Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM NORMA,


KAIDAH, NORMA HUKUM DAN KAIDAH HUKUM

Disusun oleh:

M Rendi Sulistiyo ( 170111100005)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


BANGKALAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah
rampung. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan
untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.

Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata
kuliah hukum perundang – undangan .Namun penulis cukup menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.

Bangkalan, 14 februaray 2019

M. Rendi Sulistiyo

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAULUAN…………………………………………………… iii
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………… 2
1.3 Tujuan penulisan……………………………………………………...... 3
1.4 Manfaat penulisan……………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 5
2.1 Hukum dan perundang-undangan……………………………………… 6
2.2 Norma, Kaidah, Norma Hukum, dan Kaidah Hukum…………………. 7
BAB III PENUTUP……………………………………………………….. 8
3.1 kesimpulan……………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan


masyarakat, dan pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap
tingkah laku masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis. Sebagai ilmu yang bersifat perspektif, artinya
ilmu yang membawa akan sarat nilai. Timbulnya ilmu hukum ini tidak dapat
dipisahkan dari tradisi peradaban barat, berbeda dengan peradaban timur, seperti
tiongkok, india, jepang dan afrikayang lebih menempatkan hukum sebagai factor
sentral, dalam peradaban barat hukum dipandang sebagai prinsip sentral
kehidupan. Hal ini bisa dilacak dari sejarah peradaban tersebut.

Peradaban barat bersumber pada peradaban yunani. Pada tahap-tahap


yang menentukan dalam sejarah yunani, negara territorial merupakan suatu
organisasi politik yang sangat penting dari semua organisasi yang di buat oleh
manusia. Oleh karena orang yunani, di dunia dapat di terangkan melalui hukum
alam. Dan kemudian dijadikannya hukum sebagai prinsip sentral dalam kehidupan
tidak lama setelah tahun 1.200 SM.

1.2 Rumusan masalah


1. Hukum dan perundang - undangan
a. Definisi hukum dan perundang- undangan
b. Fungsi dan tujuan hukum dan perundang – undangan
c. Persamaan dan perbedaan hukum , peraturan dan perundang –
undangan
2. Norma, kaidah, norma hukum dan kaidah hukum
a. Definisi
b. Fungsi, tujuan dan manfaat
c. Hubungannya dalam pembentukan hukum

1
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang
di berikan oleh pak encik Muhammad fauzan selaku dosen pengampu mata kuliah
hukum perundang –undangan, dan juga memberikan gambaran tentang hukum
dan perundang –undangan serta norma, kaidah, norma hukum, dan kaidah hukum
bagi pembaca.

1.4 Manfaat penulisan


1. Dapat mengetahui definisi, fungsi, tujuan, persamaan dan perbedaan
hukum peraturan perundang –undangan.
2. Dapat mengetahui definsi, fungsi, tujuan, manfaat serta hubungan norma,
kaidah, dan kaidah hukum dalam pembentukan hukum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum dan perundang-undangan


a. Definisi hukum dan perundang-undangan
Bagi yang mempelajari tentang hukum, pasti akan mencari tahu apa itu
hukum. Sebenarnya para sarjana telah lama mencari bataasan tentang hukum,
tetapi belu, ada yang dapat memberikan suatu batasan definsi yang tepat. Dalam
pemberian definisi tentang hukum, para sarjan meninjau hukum dari segi
yangberbeda-beda seperti, segi sejarah, ekonomi, filsafat dan sebagainya, sesuai
latar belakang dari sejarah itu sendiri.1

Hukum adalah gejala sosial yang selalu berubah-ubah mengikuti


perkembangan zaman, hukum merupakan pengatur dan petunjuk dalam kehidupan
bermasyarakat (‘‘levensesvoorschriten’’) sehinggahukum selalu sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat itu sendiri dan hukum selalu dipengaruhi oleh
kebiasaan, kesusialaan, kebudayaan, agama dan sebagainya.

