SUKU SAMIN
DI SUSUN OLEH :
Pola Komunikasi
Dalam laporan yang ditulis oleh Arybowo tahun 2009, orang
Samin berkomunikasi menggunakan bahasa jawa atau bahasa kawi
dan ngoko, sehingga kedengarannya seperti kasar. Hal tersebut
memang wajar, karena bahasa jawa ngoko berada pada tingkatan
bahasa jawa paling rendah.
Pernikahan Suku Samin
Dalam tradisi pernikahan, mereka percaya dengan agama adam.
Mereka percaya bahwa orang sikep hanya memiliki satu orang istri,
mereka yang memiliki istri lebih dari satu dianggap bukan orang
sikep. Perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat suku samin
dikenal dengan nama pasuitan. Tradisi ini sama dengan ijab kabul
dalam agama islam, di mana pihak laki-laki akan bertanya kepada
pihak perempuan dan disaksikan oleh keluarga dan para saksi
sehingga hubungan mereka sudah sah.
Pandangan orang samin terhadap lingkungan
Masyarakat Suku Samin sangat peduli dan memperhatikan
lingkungan hidupnya. Mereka percaya bahwa hidup mereka sangat
tergantung pada lingkungan. Bahkan mereka mempunyai
kepercayaan bahwa bumi sebagai tempat perlindungan seperti
hakikatnya seorang ibu yang melindungi dan mencukupi kehidupan
mereka. Orang Samin memenuhi sandang kalih mangan, pakaian
dan makanan dari hasil bumi.
Suku Samin menjadi petani karena rasa hormat mereka kepada
bumi. Bahkan berdasarkan penelitian Jumari (2012), orang Samin
mengatakan bahwa menjadi petani adalah pekerjaan yang mulia.
Selain itu, karena ketergantungannya terhadap lingkungan dan
keanekaragaman hayati, masyarakat samin sangat menghargai
tumbuhan. Mereka memiliki pengetahuan turun temurun tentang
tumbuhan atau keanekaragaman hayati yang penting dalam
mendukung kehidupan mereka.
Dikutip dari penelitian Jumari (2012), orang Samin mengenal
sebanyak 235 jenis tumbuhan pangan, 74 jenis tumbuhan obat, dan
berbagai tumbuhan lain yang digunakan sebagai obat, bahan
bangunan, kerajinan, kayu bakar, pakan ternak, bahan serat dan
tali, racun ikan, pengendali hama dan tanaman hias.
Menurut Arybowo (2009), orang Samin memiliki falsafah khusus
dalam memanfaatkan tumbuhan, yaitu mereka percaya bahwa air
harus diminum bersama, tanah dimiliki bersama, dan daun
dimanfaatkan bersama. Orang Samin memaknai kata-kata tersebut
dengan sangat bijak, dimana mereka harus menjaga dan
memanfaatkan hasil bumi secara bijaksana dan berkelanjutan.
Pakaian orang Samin
Pakaian khas orang Samin sangat sederhana, tidak boleh
menyamai atau meniru pakaian yang bukan orang sedulur sikep
atau orang luar samin. Mereka percaya bahwa apa yang mereka
gunakan menandakan bahwa mereka telah memahami. Misalnya
penggunaan udeng atau ikat kepala, yang berarti mereka sudah
memahami dengan apa yang mereka gunakan. Sedangkan terkait
warna pakaian, tidak ada aturan harus hitam, tetapi karena
kebetulan warna yang disukai adalah warna hitam.