DOSEN PENGAMPU :
Dr. M. Hatta Roma Tampubolon, SH.,MH
Oleh :
KORENGKENG JOHNSTON
NIM. D 102 2I 064
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kepada Khalik Pencipta oleh karena kemurahanNya serta kasihNya
yang selalu menyertai penulis sampai dengan saat dimana penulis menulis tugas mata
kuliah sosiologi hukum ini , penulis merasa sangat diberkati oleh Sang Pencipta. Penulis
sangat menyadari bahwa tanpa penyertaan Sang Pencipta, maka tentunya tugas yang diberi
judul “Problematika Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Partai Politik
Sebagai Korporasi Dalam Perspektif Critical Legal Studies” ini tidaklah dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dari penulisan ini adalah sebagai pemenuhan tuntutan akademis bagi
program Pasca Sarjana strata 2 Megister Hukum pada Universitas Tadulako Palu, dan
melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Doktor M. Hatta
Roma Tampubolon, SH.,MH sebagai Dosen Pengampuh mata kuliah Sosiologi Hukum
yang telah memberikan bimbingan serta arahan demi untuk penulis dalam menempuh
program S2 Pasca Sarjana Magister Hukum.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………....…3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…………35
3
BAB I
PENDAHULUAN
pidana dengan modus operandi yang berbeda-beda diantaranya tindak pidana pencucian
uang (money loundering) dimana tindak pidana ini sulit sekali untuk membuktikan dan
permasalahan yang menjadi perhatian dari berbagai kalangan baik regional maupun
global terutama di Indonesia, hal mana kenyataannya dari waktu ke waktu kejahatan
Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pencucian Uang yang selanjutnya dilakukan
tahun 2003, kemudian terhadap kedua undang undang tersebut digantikan dengan
Negara Indonesia sebagai lahan baru untuk kejahatan pencucian uang (money
loundering) . Keadaan ini dikarenakan oleh pertama Indonesia pada waktu itu belum
memiliki ketentuan yang mengatur bank atau pelaku bisnis local untuk menerima uang
hasil kejahatan . Tidak ada ketentuan yang membolehkan pelacakan dari mana uang
tersebut diperoleh, melainkan justru mengatur tentang kerahasiaan perbankan yang ketat.
4
Kedua para pelaku kejahatan banyak melihat peluang yang dapat dimasuki . Dilain pihak
pencucian uang (money londering) merupakan salah satu aspek kriminalitas yang
berhadapan dengan baik indifidu maupun korporasi, bangsa dan negaara, sehingga
kemudian sifat pencucian uang (money londering) menjadi universal, dan bahkan
Indonesia dalam daftar hitam (blac list) tempat pencucian uang pada tahun 20132.
Indonesia memang tidak tergabung dalam FATF, tetapi tergabung dalam Asia Pasific
Group on Money Loundering (APG)3 akan tetapi APG sangat mendukung implementasi
dipergunakan tanpa terdeteksi bahwa asset tersebut berasal dari kegiatan terlarang.
Pendapatan atau kekayaan yang diperoleh dari kegiatan yang melawan hukum diubah
menjadi asset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber yang sah /legal. Perbuatan
tersebut dapat dilakukan oleh indifidu, secara perorangan maupun terorganisir, atau
1
FATF suatu Lembaga yang didirikan oleh negara-negara yang tergabung dalam kelompok G7 yaitu,
kegiatan organisasi Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat tahun 1989 di Paris
sebagai bentuk keprihatinan terhadap karakteristik pencucian uang
2
Financial Action Task Force on Money Loundering (FATF) Public Statement hari Jumat, tanggal 22
Februari 2013 sumber http://www,fatf.gafi.org/topics-riskandnon-
cooperativejurisdictions/documents/fatfpublicstatemant/22februari2013.html. dilihat pada 25 Oktober 2021
3
Asia Pasific Group on Money Loundering (APG), Indonesia, APG Members sumber
http.//www.apgml.org/apg-members/default.aspx?funsdictianID=10, dilihat pada 25 Oktober 2021
5
melalui suatu korporasi. Suatu tindak pidana akan menjadi lebih rapi dan sulit terdeteksi
apabila dilakukan oleh lebih banyak orang atau secara korporasi dibandingkan dilakukan
seorang diri.
kejahatan terhadap korporasi (crime against corporation) dan korporasi sebagai sarana
korporasi bukan merupakan barang baru, tetapi banyak kemasan, bentuk dan
perwujudannyya yang baru. Kejahatan korporasi sudah ada sejak lebih dari tiga ribu
tahun yang lalu atau aad ke-14 SM di Mesir. Pada masa lampau di Yunani kejahatan
korporasi juga terjadi , misalnya ketika Alcamenoids yang diberi kepercayaan untuk
membangun rumah ibadah dengan batu pualam diganti dengan semen yang dilapisi batu
pualam.4
penyebaran tanggungjawab serta struktur hirarkis dari korporasi besar dapat membantu
kejahatan korporasi yang sangat kompleks dan penyebaran tanggung jawab yang sangat
luas bermuara pada sifat-sifat ekonomis yaitu tercermin pada anggaran dasar, dan
kontradiksi antara tujuan korporasi dengan kepentingan berbagai pihak , seperti kopetitor
4
J.E.Sahetapi. Kejahatan Korporasi .PT. Radika Aditma. Nandung 2002,hlm 4
6
Pengaturann ketentuan mengenai korporasi sebagai subjek hukum dalam tindak
pidana pencucian uang telah diatur dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian
Uang yang selanjutnya disebut UUTPPU baik yang lama maupun yang baru. Konsep
korporasi adalah orang dan/atau kekayaan yang terorganisir baik yang merupakan badan
hukum maupun bukan badan hukum. Diterimanyan korporasi sebagai pelaku tindak
pembuktian adanya kesalahan dalam tindakan suatu korporasi sampai pada akhirnya
dapat dipodananya korporasi serta berbagai macam sanksi pidana yang dapat diterapkan
pada korporasi.