Utrecht sependapat dengan anggapan Apeldoorn, bahwa untuk


memberikan suatu definisi yang tepat tentang hukum adalah tidak mungkin.
Hukum mengatur hubungan di dalam masayarakat antara orang dengan anggota
masyarakat antara orang dengan orang atau antara anggota masyarakat yang satu
dengan anggota masyarakat yang lain. Bentuk hubungannya dapat lebih terinci
lagi dalam bermacam-macam bentuk seperti perkawinan, tempat kediaman,
perjanjian-perjanjian dan lain sebagainya. Maka ruang lingkup hukum sedemikian
luasnya sehingga dapat dikatakan luasnya tak terbatas oleh karenanya tidak
mungkinlah dibuat batasan yang tepat.2

Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau gesetzgeburg)


dalam beberapa kepustakaan mempunyai dua pengertian yang berbeda. Dalam
kamus umum yang berlaku, istilah legislationdapat diartikan dengan perundang-
undangan dan pembuat undang-undang, istilah wetgeving diterjemahkan dengan

1
R. soeroso, Pengantar Ilmu Hukum ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005). Hlm. 23-24
2
Ibid,hlm. 24

3
pengertian membentuk undang-undang, dan keseluruhan daripada undang-undang
negara, sedangkan istilah gesetzgeburg diterjemahkan dengan pengertian
perundang- undangan.
Pengertian wetgeving dalam juridisch woorddenbook diartikan sebagai,
perundang-undangan merupakan proses pembentukan atau proses membentuk
negara, baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dan juga perundang-undangan
diartikan sebgai segala peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan
peraturan, baik di tingkat pusat maupun daerah.3

b. Fungsi dan tujuan hukum dan perundang-undangan

Dengan banyaknya peran hukum yang tak terhingga banyaknay itu, maka
hukum mempunyai fungsi menertibkan dan mengatur pergaulan dalam
masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Dalam
perkembangan masyarakat fungsi hukum sebagai alat pengukur tata tertib
hubungan masyarakat, sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan
batin, sebagai sarana penggerak pembangunan serta sebagai fungsi kritis.

Agar fungsi hukum dapat terlaksana dengan baik, maka bagi para penegak
hukum di tuntut kemampuannya untuk melaksanakan dan menerapkan hukum
dengan baik, dengan seni yang dimiliki masing-masing petugas misalnya
menafsirkan hukum sesuai dengan keadilan dan posisi masing-masing. Bila perlu
diadakan penafsiran anlogis penghalusan hukum atau memberi ungkapan a
contrario.

Sementara mengingat banyak sebagai pendapat yang beebeda –beda


tentang tujuan hukum, maka untuk mengatakan secara tegas, apakah tujuan
hukum itu adalah sulit. Ada yang beranggapan bahwa tujuanhukum itu
kedamaian, keadilan, kefaedahan, kepastian hukum dan sebagainya. Kesemuanya
ini menunjukkan bahwa hukum itu merupakan gejala masyarakat.4

Pendapat berbagai ahli mengenai tujuan dari hukum dapat ditengahkan


sebagai berikut
3
Maria farida indrati s. ilmu perundang-undangan ( Yogyakarta: kanisius, 2007), hlm. 10
4
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005). Hlm. 56-59

4
1.) Dr.wirjono prodjodikoro. SH.

Dalam bukunya “perbuatan melanggar hukum”mengemukakan bahwa


tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan da tata tertib dalam
masyarakat.

Ia mengatakan bahwa masing-masing anggota masyarakat mempunyai


kepentingan yang beraneka ragam. Ujud dan jumlah kepentingannya tergantung
pada ujud dan sifat kemanusiaan yang ada dalam tubh para anggota masyarakat
masing-masing.

2.) Prof. subekti, SH.

Dalam bukunya “dasar-dasar hukum dan pengadilan”. Prof. subekti, SH.


Mengemukakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang intinya ialah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya. Pengabdian tersebut
dilakukan dengan cara menyelenggrakan “keadilan” dan “ketertiban”. Keadilan
ini digambarkan sebagai suatu keseimbangan yang membawa ketentraman
didalam hati orang yang apabila melanggar menimbulkan kegelisahan dan
guncangan. Kaidah ini menurut “dalam keadaan yang sama dan setiap orang
menerima bagian yang sama pula”.

Menurut Prof. Subekti, SH, keadilan berasal dari tuhan yang maha Esa dan
setiap orang diberi kemampuan dan kecakapan untuk meraba dan merasakan
keadaan adil itu. Dan segala apa yang ada di dunia ini sudah semestinya
menimbulkan dasar-dasar keadilan pada manusia. Dengan demikian hukum tidak
hanya mencarikan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang bertentangan
satu sama lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan antara tuntutan
keadilan tersebut dengan “ketertiban” atau “kepatian hukum”.

3.) Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldoorn

Dalam bukunya “inleiding tot de studievan het netherlandse recht”,


Apeldoorn menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara adil dan damai. Untuk mencapai kedamaian hukum harus
diciptakannya masyarakat yang adil dengan mengadakan pertimbangan antara

5
kepentingan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh (sedapat
mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat van Apeldoorn ini dapat dikaitkan
jala tengah antara dua teori tujuan hukum, teoris etis dan utilitis.

4) Prof. Mr. J Van Kan.


Ia berpendapat bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingantiap-tiap
manusia supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu. Di sini jelaslah bahwa
hukum bertugas untuk menjamin kepastian hukum di dalam masyarakat dan juga
menjaga serta mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim sendiri
(eigenerichting is verhoden). Tetapi tiap perkara harus diselesaikan melalui
proses pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku.

Sejak berdirinya Negara Republik Indonesia dikenal dengan adanya


bermacam-macam peraturan peningglan zaman hindia belanda, maupun hukum
tidak tertulis yang merupakan hukum adat yang beraneka ragam. Hukum Nasional
Indonesia dewasa ini masih dalam proses pembentukan. Beberapa perundang-
undangan nasional ( dalam artiperundang-undangan yang dibentuk setelah
Indonesia) memang telah ada, namun apakah perundang-undangan itu telah sesuai
dengan cita hukum Nasional, kita perlu menelitinya secara cermat.

Pembentukan hukum nasional dapat diartikan dengan pembentukan


hukum tidak tertulis yang berwujud hukum kebiasaan dan hukum adat yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat adat, dapat juga diartikan dengan
pembentukan hukum yang tertulis, yang dibentuk oleh lembaga yang berwenang,
yang berwujud peraturan perundang-undangan yang bersifat legislatif maupun
bersifat administrative.

Pembentukan hukum Nasional saat ini terasa sangat mendesak, oleh


karena dalam perkembangan sistyem ketatanegaran di Indonesia dari masa
penjajahan hindia belanda samapai berlakunya perubahan undang-undang dasar
1945 dalam era Reformasi telah berlaku berbagai jenis pertauran perundang-
undangan.

Pada saat negara republik Indonesia diproklamasikan, secara vertikal di


Indonesia di kenal dengan adanya adanya tiga lapis hukum yang berlaku secara

6
bersamaan, yaitu hukum bagi masyarakat golongan eropa, hukuim bagi
masyarakat golongan bumiputera, dab hukum bagi masyarakat bagi golongan
timur asing. Selain itu, secara horizontal diakui adanya 19 lingkung laku aneka
hukum adat (eschtkskringen) yang beberapa di antaranya dan sisanya menerima
hukuim islam sebagai hukuimnya sendiri baik melalui terori “reception” atau
“reception in complexu”.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan ilmu di bidang


perundang-undangan terasa semakin diperlukan, sebagai wacana untuk
membentuk Hukum Nasional yang dicita-citakan ana terdiri dari hukum tertulis
dan hukum tidak tertulis. Selain itu pembentukan hukum tertulis itu dirasakan
sangat perlu bagi perkembangan masyarakat dan negara saat ini.

c. Persamaan dan perbedaan hukum, peraturan dan perundang-undangan.

Berdasarakan dari peraturan perundang-undangan yang diatur dalam pasal


1 angka 2 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
perundang-undangan adalah “peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapakan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan”.

Kemudian hierarki dari peraturan perundang-undanganyang diatur dalam


pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011

(1) Jenis hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas


a. Undang –undang dasar negara republic Indonesia republic Indonesia tahun
1945.
b. Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat.
c. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
d. Peraturan pemerintah.
e. Peraturan presiden.
f. Peraturan daerah provinsi, dan

7
g. Peraturan daerah kabupaten/kota.5

(2) Kekuatan hukum perundang-undangan sesuai dengan hierarki


sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Menurut bagir manan, pengertian peraturan perundang-undangan adalah


sebagai berikut:

1) Setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan pejabat atau lingkungan jabatan


yang berwenang yang beriri aturan tingkah laku yang bersifat atau
mengikat umum.
2) Merupakan aturan-aturan tingakah laku yang berisi ketentuan-keyentuan
mengenai hak, kewajiban, fungsi, status atau suatu tatanan.
3) Merupakan peraturan yang mempunyai ciri-ciri umum, abstrak atau
abstrak umum, artinya tidak mengatur atau tidak ditujukan pada obyek ,
peristiwa atau gejala konkret tertentu.6

Dengan mengambil pemahaman dalam kepustakaan belanda, peraturan


perundang-undangan lazim disebut dengan bahan baah di izin atau sering juga
disebut dengan algemeen verbindedende voorschrift.

Jadi, peraturan, hukum dan perundang-undangan merupakan peraturan


umum-abstrak, tertulis, mengikat umum, dibuat oleh lembaga atau pejabat yang
terkait dan disetujui. Dari uraian tersebut kiranya dapat membatalkan peraturan
perundang-undangan adalah semua yang tercantum dalam peraturan yang berlaku
dan di buat atau diatur oleh lembaga negara atau pejabatyang ditunjuk melalui
prosedur yang telah ditetapkan. Sementara, undang-undang merupakan salah satu
jenis dari peraturan perundang-undangan.7

Oleh karena luasnya pembahasan untuk masalah pembentukan peraturan


negara serta masalah produk atau hasil dari pembentukan perundang-undangan
tersebut, maka dalam buku ini hanya akan disajikan teori dasar yang berhubungan

5
Undang-undang republic Indonesia nomor 12 tahun 2011, Pembentukan peraturan perundang-
undanagan (bandung: citra umbara), hlm. 2-3
6
Maria farida indrati s. ilmu perundang-undangan ( Yogyakarta: kanisius, 2007),hlm, 10
7
Peter mahmud marzuki. Pengantar ilmu hukum ( Jakarta : kencana, 2008), hlm 5

8
dengan perundang-undangan, sedangkan pembahasan tentang proses
pembentukan dan teknik pembentukan peraturan perundang-undangan akan
disajikan dalam buku yang lain.

Sedangkan perbedaannya terletak pada bidang kajian dogmatika


hukumyang sedang berlaku dalam sistem hukum tertentu. Perlu dikemukakan
dalam tulisan ini bahwa hukum yang sedang berlaku dalam sistem hukum tertentu
bukanlah hukum positif. Mengenai praktik-praktik yang sudah diterima sebagai
hukum dapat dikemukakan sebagai contoh bahwa di bebarapa kota besar di
Indonesia terdapat lembaga property brokerage yang tidak diatur dalam ketentuan
undang-undang.

Juga terletak pada fungsi dan kegunaannya. Fungsi hukum untuk membuat
ketertiban dan menyelesaikan persoalan atau masalah yang timbul dalam
masyarakat. Sedangkan fungsi dari peraturan sendiri merupakan untuk membuat
keteraturan dalam masyarakat, dan peraturan ini dibuat oleh orang yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur semua elemen masyarakat. Sedangkan
perundang-undangan di buat untuk membuat suatu kebijakan dari lembaga-
lembaga dan penguasa yang berwenang.

2.2 Norma, kaidah, norma hukum dan kaidah hukum.


a) Definisi norma, kaidah, norma hukum, dan kaidah hukum.
Norma sendiri merupakan suatu tolak ukur yang harus dipatuhi oleh
seorang dalam melakukan hubungan dengan sesamanya ataupun dengan
lingkungan sekitarnya. Norma juga dapat diartikan sebagai suatu patokan untuk
seseorang dalam bermasyarakat. Jadi norma merupakan aturan dalam masyarakat
yang harus di patuhi oleh setiap orang.

Tujuannya adalah untuk menciptakan perdamaian,tata tertib, atau


membuat lalu lintas pergaulan antar masyarakat yang bersifat lahiriyah.
Peanggaran terhadap norma akan diancap dengan berbagai sanksi. Meskipun pada
dasarnya sanksi ini tidak dapat di paksakan , tetapi datangnya dari luar ( dari
masyarakat) diri si pelaku.

9
Pada hakikatnya sanksi bertujuan untuk mengembalikan ( memulihkan)
kesimbangan tatanan masyarakat yang telah terganggu ( terguncang) oleh
pelanggaran-pelanggaran norma. Artinya keberadaan norma-norma tersebut
belum menjamin ketertiban dalam masyarakat. Beberapa sebabnya yakni sebagai
berikut.

 Ada orang yang mengaku tidak beragama (atheis) dan ada juga orang yang
mengabaikan rasa susila (tidak berkesusilaan) dan ada juga orang yang
mengabaikan rasa sopan santun.
 Ada kepentingan-kepentingan manusia sebagai anggota masyarakat yang
tidak tercakup oleh norma-norma yang ada.8

Karena hal-hal tersebut diperlukan perlindungan lebih lanjut yang telah


menjamin kepenytinan-kepentingan manusia dalam pergaulan hidup masyarakat.

Sedangkan kaidah sendiri dalam bukunya sorjono soekanto dan


purbacaraka dalam bukunnya “perihal kaidah hukum” mengemukakan bahwa,
kaidah merupakan patokan atau tolak ukur atau pedoman untuk berperilaku atau
bersikap tindak dalam hidup. Apabila ditinjau pada hakekatnya, maka kaidah
merupakan rumusan suatu pandangan mengenai perilaku masyarakat.

Norma hukum merupakan peraturan yang bersifat tertulis maupun tidak


tertulis yang dibuat oleh lembaga-lembaga yang berkuasa dan berwenang
membentuk norma tersebut. Dan norma tersebut merupakan produk dari negara.
Norma hukum itu datangnya dari luar diri seseorang. Dan yang melanggar dapat
dikenakan sanksi piidana dan sanksi pemaksaan secara fisik.

Kaidah hukum merupakan peraturan yang dibuat atau dipositifkan secara


resmi oleh orang yang berkuasa dalam masyarakat. Mengikat dan memaksa setiap
masyarakat, sehingga berlakunya kaidah hukum dapat di pertahankan

b) Fungsi, tujuan dan manfaat norma, kaidah, norma hukum, dan kaidah
hukum.

8
Abdul rachmad budiono, pengantar ilmu hukum budiono ( malang : bayu media publishing), hlm
12

10
Fungsi, tujuan dan manfaat norma, berdasarka hal-hal yang diuraikan
diatas dapat diambil kesimpulan.

 Norma agama atau norma kepercayaan bertujuan untuk menciptakan


kesucian hidup, pribadi, atau supaya manusia menganut krhidupan yang
beriman.
 Norma kesusilaan bertujuan supaya terbentuk krebaikan akhlak pribadi.
 Norma kesopanan bertujuan untuk mencapai kesedapan atau keindahan
hidup antarpribadi.
 Norma hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib dan kedamaian
hidup antarpribadi atau seperti yang diakatakan professor l. van
Apeldoorn.
 Norma- nor,a tersebut berguna untuk kesemprnaan manusia dan untuk
ketertiban masyarakat.9

Sedangkan fungsi, tujuan dan manfaat kaidah yaitu untuk menciptakan


suatu nilai kebaikan, kebenaran dan keindahan. Dengan mengedepankan nilai
kebaikan maka akan didapatkan suatu keseimbangan. Sedang dengan
diciptakannya nilai keindahan maka akan memunculkan suatu kebahagiaa.

Keindahan, kebenaran, itu semua merupakan suatu kunci untuk mencapai


suatu keadilan. Oleh karena itu fungsi dan tujuan kaidah adalah untuk mencapai
kemanfaatan bagi masyarakat.

