Oleh:
Febiansyah Zakaria ( 20102050058 )
KELAS B
Kebudayaan merupakan suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan
dalam pikiran manusia yang ditunjukan untuk membantu manusia dalam kehidupan
bermasyarakat dan diwujudkan dalam pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, dan seni. Indonesia memiliki kebudayaan yang banyak dan unik salah satunya
adalah masyarakat Samin yang berada di daerah Blora. Mereka memilki ciri khas yang sangat
berbeda dengan kemajuan zaman saat ini, dimana masyarakatnya masih sangat menjunjung nilai-
nilai warisan yang diturunkan oleh nenek moyang mereka sampai saat ini.
Secara geografis masyarakat Samin terletak di daerah Klopodawur, Blora, Jawa Tengah.
Pada 1890 pergerakan kebudayaan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung,
Blora, Jawa Tengah. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari
pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan,
atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.
Masyarakat Samin merupakan masyarakat yang kental akan budaya. Mereka menganut
paham Saminisme yang diajarkan oleh Samin Surosantiko. Ajaran ini berisi penolakan kebijakan
pemerintah Hindia-Belanda. Perlawanan yang dilakukan tidak secara fisik atau perlawanan
dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan penentangan terhadap segala peraturan dan
kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda atau pemerintah dalam negeri.
Proses sosial timbul karena hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa
proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Bentuk umum proses sosial adalah
interaksi sosial. Interaksi sosial dalam konteks mobilitas pendatang dengan masyarakat lokal
kerap kali dikaji secara kontinyu. Kehadiran kaum urban dapat diterima dengan basis toleransi
yang kuat dan dapat membentuk hubungan positif dengan masyarakat setempat (Fitriani, 2014).
Hal ini karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Adapun proses interaksi dari teori interaksionalisme simbolik dapat terrbentuk karena melibatkan
Pada film yang saya kaji yang berjudul Lari dari Blora terdapat sebuah adat istiadat yang
diturunkan dari nenek moyang. Adat istiadat tersebutlah yang membentuk kebudayaan setempat.
Adat istiadat masyarakat Samin terbentuk dari ajaran dan sistem nilai. Ajaran tersebut dibawa
oleh seorang tokoh yang bernama Samin Surosantiko. Beliau yang menyebarkan ajaran tentang
Saminisme. Ajaran ini berisi penolakan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda. Perlawanan yang
dilakukan tidak secara fisik atau perlawanan dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan
penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap
Belanda atau pemerintah dalam negeri. Kemudian dalam perlawanan tersebut masyarakat
Saminisme membuat aturan-aturan tersendiri, adat istiadat serta memiliki kebiasaan tersendiri
pada umumnya adalah Bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Samin yang tertutup
dan mengisolasi dari dunia luar. Tetapi dalam ranah pemerintahan dan pendidikan, pada film itu
Proses interaksi berikutnya berkaitan dengan agama. Masyarakat Samin tidak menganut
agama apapun atau sering disebut aliran kepercayaan. Hal ini sangat berpengaruh pada
melibatkan kedua mempelai, keluarga mempelai, tokoh Samin, warga Samin, dan tetangga lain
(Samin dan non-Samin) tanpa didampingi petugas dari KUA atau Kantor Urusan Agama. Proses
perkawinan masyarakat samin sendiri sangat unik dan tidak umum seperti perkawinan biasanya,
mereka melakukan percobaan dahulu tinggal bersama satu atap (ngenger) dan ketika keduanya
(calon pengantin) sudah merasakan kecocokan satu sama lain kemudian baru dilanjutkan ke
jenjang perkawinan. Hal ini dikarenakan masyarakat Samin masih berpegang teguh kepada
Proses interaksi sosial dapat dilihat dari pandangan-pandangan hidup. Didalam film Lari
dari Blora bisa disimpulkan masyarakat Samin dipengaruhi oleh dua pandangan yaitu pandangan
dari luar maupun dari dalam. Pandangan dari luar dipengaruhi oleh tokoh Ramadian, Chyntia,
dan pemerintah setempat. Tokoh dari Ramadian berprofesi sebagai Guru SD. Dia berpandangan
bahwa masyarakat Samin harus berpendidikan,modern dan intelektual. Dia ingin merubah pola
pikir yang dimiliki oleh masyarakat yang menganggap pendidikan tidak berguna untuk masa
depan. Mereka berpikir bahwa orang berpendidikan hanya untuk pejabat pemerintah dan tidak
berguna bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pemecah batu. Tokoh Chyntia adalah seorang
LSM dari Amerika Serikat, dia sedang meneliti kebudayaan masyarakat Samin. Dia
berpandangan bahwa masyarakat samin merupakan masyarakat yang kental akan budaya
menjadikan masyarakatnya sangat harmoni. Sedangkan pandangan dari pemerintah (lurah dan
camat), mereka mempunyai prinsip dengan tetap mempertahankan Budaya Samin sebagai cagar
budaya yang unik. Dengan kedatanngan si guru dan peneliti akan mengundang para peneliti,
LSM, mahasiswa, dan para peneliti yang lainnya. Atas dasar itu pemerintah bersikeras untuk
melestarikan budaya. Namun, niat mereka itu dianggap merusak kebiasaan orang-orang Samin
yang tidak mengenal sekolah. Bagi mereka, hidup harmonis, tanpa iri hati dan saling curiga
Pandangan dari dalam adalah tokoh simbah. Simbah adalah sesepuh masyarakat Samin.
Beliau merupakan sososk panutan masyarakat setempat. Hal ini dibuktikan ketika masyarakat
Samin ketika ada masalah, maka mereka akan meminta saran dan solusi dari simbah. Dengan
begitu, sosok simbah sangat berpengaruh dalam tata kehidupan masyarakat Samin. Simbah
mempunyai pandangan bahwa bahwa dia tidak mau terpengaruh dari budaya luar tetapi apabila
2. Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
sehari-hari. Norma-norma tersebut diturunkan dari nenek moyang yang sampai sekarang masih
dipertahankan dan diaplikasikan dalam menjalani kehidupan. Salah satu norma yang dapat
dicontoh adalah norma kejujuran dan tolong menolong. Hal itu dapat dilihat pada adegan ketika
simbah dengan dua narapidana. Ketika narapidana tersebut ingin mencuri pisang, kelapa, dan
jagung dan simbah yang mengetahuinya langsung menegur dengan perkataan “kenapa mesti
mencuri kalau dikasih aja diberi”. Berdasarkan perkataan simbah itu menegaskan bahwa
Masyarakat Samin sangat menjunjung nilai kejujuran dan saling menolong sesama.
Selain itu Masyarakat Samin menjujung nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan tersebut
dapat dilihat dari penyambutan tamu yang berkunjung ke Masyarakat Samin. Dalam
penyambutan tamu, mereka memberikan jamuan berbagai macam makanan tradisional. Hal ini
bisa dibuktikan pada adegan seorang guru yang bernama Ramadian dan seorang LSM yang
bernama Chyntia berkunjung ke rumah simbah. Mereka diberi jamuan berupa jagung bakar.
Bahkan, simbah tidak memandang tamu tersebut dari latar belakang apapun. Ketika dua
narapidana yang berkunjung ke rumah simbah, simbah tetap memperlakukan narapidana itu
Pada Masyarakat Samin terdapat kelompok sosial in-group yang menganggap dirinya
merupakan kelompok tersendiri yang berbeda dengan masyarakat lain. Artinya merekan
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari masyarakat samin da menganggap masyarakat
lain memilik perbedaan pada pandangan hidup. Tetapi masyarakat samin tidak menutup diri dari
masyarakat luar. Hal ini dibuktikan pada kedatangan tokoh Chyntia dan Ramadian di desa
meraka.
Pada lembaga sosial, Masyarakat Samin tidak memiliki institusi sosial karena
menganggap semuanya adalah sama. Kalau dilihat Masyarakat Samin adalah masyarakat di
dalam masyarakat. Walaupun tidak ada institusi sosial, jika ada peraturan atau kebijakan dari
pemerintah, mereka tetap mengikuti peraturan. Menurut simbah apabila aturan itu baik maka
akan diterima. Hal ini bisa dilihat dari adegan simbah dan seorang polisi yang mengatakan
simbah mempercayai aturan yang ada di pemerintah yang menurut simbah peraturan itu baik dan
Peraturan atau norma kehidupan yang ada di Masyarakat Samin apabila dikaitkan dengan
teori interaksionalime simbolik. Menurut Mead teori ini berkaitan dengan pranata sosial. Pranata
atau institusi adalah aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. Norma atau aturan
dalam pranata berbentuk tidak tertulis yang memuat hukum adat dan kebiasaan yang berlaku,
sanksinya ialah sanksi sosial atau moral (misalkan dikucilkan). Selama ini Masyarakat Samin
tidak menerapkan sanksi yang tegas bagi masyarakat yang melanggar norma-norma. Hal ini
dikarenakan setiap warga samin mempercayai bahwa apapun kesalahan yang dilakukan oleh
seseorang maka akan menghasilkan akibat yang akan dirasakan oleh orang itu sendiri.
Masyarakat Samin pun merupakan masyarakat yang taat pada hukum adat sehingga jarang
terjadi pelanggaran.
3. Perubahan sosial
Menurut Samuel Koening perubahan sosial merujuk pada modifikasi dalam pola
kehidupan manusia. Modifikasi tersebut bisa terjadi karena sebab dari internal dan eksternal
yang mengakibatkan perubahan sosial. Faktor internal karena adanya inovasi, konflik, dan
peperangan, pengaruh alam, dan masuknya budaya lain. Teori interaksi simbolik berangkat dari
pemikiran bahwa realitas sosial merupakan sebuah proses yang dinamis. Individu-individu
berinteraksi melalui simbol, yang maknanya dihasilkan dari proses negosiasi yang terusmenerus
oleh mereka yang terlibat dengan kepentingan masing-masing (Abdullah, 2006, p. 5). Makna
suatu simbol bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan kepentingan
individu, yang dibingkai oleh ruang dan waktu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
individu diletakkan sebagai pelaku aktif, sehingga konsep mengenai diri (self) menjadi penting.
Konsep diri yang dikaitkan dengan emosi, nilai, keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta
pertimbangan masa lalu dan masa depan, turut mempengaruhi diri dalam pengambilan peran.
Pada film yang berjudul “Lari dari Blora” ini faktor internal yang menyebabkan
perubahan sosial pada Masyarakat Samin adalah adanya inovasi yang mereka lakukan sendiri.
Inovasi tersebut muncul ketika mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga
membuat aturan-aturan tersendiri maka akan terbentuk kebiasaan tersendiri dalam kehidupan
sehari-hari. Maka munculah aliran kepercayaaan Saninsme yang dilestarikan secara turun
temurun.
Faktor internal berikutnya adalah adanya konflik. Konflik pada film tersebut terjadi pada
saat adegan tokoh seorang guru (Ramadian) dan pak lurah bertemu. Ramadian berusaha
mengubah cara pikir orang Samin yang hanya mementingkan sekolah kehidupan, budi pekerti
dan kerja halal, tanpa perlu sekolah formal. Namun usahanya ditentang oleh Pak Lurah yang
punya prinsip, dengan tetap menjadikan masyarakat Samin sebagai cagar budaya. Desa Samin
yang mempunyai ciri khas, mengundang para peneliti, LSM, mahasiswa, dan sebagainya. Pak
lurah beranggapan dengan adanya mereka berarti akan mengundang dana bantuan.
Konflik lainnya adalah dari Tokoh Simbah ketika ada dua napi yang bernama Bongkeng
dan Sudrun yang kabur dari Penjara Blora kemudian pergi ke desa masyarakat Samin untuk
bersembunyi dari kejaran polisi. Simbah yang mengetahui keberadaan kedua buronan, tidak
melapor ke polisi, tetapi ia menasehati mereka untuk menjadi orang baik. Di sini
menggambarkan sifat orang Samin yang tertutup, tetapi sekaligus juga ingin mengubah orang
jahat menjadi baik. Namun, di dalam film, lolosnya kedua narapidana justru menimbulkan isu
negatif dari pemerintah setempat bahwa Desa Samin adalah tempat persembunyian para teroris.
Bahkan, Ajaran Saminisme yang disebarkan oleh simbah dinilai sebagai ajaran yang sesat.
Kehadiran Ramadian dan Syntia juga menjadi kecurigaan dari pemerintah karena mereka orang
Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan sosial pada film Lari dari Blora adalah
adanya pengaruh dari alam. Pada adegan simbah dengan Ramadian. Simbah mengatakan “yaitu
semua kan bagian dari kehidupan , udara untuk kita bernafas, air memelihara hidup kita.” dan
“tidak ada yang perlu kita risaukan, wong kita saling percaya kok. Kita percaya dengan alam,
dan alam percaya pada kita”. Hal itu menunjukan simbah hidup dalam kesederhanaan dan
memegang teguh nilai-nilai budaya Masyarakat Samin. Simbah tetap mempertahankan budaya
4. Kesimpulan
Analis film “Lari dari Blora” merupakan film yang menyoroti kebudayaan masyarakat
Samin. Film tersebut dipengaruhi oleh proses sosial,struktur sosial dan perubahan sosial. Proses
sosial pada fim tersebut aliran keprcayaan Sanisme yang mulai menerima interaksidari luar guru
dan peneliti. Sehingga sesepuh adat mau mengakui strktur sosial yang ada (adanya lurah, camat,
dan polisi). Dengan adanya hal tersebut Masyarak Samin mengalami perubahan sosial yang
berdampak pada konflik setelah kedatanga guru ,orang Amerika dan pencuri. Mereka tidak
mengacau, namun perubahan yang mereka bawa mengusik warga. Sehingga memculkan dampak
desa tersebut tersebar isu sebagai aliran sesat,sarang penjahat, sarang teroris dan gerakan aktivis
Alur film lari dari Blora berkaitan dengan teori interaksi simbolik karena adanya
pemikiran bahwa realitas sosial yang merupakan sebuah proses yang dinamis. Individu-individu
berinteraksi melalui simbol, yang maknanya dihasilkan dari proses negosiasi yang terus menerus
oleh mereka yang terlibat dengan kepentingan masing-masing tokoh. Makna suatu simbol
bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan kepentingan individu, yang
dibingkai oleh ruang dan waktu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, individu diletakkan
sebagai pelaku aktif, sehingga konsep mengenai diri (self) menjadi penting. Konsep diri yang
dikaitkan dengan emosi, nilai, keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta pertimbangan masa lalu
Haris, Aidil. Makna dan Simbol dalam Proses Interaksi Sosial. Universitas Muhammadiyah
Riau. Hal. 18
J. Dwi Narwako dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Laksmi.Teori Interaksionalisme Simbolik dalam Kajian Ilmu Perpustakaan. Pustabiblia, hal. 124
https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/14/130000269/struktur-sosial--pengertian-klasifikasi-ciri-
ciri-dan-fungsinya?page=all diakses pada 26 April 2021pukul 20.58
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/06/9-pengertian-struktur-sosial-menurut-para-ahli-ciri-dan-
fungsinya.html , diakses pada 26 April 2021 pukul 21.40
https://www.ruangguru.com/blog/7-pengertian-perubahan-sosial-menurut-para-ahli#:~:text=Garth
%20dan%20Mills%20mengemukakan%20bahwa,tatanan%20yang%20meliputi%20struktur%20sosial. ,
diakses pada 26 April 2021 pukul 22.05