Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FILM “LARI DARI BLORA”

BERDASARKAN TEORI INTERAKSIONALISME SIMBOLIK


MATA KULIAH SOSIOLOGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dosen Pengampu: Aryan Torido ,M.Si.

Oleh:
Febiansyah Zakaria ( 20102050058 )
KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020/2021
A. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan

dalam pikiran manusia yang ditunjukan untuk membantu manusia dalam kehidupan

bermasyarakat dan diwujudkan dalam pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi

sosial, religi, dan seni. Indonesia memiliki kebudayaan yang banyak dan unik salah satunya

adalah masyarakat Samin yang berada di daerah Blora. Mereka memilki ciri khas yang sangat

berbeda dengan kemajuan zaman saat ini, dimana masyarakatnya masih sangat menjunjung nilai-

nilai warisan yang diturunkan oleh nenek moyang mereka sampai saat ini.

Secara geografis masyarakat Samin terletak di daerah Klopodawur, Blora, Jawa Tengah.

Pada 1890 pergerakan kebudayaan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung,

Blora, Jawa Tengah. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari

pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di  Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan,

atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.

Masyarakat Samin merupakan masyarakat yang kental akan budaya. Mereka menganut

paham Saminisme yang diajarkan oleh Samin Surosantiko. Ajaran ini berisi penolakan kebijakan

pemerintah Hindia-Belanda. Perlawanan yang dilakukan tidak secara fisik atau perlawanan

dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan penentangan terhadap segala peraturan dan

kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda atau pemerintah dalam negeri.

Kemudian dalam perlawanan tersebut masyarakat Saminisme membuat aturan-aturan tersendiri,

adat istiadat, dan memiliki kebiasaan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari.


1. Proses Sosial

Proses sosial timbul karena hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu

membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa

proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan

kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menemukan sistem serata bentuk-bentuk

hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang

menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Bentuk umum proses sosial adalah

interaksi sosial. Interaksi sosial dalam konteks mobilitas pendatang dengan masyarakat lokal

kerap kali dikaji secara kontinyu. Kehadiran kaum urban dapat diterima dengan basis toleransi

yang kuat dan dapat membentuk hubungan positif dengan masyarakat setempat (Fitriani, 2014).

Hal ini karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Adapun proses interaksi dari teori interaksionalisme simbolik dapat terrbentuk karena melibatkan

adat istiadat, simbol bahasa, agama, dan pandangan-pandangan.

Pada film yang saya kaji yang berjudul Lari dari Blora terdapat sebuah adat istiadat yang

diturunkan dari nenek moyang. Adat istiadat tersebutlah yang membentuk kebudayaan setempat.

Adat istiadat masyarakat Samin terbentuk dari ajaran dan sistem nilai. Ajaran tersebut dibawa

oleh seorang tokoh yang bernama Samin Surosantiko. Beliau yang menyebarkan ajaran tentang

Saminisme. Ajaran ini berisi penolakan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda. Perlawanan yang

dilakukan tidak secara fisik atau perlawanan dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan

penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap

Belanda atau pemerintah dalam negeri. Kemudian dalam perlawanan tersebut masyarakat

Saminisme membuat aturan-aturan tersendiri, adat istiadat serta memiliki kebiasaan tersendiri

dalam kehidupan sehari-hari.


Adapun pola interaksi melalui simbol bahasa.. Bahasa yag digunakan masyarakat Samin

pada umumnya adalah Bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Samin yang tertutup

dan mengisolasi dari dunia luar. Tetapi dalam ranah pemerintahan dan pendidikan, pada film itu

percakapan antar tokoh menggunakan Bahasa Indonesia.

Proses interaksi berikutnya berkaitan dengan agama. Masyarakat Samin tidak menganut

agama apapun atau sering disebut aliran kepercayaan. Hal ini sangat berpengaruh pada

kehidupan masyarakat Samin, misalnya dalam melaksanakan pernikahan. Mereka hanya

melibatkan kedua mempelai, keluarga mempelai, tokoh Samin, warga Samin, dan tetangga lain

(Samin dan non-Samin) tanpa didampingi petugas dari KUA atau Kantor Urusan Agama. Proses

perkawinan masyarakat samin sendiri sangat unik dan tidak umum seperti perkawinan biasanya,

mereka melakukan percobaan dahulu tinggal bersama satu atap (ngenger) dan ketika keduanya

