Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Jawa Timur

Orang-Orang Samin
Meliana Feby W / 121811433072

Masyarakat Samin adalah sekelompok masyarakat yang mengikuti ajaran Saminisme


yang dibawa oleh Samin Surosentiko. Ajaran Samin pertama kali berkembang di Daerah
Blora, Jawa Tengah. Tepatnya di desa Klopodhuwur. Pada awalnya, kelompok ini diberi
nama “Kohar" yang berasal dari nama asli Samin Surosentiko, yakni, Raden Kohar. Beliau
merupakan putera dari Raden Surowijoyo, seorang priyayi rendahan asal Bojonegoro,
sekaligus cucu dari Raden Mas Brotodiningrat, seorang Bupati Sumoroto yang menjabat pada
tahun 1802-1826. Raden Kohar juga masih memiliki hubungan darah dengan Kiyai Keti di
Rajegwesi, Bojonegoro. Latar belakang Raden Kohar adalah seorang keturunan ningrat pada
masa kolonisasi Belanda, namun hubungan tersebut diputus oleh Raden Surowijoyo yang
memilih untuk menjauhi kehidupan keningratan. Lalu ia melahirkan perkumpulan yang
bernama “Tiyang Sami Amin" dan mengajarkan ajaran tentang ilmu kanuragan, oleh budi,
dan strategi perang.

Raden Surowijoyo kerap kali melakukan pemberontakan pada pemerintah Kolonial


Belanda. Beliau beserta para pengikutnya melakukan beberapa aksi seperti perampokan
kepada para aparat pemerintahan Kolonial juga para priyayi yang menjadi kaki tangan
kekuasaan pemerintah Belanda. Kelompok yang diprakarsai oleh Surowijoyo melakukan
perampokan lalu membagikan hasil rampokannya kepada masyarakat miskin yang pada masa
Kolonisasi Belanda sangat menderita. Hal tersebut tentu merupakan teror yang dilakukan
kelompok tersebut untuk melawan pemerintahan Belanda. Hal tersebut yang pada akhirnya
dilanjutkan oleh Raden Kohar dengan mendirikan kelompok Samin. Raden Kohar mengganti
namanya menjadi Samin dan nama tersebut yang kemudian digunakan para pengikutnya
sebagai nama daripada kelompok mereka.

Samin berasal dari kata “Sami-Sami Amin", namun orang-orang Samin lebih suka
dipanggil dengan sebutan “Wong Sikep" yang artinya orang yang bertanggung jawab. Orang-
orang Samin atau yang disebut juga dengan Paseduluran Sikep adalah sekelompok orang
yang enggan untuk tunduk pada perintah Kolonial Belanda. Mereka melakukan perlawanan
menggunakan cara-cara yang apik. Kelompok Samin terkenal tidak menggunakan kekerasan
fisik dalam aksi pemberontakannya. Mereka senang melawan menggunakan bahasa. Mereka
cerdik dalam mengolah jawaban sehingga seringkali membuat lawan bicaranya jengkel.
Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa jawa ngoko, tingkatan bahasa jawa yang paling
kasar. Hal tersebut dilakukan bukannya tanpa alasan, tetapi itulah yang menjadi senjata
mereka dalam melakukan pembangkangan terhadap kolonisasi Belanda. Selain itu, mereka
mencirikan kelompok mereka dengan menggunakan pakaian yang serba hitam dan abu-abu.
Serta beberapa kali melakukan aksi pura-pura gila sebagai bentuk perlawanan terhadap
kesewenang-wenangan Pemerintah Belanda.

