Anda di halaman 1dari 3

Nama : Febiansyah Zakaria

NIM: 20102050058

Kelas : IKS B

Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah teori psikologi kepribadian yang mempelajari tentang


perilaku manusia, termasuk semua yang dilakukan organisme dalam diri manusia yaitu
tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dianggap sebagai perilaku. Perilaku tertentu bukan dari
bawaan dari lahir akan tetapi merupakan hasil dari pembelajaran secara terus menerus atau
pengkondisian yang dipengaruhi oleh factor lingkungannya. Dengan kata lain, mempelajari
tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah
laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini
lebih mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Dalam teori behaviorism memandang proses belajar merupakan perubahan tingkah


laku. Tingkah laku manusia dikendalikan oleh penguatan dari lingkungan sekitarnya. Teori
ini menganggap penting masukan atau input yang berupa stimulus, dan keluaran atau output
berupa respon. Teori behaviorism juga menekankan pada pembentukan tingkah laku yang
berdasarkan pada korelasi antara stimulus dengan respon yang bisa diamati dan tidak
menghubungkan dengan kesadaran seseorang.

Perilaku manusia bisa ditegakkan karena adanya reward dan punishment sehingga
perilaku tersebut menjadi menetap dalam dirinya dan berhasil dalam mencapai harapannya.
Dengan memberikan reward dan punishment tersebut diharapkan akan membentuk anak
untuk lebih giat usahanya untuk menggapai impiannya dan bisa berbuat lebih baik lagi
sehingga tidak melakukan perbuatan yang negative. Selain memberikan reward, pemberian
punishment juga perlu diberikan agar anak bisa menyesali perbuatan yang buruk dan tidak
mengulanginya lagi.

Kekuatan teori behaviorisme yang pertama adalah berbasis data empiris yang dapat
diuji. Hal itu dikarenakan teori ini dapat dibuktikan kebenarannya di lapangan dengan
melihat secara langsung. Di lapangan nanti kita bisa melihat perubahan perilaku atau
eksperimen yang dilakuakan oleh peniliti. Dalam menyatakan argument atau pendapat
peniliti dapat membuktikannya dengan data yang valid. Data tersebut dapat diambil oleh
peniliti yang melakukan penelitian atau eksperimen yang nyata.Yang kedua adalah real life
application (aplikasi terhadap dunia nyata).

Kelemahan teori behaviorisme yang pertama adalah dalam melihat factor yang
membentuk manusia hanya berdasarkan factor lingkungannya. Misalnya mereka menolak
adanya factor genetic atau bawaan karena menganggap tingkah laku seseorang merupakan
produk dari latihan yang dilakukan secara terus menerus. Yang kedua teori ini lebih percaya
pada metode eksperimen. Mereka menganggap eksperimen lebih valid datanya dalam hal
membuktikan kebenaran teorinya. Yang ketiga adalah menggunakan hewan sebagai bahan
eksperimen. Ini sebenarnya menimbulkan pro dan kontra karean ada sebagian orang menilai
perilaku manusia dengan hewan berbeda. Perbedannya adalah manusia memiliki akal yang
bisa digunakan untuk berpikir dan berkembang kedepan, sedangkan hewan tidak memliki
akal. Yang keempat adalah mereka hanya melihat factor sebab akibat sebagai pendorong
dalam hal pembentukan kepribadian manusia. Padahal respon setiap orang terhadap respon
antara satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Karena setiap manusia memiliki
keunikan sendiri-sendiri sehingga tidak bisa disamaratakan responnya.

Factor lingkunganlah yang sebenarnya memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam
teori behaviorism. Didalam lingkungan terdapat perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada tingkah lingkungan kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku dalam membentuk hubungan antara stimulus atau
respon. Pada teori ini percaya bahwa perilaku manusia dan kecerdasan merupakan produk
dari latihan dan belajar secara terus menerus. Karena hasil dari didikan dari lingkungan
terdekat akan sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku atau tindakan seseorang.
Misalnya apabila anak di didik menjadi atlet sepakbola, maka mereka akan memiliki keahlian
lebih di bidangnya untuk menjadi atlet sepakbola. Kemudian mengenai karakter, apabila anak
dididik dengan keras oleh orang tuanya maka karakter anak tersebut juga akan keras karena
didikannya. Sehingga pendidikan karakter anak dibutuhkan ilmu dan keterampilan khusus
agar anak bisa tumbuh dengan memiliki moral dan budi pekerti yang baik. Jadi sebenarnya
dalam teori ini pembentukan karakter manusia lebih efektif dengan memberikan contoh nyata
atau tindakan daripada hanya memberikan ceramah.

Dalam menangani kasus, apabila klien menolak dengan menggunakan teori


behaviorisme, maka peksos tidak bolek memaksakan kehendak klien. Hubungan antara
peksos dan klien harus sukarela dan harus didiskusikan bersama kliennya. Peksos bisa juga
menawarkan alternatif teori yang lain dalam menangani kasus ini dengan syarat mencapai
kesepakatan dengan kliennya. Biasanya klien akan menurut pada peksos karena merekalah
yang membutuhkan pertolongan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai