Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan budaya Indonesia memiliki keragaman yang penuh makna, nilai, kualitas

artistik serta berbagai muatan lokal lainnya. Kebudayaan Indonesia terbentuk salah

satunya dari berbagai akibat penjajahan, perdagangan, misionaris, dan sebagainya.

kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia. Hal ini terjadi karena

kurangnya informasi secara nyata baik lisan maupun melalui media-media lainnya.

Budaya merupakan aset negeri yang bernilai tinggi, yang perlu dipertahankan

kelestariannya. Selain itu juga perlu dilakukan kajian dan penggalian yang matang akan

nilai-nilai positif yang dimiliki. Tujuannya agar masyarakat lebih mencintai dan dapat

mempertahankan dari kepunahan. Kebudayaan di Indonesia sangat melekat pada semua

masyarakat tanah air yang sudah lama menetap di Indonesia. Masyarakat Indonesia

merupakan masyarakat majemuk dan plural.

Gerakan samin adalah salah satu gerakan sosial yang penting bukan hanya di jawa

melainkan juga di negara Indonesia. Begitu menariknya gerakan samin banyak ahli yang

meneliti tentang gerakan samin. Gerakan atau ajaran Samin bermula pada masa penjajahan

di awal abad ke-19 munculnya gerakan Samin dipicu oleh tindakan penjajahan Belanda

yang terus menerus menekan kehidupan masyarakat. Gerakan Samin pertama kali pada

saat Raden Surowidjojo memiliki tujuan yaitu menegakkan keadilan bagi rakyatnya dari

penindasan pemerintah Kolonial Belanda. Dalam mengawali perjuangan Raden

Surowidjojo mengumpulkan para pemuda yang mau berjuang bersama-sama dan

menyebut pergerakan kerakyatan tersebut dengan “Tiyang Sami Amin” atau kemudian

dikenal dengan sebutan Samin. Perjuangan Raden Surowidjojo harus berhenti pada tahun

1
1859 tetapi, bukan berarti perjuangan gerakan kerakyatan berhenti sebaliknya pergerakan

Samin semakin berkembang dan meluas khusunya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Raden

Surowidjojo memiliki putera yang kemudian dikenal dengan naman Samin Surosentiko.

Surosentiko lahir di Desa Ploso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada tahun 1859. Samin

Surosentiko diambil dari nama ayahnya Raden Surowidjojo yang dikenal sebagai “Samin

Sepuh” sedangkan Surosentiko diambil dari adat istiadat Jawa. Suro adalah nama bulan

pertama dalam penanggalan Jawa. Sentika arau Santika berasal dari bahasa Jawa Kawi.

Samin Surosentiko bertahan dan melanjutkan perjuangan dalam menyebarkan ajaran

Samin. Samin Surosentiko mengingatkan untuk senantiasa bersikap pasrah, semeleh,

sabar, narimo ing pandum. Samin Surosentiko hidup layaknya rakyat kecil yang jauh dari

kemewahan. Filosofi hidup yang sederhana serta penuh keadilan dan kebijaksanaan

membuat Samin Surosentiko mudah mendapat pengikut. Dalam ajaran Samin dikenal

sebagai “Agama Adam” yang memiliki keyakinan bahwa ada hubungan yang sangat era

antara bumi dengan manusia. Pengikut Samin menghormati, menghargai, dan memuja

kesuburan tanah pertanian.

Penelitian dilakukan di Suku Samin yang terletak di Dusun Jepang Desa Margomulyo

Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Menurut Tashadi (dalam Purwantini

dkk, 2000: 9) Samin itu sendiri termasuk etnis jawa yang memiliki paham Manunggaling

kawulo gusti. Paham tersebut dapat diartikan sebagai pandangan yang menitikberatkan

pada melekatnya sifat-sifat ketuhanan pada diri manusia. Pada dasarnya paham ini

menekankan untuk mengajarkan orang berbuat baik, bekerja keras dan sabar serta

meninggalkan segala sifat-sifat keburukan. Di sisi lain, dalam dialek bahasa sehari-hari,

orang samin cenderung tegas. Artinya, ketika berbicara orang harus mengatakan apa

adanya, tidak usah macam-macam, dan disini lebih menekankan pada upaya untuk

2
mengutarakan suatu maksud harus sesuai dengan keadaan sebenarnya. Lebih lanjut, sikap

maupun tingkah laku mereka cenderung polos, lugu dan mudah tersinggung.

Dalam adat perkawinan masyarakat Samin yang berlaku adalah endogomi yakni

pengambilan dari dalam kelompok sendiri dan menganut prinsip monogomi. Dalam pola

perkawinan ini yang ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya (bojo siji kanggo

saklawase. Dalam ajaran Samin perkawinan merupakan alat untuk meraih keluhuran budi

yang seterusnya untuk menciptakan Atnaja Tama (anak yang mulia). Sebagai landasan

berlangsungnya perkawinan adalah kesepatan antara laki-laki dan perempuan.

Kesepakatan merupakan ikatan mutlak dalam adat perkawinan masyarakat samin. Adapun

tahapan perkawinan model Samin meliputi nyumuk, ngendek, nyuwito, diseksekno, dan

tingkep (Prayudi dkk:2016: 95-101).

Dari kenyataan tersebut, masuk akal bilamana orang luar menganggap suku Samin

maupun keturunannya tergolong unik. Disamping itu dapat dilihat bahwa masyarakat

Samin memiliki batas-batas yang kuat, dengan memungkinkan interaksi minimal dengan

orang luar (Abd. Syukur Ibrahim dalam Sri Wiryanti & Laksono, 2010: 4).

David Chaney (Ibrahim. 1996:40) mengatakan bahwa gaya hidup merupakan ciri dari

dunia modern atau yang biasa juga disebut modernitas. Laju modernisasi dan

pembangunan di segala bidang, menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup yang pesat

di berbagai sektor kehidupan masyarakat yang dahsyat akhir-akhir ini. Pergeseran nilai

sosial budaya, ekonomi dan politik, telah memporak-porandakan sejumlah besar nilai

tradisional yang dahulu merupakan simpul kekuatan yang mengantarkan masyarakat

mencapai bertahan dari waktu ke waktu (Koentjaraningrat, 2005:15).

Seperti dahulu, masyarakat Samin mempunyai ciri-ciri cara berpakaian serba hitam

bagi pria mereka menggunakan baju hitam dan memakai celana pendek, dan bagi wanita

memakai kebaya. Namun sekarang ini ciri-ciri khas tersebut sudah di tinggalakan

3
khususnya generasi muda komunitas Samin disebabkan masyarakat Samin mulai

membuka kebudayaan luar itu terbukti adanya keterbukaan pengalaman antara masyarakat

Samin dengan penduduk yang notabene sudah modern, dengan adanya keterbukaan

tersebut maka mau tidak mau nilai-nilai, norma-norma baru masuk di dalam komunitas

Samin. Akibat adanya keterbukaan masyarakat samin menimbulkan perubahan gaya hidup

yang ada dalam masyarakat samin dan mulai masuknya barang-barang modern lainnya

seperti: sepeda montor, tv, handphone, dan alat-alat pertanian yang canggih seperti traktor,

mesin penggiling padi, dan jagung.

Perubahan gaya hidup di era modern pada masyarakat Samin bisa dilihat dari bangunan

rumah masyarakat Samin sudah menyerupai rumah masyarakat lainnya. Begitu pula

dengan kemajuan teknologi juga sudah banyak yang mengakses. Seperti halnya di bidang

pertanian, masyarakat sudah banyak yang menggunakan mekanisasi pertanian. Sebagian

masyarakat sudah ada pula yang memiliki kendaraan bermotor. Sebagian masyarakat

Samin sudah ada yang mengenyam pendidikan formal, bahkan ada pula yang sudah lulus

menjadi sarjana dan mengabdikan diri untuk membangun desanya. Ada pula perubahan

dari sisi ketertiban administrasi sebagai penduduk, masyarakat Samin memiliki KTP yang

didalamnya memuat agama mereka yaitu agama Islam. Meskipun pada prakteknya

sebagian masyarakat Samin masih memegang teguh ajaran agama Adam, namun ada pula

yang sudah memeluk agama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan syari'at Islam.