Selanjutnya yaitu tentang fungsi, tujuan dan manfaat norma hukum yaitu
melindungi dan menjaga ketertiban didalam masyarakat. Dimana apabila didalam
suatu masyarakat ada yang melanggar norma hukum maka akan di kenakan sanksi
yang bersifat mengikat dan memaksa. Ada berbagai macam norma yang berlaku
di masyarakat yang lahir dari kebiasaan-kebiasaan yanga ada di masyarakat.

Sebagai mana yang dirumuskan oleh purnadi purbacaraka dan sarjono


soekanto bahwa kaidah hukum bertugas untuk menegakkan keadilan. Sedangkan

9
Abdul rachmad budiono, pengantar ilmu hukum ( malang : bayu media publishing), hlm. 14

11
tujuannya adalah untuk mencapai kedamaian. Jika sudah tericpta keselarasan
antara keadilan dan kedamaian maka situasi ketenangan pribadi akan tercipta.

c) Hubungnnya dalam pembentukan hukum

Norma sebagai hukum yang tercipta dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat.


Sehingga dalam pembentukan hukum, norma sangat berpengaruh penting supaya
hukum yang terbentuk dapat berlaku secara efisen dan efektif dalam mengatur
perilaku masyarakat.

Kaidah sebagai dasar dari pembentukan hukum, yang dapat menciptakan


keselarasan dari aturan-aturan yang dapat di jadikan hukum untuk mengatur pola
perilaku masyarakat agar menajadikan masyarakat damai dan dapat memunculkan
keindahaan dalam masyarakat.10

Jika dilihat secara mendalam, norma hukum disini merupakan aturan yang
membatasi perilaku masyarakat, jika ada aturan yang dilanggar oleh masyarkat
maka hukum akan memberikan sanksi terhadap masyarakat yang melanggar,
karena hukum bersifat mengikat dan memaksa. Disinilah latak hubungan norma
hukum dlam pembentukan hukum.

Kaidah hukum sendiri berperan sebagai sesuatu yang digunakan untuk


menciptakan kedamaian dan keindahan dalam masyarakat. Sehingga dengan
adanya kaidah hukum, maka terbentuknya hukum dalam mengatur perilaku
masyarakat agar tidak melenceng dari aturan hukum yang berlaku di dalam
masyarakat.

10
Ni ketut sari andayani, pengantar ilmu hukum dalam teori dan praktik ( Yogyakarta: graha
ilmu, 2015), hlm. 16

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Banyak uraian yang menerangkan tentang hukum, mereka menjelaskan


definisi hukum berdasarkan pemikiran mereka masing-masing. Dari semua
definisi yang ada. Tidak ada yang dapat menjelaskan dengan lebih komoplek
tentang apa itu hukum, karena pada dasarnya hukum tidak bisa di definisikan.

Dan dari berbagai macam penjelasan tentang hukum, terdapat keterkaitan


antara hukum dan perundang-undanagan, terdapat juga persamaan dan perbedaan
anatara hukum dan peraturan serta perundang-undangan. Terdapat juga hubungan
norma, kaidah, norma hukum dan kaidan hukum dalam pembentukan hukum yang
mengatur perilaku dalam masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Soeroso. R (2005) pengantar ilmu hukum, sinar grafika. Juni 2005

Marzuki peter Mahmud ( 2008) pengantar ilmu hukum, kencana: 16 february


2008

Djamali abdul r ( 2013) pengantar hukum Indonesia, Jakarta: rajawali pers, 2013

S Indriati maria farida (2007) ilmu perundang-undangan, kanisius:2007

Undang –undang republic Indonesia ( 2015) tentang pembentukan peraturan


perundang-undangan, bandung, citra umbara: 2015

Budiono abdul rahmad ( 2005) pengantar ilmu hukum, malang, bayumedia


publishing: 2005

Andayani ni ketut sari ( 2005) pengantar ilmu hukum dalam teori dan praktik,
yogyakarta: graha ilmu: 2005

14

Anda mungkin juga menyukai