Aksi perlawanan yang dilakukan masyarakat Samin kepada pemerintah kolonial


adalah dengan tidak mau membayar pajak. Hal tersebut bermula pada saat pemerintah
Kolonial menerapkan liberalisasi agraria. Pemilik modal swasta menguasai kepemilikan atas
hutan-hutan yang kemudian mengharuskan orang-orang yang tinggal di daerah tersebut
digusur. Penguasaan dan pengelolaan terhadap hutan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
berpindah tangan kepada para pemilik modal swasta asing. Untuk itulah masyarakat Samin
bersikukuh untuk tidak tunduk pada pemerintah kolonial dengan tidak mau membayar pajak.
Bahkan hal tersebut masih bertahan hingga saat ini. Orang-orang Samin yang tersebar di
beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih menentang berbagai aturan
pemerintahan yang mereka anggap tidak banyak berubah dari masa kolonial, yakni lebih
berpihak pada kepentingan pemiliki modal dan mengabaikan masyarakat lokal. Penolakan
mereka terhadap pembangunan pabrik semen PT. Semen Gresik oleh Pemprov Jawa Tengah
di pegunungan Kendeng beberapa tahun silam merupakan salah satu contoh perlawanan
mereka terhadap kebijakan pemerintah.

Pada awalnya hal tersebut tidak menjadi perhatian bagi pemerintah kolonial, namun
semakin hari pengikut Samin semakin berkembang dan tersebar dari desa ke desa. Tercatat
pada tahun 1903, kelompok Samin telah tersebar di 34 desa dengan jumlah pengikut kurang
lebih 772 orang di Blora, Jawa Tengah. Lalu semakin berkembang sampai pada tahun 1907,
pengikut Samin berjumlah 5000 orang di Jawa Tengah. Bukan jumlah yang sedikit dan akan
berbahaya bagi stabilitas kekuasaan pemerintah kolonial. Sehingga pada tahun 1907,
terjadilah pemberontakan yang menyebabkan ditangkapnya beberapa anggota kelompok
Samin, termasuk Raden Kohar yang baru saja dipilih dan ditetapkan sebagai Ratu Adil oleh
kelompok Samin. Seorang Ratu yang akan membebaskan tanah Jawa dari belenggu
kekuasaan kolonial Belanda. Seseorang yang akan membawa pencerahan di masa mendatang,
dengan menuntun orang-orang Samin melalui ajaran-ajarannya.
Keberadaan kelompok Samin kemudian menciptakan budaya sebagai identitas dan
alat pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Melalui ajaran-ajaran Samin yang merupakan
perpaduan antara ajaran kejawen, sinkretisme Hindu-Budha, dan ajaran islam tasawuf Syeikh
Siti Jenar. Orang-orang Samin tidak percaya dengan adanya Tuhan, mereka hanya
mempercayai konsep ketuhanan seperti yang disebutkan oleh ajaran-ajaran agama.
Masyarakat Samin hidup dengan budaya Sambatan. Yakni budaya gotong royong yang
dijalin antar masyarakat Samin. Budaya ini adalah budaya timbal balik, yang mana jika
seseorang membutuhkan bantuan tenaga untuk mengurus pertanian dan upacara-upacara adat,
maka mereka akan meminta bantuan pada kerabatnya, dan membayarnya dengan memberi
bantuan tenaga pula di lain hari. Berbeda dengan konsep ekonomi modern dimana jasa
ditukar dengan uang, masyarakat Samin masih memegang teguh budaya timbal balik atau
sambatan ini.

Masyarakat Samin juga menganggap pernikahan adalah suatu bagian dari kehidupan
yang sangat sakral. Seorang lelaki yang akan meminang perempuannya haruslah terlebih
dahulu mengucapkan ikrar untuk bersama hingga maut memisahkan. Pernikahan juga
dianggap hal yang sangat penting terkait dengan regenerasi Wong Sikep. Perselingkuhan
sangat dilarang terjadi, karena orang Samin yang telah berikrar untuk bersama hanya dengan
pasangannya saja. Mereka baru boleh menikah lagi ketika suami/isteri mereka meninggal
dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. “Budaya Sambatan dalam Masyarakat Samin" .


https://www.google.com/amp/www.berdikarionline.com/budaya-sambatan-dalam-
masyarakat-samin/amp/ . diakses pada tanggal 31 maret 2020

Matanasi, Petrik. 2017. “Cara Samin Melawan dan Membikin Resah Belanda"
https://tirto.id/cara-samin-melawan-dan-membikin-resah-belanda-clqN . Diakses pada 31
maret 2020.

Watchdoc. 2015. “Samin Semen". https://youtu.be/1fJuJ28WZ_Q . Diakses pada tanggal 29


maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai