Anda di halaman 1dari 14

Makalah

DEFINISI HUKUM

DI
S
U
S
U
N

Oleh:

KELOMPOK 1

PUTRI SARTIKA
SELLY GUSPIRA

DOSEN PENGAMPU : Sri Dwi Friwarti, MH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


STAIN TEUNGKU DIRUNDENG
MEULABOH
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas
berhasilnya makalah ini diselesaikan. Sesuai dengan tujuan perkuliahan bahwa dalam
rangka meningkatkan mutu serta mengembangkan proses belajar mengajar sehingga
pembuatan makalah ini dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Kondisi tersebut mendorong penulis untuk menyusun makalah yang sistematis
sebagai sarana pembantu bagi para mahasiswa serta lebih mempercepat proses belajar.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak. Namun, bila ada
saran dan pendapat dari pembaca, penulis menerimanya dengan lapang dada, demi
perbaikan berikutnya. Sekian dan terimakasih.

Meulaboh, 31 Oktober 2023

Pemulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian Hukum.......................................................................................2
B. Unsur dan Ciri-Ciri Sifat Hukum.................................................................3
C. Tujuan Hukum.............................................................................................5
D. Pembagian Hukum Di Indonesia.................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
A.Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada
norma hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh Cicero bahwa tata
hukum harus mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat
manusia. Hukum berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan antara kepentingan atau
hasrat individu yang egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik.
Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak
perorangan dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan
adil sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Hal tersebut menunjukkan pada hakikatnya para penegak hukum (Hakim, Komisi
Pemberantas Korupsi, Jaksa, Notaris, dan Polisi) adalah pembela kebenaran dan keadilan
sehingga para penegak hukum harus menjalankan dengan itikad baik dan ikhlas,
sehingga profesi hukum merupakan profesi terhormat dan luhur (officium nobile). Oleh
karena mulia dan terhormat, profesional hukum sudah semestinya merasakan profesi ini
sebagai pilihan dan sekaligus panggilan hidupnya untuk melayani sesama di bidang
hukum. Akan tetapi, ironisnya para profesi hukum kurang memiliki kesadaran dan
kepedulian sosial. Hal ini dapat dilihat para pakar hukum menjadi orang-orang sewaan
yang dibayar mahal oleh kliennya, pelayanan hanya diberikan kepada orang-orang yang
berdiut saja. Oleh karena itu, THEO HUIJBERS menuliskan beberapa kriteria yang harus
dimiliki oleh para profesional, antara lain1

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui unsur dan ciri hukum


2. Untuk mengetahui tujuan hukum
3. Untuk mengetahui pembagian hukum

1
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hal. 145

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum
Kata hukum secara etimologis biasa diterjemahkan dengan kata ‘law’ (Inggris),
‘recht’ (Belanda), ‘loi atau droit’ (Francis), ‘ius’ (Latin), ‘derecto’ (Spanyol), ‘dirrito’
(Italia).2 Dalam bahasa Indonesia, kata hukum diambil dari bahasa Arab. 3[ yaitu “– ‫حكم‬
4
‫ا‬EEE‫”يحكم – حكم‬, yang berarti “‫األمر‬EEE‫ل ب‬EEE‫ى و فص‬EEE‫( ”قض‬memutuskan sebuah perkara).
Pada umumnya, pengertian hukum dapat diartikan sangat beragam sebagai berikut :
1. Hukum diartikan sebagai produk keputusan penguasa; perangkat peraturan yang
ditetapkan penguasa seperti UUD dan lain-lain.
2. Hukum diartikan sebagai produk keputusan hakim; putusan-putusan yang
dikeluarkan hakim dalam menghukum sebuah perkara yang dikenal dengan
jurisprudence (yurisprodensi).
3. Hukum diartikan sebagai petugas/pekerja hukum; hukum diartikan sebagai sosok
seorang petugas hukum seperti polisi yang sedang bertugas. Pandangan ini sering
dijumpai di dalam masyarakat tradisionil.
4. Hukum diartikan sebagai wujud sikap tindak/perilaku; sebuah perilaku yang tetap
sehingga dianggap sebagai hukum. Seperti perkataan: “setiap orang yang kos,
hukumnya harus membayar uang kos”. Sering terdengar dalam pembicaraan
masyarakat dan bagi mereka itu adalah aturannya/hukumnya.
5. Hukum diartikan sebagai sistem norma/kaidah; kaidah/norma adalah aturan yang
hidup ditengah masyarakat. Kaidah/norma ini dapat berupa norma kesopanan,
kesusilaan, agama dan hukum (yang tertulis) uang berlakunya mengikat kepada
seluruh anggota masyarakat dan mendapat sanksi bagi pelanggar.
6. Hukum diartikan sebagai tata hukum; berbeda dengan penjelasan angka 1, dalam
konteks ini hukum diartikan sebagai peraturan yang saat ini sedang berlaku (hukum
positif) dan mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, baik yang menyangkut
kepentingan individu (hukum privat) maupun kepentingan dengan negara (hukum
publik). Peraturan privat dan publik ini terjelma di berbagai aturan hukum dengan
tingkatan, batas kewenangan dan kekuatan mengikat yang berbeda satu sama lain.
2
Wasis SP., Pengantar Ilmu Hukum (Malang: UMM Pres, 2002) 11.
3
Al-Munjid (Beirut: Dâr al-Masyriq, 2000), 146.
4

2
Hukum sebagai tata hukum, keberadaannya digunakan untuk mengatur tata tertib
masyarakat dan berbentuk hierarkis.
7. Hukum diartikan sebagai tata nilai; hukum mengandung nilai tentang baik-buruk,
salah-benar, adil-tidak adil dan lain-lain, yang berlaku secara umum.
8. Hukum diartikan sebagai ilmu; hukum yang diartikan sebagai pengetahuan yang
akan dijelaskan secara sistematis, metodis, objektif, dan universal. Keempat perkara
tersebut adalah syarat ilmu pengetahuan.
9. Hukum diartikan sebagai sistem ajaran (disiplin hukum); sebagai sistem ajaran,
hukum akan dikaji dari dimensi dassollen dan das-sein. Sebagai das-sollen, hukum
menguraikan tentang hukum yang dicita-citakan. Kajian ini akan melahirkan hukum
yang seharusnya dijalankan. Sedangkan sisi das-sein mrupakan wujud pelaksanaan
hukum pada masyarakat. Antara das-sollen dan das-sein harus sewarna. Antara teori
dan praktik harus sejalan. Jika das-sein menyimpang dari das-sollen, maka akan
terjadi penyimpangan pelaksanaan hukum.
10. Hukum diartikan sebagai gejala sosial; hukum merupakan suatu gejala yang
berada di masyarakat. Sebagai gejala sosial, hukum bertuuan untuk mengusahakan
adanya keseimbangan dari berbagai macam kepentingan seseorang dalam
masyarakat, sehingga akan meminimalisasi terjadinya konflik. Proses interaksi
anggota masyarakat untuk mencukupi kepentingan hidupnya, perlu dijaga oleh
aturan-aturan hukum agar hubungan kerjasama positif antar anggota masyarakat
dapat berjalan aman dan tertib.5
11. Hukum secara terminologis pula masih sangat sulit untuk diberikan secara tepat dan
dapat memuaskan. Ini dikarenakan hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang
sangat banyak, sehingga tidak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum
itu di dalam suatu
definisi.[6] Kenyataan ini juga adalah apa yang diungkapkan Dr. W.L.G. Lemaire dalam bukunya “Het Recht in Indonesia”.
[6]
Kenyataan ini juga adalah apa yang diungkapkan Dr. W.L.G. Lemaire dalam
bukunya “Het Recht in Indonesia”.

B. Unsur dan Ciri-Ciri Sifat Hukum

5
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
36.
[6] Kenyataan ini juga adalah apa yang diungkapkan Dr. W.L.G. Lemaire dalam bukunya “Het Recht in Indonesia”.

