Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME PPDTB

NAMA: SITI NURHALIZAH.M


NIM: 22201253
KELAS: PAI-F

Teori Belajar Behavioristik


➢ Pandangan tentang belajar :
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-
respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik :
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik )
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan
g. dalam pemecahan problem, ciri khasnya “trial and
error”.
➢ Termasuk teori belajar behavioristik:
1. Teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward Lee Thorndike.
2. Teori belajar classical conditioning dengan tokoh Pavlov.
3. Teori belajar Descriptive behaviorism atau operant conditioning dengan tokoh Skinner.
1. Teori Belajar Koneksionisme
Belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons. Agar
tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons
yang tepat serta melalui percobaan-percobaan ( trials ) dan kegagalankegagalan ( error ) terlebih
dahulu.
➢ Hukum-hukum Belajar dari Thorndike
Ada tiga hukum dasar ( hukum primer ) dan lima hukumtambahan. Adapun hukum dasar dari
Thorndike adalah sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
a. Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan memberi kepuasan baginya, maka
ia tidak melakukan tingkah laku lain.
b. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka tidak dilakukannya tingkah laku
itu akan menimbul kekecewaan.
c. Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku maka dilaksanakannya tingkah laku tersebut
akan menimbulkan ketidak puasan.
d. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku maka tidak dilakukannya tingkah laku
tersebut akan menimbulkan kepuasan.
2. Hukum latihan ( the law of exercise )
Prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering suatu pelajaran diulangi, makin dikuasailah
pelajaran tersebut, dan makin tidak pernah diulangi, pelajaran tersebut makin tidak dapat dikuasai.
Terdiri dari :
A. Hukum penggunaan ( “the law of use” )
Dengan latihan berulang-ulang maka hubungan stimulus dan respons makin kuat.
B. Hukum tidak ada penggunaan ( “the law of disuse” )
Bahwa hubungan antara stimulus dan respon melemah bila latihan dihentikan
3. Hukum akibat ( the law of effect )
Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya
tidak memuaskan.
➢ Lima Hukum Tambahan Thorndike
a) Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Melalui proses trial and error seseorang akan terus
melakukan respons sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
b) Set atau attitude, situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah sesuatu itu
menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Proses belajar berlangsung dengan baik bila
situasi menyenangkan dan terganggu bila situasi tidak menyenangkan.
c) Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of elements) yaitu manusia
memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam belajar harus diperhatikan lingkungan yang
sangat komplek yang dapat memberi kesan berbeda untuk orang yang
berbeda.
d) Prinsip Response by analogy atau transfer of training. Yaitu manusia merespon situasi yang
belum pernah dialami melalui pemindahan ( transfer ) unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada
situasi baru. Dikenal dengan theory of identical elements yang menyatakan bahwa makin banyak
unsur yang identik, maka proses transfer semakin mudah.
e) Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ). Yaitu proses peralihan suatu situasi yang telah
dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap, dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit unsur-unsur ( elemen ) baru dan membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali
sehingga unsur baru dapat dikenal dengan mudah oleh individu.
4. Revisi Hukum Belajar dari Thorndike
a. Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak cukup untuk
memperkuat hubungan stimulus dengan respons.
b. Hukum akibat (the law of effect) direvisi, ditemukan bahwa hadiah (reward) akan meningkatkan
hubungan, tetapi hukuman (punisment) tidak mengakibatkan efek apa-apa.
c. Belongingness, yaitu terjadinya hubungan stimulusrespon bukannya kedekatan, tetapi adanya
saling sesuai antara kedua hal tersebut. Situasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar.
d. Spread of effect, yaitu bahwa akibat dari suatu perbuatan dapat menular.
5. Penerapan Teori Belajar Koneksionisme
a. Guru dalam proses pembelajaran harus tahu apa yang hendak diberikan kepada siswa.
b. Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akan dicapai harus dirumuskan dengan jelas, masih
dalam jangkauan kemampuan siswa.
c. Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yang lebih penting ialah adanya respon-respons
yang benar terhadap stimuli.
d. Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balik bagi guru, apakah proses pembelajaran sudah
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
e. Siswa yang sudah belajar dengan baik segera diarahkan.
f. Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata, sehingga terjadi transfer dari kelas ke
lingkungan luar.
g. Materi pembelajaran yang diberikan harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Tugas yang melebihi kemampuan peserta didik tidak akan meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan permasalahannya.
RESUME ARTIKEL

APLIKASI DAN IMPLIKASI TEORI BEHAVIORISME


DALAM PEMBELAJARAN
Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran

Muh. Hizbul Muflihin

Dalam kondisi seperti apa dan sejauh mana anak bisa mendapatkan tambahan informasi
dan pengetahuan, inilah yang diharapkan terjadi dalam aktivitas belajar. Dalam konteks ini,
cukup pent ing untuk mencermati terjadinya p erubah an pada diri siswa, dan penting juga untuk
mengetahui dari mana informasi serta pengetahuan itu diperoleh. Konsep belajar, secara umum,
dapat dilihat dari tiga perspektif aliran, yaitu nativisme, empirisme dan organismik. Paham
nativisme lebih memandang bahwa belajar adalah suatu aktivitas berupa melatih daya ingat atau
otak interaksi anak dengan objek belajar, misalnya buku, majalah agar menjadi tajam, sehingga
mampu memecahkan persoalan atau masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan. P a ham ini
lebih beranggapan ba hwa anak dapa t dikatakan telah belajar jika p ada gilirannya dia mampu
menerapkan atau mengaplikasikan konsep-konsep pengetahuan yang didapat dalam berbagai
bidang kehidupan. Hal ini ber arti apa yang telah didapat oleh siswa tersebut dapat ditransfe r
atau dipindah dalam sektor atau masalah yang lain.
Dengan demikian, belajar dalam kacamata nativisme dapat dimaknai sebagai terjadinya
perubahan struktural pada diri anak. Dengan sendirinya, paham nativisme lebih mementingkan
olah pikir otak atau kecerdasan otak dalam proses belajar. Berbeda dengan paham nativisme,
paham empirisme memaknai belajar sebagai suatu aktivitas menambah informasi atau
pengetahuan dan atau pengayaan adanya bentuk pola-pola respons baru yang mengarah pada
perubahan tingkah laku siswa. Dengan demikian, kegiatan belajar guru lebih banyak
menekankan arti pentingnya siswa, misalnya berupa kegiatan menghapal materirumus. Jika hal
ini yang menjadi ti tik tekan, maka munculn ya perubahan ti ngkah laku dalam pembelajaran
lebih banyak diha rapkan adanya. Sebab, hal inilah yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil
dari respons terhadap objek belajar baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Paham
organismik mema ndang bahwa belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan pribadi siswa.
ISSN 2541-657X
Nusantara Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Volume 1 Desember 2016 64
PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
Novi Irwan Nahar
Anggota DPRD Kabupaten Agam Sumatera Barat

Teori belajar behaviorist ik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada
perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan
merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Watson tingkah
laku siswa merupakan hasil dar i pembawaan genet is dan pengaruh lingkungan, sedangkan
menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan
muncul untu k me nggantikan stimulus lain dalam mengembangkan respon, terakhir menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan
yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah la ku.
Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Kata Kunci Teori Belajar, Behavioristik, Pembelajaran
Pendahuluan Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan
atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori be
lajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelaj aran serta
penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberi kan kemudahan kepada siswa dalam
memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih san tai dan
menyenang kan. Proses belajar pada h akikatnya adalah kegiatan mental y ang tidak tampak.
Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat
disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dili hat dari gejala-gejala perubahan perilaku. Teori belaja r
yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa adalah teori belajar be havioristik. Di lihat
dari pengertiannya teori belajar behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus pada
prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran atau konstruksi mental.

Anda mungkin juga menyukai