(calon pengantin) sudah merasakan kecocokan satu sama lain kemudian baru dilanjutkan ke

jenjang perkawinan. Hal ini dikarenakan masyarakat Samin masih berpegang teguh kepada

ajaran yang dibawa oleh nenek moyangnya

Proses interaksi sosial dapat dilihat dari pandangan-pandangan hidup. Didalam film Lari

dari Blora bisa disimpulkan masyarakat Samin dipengaruhi oleh dua pandangan yaitu pandangan

dari luar maupun dari dalam. Pandangan dari luar dipengaruhi oleh tokoh Ramadian, Chyntia,

dan pemerintah setempat. Tokoh dari Ramadian berprofesi sebagai Guru SD. Dia berpandangan

bahwa masyarakat Samin harus berpendidikan,modern dan intelektual. Dia ingin merubah pola

pikir yang dimiliki oleh masyarakat yang menganggap pendidikan tidak berguna untuk masa

depan. Mereka berpikir bahwa orang berpendidikan hanya untuk pejabat pemerintah dan tidak

berguna bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pemecah batu. Tokoh Chyntia adalah seorang

LSM dari Amerika Serikat, dia sedang meneliti kebudayaan masyarakat Samin. Dia
berpandangan bahwa masyarakat samin merupakan masyarakat yang kental akan budaya

menjadikan masyarakatnya sangat harmoni. Sedangkan pandangan dari pemerintah (lurah dan

camat), mereka mempunyai prinsip dengan tetap mempertahankan Budaya Samin sebagai cagar

budaya yang unik. Dengan kedatanngan si guru dan peneliti akan mengundang para peneliti,

LSM, mahasiswa, dan para peneliti yang lainnya. Atas dasar itu pemerintah bersikeras untuk

melestarikan budaya. Namun, niat mereka itu dianggap merusak kebiasaan orang-orang Samin

yang tidak mengenal sekolah. Bagi mereka, hidup harmonis, tanpa iri hati dan saling curiga

sudah menjadi kunci kehidupan.

Pandangan dari dalam adalah tokoh simbah. Simbah adalah sesepuh masyarakat Samin.

Beliau merupakan sososk panutan masyarakat setempat. Hal ini dibuktikan ketika masyarakat

Samin ketika ada masalah, maka mereka akan meminta saran dan solusi dari simbah. Dengan

begitu, sosok simbah sangat berpengaruh dalam tata kehidupan masyarakat Samin. Simbah

mempunyai pandangan bahwa bahwa dia tidak mau terpengaruh dari budaya luar tetapi apabila

ada aturan dari pemerintah yang baik akan diterima.

2. Struktur Sosial

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (dalam Soerjono Soekanto,20;2005)

Struktur sosial merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu

kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial,

serta lapisan-lapisan sosial.

Masyarakat Samin mempunyai norma yang digunakan dalam menjalani kehidupan

sehari-hari. Norma-norma tersebut diturunkan dari nenek moyang yang sampai sekarang masih
dipertahankan dan diaplikasikan dalam menjalani kehidupan. Salah satu norma yang dapat

dicontoh adalah norma kejujuran dan tolong menolong. Hal itu dapat dilihat pada adegan ketika

simbah dengan dua narapidana. Ketika narapidana tersebut ingin mencuri pisang, kelapa, dan

jagung dan simbah yang mengetahuinya langsung menegur dengan perkataan “kenapa mesti

mencuri kalau dikasih aja diberi”. Berdasarkan perkataan simbah itu menegaskan bahwa

Masyarakat Samin sangat menjunjung nilai kejujuran dan saling menolong sesama.

Selain itu Masyarakat Samin menjujung nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan tersebut

dapat dilihat dari penyambutan tamu yang berkunjung ke Masyarakat Samin. Dalam

penyambutan tamu, mereka memberikan jamuan berbagai macam makanan tradisional. Hal ini

bisa dibuktikan pada adegan seorang guru yang bernama Ramadian dan seorang LSM yang

bernama Chyntia berkunjung ke rumah simbah. Mereka diberi jamuan berupa jagung bakar.

Bahkan, simbah tidak memandang tamu tersebut dari latar belakang apapun. Ketika dua

narapidana yang berkunjung ke rumah simbah, simbah tetap memperlakukan narapidana itu

seperti tamu pada umumnya dengan memberikan jamuan.

Pada Masyarakat Samin terdapat kelompok sosial in-group yang menganggap dirinya

merupakan kelompok tersendiri yang berbeda dengan masyarakat lain. Artinya merekan

mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari masyarakat samin da menganggap masyarakat

lain memilik perbedaan pada pandangan hidup. Tetapi masyarakat samin tidak menutup diri dari

masyarakat luar. Hal ini dibuktikan pada kedatangan tokoh Chyntia dan Ramadian di desa

meraka.

Pada lembaga sosial, Masyarakat Samin tidak memiliki institusi sosial karena

menganggap semuanya adalah sama. Kalau dilihat Masyarakat Samin adalah masyarakat di
dalam masyarakat. Walaupun tidak ada institusi sosial, jika ada peraturan atau kebijakan dari

pemerintah, mereka tetap mengikuti peraturan. Menurut simbah apabila aturan itu baik maka

akan diterima. Hal ini bisa dilihat dari adegan simbah dan seorang polisi yang mengatakan

simbah mempercayai aturan yang ada di pemerintah yang menurut simbah peraturan itu baik dan

selaras dengan Ajaran Saminisme.

Peraturan atau norma kehidupan yang ada di Masyarakat Samin apabila dikaitkan dengan

teori interaksionalime simbolik. Menurut Mead teori ini berkaitan dengan pranata sosial. Pranata

atau institusi adalah aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. Norma atau aturan

dalam pranata berbentuk tidak tertulis yang memuat hukum adat dan kebiasaan yang berlaku,

sanksinya ialah sanksi sosial atau moral (misalkan dikucilkan). Selama ini Masyarakat Samin

tidak menerapkan sanksi yang tegas bagi masyarakat yang melanggar norma-norma. Hal ini

dikarenakan setiap warga samin mempercayai bahwa apapun kesalahan yang dilakukan oleh

seseorang maka akan menghasilkan akibat yang akan dirasakan oleh orang itu sendiri.

Masyarakat Samin pun merupakan masyarakat yang taat pada hukum adat sehingga jarang

terjadi pelanggaran.

3. Perubahan sosial

Menurut Samuel Koening perubahan sosial merujuk pada modifikasi dalam pola

kehidupan manusia. Modifikasi tersebut bisa terjadi karena sebab dari internal dan eksternal

yang mengakibatkan perubahan sosial. Faktor internal karena adanya inovasi, konflik, dan

bertambah atau kerkurangnya penduduk. Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh

peperangan, pengaruh alam, dan masuknya budaya lain. Teori interaksi simbolik berangkat dari
pemikiran bahwa realitas sosial merupakan sebuah proses yang dinamis. Individu-individu

berinteraksi melalui simbol, yang maknanya dihasilkan dari proses negosiasi yang terusmenerus

oleh mereka yang terlibat dengan kepentingan masing-masing (Abdullah, 2006, p. 5). Makna

suatu simbol bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan kepentingan

individu, yang dibingkai oleh ruang dan waktu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

individu diletakkan sebagai pelaku aktif, sehingga konsep mengenai diri (self) menjadi penting.

Konsep diri yang dikaitkan dengan emosi, nilai, keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta

pertimbangan masa lalu dan masa depan, turut mempengaruhi diri dalam pengambilan peran.

Pada film yang berjudul “Lari dari Blora” ini faktor internal yang menyebabkan

perubahan sosial pada Masyarakat Samin adalah adanya inovasi yang mereka lakukan sendiri.

Inovasi tersebut muncul ketika mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga

membuat aturan-aturan tersendiri maka akan terbentuk kebiasaan tersendiri dalam kehidupan

sehari-hari. Maka munculah aliran kepercayaaan Saninsme yang dilestarikan secara turun

temurun.

Faktor internal berikutnya adalah adanya konflik. Konflik pada film tersebut terjadi pada

saat adegan tokoh seorang guru (Ramadian) dan pak lurah bertemu. Ramadian berusaha

mengubah cara pikir orang Samin yang hanya mementingkan sekolah kehidupan, budi pekerti

dan kerja halal, tanpa perlu sekolah formal. Namun usahanya ditentang oleh Pak Lurah yang

punya prinsip, dengan tetap menjadikan masyarakat Samin sebagai cagar budaya. Desa Samin

yang mempunyai ciri khas, mengundang para peneliti, LSM, mahasiswa, dan sebagainya. Pak

lurah beranggapan dengan adanya mereka berarti akan mengundang dana bantuan.
Konflik lainnya adalah dari Tokoh Simbah ketika ada dua napi yang bernama Bongkeng

dan Sudrun yang kabur dari Penjara Blora kemudian pergi ke desa masyarakat Samin untuk

bersembunyi dari kejaran polisi. Simbah yang mengetahui keberadaan kedua buronan, tidak

melapor ke polisi, tetapi ia menasehati mereka untuk menjadi orang baik. Di sini

menggambarkan sifat orang Samin yang tertutup, tetapi sekaligus juga ingin mengubah orang

jahat menjadi baik. Namun, di dalam film, lolosnya kedua narapidana justru menimbulkan isu

negatif dari pemerintah setempat bahwa Desa Samin adalah tempat persembunyian para teroris.

Bahkan, Ajaran Saminisme yang disebarkan oleh simbah dinilai sebagai ajaran yang sesat.

Kehadiran Ramadian dan Syntia juga menjadi kecurigaan dari pemerintah karena mereka orang

luar yang masuk di desa Samin sehingga pemerintah mencurigainya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan sosial pada film Lari dari Blora adalah

adanya pengaruh dari alam. Pada adegan simbah dengan Ramadian. Simbah mengatakan “yaitu

semua kan bagian dari kehidupan , udara untuk kita bernafas, air memelihara hidup kita.” dan

“tidak ada yang perlu kita risaukan, wong kita saling percaya kok. Kita percaya dengan alam,

dan alam percaya pada kita”. Hal itu menunjukan simbah hidup dalam kesederhanaan dan

memegang teguh nilai-nilai budaya Masyarakat Samin. Simbah tetap mempertahankan budaya

Masyarakat Samin tanpa terpengaruh budaya yang masuk dari luar.

4. Kesimpulan

Analis film “Lari dari Blora” merupakan film yang menyoroti kebudayaan masyarakat

Samin. Film tersebut dipengaruhi oleh proses sosial,struktur sosial dan perubahan sosial. Proses

sosial pada fim tersebut aliran keprcayaan Sanisme yang mulai menerima interaksidari luar guru
dan peneliti. Sehingga sesepuh adat mau mengakui strktur sosial yang ada (adanya lurah, camat,

dan polisi). Dengan adanya hal tersebut Masyarak Samin mengalami perubahan sosial yang

berdampak pada konflik setelah kedatanga guru ,orang Amerika dan pencuri. Mereka tidak

mengacau, namun perubahan yang mereka bawa mengusik warga. Sehingga memculkan dampak

desa tersebut tersebar isu sebagai aliran sesat,sarang penjahat, sarang teroris dan gerakan aktivis

LSM dalam negeri dan asing yang menebarkan provokasi.

Alur film lari dari Blora berkaitan dengan teori interaksi simbolik karena adanya

pemikiran bahwa realitas sosial yang merupakan sebuah proses yang dinamis. Individu-individu

berinteraksi melalui simbol, yang maknanya dihasilkan dari proses negosiasi yang terus menerus

oleh mereka yang terlibat dengan kepentingan masing-masing tokoh. Makna suatu simbol

bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan kepentingan individu, yang

dibingkai oleh ruang dan waktu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, individu diletakkan

sebagai pelaku aktif, sehingga konsep mengenai diri (self) menjadi penting. Konsep diri yang

dikaitkan dengan emosi, nilai, keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta pertimbangan masa lalu

dan masa depan, turut mempengaruhi diri dalam pengambilan peran.


5. Daftar Pustaka

Haris, Aidil. Makna dan Simbol dalam Proses Interaksi Sosial. Universitas Muhammadiyah
Riau. Hal. 18

J. Dwi Narwako dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:

Prenada Media (hlm. 132-139)

Laksmi.Teori Interaksionalisme Simbolik dalam Kajian Ilmu Perpustakaan. Pustabiblia, hal. 124

Soleman L. Taneko.1984.Struktur dan Proses Sosial.Jakarta:CV. Rajawali hal. 202

https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/14/130000269/struktur-sosial--pengertian-klasifikasi-ciri-
ciri-dan-fungsinya?page=all diakses pada 26 April 2021pukul 20.58

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/06/9-pengertian-struktur-sosial-menurut-para-ahli-ciri-dan-
fungsinya.html , diakses pada 26 April 2021 pukul 21.40

https://www.ruangguru.com/blog/7-pengertian-perubahan-sosial-menurut-para-ahli#:~:text=Garth
%20dan%20Mills%20mengemukakan%20bahwa,tatanan%20yang%20meliputi%20struktur%20sosial. ,
diakses pada 26 April 2021 pukul 22.05

Anda mungkin juga menyukai