3
Setelah melihat definisi-definisi hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa
hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Selanjutnya, agar hukum itu dapat dikenal dengan baik, haruslah mengetahui ciri-ciri
hukum. Menurut C.S.T. Kansil, S.H., ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut:
a. Terdapat perintah dan/atau larangan.
b. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.
Setiap orang berkewajiban untuk bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat,
sehingga tata-tertib dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, hukum meliputi pelbagai peraturan yang menentukan dan mengatur
perhubungan orang yang satu dengan yang lainnya, yakni peraturan-peraturan hidup
bermasyarakat yang dinamakan dengan ‘Kaedah Hukum’.
Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar suatu ‘Kaedah Hukum’ akan dikenakan
sanksi (sebagai akibat pelanggaran ‘Kaedah Hukum’) yang berupa ‘hukuman’.
Pada dasarnya, hukuman atau pidana itu berbagai jenis bentuknya. Akan tetapi,
sesuai dengan Bab II (PIDANA), Pasal 10, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) adalah :
a. Pidana pokok:
1. pidana mati;
2. pidana penjara;
3. pidana kurungan;
4. pidana denda;
5. pidana tutupan.
b. Pidana tambahan:
1. pencabutan hak-hak tertentu;
2. perampasan barang-barang tertentu;
3. pengumuman putusan hakim.
Sedangkan sifat bagi hukum adalah sifat mengatur dan memaksa. Ia merupakan
peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mentaati
tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman)
terhadap siapa saja yang tidak mematuhinya. Ini harus diadakan bagi sebuah hukum agar

4
kaedah-kaedah hukum itu dapat ditaati, karena tidak semua orang hendak mentaati
kaedah-kaedah hukum itu.6

C. Tujuan Hukum
Keterangan yang telah dikemukakan memiliki sebuah kesimpulan yaitu hukum
selalu melekat pada manusia bermasyarakat. Dengan berbagai peran hukum, maka
hukum memiliki fungsi: “menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul”. Lebih rincinya, fungsi hukum dalam
perkembangan masyarakat dapat terdiri dari:
1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat: dalam arti, hukum berfungsi
menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala
sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin: dikarenakan
hukum memiliki sifata dan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka hukum dapat
memberi keadilan, dalam arti dapat menentukan siapa yang salah, dan siapa yang
benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman sanksi bagi
pelanggarnya.
3. Sebagai sarana penggerak pembangunan: daya mengikat dan memaksa dari hukum
dapat digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Di sini
hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.
4. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh melakukan
pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih
sanksi yang tepat dan adil: seperti konsep hukum konstitusi negara.
5. Sebagai alat penyelesaian sengketa: seperti contoh persengekataan harta waris
dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam
hukum perdata.
6. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-
hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.7

6
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, 40.
7
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 53; SP., Pengantar Ilmu
Hukum, 24

