Anda di halaman 1dari 14

ALIRAN DAN MADZHAB DALAM FILSAFAT HUKUM

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Filsafat Hukum

Dosen Pengampu : Teguh Anshori S.E., S.Sy., M.H.

Di Susun Oleh :

Fulanah Lailil Muna 33010230043

David Rizki Harnanda 33010230140

Riska Wahyu Nur Kholifah 33010230119

Ferselyna Anggraeny 33010230143

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan inayah dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini denganjudul “Aliran Dan Madzhab Filsafat Hukum”
Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
nabi agung nabi Muhammad SAW yang manaakan memberikan syafaatnya kepada
kita dihari kiamat kelak. Tak lupa saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepadan teman teman yang telah membantu dalam penulisan makalah ini baik
berupa formil maupun non-formil.

Pembuatan makalah ini disusun untuk menambah wawasan dan


pengetahuan masyarakat terkusus untuk mahasiswa yang kebingungan dengan cara
pengetikan sebuah makalah serta diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Filsafat Hukum,Tak lupa penulis meminta maaf sebesar-besarnya kepada pembaca
dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis yang menyebabkan kekurangan
makalah ini dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, penulis meminta kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun apabila menemukan ketidaksesuaian antara materi ini
dengan materi yang berlaku guna memperbaiki penulisan penulis selanjutnya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu khalayak ramai dalam
pembuatan makalah yang baik dan benar. Amiin ya robbal a’lamin.

Salatiga, 19 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 1

A. Pengertian Hukum Kodrat ............................................................................... 1

B. Pengertian Hukum Positif ............................................................................... 1

C. Pengertian Hukum Utilitarianisme ................................................................. 2

D. Pengertian Hukum Sejarah .............................................................................. 3

E. Pengertian Hukum Realisme ........................................................................... 4

F. Pengertian Hukum Kritis ................................................................................. 5

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 7

A. Kesimpulan....................................................................................................... 7

B. Saran ................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang tentang materi di atas melibatkan evolusi pemikiran dalam
filsafat hukum sepanjang sejarah. Pada dasarnya, setiap aliran atau madzab dalam
filsafat hukum mencoba untuk menjelaskan asal usul, sifat, dan sumber keberlakuan
hukum. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan sosial, ekonomi, dan politik,
pemikiran tentang hukum juga mengalami perubahan dan penyesuaian. Misalnya,
hukum kodrat muncul dari keyakinan agama yang kuat pada masa lalu, sementara
hukum positif berkembang seiring dengan perkembangan negara modern dan
sistem pemerintahan.

Hukum utilitarianisme muncul sebagai respons terhadap kompleksitas


masyarakat modern yang membutuhkan hukum yang berfokus pada kepentingan
bersama. Hukum sejarah menyoroti pentingnya memahami konteks historis dalam
merumuskan dan menafsirkan hukum. Hukum realisme menekankan pentingnya
memperhatikan faktor-faktor sosial dan budaya dalam pembentukan hukum.
Sedangkan hukum kritis lahir sebagai upaya untuk mengkritisi dan memperbaiki
sistem hukum yang sudah ada agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat
kontemporer.

Dengan demikian, latar belakang materi di atas mencerminkan perjalanan


panjang filsafat hukum dari masa lampau hingga era modern, di mana pemikiran
tentang sifat dan fungsi hukum terus berkembang sejalan dengan perubahan dalam
masyarakat dan tuntutan zaman.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hukum Kodrat
2. Apa pengertian Hukum Positif
3. Apa pengertian Hukum Ultilitarianisme
4. Apa pengertian Hukum Sejarah
5. Apa pengertian Hukum Realisme
6. Apa pengertian Hukum Kritis

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Hukum Kodrat
2. Untuk mengetahui pengertian Hukum Positif
3. Untuk mengetahui pengertian Hukum Ultilitarianisme
4. Untuk mengetahui pengertian Hukum Sejarah
5. Untuk mengetahui pengertian Hukum Realisme
6. Untuk mengetahui pengertian Hukum Kritis

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kodrat
Thomas Aquinas telah memberikan definisi "hukum kodrat" sebagai
"partisipasi makhluk rasional di dalam hukum abadi. Pemikiran tentang hukum
kodrat berhubungan dengan tatanan normatif yang terdapat di alam kodrat ini.
Tatanan normatif tersebut diungkapkan oleh para filsuf hukum secara berbeda-
beda dan memiliki implikasi yang berbeda-beda pula antara periode yang satu
dan periode yang lainnya. Ada banyak pandangan yang telah mencoba
menerjemahkan pengertian hukum kodrat, yaitu antara lain pandangan-
pandangan yang menyetarakan hukum kodrat dengan nasib, keadilan, dan
ketertiban alam semesta, hukum kodrat adalah hukum yang berlaku bukan
secara dipaksakan oleh kekuasaan manusia, namun mengikat kewajiban
manusia untuk menaatinya, hukum kodrat memerintahkan manusia untuk cinta
kebaikan dan menjauhi larangan.

Thomas Aquinas merumuskan bahwa tujuan hukum tidak lain daripada


kesejahteraan umum, Rakyat dalam suatu negara haruslah menikmati
kesejahteraan umum itu, Kesejahteraan umum, selain merupakan tujuan
adanya hukum, juga merupakan suatu prasyarat adanya masyarakat atau negara
yang memperhatikan rakyatnya. Thomas Aquinas menunjukkan betapa
pentingnya hukum sebagai salah satu sarananya. Bukan hanya hukum positif
saja yang penting tetapi hukum kodrat juga harus diperhatikan. Hukum kodrat
berakar pada kodrat manusia, bergerak pada hakikat manusia dan terarah demi
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu sendiri.1

B. Pengertian Hukum Positif


Hukum positif adalah hukum yang ditetapkan oleh kekuasaan yang
berwenang. Ini berarti bahwa hukum tersebut dibuat oleh pihak yang memiliki
kekuasaan untuk membuat hukum. Hukum positif berkaitan dengan tingkah
laku manusia yang dapat diamati, yang berarti hukum tersebut berlaku untuk

1
E.Sumaryono,Etika dan Hukum(PT Kanisius ) hal. 86,87

1
perilaku yang dapat diamati dan diukur. Hukum positif merupakan hasil
rasionalisasi, yang berarti hukum tersebut dibuat berdasarkan logika dan
alasan. Hukum positif memiliki keberadaan tertentu yang lazim dikenal dengan
keberlakuan hukum, yang berarti hukum tersebut memiliki kekuatan hukum
yang mengikat dan diakui oleh masyarakat. Hukum positif memiliki bentuk,
struktur, dan lembaga hukum tertentu, yang berarti hukum tersebut memiliki
struktur dan organisasi tertentu dalam penerapannya. Hukum positif memiliki
tujuan yang ingin dicapai, yang berarti hukum tersebut dibuat dengan tujuan
tertentu. Hukum positif dibentuk oleh lembaga legislatif dan dipandang dari
bentuk formalnya, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, dan
lain sebagainya.2

C. Pengertian Hukum Utilitarianisme


Utilitarianisme adalah aliran dalam filsafat yang menekankan pada nilai
kebermanfaatan atau utilitas dari setiap tindakan. Dalam konteks ini, utilitas
biasanya diartikan sebagai kebahagiaan atau kepuasan. Konsep ini berasal dari
kata Latin 'utilis' yang berarti "bermanfaat". Menurut John Stuart Mill,
utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan atau prinsip
kebahagiaan terbesar sebagai landasan moral. Dalam pandangan ini, tindakan
dianggap benar jika tindakan tersebut meningkatkan kebahagiaan dan salah
jika tindakan tersebut menghasilkan lawan dari kebahagiaan. Secara prinsip,
utilitarianisme berangkat dari pemikiran bahwa konsekuensi dari setiap
tindakan adalah satu-satunya standar benar dan salah. Tidak seperti bentuk
konsekuensialisme lainnya, seperti egoisme dan altruisme, utilitarianisme
menganggap kepentingan semua makhluk sama.

Dalam praktiknya, utilitarianisme dapat diterapkan dalam berbagai aspek


kehidupan, termasuk etika, kebijakan publik, ekonomi, dan sosial. Misalnya,
dalam pengambilan keputusan, prinsip utilitarianisme akan memandang

2
Asikin, Zainal, ‘’Mashab Utility’’ dalam htpp://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/ mashab
utility.html/diakses 20 Desember 2020

2
kebahagiaan atau manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang sebagai
tujuan utama. Nilai utilitarian menekankan tentang objektivitas dan bentuk
nyata suatu perilaku yang dilakukan manusia. Manusia akan merasa puas jika
sudah melakukan perilaku yang sesuai kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai
dengan konsep dari perilaku prososial yang menunjukkan perilaku yang
memperhatikan kepentingan social.3

D. Pengertian Hukum Sejarah


Dalam konteks filsafat Islam, hukum sejarah mengacu pada pemahaman
tentang bagaimana hukum Islam telah berkembang dari masa awal Islam
hingga saat ini. Ini melibatkan analisis terhadap evolusi pemikiran hukum,
pengaruh budaya, sejarah, politik, dan sosial yang memengaruhi pembentukan
hukum Islam.

Beberapa aspek penting dari hukum sejarah dalam filsafat Islam meliputi:

1. Perkembangan Hukum Islam Awal: Studi tentang peran para sahabat


Rasulullah dan generasi-generasi awal dalam mengembangkan hukum Islam,
termasuk proses penulisan Hadis dan pembentukan prinsip-prinsip hukum.

2. Periode Klasik: Analisis terhadap kontribusi ulama-ulama besar seperti


Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam al-Shafi'i, dan Imam Ahmad ibn
Hanbal dalam mengembangkan metode-metode hukum dan mazhab-mazhab
hukum (madzhab) dalam Islam.

3. Pengaruh Budaya dan Sosial: Memahami bagaimana faktor-faktor budaya


dan sosial dalam masyarakat Islam telah mempengaruhi pembentukan hukum,
baik melalui integrasi nilai-nilai Islam dalam struktur sosial maupun melalui
adopsi praktik hukum lokal.

4. Pembentukan Hukum dalam Kerangka Politik: Analisis terhadap hubungan


antara otoritas politik dan otoritas hukum dalam sejarah Islam, termasuk peran
khalifah dan penguasa Muslim lainnya dalam menetapkan dan menegakkan
hukum

3
Hajati,S., Poespasari , E.D., Soelistiyowat, Kurniawan , E.

3
5. Perubahan dan Kontinuitas: Menelusuri perubahan dan kontinuitas dalam
hukum Islam dari masa ke masa, termasuk respons terhadap perubahan sosial,
politik, dan intelektual dalam masyarakat Muslim.

6. Konteks Global: Studi tentang bagaimana hukum Islam berinteraksi dengan


sistem-sistem hukum lainnya dalam konteks hubungan antarbangsa,
perdagangan internasional, dan kolonialisasi.

Pemahaman tentang hukum sejarah dalam filsafat Islam membantu dalam


menyusun pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip hukum
Islam, memahami konteks sosial dan politik di mana hukum tersebut
dihasilkan, serta memberikan perspektif yang kaya dalam merenungkan
tentang relevansi dan aplikabilitas hukum Islam dalam konteks kontemporer. 4

E. Pengertian Hukum Realisme


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, realisme berasal dari bahasa Inggris
“real” berarti “nyata”. Realisme berarti ajaran yang selalu bertolak dari
kenyataan. Dalam bidang kesenian, realisme dikenal sebagai aliran yang
berupaya melukiskan sesuatu sebagaimana kenyataannya.

Dalam doktrin positivisme-pragmatis, terdapat mainstream pemikiran hukum


yang mengatakan bahwa fakta sosial merupakan unsur yang menentukan
konsep hukum. Hukum dengan demikian selalu tunduk pada kenyataan yang
terjadi di masyarakat sebagai fakta sosial. Hukum juga selalu mengalami
perubahan seiring dengan terjadinya perubahan yang ada di masyarakat.5

Realisme dalam hukum Islam tidak berarti positivisme dimana hukum Islam
ditentukan oleh fakta sosial yang terjadi di masyarakat, karena hukum Islam
adalah hukum Tuhan. Realisme dalam kaitannya dengan hukum Islam berarti
bahwa pemahaman hukum Islam didasarkan atas pertimbangan realitas sosial
yang berkembang di masyarakat. Atau pada tingkat yang sangat teknis
bagaimana keputusan-keputusan hukum diambil berdasarkan pada fakta-fakta
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini berkaitan dengan konsep

4
Madjid Fakhry, a History of Islamic Philosophy, (New York: Colombia University Press, 1983), 3-
4
5
Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum. hlm. 94.

4
maqâshid as-syari‘ah dalam metodologi hukum Islam, dimana sesungguhnya
syari‘ah itu dibuat untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di
akhirat.Kemaslahatan bahkan menjadi tujuan hakiki dari hukum Islam itu
sendiri.6 Secara genealogis, semangat realisme dalam hukum Islam dapat
ditelusuri jejaknya dari syari‘ah atau wahyu Allah itu sendiri. Dalam disiplin
ilmu-ilmu al-Quran (‘ulum al-Qur’an), dikenal istilah asbâb al-nuzul (sebab-
sebab turunnya al-Quran) dan nasakh (pembatalan Nash). Dalam tradisi
sunnah, dikenal istilah asbâb alwurud (sebab-sebab datangnya Hadits).
Sementara dalam tradisi sahabat dikenal dengan adanya ijtihad. Ijtihad bahkan
telah terjadi ketika Rasulullah masih hidup.

F. Pengertian Hukum Kritis


Pada tahun 1960-an hingga 1970an praktik dan teori hukum di masyarakat
tidak berjalan dengan maksimal atau belum sesuai dengan apa yang
seharusnya. Hal ini menjadi salah satu pemicu lahirnya pemikiran hukum yang
kritis atau disebut dengan critical legal studies . meski pemikiran hukum kritis
ini tergolong baru dan banyak yang beranggapan bahwa ini bukan sebuah
pemikiran hukum namun dengan lahirnya gerakan ini memberi banyak manfaat
dalam dunia hukum baru dan memperkaya khazanah keilmuan hukum dan
menjadi sebab lahirnya pemikiran feminist jurisprudence dan critical race
theories.7

Dalam kajian sejarah, aliran positivisme menjadi titik awal dari lahirnya
pemikiran kritis. Sebab dalam sistem hukum modern secara umum berkiblat
pada paham positivisme hukum. Sehingga diperlukan adanya jembatan
penghantar antara pemikiran kritis hukum terhadap madzhab positivisme
hukum yang secara umum berkembang dalam sistem hukum modern. 8

Menurut Samekto mengutip dari Herman J. Pietersen bahwa tipologi gerakan


kritis tersebut adalah subjectivis-idealis missionary-developmental mode.

6
Muhammad Abu Zahrah, Uṣhûl al-Fiqh, (Mesir: Dâr al-Fikr al-Arabi. 1958), hlm. 366.
7
Fuady M. 2003. Aliran Hukum Kritis, Paradigma Ketidakberdayaan Hukum. Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti. hlm, 5
8
Fakih, Mansour, 2000, "Gramsci di Indonesia: Pengantar", dalam Gagasan-gagasan Politik
Gramsci, terj. Kamdani dan Imam Baihaqi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hlm, 70

5
Dengan pendekatan subjectivis-idealis yang berdasar pada konsep missionary-
developmental mode. Herman J.P. juga menggambarkan bahwa gerakan ini
memiliki enam pola pikiran dasar.

1. Konsep, Ideologi dan prinsip merupakan tolak ukur tentang kebenaran dalam
perspektif hukum kritis. Maksudanya sesuatu dikatakan benar bila tidak
bertentangan dengan ketiga hal di atas yaitu konsep, ideologi dan prinsip.

2. Nilai-nilai dalam masyarakat yang bersifat komunal dilibatkan misalnya


ideologi.

3. Memadukan antara sifat humanisme dengan kepentingan extra-legal dalam


penyusunan suatu hukum atau aturan.

4. Membangun kesadaran dengan konsep developmental- reformist yang


berorentasi pada suatu perubahan yang lebih baik

5. Cara berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang terlihat, yang dapat
ditemukan di alam semesta atau disebut dengan transenden dengan
pertimbangan practical experience.

6. Menciptakan pengaruh dengan cara merekayasa bentuk kehidupan di tengah


masyarakat agar selaras dengan ide dan prinsip terfokus.9

9
Audi, Robert (General Editor), 1999, The Cambridge Dictionary of Philosophy, Second edition,
New York: Cambridge University Press. Hlm. 65

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau
etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat
hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek
filsafat hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam
sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.

Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang


zaman, menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan
melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut
aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.

Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan


manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran,
karena memang berbeda sudut pandangnya.

Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat


hukum, dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum antara
lain:Aliran hukum kodrat,Aliran Hukum Positif,Aliran Hukum
Utilitarianisme,Aliran Hukum Sejarah,Aliran Hukum Realisme,dan Aliran
Hukum Kritis.

B. Saran
Dengan mengetahui pokok-pokok aliran-aliran filsafat islam sekaligus juga
dapat diamati berbagai corak pemikiran tentang hukum. Dengan demikian,
sadarlah kita betapa kompleksnya hukum itu dengan berbagai sudut
padangnya.

7
Hukum dapat diartikan macam-macam, demikian juga tujuan hukum. Setiap
aliran berangkat dariargumentasinya sendiri. Akhir-nya, pemahaman
terhadap aliran-aliran tersebut akan membuat wawasan kita makin kaya dan
terbuka dalam memandang hukum dan masalah-masalahnya. Dan penulis
berharap semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya

8
DAFTAR PUSTAKA
Audi, Robert (General Editor), 1999, The Cambridge Dictionary of
Philosophy, Second edition, New York: Cambridge University Press. Hlm. 65

Asikin,Zainal,‘’MashabUtility’’dalamhtpp://asikinzainal.blogspot.com/201
2/10/ mashab utility.html/diakses 20 Desember 2020

E, Sumaryono,Etika dan Hukum(PT Kanisius ) hal. 86,87

Fakih, Mansour, 2000, "Gramsci di Indonesia: Pengantar", dalam Gagasan-


gagasan Politik Gramsci, terj. Kamdani dan Imam Baihaqi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.hlm, 70

Fuady M. 2003. Aliran Hukum Kritis, Paradigma Ketidakberdayaan


Hukum. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. hlm, 5

Hajati,S., Poespasari , E.D., Soelistiyowat, Kurniawan , E .

Madjid Fakhry, a History of Islamic Philosophy, (New York: Colombia


University Press, 1983), 3-4

Muhammad Abu Zahrah, Uṣhûl al-Fiqh, (Mesir: Dâr al-Fikr al-Arabi.


1958), hlm. 366.

Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum. hlm. 94.

iii

Anda mungkin juga menyukai