Tindak pidana pencucian merrupakan tindak pidana ganda artinya selalu ada
tindak pidana utama (core crime), dan tindak pidana pencucian sbagai tindak pidana
lanjutan (follow up crime) . Tindak pidana pencucian uang selalu diawali dengan
kejahatan utama yang menghasilkan dirty money atau uang haram, uang kotor dimana
uang tersebut diperoleh dengan cara-cara yang tentunya melanggar hukum . Teknik
perdagangan senjata ilegal, perjudian gelap, hingga tindak pidana korupsi. Khusu dengan
tindak pidana korupsi beberapa tahun terakhir ini marak diperbincangkan sebagai tindak
pidana awal dari tindak pidana pencucian uang yang kemudian banyak melibatkan kader-
kader Partai Politik. Beberapa kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh kader-
kader politik yang menduduki jabatan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(untuk selanjutnya disebut DPR) atau juga yang dilakukan oleh Para Kepala Daerah yang
7
terjerat kasus tindak pidana korupsi, dan beberpa diantaranya telah dijatuhi hukuman
Adapun para anggota dewan yang terlibat dalam kasus tindak pidana korupsi
beberapa diantaranya Emir Moeis (sebagai mantan anggota DPR dari Fraksi PDIP),
(mantan anggota dewan dari Fraksi Demokrat), Ahmad (mantan Walikota Mojokerto dari
Partai PKB), serta masih banyak lagi kasus-kasus anggota dewan yang terjerat tindak
pidana korupsi, maupun Para Kepala Daerah yang kemudian terjerat kasus yang sama.
Adapun kasus Anggota Dewan yang banyak menjadi perhatian public yakni kasus suap
impor daging sapi yang melibatkan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (untuk selanjutnya
disebut PKS), Anas Urbaningrum yang melibatkan Partai Demokrat, serta kasus Setiano
Fanto sebagai Ketua Umum Partai Golongan Karya (yang selanjutnya disebut
GOLKAR). Khusus kasus yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaq, dimana pada siding
dakwaan yang mencengangkan banyak pihak. Bahwa Partai Keadilan Sejahtera PKS
menargetkan Rp. 2.000.000.000.00 (dua triliyun rupiah) dari tiga kementerian untuk
penalonan seseorang menjadi Anggota DPR, atau Kepala Daerah membutuhkan dana
kampanya yang tidak sedikit. Dalam penelitian disertasinya, Pramono Anung yang
menduduki jabatan Wakil Ketua DPR. RI kala itu mengatakan odal untuk menjadi calon
legislator tergantung pada latar belakang si kandidat. Untuk figur public dan artis lainnya
5
PKS Targetkan 2 Triliyun Dari Tiga Kementerian, berita hari Selasa 25 Juni 2013. Sumber
www.tribunnews,com, dilihat pada hari senin tanggal 14 November. tahun 2021
8
biasanya harus menyiapkan dana maksimal Rp. 6.000.000.000.00 (enam miliyar rupiah),
mengakui biaya calon untuk kampanye tidak sebanding dengan pendapatan bersih
anggota DPR, yang rata-rata Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) per bulannya6.
sebagaiman dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
ketentuan yang tterdapat dalam UUDNRI 1945 tersebut, Azas kedaulatan rakyat
dilaksanakan dalam 2 (dua) tahapan, yaitu tahap pelaksanaan langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum, kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu tahapan tidak
duduk dalam Lembaga perwakilan tersebut (terutama DPR) terlebih dahulu haruslah
diajukan oleh partai olitik , sebagaimana dijelaskan Pasal 22E ayat (3) Undang-Undang
Negara Republik Indonesia tahun 1945 bahwa peserta pemilihan umum adalah partai
politik dan bukan perseoranggan. Begitu pula dengan Kepala Daerah sebagaimana diatur
dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor
125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 , untuk selanjutnya
6
Biaya calon anggota DPR hingga 6.miliyar. berita hari kamis tanggal 30 Mei 2013, sumber
www.tempo.co/red/folis/2013/04/22/2745/Biaya-Calon-Anggota-DPR-hingga-RP-6-Miliayar, dilihat pada
tanggal30 Nofember 2021
7
Harjono , Transformasi Demokrasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
Jakarta,2009,h5
9
disebut UU Pemda) bahwa peserta Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
aspirasi rakyat yang diwakili melalui Lembaga perwakilan .Pentingnya partai politik
dalam demokrasi perwakilan dalam system politk Indonesia mewakili rakyat, untuk
Partai politi memegang peran yang sangat penting untuk menentukan dalam sebuah
sistim demokrasi, sistim politik dan merupakan pilar utama dalam pranata sistim
politik.Akan tetapi faktanya sering tterjadi bahwa terkait dengan peran partai politik tidak
mewakili aspirasi rakyat, melainkan aspirasi partai politik itu sendiri, serta untuk
kepentingan partai politik tersebut. Hal ini dikarenakan partai politik tentunya sangat
memerlukan biaya dalam menjalankan roda partai serta untuk mendanai penyelenggaraan
pemilihan umum dengan jumlah yang besar. Oleh karena itu banyak yang kemudian
diantara kader-kader partai politik yang telah menjadi pejabat negara melakukan tindak
pidana dengan menyalah gunakan kewenangan yang dimilikinya. Dalam sistim politik
demokrasi, kebutuhan akan uang menjadi tak terhindarkan karena basis legitimasi
kekuasaan adalah dukungan rakyat yang dicerminkan oleh hasil pemilu. Dari uraian
tersebut diatas terlihat jelas bahwa uang mempengaruhi kompetisi politik bahkan
merupakan suber daya utama bagi politisi yang ingin memenangkan kekuasaan atau
partai politik yaitu : internal partai (iuran anggota, sumbangan dari kader partai yang
duduk dalam Lembaga legislative dan eksekutif), kalangan swasta (sumbangan dari
10
indifidu, badan usaha swasta, organisasi kelompok masyarakat), dan dari negara
dana partai politik sebagaimana dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011
tentang Partai Ploitik. Pada pasal tersebut keuangan partai politik berasal dari :
1. Iuran anngota
2. Sumbangan yang sah menurut hukum, dan
3. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Iuran anggota merupakan sumbangan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Rumah
Tangga yang selanjutnya disebut AD/RT partai politi itu sendiri, yang kemudian bagi
kader-kader partai yang duduk pada Lembaga legislative maupun Lembaga eksekutif
partai politik tersebut, dapat menyeret organisasi partai politik mereka kedalam pusaran
tindak pidana. Adapun hal yang akhir-akhir ini menjadi perdebatan adalah adanya
indikasi suatu partai poliltik di Indonesia yang diduga turut menerima hasil tindak
pelaku tindak pidana pencucian uang hal mana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pelaku tindak pidana pencucian uang dapat berupa orang perseorangan maupun
korporasi atau dalam hal siapa saja, termasuk pimpinan parttai politik dapat dengan UU
8
Donita Paskalina Tamba, Rekomendasi Pengaturan Keuangan Partai Politik di Indonesia. Standar
Pengaturan Keuangan Partai Politik,http://donitapaskalina.blogspot.com/2013/07/rekomendasi-
pengaturan-keuangan—partai.html?m=1. Diakses pada Kamis tanggal…….Agustus 2022
11
TPPU. Ancaman pidana cukup berat sebagaimana Pasal 6 jo Pasal 7 UU TPPU yang
Apabila partai politik terlibat tindak podana pencuciian uang, sanksi pidana yang
menarik bagi penulis dalam tulisan ini adalah adanya pembubaran. Permasalahan
kemudian muncul kembali yaitu apakah Hakim daam lingkup peradilan umum
Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 98, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316 untuk selanjutnya disebut UU MK)
dalam UU TPPU khususnya Pasal 3 dan Pasal 5, maka partai politik tersebut harus tetap
memenuhi kualifikasi pelaku tindak pdana dalam UU TPPU yang berupa korporasi .
jawaban pidana terhadap orang perorangan. Terkait pengenaan ancaman sanksi pidana
12
menarik, apakah partai politik yang terlibat pencucian uang dapat dilakukan pembubaran
langsung melalui putusan pengadilan pada lingkup peradilan umum atau harus terlebih
B. Rumusan Masalah
Beranjakk dari latar belakan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan hukum yang diajukan dalam ppenelitian iini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat teoritis,
pertanggung jawaban pidana terhadap partai politk yang terlibat tindak pidana pencucian
uang.
13
2. Manfaat Praktis
Selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi atau
manfaat praktis, yaitu dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pedoman bagi akademisi
maupun praktisi sehingga penegakan hukum materiil dan formiil mengenai tindak
14
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ilmu hukum subjek hukum adalah setiap hak atau penyandang hak dan
9
kewajiban dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum.. dengan demikian
subjek hukum pidana adalah pembawa atau penyandang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dalam ranah hukum pidana seperti apabila seseorang melakukan tindak
ebagai subjek pemeriksaan, bukan sebagai objek, serta dapat memperoleh bantuan
disebut KUHP, korporasi sebagai subjek hukum pidana sama sekali tidak dikenal,
melaikan hanyalah manusia yang menjadi subjek sebagai pelaku tindak pidana.
Dalam Undan-Undang Hukum Acara Pidana baik yang lama (HIR) maupun yang
baru dan yang sekarang masih tetap berlaku yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
9
Jimly Asshidddiqie,Op.Cit , h 69
15
tidak dijumpai untuk melakukan penuntutan terhadap pelau tindak pidana selain
manusia.
yang dilakukan oleh korporasi. Pada masyarakat yang masih sederhana , kegiatan
yang tidak lagi sederhana muncul pemikiran tentang pemahaman tindak pidana yang
dilakukan oleh korporasi. Adapun ketidak pahaman masyarakat tentang tindak pidana
yang dilakukan oleh korporasi disebabkan karakteristik tindak pidana korporasi ini
sampai tidak dikenalnya tindak pdana korporasi di masyarakat adalah memang tidak
sebagaimana telah diuraikan di atas, namun secara parsial sudah banyak diatur
corporation).
16
kejahatan korporasi yang sangat luas bermuara pada motif-motif yang bersifat
ekonomis dengan kepentingan berbagai pihak dan yang kontradiksi antara tujuan
perundang-undangan diluar KUHP sudah dikenal sejak tahun 1951, yatu dengan
hukum pidana adalah salah satunya UU TPPU. Dari beberapa ketentuan perundang-
169,398.399 KUHP. Dalam hal perumusan yang demikian, maka berlakulah syarat-
17
b. Korporasi dapat diakui dapat melakukan tindak pidaana, tetapi
Pendapat ini berdasarkan kepada anggapan bahwa suatu perbuatan hanya dapat
dilakukan oleh manusia secara fisik dalam keadaan nyata, dan kemampuan
dimiliki oleh manusia saja.. Rumusan seperti ini dapat dilihat dalam Pasal 19 UU.
Nomor 1 tahun 1951, Pasal 30 UU Nomor 2 tahun 1951, Pasal 7 UU. Nomor 3 tahun
Disebut demikian karena menempatkan pengurus korporasi sebagai pihak yang harus
bersangkutan mengetahui atau tidak tentang tindak pidana yyang dilakukan oleh
korporasi tersebut. Dalam hal ini beban tanggungjawab pidana dan pengurus seakan-
akan hanya sebagai konsekuensi dari suatu jabatan yang telah ditetapkan oleh
dalam hal ini pertanggungjawaban pidana itu diidentikan dengan apa yang diatur
dalam hukum perdata, khususnya tentang perbuatan “intra vires” dan “ultra vires”
c. Korporasi secara tegas diakui dapat menjadi pelaku tindak pidana dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana hal iini dapat dijumpai dalam rumusan
Pasal 15. UU. Nomor 7 Drt tahun 1955, Pasal 25. UU. Nomor 32 tahun 1964, Pasal
18
Dilain pihak nampaknya masih ada keraguan pada pihak legislative untuk
Hal tersebut didasarkan pada kenyataan yang terjadi pada perubahan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 1982 oleh Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Hak Cipta.
Dalam hal ada ketentuan yang menyatakan bahwa korporasi dapat melakukan tindak
pidana dan dapat dituntut serta dapat dijatuhi pidana , maka selanjutnya harus
korporasi
yang benar-benar untuk kepentingan hukum yang berlaku di Indonesia yang kritis
dibidang hukum. Walaupun ada beragam arus pemikiran kritis dalam studi hukum
tahun 2002 yang kemudian dicabut lagi dengan Undang-Undang 2 tahun 2008 hingga
10
Nadir Filsafat Hukum dan Dekonstruksi Critical Legal Studies Sebuah Paradigma Pembaharuan
Hukum Dalam Menggugat Eksistensi Dominasi Asumsi Kemapanan Hukum Jln Panglegur. KM.3.5
Pamekasan Madura Email : mh_dira@yahoo.co.id
19
terakhir pada tahun 2011 diubah dengan Undang-Undang Partai Politik, kesemua
pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan terlebih dahulu memenuhi
badan hukum ini sangatlah penting dalam hubungan partai politik itu sebagai subjek
dalam lalu lintas hukum.Hal ini menjdi penting dalam kaitannya dengan fungsi dan
tujuan partai politik terkait dengan perannya untuk mengaitkan antara rakyat dngan
pemerintahan dalam system demokrasi perwakilan saat ini. Beberapa fungsi partai
politik yaitu sebagai sarana politik , sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai
Konsep partai politik dalam lingkup ukum pidana khususnya dalam bahasan ini
terkait dengan pelaku tindak pidana pencucian uang sebagaimana diatur Pasal 1
Pdana Pencucian Uang yang selanjutnya disebut UU PPTPPU adalah sesuai dan
dapat dikategorian sebagai subjek hukum pidana. Rumusan setiap orang dalam delik
pencucian uang adalah mengandung arti orang perseorangan atau korporasi dimana
korporasi adalah baik badan hukum maupun bukan badan hukum. Suatu undang-
undang memberikan Batasan terhadap suatu istilah yang digunakan dalam undang-
undang, agar setiap orang yang menemukan istilah tersebut dalam undang-undang
yang bersangkutan harus memberikan arti sebagaimana yang disebut dalam batasan
11
Muchammad Ali Safa’at, Op. Cit, h 66
20
Dalam dunia modern ketentuan yang mengatur tentang pertanggung jawaban
partai politik terkait dengan tindak pidana pencucian uang. Substansi ini penting
dan corak kejahatan berkembang begitu cepat sehingga perkembangan hukum (law in
Pada dasarnya meskipun kororasi sebgai prtai politik merupakan entitas atau
namun kerap pula partai politik justru sebagai pelaku atau pembuat, dan juga sebagai
alat untuk melakukan tindak pidana (corporate crime). Dengan melihat peranan
partaim politik dalam tindak pidana pencuciian dewas ini maka sudah selayaknya
untuk melakukan reformasi bidang hukum agar hukum tidak hanya sebagai kumpulan
politik merupakan pelaku tindak pidana pencucian uang. Korporasi partai politik
21
hasil tindak pidana korupsi. Korporasi partai politik Menghibahkan, mengalihkan,
menempatkan harta kekayaan hasil tindak pidana yang merugikan keuangan atau
politik juga dihadapkan kepada dimensi kesulitan untuk menentukan kapan terjadinya
suatu tindak pdana (tempus delicti) dilakukan oleh suatu korporasi sebagai partai
politik. Tegas dan konkritnya, terhadap penentuan tempus delictinya adalah aspek
yang tidakmudah, rumit atau kompleks karena ada keterlibatan, keterkaitan satu
pelaku dengan pelaku lainnya dalam waktu yang Panjang.Dalam hal tindakan
korporasi sebagai partai politik dengan tindakan-tindakan yang nyata terhadap tindak
hukum positiif.14
Hukum Pidana Nasional tidak membedakan lagi antara (delik) kejahatan dengan
tindak pidana (delik) pelanggaran. Untuk keduanya dipakai istilah tindak pidana. 15.
Asasnyya korporasi partai politik dapat melakukan dan/atau sebagai pelaku atau
pembuat dan bahkan juga sebagai alat untuk melakukan tindak pidana (corporate
crime). Pada aspek tindak pidana pencucian uang, kerap kali korporasi partai politik
14
Kajian Hukum Kritis : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dalam Landasan Filosifis.Anwar.Hidayat.dan
Irma Garwan Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial. Universitas Buana Perjuangan Karawng Jln H.S.Ronggowaluyo, Teluk
Jambe Timur Karawang. anwar. Hidayat @ubp.karawang.ac.id, h. 5. Dilihat Pada 16 November 2021
15
I. Dewa. Made. Suarta. Hukum. Pdana. Korporasi. Pertanggungjawaban Pddana. Dalam. Kebijakan.
Hukum. Pdana. Indonesia. Copyright Agustus. 2015. Setara. Press (Kelompok Intrans Publishing) Wisma Kli Metro.
Jln. Joyosuko, Metro 42. Malang. Jatim. Distributor. Cita. Intrans. Selaras, h. 2.
22
berperan besar terhadap terjadinya kerugian keuangan dan perekonomian negara,
dimana dilakukan dalam ruang lingkup kerja korporasi partai politik, dan bertujuan
untuk menguntungkan korporasi partai politik. Pada dasarnya tindak pidana korporasi
oartai politik tersebut dapat diidentifikasi dengan timbulnya kerugian (harm) yang
partai politik akan selalu menjadi tindakan fungsional, ketika para pelaku bertindak
dalam konteks rangkaian kerja. Tegasnya secara mutatis mutandis melalui organisasi
tertentu. Tindakan harus masuk dalam rentang kekuasaan atau lingkungan kekuasaan
(machtssfeer) dan pada lasimnyya menerima atau menyetujui tindakan tersebut oleh
khusus mengenai perlindungan social terhadap aktifitas korporasi partai politik yang
bersifat merugikan masyarakat dan negara sehingga korporasi partai politik perlu
untuk dirumuskan sebagai pelaku dan yang bertanggung jawab demi untuk kebaikan
dan untuk menuju kepada rasa keadilan.Untuk mengantisipasi realitas tersebut dapat
menjadi opsi lain dalam membangun system hukum di Indonesia baik dari aspek
Ebutuhan biaya bagi partai politik yang begitu besar menjadi factor pendorong
terutama saat pemilihan umum menjadi tujuan akhir dari partai politik demi untuk
16
Indra Rahmatulah Filsafat Hukum. Aliran Studi Hukum Kritis (Critical Legal Studies) ; Konsep dan
Aktualisasinya Dalam Hukum Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
10.15408/adalah.v.5i.3.21393.
23
mendorong terjadinya tindak pdana pencucian uang. Tindakan untuk menyamarkan
politik tersebut memenuhi unsur-unsur sebagai pelaku tindak pidana pencucian uang
dan terjerat UU PPTPPU, baik sebagai pelaku aktif, maupun sebagai pelaku pasif.
Partai politik sebagai pelaku aktif tindak pidana pencucian uang manakala
tindakan partai politik memenuhi unsur Pasal 3 UU PPTPPU. Partai politik melalui
membuat suatu kejahatan untuk melaukan pengambilan hasil suatu tindak pidana
sebagai sumber keuangan partai politik. Hal ini demi beragam tujuan dan manfaat
yang dirasakan partai politik seperti kelangsungan roda partai politik , atau lebih
spesifik dalam rangka kristalisasi tujuan partai politik dalam pemilihan umum.
Berpijak dari pemikiran bahwa pencapaian tujuan partai politik itu selalu
bertanggung jawab korporasi sebagai partai politik itu diambil alihkan dari
sebagai suatu perkembangan konsep realisme hukum atau legal realism yang
partai politik cukuplah apabila penuntut umum dapat membuktikan perbuatan yang
17
Arif Budiono’ Wavda vivid Izziyana” Theistic Legal Realism Suatu Pilihan Radikal Bagi Pengembangan
Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email areevahims@gmail.com
wavda.vivid@yahoo.com. H. 5 DDilihat Pada 16 November 2021
24
ditentukan dalam rumusan dlik pencucian uang itu secara nyata telah terjadi, tanpa
perlu membuktikan adanya kesalahan partai ppolitik tersebut. Hal menentukan lainya,
partai politik dapat dipertanggung jawabkan sebagai pelaku aktif tindak pidana
pencucian uang hanya apabila ada perintah pengurus partai politik tersebut masih
dalam kerangka tujuan dasarnya, dan secara nyata memberikan manfaat baginya
Parati politik dapat juga dikatakan sebagai pelaku tindak piidana pencucian pasif
Pidana Pencucian Uang. Partai politik melalui pengurus partai yang sesuai dengan
berbagai pihak sebagai sumber keuangan partai.Asal usul dana yang diberikan
tersebut apabila tidak dilaukan audit lebih mendalam akan menyeret partai politik
Semakin besarnya dampak negative yang ditimbulkan oleh korporsi sebagai partai
politik dalam tindak pidana pencucian uang sehingga bagi penulis mengharapkan
adanya perubahan terhadap hukum positif nasional (hukum pidana) sehingga setiap
warga negara akan tunduk dan taat terhadap hukum, hal mana kepatuhan terhadap
hukum adalah kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar.18. Banyak hal yang harus
diperbaiki atau direvisi karena tidak memihak pada rakyat, pembaharuan hukum tidak
18
Ahmad Kodir Jaelani Tanjung. Hari Purwadi, Harti winingsih. Para Dikma Hakim Dalam Memutuskan
Perkara Pidana Di Indonesia email : ahmadkodir.akjt@gmail.com, email: Hpurwadi@gmail.com. Email
{hartiwi50@yahoo.com
25
hanya pada pembuat undang-undang yaitu lembaga legislatif , namun juga terhadap
jaman colonial Belanda masih menganut subjek tindak pidana berupa orang/manusia.
Snksi pidana yang dirumuskan pada Pasal 10 KUHP seuai dengan ddasar
Indonesia diluar KUHP yang mengakui korporasi sebagai pelaku tindak pidana mulai
KUHP-pun berbeda dengan stelsel pidana pada umumnya yang terdapat pada
KUHUP. Dalam menjatuhkan pidana pokok, KUHP hanya dapat menjatuhkan satu
jenis pidana , atau tidak dikenal adanya kumulasi pidana pokok. 21. Hal ini berbeda
dengan undang-undang hukum pidana diluar KUHP, salah satunya dalam ketentuan
stelsel pidana kumulatif dimana selain ada ancaman pidana penjara, juga ada
mencari berbagai alternative sanksi pidana kepada korporasi agar kemudian tindakan
19
Dewi Iriani. Lusiana. Al Vionita. Uswatul Khsanah Critical Legal Studies. Politik Etis Terhadap Mahar
Politik Dalam Pembaharuan Hukum Pidana. Email : dewiiriani.iainponorogo@gmail.com. h. 2. Dilihat pada 16
November 2021
20
Tely Sumba. Ralfi Pinasang. Frans. Maramis. Buku Ajar. Filsafat. Hukum. H. 6. Dilihat Pada 16.
November. 2021
21
. Hermien. Hadiati.Koeswadji. Op. Cit, h.13
26
korporasi tidak melakukan perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang ddalam hal
korporasi sebagai subjek hukum pidana, maka pidana yang dapat diterapkan juga
mendasarkan pada sifat korporasi yang berbeda dengan subjek hukum perorangan.
Pada dasarnyya pengenaan sanksi pidana terhadap korporasi masih tetap dapat
dilakukan, hany saja tentunya sanksi pidana yang sesuai dan dapat diterapkan pada
korporasi. Pembentukan hukum dan konstruksi hukum sangat diperlukan untuk dapat
pada Pasal 1 angka 14 diartikan setiap orang yang memiliki kekuasaan atau
pengurus korporasi yang formal dalam anggaran dasar dari korporasi yang
kebijakan korporasi.
Partai politik sebagai pelaku aktif atau sebagai pelaku pasif tindak pidana
pencucian uang dapat dikenai sanksi pidana sebagaimana diatur dlam UU PPTPPU
27
pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan yang tentunya juga dapat dimaknai
sebagai partai politik sebagaimana dalam prasyarat untuk mendirikan partai politik
haruslah didaftarkan pada Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan badan
partai politik dalam pembaharuan hukum pidana nasional yang berpotensi dijatuhi
hukuman pidana berupa pencabutan izin dan pembubaran apabila dijatuhkan kepada
partai [olitik. Sanksi pidana tersebut termasuk pembekuan sebagian atau seluruh
menimbulkan masalah hukum. Hal menarik adalah terkait sanksi pidana pencabutan
izin hingga pembubaran apabila dijatuhkan kepada partai politik. Dalam Undang-
undang Partai Politik khususnya pada Pasal 41 disebutkan bahwa partai politik dapat
Kewenangan partai politik juaga secara jelas disebutkan dalam Pasal 24 ayat
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4316 selanjutnya disebut UU MK) Secara
organisasi, partai politik sebagai sebuah organisasi masyarakat tunduk pada undag-
undag partai politik dan peraturan perundang0undangan terkait lainnya, salah satunya
juga tunduk pada undang-undang Mahkamah Konstitusi. Pada saat partai politik
28
tersebut terjerat tindak pidana pencucian uang baik sebagai pelaku aktif maupus
sebagai pelaku pasif maka seharusnya partai politik tersebut tunduk pada aturan yang
Oleh karena itu apabila hakim peradilan TPPU berpendapat bahwa sanksi
sesuai salah satunya adalah tambahan yang berupa pembubaran , maka partai politik
tersebut dapat dibubarkan. Hanyya saja menjadi catatan penting bahwa dalam UU
PPTPPU tidak mengatur secara khusus mengenai proses pembubaran partai politik
sehingga proses pembubaran parttai politik tersebut tetap harus kembali kepada
ketentuan khusus mengenai partai politik secara organisasi yaitu UU Parpol dan UU
MK. Pembubaran partai politik bukan tidak mungkin untuk dilakukan , mengingat hal
ini juga pernah terjdi sebelumnya dalam pergulatan negara ini. Setiap zaman
partai politik.
