakat Samin, yang menjadi ketua adalah dirinya sendiri, yaitu hati mereka sendiri yang
mana hati dapat mengatur segala tindakan mereka dengan diimbangi dengan ketulusan dan
pemikiran yang jernih. Namun mereka tetap mengakui adanya pemerintah. Mereka tetap
mengakui bahwa mereka merupakan bagian dari negara Indonesia.
Anak-anak di masyarakat Samin, Krangpace, Klopoduwur ini juga sudah memiliki
tingkat pendidikan seperti anakl lain, yaiitu bersekolah hingga jenjang sekolah menengah.
Sekarang ini, karena sudah mengikuti perkembangan jaman yang modern, masyarakat Samin
telah menganggap bahwa pendidikan itu penting bagi kehidupan masa mendatang para
penerusnya. Para pemudanya pun juga hampir sama dengan masyarakat kota pinggiran
ataupun desa yang milai modern karena mereka juga ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan
di sukunya. Misalnya jika ada hajatan maka mereka juga akan hadir untuk membantu yang
punya hajat dengan menjadii sinoman. Inii juga merupakan wujud dari sikap soaial saling
membantu di antara para anggota masyarakatnya. Mereka juga belum banyak yang bekerja
secara merantau tetapi masih ikut bekerja bersama orang tuanya untuk meneruskan
mengelola lahan dan ternaknya.
Penduduk suku samin, mayoritas memeluk agama Islam. Mereka sangat menjunjung
tinggi pula ajaran islam. Mereka sangat menaati segala ajaran islam. Selain ajaran islam yang
mereka anut, mereka juga menaati peraturan-peraturan di suku mereka. Namun mereka
mengakui adanya lintas agama, yang mana semua agama yang baik akan diterima dengan
baik oleh mereka, asal sama-sama patuh terhadap satu Tuhan yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Peraturan atau ajaran itu akan dicantumkan oleh penulis pada halaman lampiran.

Mobilitas sosial antargenerasi masyarakat Sedulur Sikep tidak terlalu terlihat. Karena
hampir semua Sedulur Sikep bermata pencaharian sebagai petani. Secara pendidikan pun
mereka tidak ada yang menempuh pendidikan secara formal. Bagi mereka sekolah adalah
belajar, sedangkan belajar bagi mereka adalah proses penanaman nilai-nilai dan orang tua
menganggap nilai-nilai kehidupan tersebut cukup dipelajari langsung dari orang tua mereka.
Orang tua juga percaya bahwa alam akan menjadi guru bagi mereka. Pembelajaran bagi
mereka adalah cara bertahan hidup yaitu sebagai petani yang membuat mereka tidak perlu
mempelajarinya di sekolah formal. Sehingga dilihat dari pekerjaan dan pendidikan tidak ada
perbedaan yang menonjol antara orang tua dengan anakknya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Sedulur Sikep mengalami mobilitas sosial horizontal antargenerasi.
Dalam mempertahankan budayanya, pergerakan Sedulur Sikep patut diacungi jempol.
Mereka benar-benar kuat dalam berupaya mempertahankan kebudayaan yang selama ini
mereka miliki. Seperti kecintaan mereka terhadap alam yang benar-benar mereka tunjukkan.
Mereka berupaya untuk tetap melestarikan alam yang selama ini menjadi sumber
penghidupan mereka. Mereka juga sangat mengedapankan budaya gotong royong yang
menjadi dasar kebersatuan masyarakat mereka. Apabila ada pekerjaan dari salah satu
warganya, maka mereka akan salaing membantu dan bergotong royong menyelesaikannya.
Seperti saat itu, mereka sedang membangun sebuah jalan menuju prapatan. Prapatan adalah
tempat di mana makam para leluhur mereka dikeramatkan. Dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat suku Samin menggunakan bahasa Jawa halus, dan jika bertemu dengan
masyarakat luar sukunya ia akan menggunakan bahasa jawa ngoko untuk berinteraksi dengan
mereka. Mereka juga memiliki tradisi yaitu setiap malam Selasa Suro kliwon yaitu
berkumpul bersama dalam sebuah pendopo untuk bersama-sama ngudo roso lan angon roso
dewe-dewe. Di sana mereka bersama-sama instropeksi diri agar selalu di jaga hatinya dari
perbuatan-perbuatan yang tidak benar.
Masyarakat Samin dikenal dengan keluguan, kejujuan dan apa adanya, tidak berbuat
aneh-aneh dan selalu mentaati peraturan. Pakaian orang Samin biasanya terdiri dari baju
lengan panjang , berwarna hitam. Menurut sesepu mereka, warna hitam artinya adalah setiap
manusia itu memiliki dosa. Tidak ada yang luput dari dosa sehingga dilambangkan dengan
warna hitam yang berarti kotor. Laki-laki memakai ikat kepala. Sekalipun masyarakat
Samin berusaha mempertahankan tradisi namun tidak urung pengaruh kemajuan zaman juga
mempengarui mereka. Misalnya, pemakaian traktor dan pupuk kimiawi dalam pertanian, alat
rumah tangga dari plastik, aluminium, dan lainnya. Yang diharapkan tidak hilang terpupus

zaman adalah nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang telah ada pada masyarakat Samin
tersebut, misalnya kejujuran, dan kearifan dalam memakai alam, semangat gotong-royong
dan saling menolong yang masih tinggi.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Masyarakat Samin tergolong masyarakat yang masih sangat sederhana. Dalam masyarakat
yang masih sangat sederhana. Sedulur sikep mempunyai perilaku yang sebenarnya tidak
berbeda dengan masyarakat lainnya, hanya mereka masih menjunjung tradisi yang diturunkan
secara turun temurun oleh nenek moyangnya sangat kuat melekat dalam diri setiap
masyarakat samin dan dengan guru mereka yaitu hati mereka sendiri. Masyarakat Samin juga
masih sangat mengedepankan nilai-nilai leluhur mereka yang hingga sekarang ini masih
sangat kental dengan adat. Budaya gotong royong bagi mereka merupakan dasar dari
kesatuan sosial masyarakatnya. Penduduki masyarakat Samin bergerak di bidang agraris yang
mana tanah sebagai sumber penghidupannya, mereka kelola dan rawat bersama. Meskipun
tergolong sangat sederhana dan masih kuat dengan adat, tetapi mereka juga tidak menentang
aturan yang ada di Indonesia. Mereka mengakui bahwa mereka merupakan bagian dari satu
kesatuan sosial bangsa Indonesia. Sehingga mereka juga sudah menaati dan melaksanakan
peraturan Negara. Hal ini terbukti bahwa mereka mempunyai peraturan suku Samin yang
berbunyi ora nerak Negara yang artinya tidak menentang Negara.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai