Disusun oleh :
Siti Nurhalizah.M 22201253
Nazilatul Mufarrrihah An Nabila 22201236
Mochamad Haizul Makarim 22201219
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUTNAGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KEDIRI 2023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan dengan menyebut Asma Allah Yang
Maha Besar & Maha Penyayang, kami bersyukur dengan Bimbingan, Karunia &
RahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ HUKUM SEBAGAI
LANDASAN MEMBANGUN NKRI ”. Tujuan penulisan Makalah ini sebagai syarat
dalam menyelesaikan tugas Kelompok, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak, yang telah berkenan membantu dalam proses penyusunan
hingga makalah ini berhasil diselesaikan. Terutama kepada beliau Bapak. Dr. H. Ilham
Thohari,, SH.,M.HI selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4 Peraturan Daerah merupakan salah satu unsur produk hukum, maka prinsip-
4
prinsip pembentukan, pemberlakuan dan penegakannya harus mengandung
nilai-nilai hukum pada umumnya. Berbeda dengan niali-nilai sosial lainya, sifat
kodratinya dari nilai hukum adalah mengikat secara umum dan ada
pertanggungjawaban konkrit yang berupa sanksi duniawi ketika nilai hukum
tersebut dilanggar. Oleh karena itu Peraturan Daerah merupakan salah satu
produk hukum, harus dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas
dalam hal pengenaan sanksi. Menurut Lawrence M. Friedman, sanksi adalah
cara-cara menerapkan suatu norma atau peraturan.
B. Rumusan masalah
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum
6
ketertiban bersama serta memiliki sanksi bagi yang tidak menaati norma
tersebut.
Melihat dari berbagai pendapat para ahli tentang tujuan serta fungsi
hukum di atas kalian bisa paham, kan, seberapa penting hukum itu ada
bagi suatu negara. Mudahnya kalian bisa coba uraikan tujuan hukum
dalam suatu negara, diantaranya sebagaimana yang ada dalam poin-poin
di bawah ini:
7
Indonesia.
8
3. Berdasarkan waktu berlakunya, hukum terbagi menjadi, tiga yaitu Ius
constitutum, Ius constituendum, dan Hukum asasi.
1. Lus constitutum merupakan hukum positif yang berlaku saat ini bagi
suatu masyarakat dalam suatu daerah tertentu.
9
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Hal ini adalah
membuktikan bahwa Indonesia adalah negara dengan kedaulatan rakyat
dimana kekuasaan tertinggi di tangan rakyat, namun rakyat tidak boleh
melenceng dari Undang-Undang Dasar. Secara tidak langsung, ini
digunakan agar tidak terjadinya ketimpangan antara hak dan kewajiban,
dimana akan menuntut hak tanpa melaksanakan kewajiban.
Sejak awal Republik Indonesia berdiri pilihan konsep negara hukum
yang dicitakan adalah negara hukum demokratis yang secara aktif
bertujuan untuk mewujudkan perlindungan terhadap segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan
umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut serta memelihara
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.1
Indonesia sebagai sebuah negara yang lahir pada abad ke-20,
mengadopsi konsep bernegara hukum sesuai prinsip konstitusionalisme.
Hal ini dapat dilihat dari kesepakatan (consensus) bangsa Indonesia sejak
UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia ditetapkan. Kesepakatan
inilah yang pada perkembangannya menjelma menjadi cita-cita bersama
yang biasa juga disebut falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita
negara)yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common
platforms atau kalimatun sawa diantara sesama warga masyarakat dalam
konteks kehidupan bernegara2
Di dalam negara hukum, penggunaan wewenang atau kekuasaan oleh
penguasa negara dan/atau pengauasa pemerintahan tidak dapat dilepaskan
dari pembatasan yang telah ditetapkan dalam hukum, sebab penggunaan
wewenang bertolak dari konsep pembagian kekuasaan yang merupakan
ciri atau karakter negara hukum. Secara konvensional, konsep negara
hukum selalu dikaitkan dengan prinsip- prinsip pemerintahan yang harus
didasarkan atas hukum dan konstitusi, adanya pembagian atau pemisahan
1
Zulkarnain Ridwan, Negara Hukum Indonesia kebalikan NACHTWACHTTERSTAAT. Fiat justitia
jurnal ilmu hukum (2012), Vol. 5 h. 2.
2
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
h.22.
10
kekuasaan negara ke dalam fungsi yang berbeda-beda. Mengenai makna
dari negara berdasar atas hukum, Mohtar Kusumaatmadja menyatakan,
makna terdalam dari negara berdasarkan atas hukum adalah kekuasaan
tunduk pada hukum dan semua orang sama kedudukannya di dalam
hukum. Pemahaman demikian membawa konsekuensi logis bahwa setiap
perbuatan baik yang dilakukan oleh rakyat
maupun penguasa harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
tanpa ada pengecualian sedikitpun3
B.1. Prinsip Pokok Negara Hukum (Rechtsstaat)
Dalam rangka merumuskan kembali ide-ide pokok konsepsi Negara
Hukum itu dan pula penerapannya dalam situasi Indonesia dewasa ini,
menurut pendapat saya, kita dapat merumuskan kembali adanya tiga-belas
prinsip pokok Negara Hukum (Rechtsstaat) yang berlaku di zaman
sekarang. Ketiga-belas prinsip pokok tersebut merupakan pilar- pilar
utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara modern sehingga
dapat disebut sebagai Negara Hukum (The Rule of Law, ataupun
Rechtsstaat) dalam arti yang sebenarnya, yaitu:
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law):
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum,
yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman
tertinggi.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law):
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara
empirik.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law):
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas
dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan
pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundangundangan yang
sah dan tertulis.
3
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, ( Bandung:
Alumni,2002) h.12
11
4. Pembatasan Kekuasaan:
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan
cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau
pemisahan kekuasaan secara horizontal.
5. Organ-Organ Campuran Yang Bersifat Independen:
Dalam rangka membatasi kekuasaan itu, di zaman sekarang berkembang
pula adanya pengaturann ke lembagaan pemerintahan yang bersifat
„independent‟, seperti bank sentral, organisasi tentara, dan organisasi
kepolisian.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak:
Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and
impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak harus
ada dalam setiap Negara Hukum.
7. Peradilan Tata Usaha Negara:
Meskipun peradilan tata usaha negara juga menyangkut prinsip
peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi penyebutannya secara khusus
sebagai pilar utama Negara Hukum tetap perlu ditegaskan tersendiri.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court):
peradilan ataupun mahkamah konstitusi (constitutional court) ini adalah
dalam upaya memperkuat sistem „checks and balances‟ antara cabang-
cabang kekuasaan yang sengaja dipisah-pisahkan untuk menjamin
demokrasi
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan
jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil.
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):
setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan
mencerminkan nilai-nilai keadilan yang hidup di tengah masyarakat.
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat):
12. Transparansi dan Kontrol Sosial:
13. Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
12
C. Tata kelola Negara berdasarkan Hukum
Menurut Erna Witoelar (Ketua dewan kemitraan bagi pembaharuan tata
pemerintahan), istilah tata pemerintahan mempunyai makna yang jauh
lebih luas dari pemerintahan. Tata pemerintahan menyangkut
cara-cara yang disetujui bersama dalam mengatur pemerintahan dan
kesepakatan yang dicapai antara individu, masyarakat madani, lembaga-
lembaga masyarakat, dan pihak swasta. Ada dua hal penting dalam
hubungan ini, yaitu:
a) semua pelaku harus saling tahu apa yang dilakukan oleh pelaku lainnya
dan,
b) adanya dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan-perbedaan
diantara mereka.
Terdapat banyak teori dari berbagai sumber ataupun para ahlimengenai
prinsip-prinsip good governance, dan prinsip tersebut setelah
diakumulasikan adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang
menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap
kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam
rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah
menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan
pendapatnya.
2. Penegakan hukum
Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat. Berdasarkan kewenangannya,
pemerintah daerah harus mendukung tegaknya supremasi hukum dengan
melakukan berbagai penyuluhan peraturan perundang-undangan dan
menghidupkan kembali nilai-nilai dan normanorma yang berlaku di
masyarakat
13
3. Transparansi
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Transparansi
(transparency) secara harafiah adalah jelas (obvious), dapat dilihat secara
menyeluruh (able to be seen through) (Collins, 1986). Dengan demikian
transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses
kegiatan perusahaan (Wardijasa, 2001). Tranparansi merupakan salah satu
syarat penting untuk menciptakan Good Governance. Dengan adanya
transparansi di setiap kebijakan dan keputusan di lingkungan organisasi,
maka keadilan (fairness) dapat ditumbuhkan.
4. Kesetaraan
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk
menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang beruntung, seperti
mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses
pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum
minoritas agar mereka tidak tersingkir. Selanjutnya kebijakan khusus akan
disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan kaum
minoritas baik dalam lembaga eksekutif dan legislatif.
5. Daya tanggap
Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat, tanpa kecuali. Pemerintah daerah perlu membangun
jalur komunikasi untuk menampung aspirasi masyarakat dalam hal
penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum masyarakat, talk show,
layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat,
pemerintah daerah akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan
secara periodik mengumpulkan pendapat masyarakat.
6. Wawasan ke depan
Membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan
mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga
warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan
14
daerahnya. Tujuan penyusunan visi dan strategi adalah untuk memberikan
arah pembangunan secara umun sehingga dapat membantu dalam
penggunaan sumberdaya secara lebih efektif. Untuk menjadi visi yang
dapat diterima secara luas, visi tersebut perlu disusun secara terbuka dan
transparan, dengan didukung dengan partisipasi masyarakat, kelompok-
kelompok masyarakat yang peduli, serta kalangan dunia usaha.
7. Akuntabilitas
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuat
kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk
mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang
jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus
dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
8. Pengawasan
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan
swasta dan masyarakat luas. Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga
berwenang perlu memberi peluang bagi masyarakat dan organisasi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan kerja, sesuai bidangnya. Walaupun demikian tetap
diperlukan adanya auditor independen dari luar dan hasil audit perlu
dipublikasikan kepada masyarakat.
9. Efesiensi & Efektifitas
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
mengunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggungjawab. Pelayanan masyarakat harus mengutamakan kepuasan
masyarakat, dan didukung mekanisme penganggaran serta pengawasan
yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis
pelayananya. Untuk menciptakan efisiensi harus digunakan teknik
manajemen modern untuk administrasi kecamatan dan perlu ada
15
desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat
keluruhan/desa.
10. Profesionalisme
Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan
agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya
yang terjangkau. Tujuannya adalah menciptakan birokrasi profesional
yang dapat efektif memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini perlu didukung
dengan mekanisme penerimaan staf yang efektif, sistem pengembangan
karir dan pengembangan staf yang efektif, penilaian, promosi, dan
penggajian staf yang wajar. Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu
karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal peqlaksanaan good
governance yang berkaitan dengan control dan pengendalian, yakni
pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan
cara sungguh-sungguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Sepuluh prinsip Tata-Pemerintahan yang Baik, yang menjadi pedoman
untuk pemerintah daerah, kota maupun kabupaten di Indonesia. Kunci
utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-
prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan
tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa
dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip
good governance. Untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip good
governance, maka aturan hukum senantiasa dipandang sebagai pemberi
arah bagi setiap proses pembaharuan, karena persepektif reformasi harus
berjalan secara gradual, konseptual dan konstitusional.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut SM. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang mana tujuan dari
peraturan ini adalah untuk mengadakan ketertiban dalam pergaulan
manusia sehingga keamanan dan ketertiban menjadi terpelihara.
Adapun macam-macam hukum di Indonesia antara lain; hukum
berdasarkan bentuknya, berdasarkan sumbernya, berdasarkan waktu
berlakunya, berdasarkan tempatnya dan berdasarkan sifatnya.
2. Indonesia adalah negara hukum bermaksud bahwa walaupun rakyat
memegang kekuasaan tertinggi terhadap negara, namun tetap dibatasi
oleh adanya hukum. Indoneisa adalah suatu negara yang memiliki dua
sistem kedaulatan, yaitu sebagai negara kedaulatan rakyat dan negara
kedaulatan hukum. Kedua sistem kedaulatan di Indonesia ini tecantum
dalam UUD Negara Indonesia yaitu pada pasal-pasal berikut ini :Pasal
1 ayat (2) Pasal 1 ayat (2) berbunyi "Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar"
3. Tata pemerintahan menyangkut cara-cara yang disetujui bersama
dalam mengatur pemerintahan dan kesepakatan yang dicapai antara
individu, masyarakat madani, lembaga-lembaga masyarakat, dan
pihak swasta. Ada dua hal penting dalam hubungan ini, yaitu:
a) semua pelaku harus saling tahu apa yang dilakukan oleh pelaku
lainnya dan,
b) adanya dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan-
perbedaan diantara mereka.
B.Saran
Indonesia adalah negara hukum, dimana segala tatanan
kehidupan kita tak terlepas oleh aturan, maka dari itu sebagai warga
negara yang baik marilah kita senantiasa menegakkah hukum di negeri
kita tercinta agar terciptanya Negara Indonesia yang tertib, aman dan
damai.
17
DAFTAR PUSTAKA
18