sebagai partai politik dalam tindak pidana pencucian uang. Substansi ini perlu
dilakukan seiring perkembangan zaman dan teknologi, motif, modus operandi dan
29
adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir baik yang merupakan
badan hukum maupun yang bukan badan hukum.. Adapun ketentuan Pasal 3
Tatacara Penanganan Tindak idana Oleh Korporasi merupakan tindak pidana yang
dilakukan oleh orrang berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan hubungan lain
baik sendiri-sendiri maupun Bersama-sama yang bertindak untuk dan atas nama
45 ayat (1) dan (2) RUU KUHP 2019 menyebutkan “korporasi sebagai subjek hukum
koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau yang disamakan
dengan itu serta perkumpulan baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbentuk firma, persekutuan komenditer atau yang
Korporasi merupakan tindak podana yang dilakukan oleh pengurus yang mempunyai
untuk dan atas nama korporasi atau bertindak demi korporasi, yang berdasarkan
hubungan kerja atau berdasrkan hubungan lain dalam lingkup usaha atau kegiatan
“Suatu badan hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya itu terdiri dari
corpus, yaitu struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukan unsur
animus yang membuat badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena badan
30
hukum ini merupakan ciptaan hukum, maka kecuali penciptaannya,
kematiannya pun juga ditentukan oleh hukum.’
bahwa ;
statusnya dan perspektif kegiatannya. Perspektif status dapat berupa korporasi yang
hukum dapat berupa korporasi yang terdaftar maupun tidak terdaftar. Dari perspektif
perusahaan.
Pada dasarnya tindak pidanaa korporasi dikenal dan dimaknai dalam tiga
perspektif. Pertama, tindak pidana korporasi yaitu tindak pidana yang dilakukan
secara Bersama-sama lebih dari satu orang. Dalam konteks ini perbuatan tersebut
31
tindak pidana korporasi ini lazimnya tidak mungkin dilakukan secara sendiri, seperti
tindak pidana korupsi, tindak pidana peerbankan dan tindak pidana bermotif ekonomi
maupun tindak pidana pencucian uang.dan tindak pidana lainnya. Konsekuensi tindak
sebagai pelaku (dader), orang yang disuruh (doen plager), dibujuk (uitloker),
tindak pidanaa dalam korporasi dimana tindak pidana tersebut dilakukan oleh
komisaris, serta berbasis aturan yang bersifat lex specialis, seperti UU Nomor 40
tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Ketiga, tindak pidana yang dilakukan oleh
korporasi dimana korporasi yang melakukan kejahatan, dan lazimnya dalam praktik
hukum pidana tidak dapat dilepas dari proses kriminalisasi. Pada hakekatnya, secara
masalah penentuan perbuatan sebagai tindak pidana atau kejahatan yang diancam
proses penetapan suatu perbuatan seseorang sebagai perbuatan yang dapat dipidana .
diancam dengan suatu sanksi yang berupa pidana.24..Pada dasarnya menurut Roelah
24
Sudarto. Hukum dan Hukum Pidana, PT Alumni, Bandung, 1983, hlm.31
32
Saleh asas kesalahan pada korporasi tidak mutlak berlaku, tapi cukup mendasarkan
adagium res ipsa loquitur (fakta sudah berbicara sendiri. Karna realitas paa
sangat besar, baik kerugian yang bersifat fisik, ekonomi maupun biaya social.
BAB III
PENUTP
A. Kesimpulan
Bahwa dari uraian yang telah penulis paparkan, maka kemudian penulis menarik suatu
sosiologis, dan yuridis pemidanaan korporasi pelaku tindak pidana korupsi maupun
tindak pidana pencucian uang. Dalam hal ini berlaku ajaran bahwa perbuatan pengurus
pertanggungjawaban pidana terhadap partai politik sebagai suatu korporasi , tetap akan
2. Pengurus parati politik dan partai politiknya itu sendiri dapat dikenai sanksi pidana
khususnya bagi partai politik sebagai korporasi, dengan ancaman sanksi pidana pokok
berupa pidana denda dan pidana tambahan salah satunya berupa pembekuan sementara
B. Saran
33
Dari hasil penulisan serta penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam tugas penulisan
berkaitan dengan pengertian korporasi yang meliputi badan hukum maupun bukan badan
maupun yang bertujuan non ekonomis. Oleh karena itu dalam hal ada perubaha hukum
2. Seyogyanya ada pengaturan yang jelas mengenai konsep pembubaran partai politik
manakala partai politik sebagaai korporasi terbukti sebagai pelaku aktif atau sebagai
pelaku pasif tindak pidana pencucian uang , sehingga diharapkan tidak menimbulkan
khususnya partai politik sebagai pelaku aktif ataupun sebagai pelaku pasif tindak pidana
34
DAFTAR PUSTAKA
1. FATF suatu Lembaga yang didirikan oleh negara-negara yang tergabung dalam
kelompok G7 yaitu, kegiatan organisasi Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan
Amerika Serikat tahun 1989 di Paris sebagai bentuk keprihatinan terhadap karakteristik
pencucian uang
2. Financial Action Task Force on Money Loundering (FATF) Public Statement hari
Jumat, tanggal 22 Februari 2013 sumber http://www,fatf.gafi.org/topics-riskandnon-
cooperativejurisdictions/documents/fatfpublicstatemant/22februari2013.html. dilihat pada
25 Oktober 2021
3. Asia Pasific Group on Money Loundering (APG), Indonesia, APG Members
sumber http.//www.apgml.org/apg-members/default.aspx?funsdictianID=10, dilihat pada 25
Oktober 2021
4. J.E.Sahetapi. Kejahatan Korporasi .PT. Radika Aditma. Nandung 2002,hlm 4
5. PKS Targetkan 2 Triliyun Dari Tiga Kementerian, berita hari Selasa 25 Juni 2013.
Sumber www.tribunnews,com, dilihat pada hari senin tanggal 14 November. tahun 2021
6. Biaya calon anggota DPR hingga 6.miliyar. berita hari kamis tanggal 30 Mei 2013,
sumber www.tempo.co/red/folis/2013/04/22/2745/Biaya-Calon-Anggota-DPR-hingga-RP-6-
Miliayar, dilihat pada tanggal30 Nofember 2021
7. Harjono , Transformasi Demokrasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, Jakarta,2009,h5
8. Donita Paskalina Tamba, Rekomendasi Pengaturan Keuangan Partai Politik di
Indonesia. Standar Pengaturan Keuangan Partai
Politik,http://donitapaskalina.blogspot.com/2013/07/rekomendasi-pengaturan-keuangan—
partai.html?m=1. Diakses pada Kamis tanggal…….Agustus 2022
9. Jimly. Asshidddiqie,Op.Cit , h 69
10. Nadir Filsafat Hukum dan Dekonstruksi Critical Legal Studies Sebuah Paradigma
Pembaharuan Hukum Dalam Menggugat Eksistensi Dominasi Asumsi Kemapanan Hukum Jln
Panglegur. KM.3.5 Pamekasan Madura Email : mh_dira@yahoo.co.id
11. Muchammad Ali Safa’at, Op. Cit, h 66
35
12. Lilik Mulyadi, Membangun Model Ideal Pemidanaan Korporasi, Pelaku Tindak
Pidana Korupsi Berbasis Keadilan, Edisi Pertama, Copyright 2021, Cetakan ke-1 , Maret 2021,
Kencana 2021. 1446. H 46
13. Konsep Dasar Critical Legal Studies : Kritik Atas Formalisme Hukum p-ISSN 2337-
6368 HTTP;// Jurnal,ugj.ac.id/index.php/HERMENEOTIKA. H. 6. Dilihat Pada 16. November.
2021
14. Kajian Hukum Kritis : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dalam Landasan
Filosifis.Anwar.Hidayat.dan Irma Garwan Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial. Universitas Buana
Perjuangan Karawng Jln H.S.Ronggowaluyo, Teluk Jambe Timur Karawang. anwar. Hidayat
@ubp.karawang.ac.id, h. 5. Dilihat Pada 16 November 2021
15. I. Dewa. Made. Suarta. Hukum. Pdana. Korporasi. Pertanggungjawaban Pddana.
Dalam. Kebijakan. Hukum. Pdana. Indonesia. Copyright Agustus. 2015. Setara. Press
(Kelompok Intrans Publishing) Wisma Kli Metro. Jln. Joyosuko, Metro 42. Malang. Jatim.
Distributor. Cita. Intrans. Selaras, h. 2.
16. Indra Rahmatulah Filsafat Hukum. Aliran Studi Hukum Kritis (Critical Legal
Studies) ; Konsep dan Aktualisasinya Dalam Hukum Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 10.15408/adalah.v.5i.3.21393.
17. Arif Budiono’ Wavda vivid Izziyana” Theistic Legal Realism Suatu Pilihan Radikal
Bagi Pengembangan Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email
areevahims@gmail.com wavda.vivid@yahoo.com. H. 5 DDilihat Pada 16 November 2021
18. Ahmad Kodir Jaelani Tanjung. Hari Purwadi, Harti winingsih. Para Dikma Hakim
Dalam Memutuskan Perkara Pidana Di Indonesia email : ahmadkodir.akjt@gmail.com, email:
Hpurwadi@gmail.com. Email {hartiwi50@yahoo.com
19. Dewi Iriani. Lusiana. Al Vionita. Uswatul Khsanah Critical Legal Studies. Politik Etis
Terhadap Mahar Politik Dalam Pembaharuan Hukum Pidana. Email :
dewiiriani.iainponorogo@gmail.com. h. 2. Dilihat pada 16 November 2021
20. Tely Sumba. Ralfi Pinasang. Frans. Maramis. Buku Ajar. Filsafat. Hukum. H. 6.
Dilihat Pada 16. November. 2021
21.. Hermien. Hadiati.Koeswadji. Op. Cit, h.13
22. Maria Silvya. E. Wangga. Pertanggungjawaban Pidana Partai Politik sebagai
Badan Hukum Tindak Pidana Korupsi. mariasilvya@yahoo.com. h 3 Dilihat Pada 16
November 2021.
23. Mukhamad Lutfan. Setiaji. Aminullah Ibrahim. Kajian Hak Asasi Dalam Negara.
The Rull Of Law Antara Hukum Progresif dan Hukum Positif, h 71. Dilihat Pada 17 Novenber
2021
24. Sudarto. Hukum dan Hukum Pidana, PT Alumni, Bandung, 1983, hlm.31
36
37