Dalam kondisi seperti apa dan sejauh mana anak bisa mendapatkan tambahan informasi
dan pengetahuan, inilah yang diharapkan terjadi dalam aktivitas belajar. Dalam konteks ini,
cukup pent ing untuk mencermati terjadinya p erubah an pada diri siswa, dan penting juga untuk
mengetahui dari mana informasi serta pengetahuan itu diperoleh. Konsep belajar, secara umum,
dapat dilihat dari tiga perspektif aliran, yaitu nativisme, empirisme dan organismik. Paham
nativisme lebih memandang bahwa belajar adalah suatu aktivitas berupa melatih daya ingat atau
otak interaksi anak dengan objek belajar, misalnya buku, majalah agar menjadi tajam, sehingga
mampu memecahkan persoalan atau masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan. P a ham ini
lebih beranggapan ba hwa anak dapa t dikatakan telah belajar jika p ada gilirannya dia mampu
menerapkan atau mengaplikasikan konsep-konsep pengetahuan yang didapat dalam berbagai
bidang kehidupan. Hal ini ber arti apa yang telah didapat oleh siswa tersebut dapat ditransfe r
atau dipindah dalam sektor atau masalah yang lain.
Dengan demikian, belajar dalam kacamata nativisme dapat dimaknai sebagai terjadinya
perubahan struktural pada diri anak. Dengan sendirinya, paham nativisme lebih mementingkan
olah pikir otak atau kecerdasan otak dalam proses belajar. Berbeda dengan paham nativisme,
paham empirisme memaknai belajar sebagai suatu aktivitas menambah informasi atau
pengetahuan dan atau pengayaan adanya bentuk pola-pola respons baru yang mengarah pada
perubahan tingkah laku siswa. Dengan demikian, kegiatan belajar guru lebih banyak
menekankan arti pentingnya siswa, misalnya berupa kegiatan menghapal materirumus. Jika hal
ini yang menjadi ti tik tekan, maka munculn ya perubahan ti ngkah laku dalam pembelajaran
lebih banyak diha rapkan adanya. Sebab, hal inilah yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil
dari respons terhadap objek belajar baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Paham
organismik mema ndang bahwa belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan pribadi siswa.
ISSN 2541-657X
Nusantara Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Volume 1 Desember 2016 64
PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
Novi Irwan Nahar
Anggota DPRD Kabupaten Agam Sumatera Barat
Teori belajar behaviorist ik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada
perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan
merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Watson tingkah
laku siswa merupakan hasil dar i pembawaan genet is dan pengaruh lingkungan, sedangkan
menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan
muncul untu k me nggantikan stimulus lain dalam mengembangkan respon, terakhir menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan
yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah la ku.
Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Kata Kunci Teori Belajar, Behavioristik, Pembelajaran
Pendahuluan Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan
atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori be
lajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelaj aran serta
penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberi kan kemudahan kepada siswa dalam
memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih san tai dan
menyenang kan. Proses belajar pada h akikatnya adalah kegiatan mental y ang tidak tampak.
Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat
disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dili hat dari gejala-gejala perubahan perilaku. Teori belaja r
yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa adalah teori belajar be havioristik. Di lihat
dari pengertiannya teori belajar behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus pada
prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran atau konstruksi mental.