5
Dari sekian penegertian, unsur, ciri-ciri, sifat, dan fungsi hukum, maka tujuan dari
perwujudan hukum itu haruslah ada. Sesuai dengan banyaknya pendapat tentang
pengertian hukum, maka tujuan hukum juga terjadi perbedaan pendapat antara satu ahli
dengan ahli yang lain. Berikut ini beberapa pendapat ahli hukum tentang tujuan hukum:
1. Prof. Lj. Van Apeldorn: Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil. Demi mencapai kedamaian hukum harus
diciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan antara
kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh
(sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat Apeldorn ini dapat
dikatakan jalan tengah antara dua teori tujuan hukum, teori etis dan utilitis.
2. Aristoteles: Tujuan hukum menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari hukum
ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang
tidak adil.
3. Prof. Soebekti: Tujuan hukum adalah melayani kehendak negara yakni
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat. Dalam melayani tujuan
negara, hukum akan memberikan keadilan dan ketertiban bagi masyarakatnya.
4. Geny (Teori Ethic): Menurut Geny dengan teori etisnya, bahwa tujuan hukum
adalah untuk keadilan semata-mata. Tujuan hukum ditentukan oleh unsur
keyakinan seseorang yang dinilai etis. Adil atau tidak, benar atau tidak, berada
pada sisi batin seseorang, menjadi tumpuan dari teori ini. Kesadaran etis yang
berada pada tiap-tiap batin orang menjadi ukuran untuk menentukan warna
keadilan dan kebenaran.
5. Jeremy Bentham (Teori Utility): Menurut Bentham dengan teori utilitasnya, bahwa
hukum bertujuan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. Pendapat ini dititik
beratkan pada hal-hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa
memperhatikan soal keadilan. Maka teori ini menetapkan bahwa tujuan hukum
ialah untuk memberikan faedah sebanyak-sebanyaknya.
6. J.H.P. Bellefroid: Bellefroid menggabungkan dua pandangan ekstrem tersebut.
Menurut Bellefroid, isi hukum harus ditentukan menurut dua asas yaitu asas
keadilan dan faedah.
7. Prof. J Van Kan: Tujuan hukum adalah menjaga kepentingan tiap-tiap manusia
supaya kepentingan-kepentingannya tidak dapat diganggu. Dengan tujuan ini, akan

6
dicegah terjadinya perilaku main hakim sendiri terhadap orang lain, karena
tindakan itu dicegah oleh hukum.8

D. Pembagian Hukum Di Indonesia


Menurut isinya hukum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hukum publik dan
hukum privat (hukum perdata). Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan
antara negara dengan alat-alat kelengkapannya atau hubungan antara negara dengan
perseorangan. Sedangkan hukum perdata adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hubungan antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain
dalam hubungan kekeluargaan dan dalam pergaulan masyarakat.9

1. Menurut Isinya
a. Hukum privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan
antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan kepada
kepentingan perseorangan.
Hukum sipil dalam arti sempit, yang meliputi: hukum perdata saja.

 Jika diartikan secara luas, maka hukum perdata itu adalah sebagian dari
hukum sipil.
 Jika diartikan secara sempit, maka Hukum perdata itu adalah sama dengan
hukum sipil.
Contoh Hukum Sipil:

1. Hukum perdata, hukum antar perorangan yang mengatur hak dan


kewajiban perorangan yang satu dengan yang lain di dalam hubungan
keluarga dan didalam pergulan masyarakat.
2. Hukum bisnis merupakan perkembangan hukum perdata, jika titik berat
hukum perdata adalah masala-masalah yang bersifat pribadi, pada hukum
bisnis yang menjadi fokus pengaturan adalah hubungan individu dengan
individu lainnya dalam rangaka sama-sama mencari keuntungan.
3. Hukum dagang adalah hukum khusus disamping hukum perdata. Hukum
dagang tidaklah berdiri sendiri lepas dari hukum perdata, tetapi

8
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, 40; SP., Pengantar Ilmu Hukum, 21; Soeroso, Pengantar Ilmu
Hukum, 56
9
Salim HS, 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 6.

7
melengkapi hukum perdata.Meskipun ketentuan hukum dagang itu sering
menyimpang dari ketentuan hukum perdata namun hukum perdata tetap
berlaku sebagai dasar umum bagi hukum dagang.

b. Hukum publik (Hukum Neraga)


1) Hukum tata negara, yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan
pemerintahan suatu negara
2) Hukum administrasi negara , yaitu hukum yang mengatur cara-cara
menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat pelengkap negara.
3) Hukum pidana, yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang
dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggar.

2. Menurut Tempat Berlakunya


a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam
dunia internasional.
c. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain. Biasanya hukum
asing lebih mengarah kepada aturan hukum maupun proses hukum dari suatu
negara lain. Dalam hal ini, jika dalam negara tersebut belum ada suatu ketentuan
yang mengatur suatu hal, maka negara tersebut akan memberlakukan hukumasing
sbagai bahan referensi. Mengenai hukum asing ini biasanya lebih banyak
mengarah kepada masalah internasional.
d. Hukum agama, yaitu hukum yang terdapat dalam setiap agama yang secara resmi
diakui di Indonesia, serta bersifat dapat menyesuaikan dengan hukum lainnya.
Tidak terdapat hukum yang jelas, namun sanksinnya perasaan tidak tenang

3. Tempat dan Fungsi Hukum


Soleman B. Taneko (1992), seorang pakar hukum, mengemukakan bahwa
fungsi hukum mencakup lebih dari tiga jenis. Adapun fungsi hukum yang
dimaksudkan ialah antara lain meliputi:
1. Memberikan pedoman/pengarahan pada warga masyarakat untuk berperilaku
2. Pengawasan/Pengendalian Sosial (Social Control).
3. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlement)
4. Rekayasa Sosial (Social Engineering)".
8
Berbicara tentang fungsi hukum, maka yang menjadi pokok kajian adalah,
sejauhmana hukum dapat memberikan peran positif dalam masyarakat, baik dalam
arti terhadap setiap individu, maupun dalam arti masyarakat secara keseluruhan.
Hukum sebagai kaidah, atau hukum sebagai teori.
Dalam hubungan ini, banyak pakar telah mengemukakan pendapatnya, seperti
Lawrence M. Friedman yang dikutip oleh Soleman B. Taneko (1992: 37) yang
menyatakan bahwa "Fungsi Hukum itu meliputi :
1. Pengawasan/Pengendalian Sosial (Social Control).
2. Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement).
3. Rekayasa Sosial (Social Engineering, Redistributive, atau Innovation)".
Pada dasarnya hukum mempunyai tiga fungsi yang harus diperankan dalam
suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, juga oleh Soerjono Soekanto (1992)
mengemukakan fungsi hukum yang terdiri dari :
1. Untuk memberikan pedoman kepada warga masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat yang terutama menyengkut kebutuhan-kebutuhan pokok.
2. Untuk menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat yang bersangkutan untuk mengadakan
pengendalian sosial (Social Control)".

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian hukum itu sangat banyak karena terdapat banyak sisi pandang terhadap
hukum, akan tetapi, sebuah definisi bagi hukum yang dapat menjadi pedoman adalah
“Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu”
Unsur-unsur hukum adalah peraturan tingkah laku manusia yang diadakan oleh
badan resmi, bersifat memaksa, terdapat sanksi tegas bagi pelanggarnya; dan ciri-cirinya
adalah terdapat perintah dan/atau larangan serta harus dipatuhi setiap orang; sedangkan
sifatnya adalah mengatur dan memaksa.
Fungsi hukum adalah sebagai alat pengatur tata tertib, sebagai sarana untuk
mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin, sebagai sarana penggerak pembangunan,
sebagai penentuan alokasi wewenang, sebagai alat penyelesaian sengketa, berfungsi
memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan
yang berubah; dengan tujuan mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan
adil, dapat melayani kehendak negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
pada rakyat, demi keadilan dan/atau berfaedah bagi rakyat yang mana dapat menjaga
kepentingan rakyat.

B. Saran
Kita sebagai warga yang bernegara setidaknya mengetahui apa yang dimaksud
dengan hukum, karna hukum tidaklah jauh dari kehidupan kita melainkan selalu
berkaitan dengan kita. Dengan demikian tidak ada salahnya kalau kita mempelajari dan
mengetahui hukum dengan jelas karena sangat bermanfaat dalam kehidupan kita

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munjid (Beirut: Dâr al-Masyriq, 2000), 146.


C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 36.
Dirdjosisworo, Soedjono. 1988. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : CV. Rajawali
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, 37.
L. J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta:Pradnya Paramita,
2004
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 53; SP., Pengantar
Ilmu Hukum, 24.
Wasis SP., Pengantar Ilmu Hukum Malang: UMM Pres, 2002

11

Anda mungkin juga menyukai