Seiring terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat samin tanpa disadari identitas

Samin yang dahulu sangat khas dibandingkan dengan masyarakat lain baik secara

berpakaian, bentuk-bentuk, pola mata pencaharian bicara (Bahasa), adat istiadat, nilai-

nilai, norma-norma, bahkan agama pun mengalami perubahan atau pergeseran yang

sekarang ini telah menjadi seperti masyarakat pada umumnya (masyarakat non-Samin).

Masyarakat berada dalam proses perubahan, bergerak secara dinamis mengikuti pola

4
tertentu berdasarkan faktor-faktor yang melingkupinya antara lain keterbukaan

pengalaman dan ide baru, beroerientasi pada masa sekarang dan masa depan, dan

mempunyai kesanggupan merencanakan (Jamaludin, 2016: 57-58). Hal yang seperti itu

telah terjadi pada masyarakat di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan

Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin meneliti tentang perubahan gaya hidup

masyarakat Samin. Dengan alasan tersebut maka peneliti mengambil judul “Perubahan

Gaya Hidup Masyarakat Samin Dalam Era Modern (Studi Di Dusun Jepang Desa

Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

Bagaimana bentuk perubahan gaya hidup masyarakat Samin dalam era modern di Dusun

Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk perubahan

gaya hidup masyarakat samin dalam era modern di Dusun Jepang Kecamatan

Margomulyo Kabupaten Bojonegoro.

5
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapatkan memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya

wawasan sosiologi tentang teori modernitas dalam bentuk perubahan gaya hidup

masyarakat dalam era modern.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran tentang perubahan gaya hidup

masyarakat dalam era modern khusunya masyarakat Samin di Dusun Jepang

Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro.

1. Manfaat bagi Penulis

Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa

tambahan pengetahuan, pengalaman, wawasan kepada penulis dan sebagai

implementasi ilmu yang telah didapat dibangku kuliah serta untuk mengetahui kondisi

yang sebenarnya dalam Perubahan gaya hidup masyarakat samin dalam era modern.

2. Manfaat bagi Masyarakat Samin

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan, kontribusi positif

dan pertimbangan bagi Perubahannya gaya hidup masyarakat Samin untuk memperkuat

hasil penelitian tersebut pada perubahan gaya hidup masyarakat samin dalam era

modern.

6
3. Manfaat bagi Program Studi Sosiologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa

dalam penulisan skripsi maupun penulisan selanjutnya, terkait analisis tentang

perubahan gaya hidup dalam era modern sosiologi perubahan sosial atau sosiologi

struktur sosial.

1.5 Definisi Konseptual

1.5.1 Perubahan

Perubahan adalah peralihan keadaan yang sebelumnya, perubahan tersebut tidak

hanya berupa keadaan saja melainkan bisa berupa perubahan pola pikir, dan perilaku

suatu masyarakat (KBBI. Irsyad, 2017).

1.5.2 Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam

bentuk aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri

seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menunjukkan

bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana

mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-

harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya(Kotler, 2002).

1.5.3 Masyarakat Samin

Masyarakat Samin merupakan kelompok yang memiliki karakteristik tersendiri.

Umumnya keunikan Samin terletak dipenggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-

harinya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa ngoko kasar disertai perumpaan.

Keunikan lainnya pada sikap maupun tingkah laku orang Samin yang mengedepankan

7
pada sifat kejujuran dan melarang untuk berbuat bohong, mencuri, dan berzina.

(Andrik Purwasito dkk, 2003: 59).

1.5.4 Masyarakat Modern

Alex inkeles dan David Smith mengemukakan bahwa manusia modern dapat

digambarkan sebagai manusia yang mau menerima keterbukaan terhadap pengalaman

dan ide baru, mempunyai kesanggupan merencanakan, berorientasi pada masa sekarang

dan masa depan, dan percaya bahwa manusia bisa menguasai alam (Jamaludin, 2016:

57-58).

1.6 Metode Penelitian

Conny (2017: 5) mengatakan bahwa, penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan

yang bersifat terencana, terstruktur, sistematis, dan memiliki tujuan tertentu secara teoritis

maupun praktis. Dikatakan sebagai “kegiatan ilmiah” karena penelitian merupakan aspek

ilmu pengetahuan dan teori. “Terencana” karena penelitian harus direncanakan dengan

memperhatikan waktu, dana, dan aksesibilitas terhadap tempat dan data.

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut, Krik dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan pengistilahannya (Moleong, 2004: 4).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu proses memahami masalah sosial atau manusia berdasarkan penciptaan

gambaran secara holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan

8
pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam latar ilmiah. Serta data yang

dikumpulkan berupa kata-kata atau kalimat atau gambar atau tabel.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif merupakan bentuk tata cara menghasilkan data deskriptif analisis yaitu isi

yang dinyatakan tertulis atau lisan dan bentuk perilaku yang nyata, teliti yang dipelajari

sebagai suasana yang asli atau utuh, penelitian deskrptif kualitatif studi kasus focus

mengarah ke pendeskripsian secara terpeerinci lebih mendalam potret dan situasi apa

yangs selama kondisi terjadi di lapangan. (Sutopo, 2002: 112)

Nawawi (2007: 67) menjelaskan tentang metode deskriptif yang dapat diartikan

tentang sebagai prosedur pemecahan masalah yang menyelidiki dengan gambaran atau

lukisan tari keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, Lembaga, masyarakat

dan lain-lain) dan saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang menampak, atau

sebagaimana adanya (Darmadi, 2014: 185). Jadi, melalui penelitian ini, peneliti akan

mendeskripsikan fenomena sejarah dan kondisi perubahan gaya hidup masyarakat

menjadi modern yang mampu mengubah kualitas hidup masyarakat setempat di dusun

Samin termasuk mengikuti zaman masyarakat pada umumnya.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul “Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Samin Dalam

Modern” merupakan sebuah kajian penelitian yang dilakukan di Dusun Jepang Desa

Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Penentuan lokasi di

dusun jepang desa Margomulyo Kecamatan Kabupaten Bojonegoro karena suku samin

berada diwilayah ini semakin memudar.

9
1.6.3 Sumber Data

Sumber perolehan data penelitian ini menggunakan sumber data primer. Data primer

yaitu data yang diperoleh lansung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama

kalinya. Dalam penelitian ini data primer diperioleh langsung dari hasil observasi

maupun wawancara tentang bagaimana perubahan gaya hidup masyarakat Samin

dalam modern di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo

Kabupaten Bojonegoro.

1.6.4 Penentuan Subjek Penelitian

Salah satu dalam melakukan penelitian adalah menentukan subjek penelitian. Subjek

penelitian adalah pihak-pihak yang akan dijadikan sampel dalam penelitian sampel

yang digunakan oleh penulis adalah Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan atau penentuan sampel dengan cara

mempertimbangkan beberapa aspek tertentu yang bisa dipandang memiliki sangkut

paut terhadap penelitian yang dilakukan agar mendapatkan informasi yang akurat

(Sugiyono, 2012:61).

Adapun subjek prnrlitian dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah pelaku

dari perubahan gaya hidup masyarakat Samin dalam era modern Dusun Jepang Desa

Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro, antara lain:

a. Tokoh dan sesepuh komunitas samin anggota dari pergerakan ajaran Samin

b. Keturunan dari salah satu tokoh sepuh pergerakan ajaran Samin

c. Msyarakat asli dan pendatang dari Dusun Jepang, Desa Margomulyo,

Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.

10
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam pengumpulan data penelitian kualitatif ini memakai observasi

partisipan. Dalam observasi partisipatin peneliti tidak hanya menjadi pengamat

pasif, peneliti juga berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Robert K. Yin, 2012:

114-115). Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui berbagai kegiatan

sehari-hari masyarakat samin agar mengetahui gaya hidup masyarakat samin dalam

masyarakat modern. Pengamatan dilakukan dengan mengamati gaya hidup

masyarakat samin di Dusun jepang Kecamatan Margomulyo Desa Margomulyo

Kabupaten Bojonegoro.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan

dengan informan yang sesuai dengan ketentuan peneliti untuk mendapatkan

infomasi dan data sesuai kebutuhan penelitian, sehingga data yang didapat teruji

validitasnya. Isi dari wawancara menggambarkan situasi saat melakukan wawancara

dengan responden. Isi wawancara tidak sesuai akan mempengaruhi wawancara yang

dilakukan.

