Anda di halaman 1dari 22

MASYARAKAT SAMIN

SITI MUSLIFAH
DOSEN SASTRA JAWA - KELUARGA
ALUMNI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
• Bersumber pada buku: “masyarakat samin,
siapakah mereka?”
• Penerbit: NARASI jogjakarta 2003
• Pengarang: R.P.A. Soerjanto sastroatmodjo
Masyarakat samin
Masyarakat ini adalah keturunan para
pengikut Samin Surosentiko, di mana mereka
mengobarkan semangat perlawanan terhadap
Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan.
Bentuk yang dilakukan adalah menolak
membayar pajak, menolak segala peraturan
yang dibuat pemerintah kolonial. Samin sendiri
juga mengisolasi diri hingga baru pada tahun '70-
an, mereka baru tahu Indonesia telah merdeka.
Persebaran dan pemukiman

Kelompok Samin ini tersebar sampai Jawa Tengah,


namun konsentrasi terbesarnya berada di kawasan Blora,
pati, kudus dan Bojonegoro. Namun ada juga yang diJawa
Timur yaitu ngawi.
Pemukiman masyarakat Samin biasanya
mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah agar
memudahkan untuk berkomunikasi. Rumah tersebut
terbuat dari kayu terutama kayu jati dan juga bambu,
jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan
rumah relatif luas dengan bentuk limasan, kampung, atau
joglo.
Latar belakang munculnya masyarakat
samin
• Masyarakat Samin adalah para pengikut R.
Kohar (Samin Soerontiko) yang juga lazim
disebut dengan istilah sedulur sikep, Samin
Soerontiko adalah keturunan salah satu
bangsawan Majapahit yang karena alasan
tertentu memutuskan meninggalkan gemerlap
dunia kebangsawanan.Samin Surosentiko lahir
pada tahun 1859, di Desa Ploso Kedhiren,
Randublatung Kabupaten Blora.
Ajaran masyarakat samin
Paham Saminisme dinamakan "Agama Nabi
Adam". Ajaran Saminisme yang terwariskan hingga kini
sebenarnya mencuatkan nilai-nilai kebenaran,
kesederhanaan, kebersamaan, keadilan, dan kerja
keras.
Ajaran Samin ada 3 yaitu:
• 1. Angger-angger pangucap (hukum bicara)
• 2. Angger-angger pratikel (hukum tindak tanduk)
• 3. Angger-angger lakonono (hukum perihal yang
perlu dijalankan).
• 1. Angger-angger Pangucap

berbunyi Pangucap saka lima bundhelane ana pitu


lan pangucap saka sanga bundhelane ana pitu.
Sebuah hukum yang bermakna bahwa warga harus
meletakkan pembicaraannya di antara angka lima, tujuh
dan sembilan. Angka-angka tersebut hanyalah simbolik
semata.
Sementara yang menjadi nilai dari hukum ini
adalah bahwa warga harus memelihara lisannya dari
segala kata-kata yang tidak senonoh atau kata-kata yang
menyakitkan orang lain yang mengakibatkan hidup
manusia ini tidak sempurna.
2. Angger-angger pratikel
• Angger-angger Pratikel berbunyi aja dengki
srei, tukar padu, dahpen kemeren, aja kutil
jumput lan mbedog colong.
• Maksudnya warga dilarang berhati jahat,
berperang mulut, iri hati pada orang lain, dan
dilarang mengambil milik orang.
3. Angger-angger lakonana

• Angger-angger Lakonana berbunyi Lakonana


sabar trokal, sabare dieling-eling, trokale
dilakoni.
• Sebuah hukum yang bermakna bahwa warga
harus ingat pada kesabaran dan berbuat
bagaikan orang mati dalam hidup.
Konsep ajaran Samin
Pengikut ajaran Samin mempunyai 6 ajaran yaitu :
1. Tidak bersekolah

2. Tidak memakai peci, tetapi memakai iket yaitu semacam kain yang diikatkan
dikepala mirip orang Jawa zaman dahulu.

3. Tidak berpoligami

4. Tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut

5. Tidak berdagang

6. Penolakan terhadap kapitalisme.


Sikap

Walaupun masa penjajahan Belanda dan


Jepang telah berakhir, orang Samin tetap menilai
pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. Oleh
karen itu, ketika menikah mereka tidak
mencatatkan dirinya baik di Kantor Urusan
Agama/(KUA) atau di catatan sipil. Secara
umum, perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat
jujur dan polos tetapi kritis.
Bahasa

Bahasa Samin adalah melalui bahasa Jawa


ngoko kasar dan sering disertai
samepa(perumpamaan). Bagi mereka
menghormati orang lain tidak dari bahasa yang
digunakan tapi sikap dan perbuatan yang
ditunjukkan.
Upacara tradisi dan Kesenian

Upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain:


1. Nyadran (bersih desa)
2. Tradisi slamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu, kehamilan,
kelahiran, khitan, perkawinan dan kematian. Mereka melakukan tradisi
tersebut secara sederhana.

Adapun kesenian mereka yaitu:


1. Tari tayub merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat
Bojonegoro dan sekitar. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria
dengan diiringi gamelan dan tembang-tembang Jawa yang
dilantunkan oleh Waranggono yang syairnya syarat dengan petuah
dan ajaran.
2. Wayang tengul adalah kesenian wayang khas Bojonegoro dalam
bentuk 3 dimensi dengan diiringi gamelan pelog atau slendro.
Mata Pencaharian

Sebagian besar masyarakat Samin sekarang ini


adalah petani. Pandangan terhadap lingkungan
sangat positif, mereka memanfaatkan alam misalnya,
mengambil kayu secukupnya saja tidak pernah
mengeploitasi.
Hal ini sama sesuai dengan pikiran masyarakat
Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan, dan
apa adanya.
Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya
tanah memberi kehidupan bagi mereka. Sebagai
petani tradisional maka tanah mereka perlakukan
sebaik-baiknya.
Teknologi

Masyarakat samin menggunakan


alat-alat yang sudah mulai ada
kemajuan. Misalnya, pemakaian traktor
dan pupuk kimiawi dalam pertanian,
alat rumah tangga dari plastik,
aluminium, dan lainnya. Jadi dapat
dibilang untuk teknologi mereka tidak
ketinggalan jaman.
Pakaian

Pakaian orang Samin biasanya berupa


baju lengan panjang tanpa kerah, berwarna
hitam. Laki-laki memakai ikat kepala.
Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya
lengan panjang, berkain sebatas di bawah
tempurung lutut atau di atas mata kaki.
Masyarakat samin kaitannya dengan
pariwisata
Wisata Kampung Samin Surosentiko

Lebih tepatnya disebut sebagai wisata


edukasi karena pengunjung yang datang
kebanyakan bertujuan untuk mengenal dan
mempelajari tentang sejarah masyarakat samin
itu sendiri. Bertempat di kabupaten blora, jawa
tengah.
Samin surosentiko
Rumah masyarakat samin
Pakaian masyarakat samin
Wisata kampung samin

Anda mungkin juga menyukai