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara open ended.

Wawancara open ended dimana peneliti dapat bertanya kepada subjek peneliti

tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opnini mengenai peristiwa yang ada

(Robert, 2012 : 108-112).

11
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan beberapa subjek

penelitian yaitu tokoh masyarakat Samin di Dusun Jepang Kecamantan

Margomulyo Desa Margomulyo Kabupaten Bojonegoro dengan prinsip snowball

dan data yang didapatkan teruji kevaliditasnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung diajukan

oleh subjek penelitian. Data yang dikumpulkam dalam dokumentasi mendukung

setiap topik penelitian studi kasus dan dokumen yang relevan sangat penting dalam

pengumpulan data studi kasus (Robert K. Yin, 2012: 103-105). Dengan melakukan

dokumentasi untuk melengkapi hasil pencarian data dari sebuah wawancara agar

nantinya data yang dicari terbukti kebenarnya, yaitu dapat melalui foto sehingga

dokumentasi tersebut jelas bahwa terjadi dan dilakukannya.

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa hasil dari observasi berupa foto dan

hasil wawancara masyarakat Samin di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan

Margomulyo Kabupaten Bojonegoro untuk menunjukan bahwasanya telah

dilakukan penelitian yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup dalam masyarakat

Samin dalam modern.

1.6.6 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data-data bukan

angka tetapi, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Teknik analisa data yang digunakan

adalah analisis data model Miles dan Hubermain (1984), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam

12
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification

(Sugiyono, 2012: 246).

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Menurut Milles

dan Hubberman, reduksi data merupakan suatu kegiatan proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

mentah didapat dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Dalam mereduksi data,

semua data lapangan sekaligus dianalisis, direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal

pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya, sehingga disusun

secara sistematis dan lebih mudah dikendalikan.

2. Display Data (Penyajian Data)

Dengan mendisiplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut. Menurut Miles dan Huberman, bahwa penyajian data dimaksudkan untuk

menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pcngambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian

ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah

diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi yang kompleks

menjadi sederhana namun selektif.

Data yang disajikan dalam penelitian adalah data yang sebelumnya sudah

dianalisis yang dilakukan masih berupa catatan untuk kepentingan peneliti sebelum

disusun dalam bentuk laporan. Di dalam penelitian ini, data yang didapat berupa

kalimat, kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian data

13
merupakan sekumpulan informasi yang tersususn secara sistematis yang

memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan. Dengan kata lain, proses

penyajian data ini merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis dalam

rangka memperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan penelitian

3. Clonclusion Drawing (Verification)

Dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung tahap pengumpulan data berikuitnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan [ada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid konsisten saat

peniliti kembali dilapangan maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan kredibel.

Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)

Pengumpulan
Penyajia
Data
n Data

Reduksi

Data

Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi

Sumber: Miles dan Hurbeman

14
1.6.7 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian

data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” anatara data yang dilaporkan oleh

peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono,

2012:267).

Model triangulasi artinya klarifikasi dengan berbagai sumber yang dilakukan

dengan mencari data-data lain sebagai pembanding, mencari informasi lebih lanjut.

Triangulasi dapat dilakukan pada aspek metode dan pada aspek teori dimana dalam

triangulasi metode dilakukan peninjauan ulang metode yang telah digunakan seperti

dokumentasi, observasi dan catatan lapangan dan pada triangulasi teori dilakukan

dengan menggunakan teori lain sebagai metode validitas (Endraswara, 2009: 224).

Menurut William Wiersma (1986), triangulasi dalam pengujian kredibilitas

ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,

dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi

teknik pengumpulan data dan waktu (Sugiyono, 2012: 273).

Triangulasi Teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya

data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi dan dokumentasi.

Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang

berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data

yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang benar. Atau

mungkin semua benar, karena sudut pandanganya berbeda-beda (Sugiyono, 2012:

274).

15
Perencanaan penelitian ini, memakai triangulasi teknik pengumpulan data

dari observasi, wawancara, dan dokumen yang terus disesuaikan satu sama lain

untuk mendapatkan data yang valid tentang perubahan gaya hidup masyarakat

samin.

16

Anda mungkin juga menyukai