Anda di halaman 1dari 33

Makalah

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

DOSEN : NURKAIDAH,MPd

MATERI Pengertian Antropologi,sosiologi,perkembangan Sosiologi

DI SUSUN OLEH NADYA IZZATUN NISA

KELOMPOK 5

NADYA IZZATUN NISA 166110011

KHOIRUL UMAM 166110029

SAFRUDIN 166110014

Program studi ppkn

Sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan

Stikip arrahmaniyah

JL.MASJID AL-ITTIHAD NO.8-12 BOJONG - PONDOK TERON KEC. CIPAYUNG


KOTA DEPOK TLP.(021)77213007 FAX.(021)7763624
KATA PENGANTAR
PUJI SYUKUR saya panjatkan atas kehadiran allah swt, yang
telah memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya
kepada kami, sehingga dapat menyesaikan makalah ini.
Adapun yang menjadi judul makalah ini adalah
“Pengertian Antropologi,sosiologi,perkembangan Sosiologi “.
Tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi
tugas dari dosen pembimbing kami “NURKAIDAH,MPd”.
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisanya, maka kepada
para pembaca, kami memohon maaf sebesar besarnya atas
koreksi - koreksi yang dilakukan.
Mudahan – mudahan dengan adanya pembuatan makalah
ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi kami maupun bagi para pembaca.
DAFTAR ISI……………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………….……………….
BAB 1 PENDAHULUAN………………,,,,,,,,,,,………….
Pengertian antropologi………………………………………
Pengertian sosilogi……………………………………………
Hubungan antropologi dan sosiologi…………………………
Metode dan mazhab sosilogi…………………………………
Perkembangan sosilogi di Indonesia………………………….

Bab 1 pendahuluan
Pada makalah ini saya dan kelompok saya akan Presentation tentang pengertian
antropologi,sosiologi dan perkembang sosiologi. Antropologi bertujuan untuk lebih memahami
dan mengapresiasi manusia sebagai entitas biologis homo sapines dan makhluk social dalam
rangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif.sosial dalam bahasa latin yaitu socius yang
bearti kawan sedangkan logos berarti pengertahuan,jadi pengertiannya adalah sosiologi adalah
ilmu yang memperlajarin tata cara dan bagagaimana hubungan kemasyarakat.perkembangan
sosiologi,bahwa kita tahu di Indonesia telah dimulai dalam waktu yang lama .pada masa sri
paduka mangkunegoro IV dari Surakarta,terdapat ajaran wulang reh yang mengajarkan tentang
tata hubungan antara para anggota masyarakat, Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan
masyarakat manusia. Kehidupan masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan-perubahan sosial
dan budaya yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas-aktivitas
kehidupannya. Perubahan sosial budaya yang dialami manusia dapat dijelaskan sebagai proses penyesuaian hidup
manusia dengan konstelasi yang ada. Yang telah di berikan kepada tugas kita NURKAIDAH,MPd
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengetian antropologi
2. Pengertian sosiologi
3. Hubungan antropologi dan sosiologi
4. Metode dan mazhab sosilogi
5. Perkembangan sosiologi di indonesia

1.3 Tujuan Penulisan

Menjelaskan

1. Pengetian antropologi

2. Pengertian sosiologi

3. Hubungan antropologi dan sosiologi

4. Metode dan mazhab sosilogi

5. Perkembangan sosiologi di Indonesia

Menganalisis

1. Pengetian antropologi
2. Pengertian sosiologi
3. Hubungan antropologi dan sosiologi
4. Metode dan mazhab sosilogi
5. Perkembangan sosiologi di Indonesia

APA ITU ANTROPOLOGI?
ANTROPOLOGI ADALAH
 
Antropologi secara umum ialah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi muncul berawal dari ketertarikan orang-orang
Eropa yang melihat ciri-ciri adat istiadat, fisik, budaya yang sangat berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal yang dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip
seperti sosiologi tapi pada sosiologi lebih menitik beratkan/fokus pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya.
 
Antropologi berasal dari bahasa yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia atau orang
sedangkan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial, antropologi memiliki dua sisi holistik dimana ia meneliti manusia pada
tiap waktu dan dimensikemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
antropologi dari disiplin ilmukemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan
dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada
pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal. Antropologi secara
umum ialah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu
etnis tertentu. Antropologi muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri adat istiadat, fisik, budaya yang sangat berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal yang dalam
arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tapi
pada sosiologi lebih menitik beratkan/fokus pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
 
Antropologi berasal dari bahasa yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia atau orang
sedangkan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial, antropologi memiliki dua sisi holistik dimana ia meneliti manusia pada
tiap waktu dan dimensikemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
antropologi dari disiplin ilmukemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan
dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada
pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

 
DEFINISI-DEFINISI ANTROPOLOGI MENURUT PARA AHLI
 
Antropologi berarti kajian manusia, akan tetapi ahli antropologi bukanlah satu-satunya pakar
yang mengkaji tentang manusia dan juga tidak berarti bahwa ahli antropologi hanya mengkaji
manusia (Keesing,1999:2). Lantas apa yang membedakan antropologi dengan ilmu lain yang
juga mempelajari manusia?
 
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi memperhatikan lima masalah mengenai makhluk
manusia yaitu :
 
1.Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai mahluk biologis.
2.Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia yang dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya.
3.Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa yang diucapkan oleh manusia diseluruh
dunia.
4.Masalah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka warna dari kebudayaan manusia
diseluruh dunia.
5.Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-
masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi zaman sekarang ini.
Di bawah ini adalah pengertian Antropologi menurut beberapa ahli. yaitu william A Havilland,
david hunter, koentjaraningrat. Meskipun tiap-tiap ahli memberikan definisi yang berbeda tapi
kita dapat menarik satu kesimpulan yang menggambarkan Antropologi secara utuh.
Pengertian sosiologi menurut para ahli akan dirangkum secara ringkas dalam tulisan ini.
Secara terminologis, sosiologi merupakan perpaduan dua kata dari bahasa Latin dan
Yunani. Socius adalah kata Latin, artinya kawan. Logos adalah kata dari bahasa Yunani
artinya ilmu pengetahuan. Sebagai ilmu pengetahuan murni, sosiologi memenuhi
setidaknya empat usur sifat sosiologi:
 Sosiologi bersifat empiris: Didasarkan pada realitas di lapangan, tidak spekulatif.
 Sosiologi bersifat teoritis: Disusun secara sistematis dengan abstraksi.
 Sosiologi bersifat kumulatif: Memperhitungkan, mengevaluasi, memperbaiki studi
sosiologis yang sudah ada sebelumnya.
 Sosiologi bersifat  non-etis: Tidak menilai benar atau salah, mengkaji apa yang
senyatanya, bukan apa yang seharusnya.

Perlu digarisbawahi terlebih dahulu bahwa tidak semua ahli atau tokoh sosiologi mendefinisikan
sosiologi secara eksplisit, jelas dan tertulis. Banyak definisi yang implisit lalu coba
dikembangkan oleh pembacanya. Beberapa tokoh bahkan tidak mendeklarasikan dirinya sebagai
sosiolog, namun pemikirannya memengaruhi perkembangan ilmu sosiologi. Tokoh yang
berpengaruh tersebut biasanya diinterpretasikan pemikirannya dan dikelompokkan sebagai
sosiolog oleh penulis setelahnya. Berikut beberapa definisi sosiologi yang sudah melalui
interpretasi:

Pengertian sosiologi menurut para ahli


• Auguste Comte

Comte mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena sosial
dengan hukum-hukum tetap (ajeg) yang menjadi objek investigasinya.

• Karl Marx

Marx tidak secara eksplisit menulis definisi atau pengertian sosiologi, namun studinya tentang
ekonomi menjadi landasan teori-teori sosiologi. Dalam ’The Communist Manifesto’, menurutnya
masyarakat (proletar) harus dibebaskan dari penyakit sistem kapitalis yang akan
menghancurkannya. Sosiologi bisa digunakan sebagai alat untuk mengagkat kaum tertindas
melawan penindas dan mewujudkan cita-cita masyarakat tanpa kelas.

• Emile Durkheim

Pengertian sosiologi menurut Durkheim yaitu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta dan
institusi sosial.

• Max Weber

Weber medefinisikan pengertian sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tindakan sosial untuk
menjelaskan sebab-akibat fenomena sosial yang diteliti.

• Kingsley Davis

Menurut Davis, definisi atau pengertian sosiologi adalah ilmu pengetahuan umum tentang
masyarakat.

• Robert E. Park

Pengertian sosiologi menurut Park yaitu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
kolektif manusia.

• Albion Small

Pengertian sosiologi menurut Small adalah sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari relasi sosial.

• Marshal Jones

Jones mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang relasi individu dengan kelompok sosial.

• William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff

Menurut Ogburn dan Nimkoff pengertian sosiologi yaitu studi ilmiah tentang kehidupan sosial.
• Franklin Henry Giddings

Giddings mendefinisikan pengertian sosiologi sebagai ilmu tentang fenomena sosial.

• Henry Fairchild

Fairchild mengartikan sosiologi sebagai studi tentang manusia dan lingkungannya serta relasinya
dengan manusia lain.

• Alex Inkeles

Pengertian sosiologi menurut Inkeles yakni sosiologi merupakan studi tentang sistem tindakan
sosial dan interrelasinya

• Kimball Young dan Raymond Mack

Pengertian sosiologi menurut Young dan Mack yaitu studi saintifik tentang aspek sosial dari
kehidupan manusia

• Morris Ginsberg

Ginsberg mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang interaksi manusia dan interrelasinya,
kondisinya dan konsekuensinya.

• Pitrim Sorokin

Sorokin mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang pengaruh dan hubungan timbal balik
gejala sosial yang timbul dengan lainnya.

• Paul B. Horton

Horton mengatakan sosiologi adalah studi tentng telaah kehidupan kolektif serta produk dari
kehidupan kolektif tersebut.

• Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren

Pengertian sosiologi menurut Roucek dan Warren yaitu sosiologi sebagai studi tentang manusia
sebagai bagian dalam kelompok.

• J.A.A. Von Dorn dan C.J. Lammers

Dorn dan Lammers mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
struktur dan proses sosial yang bersifat ajeg.
• William Kornblum

Pengertian sosiologi menurut Kornblum yaitu suatu upaya ilmiah untuk memahami masyarakat
dan perilaku sosialnya dalam kaitannya menjadikan masyarakat ke dalam berbagai kelompok
dan kondisi sosial

• Allan Jhonson

Jhonson mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang kehidupan dan perilaku manusia dalam
sistem sosial sertang pengaruhnya terhadap sistem tersebut.

• The Frankfurt School

Kelompok intelektual The Frankfurt School menyarankan definisi atau pengertian sosiologi
sebagai alat perlawanan kaum tertindas untuk melawan penguasa demi mewujudkan cita-cita
emansipatoris.

• Erving Goffman

Goffman menggunakan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari.

• Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi

Sumarjan dan Soemardi mengatakan pengertian sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
struktur, proses, dan perubahan sosial dalam masyarakat.

• Soerjono Soekanto

Soekanto mengatakan pengertian sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kemasayarakat secara
umum dan berupa mendapatkan pola-pola sosial yang tampak di masyarakat.

• Anthony Giddens

Pengertian sosiologi menurut Giddens yaitu sosiologi adalah studi tentang kehidupan sosial
menusia, grup, dan masyarakat.

Baca juga: Objek Kajian Sosiologi


Dari berbagai macam definisi sosiologi diatas, secara umum dapat dipahami bahwa pengertian
sosiologi jika ditarik kesimpulan umum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kehidupan masyarakat. Dirangkum dari definisi-definisi diatas, hakikat sosiologi meliputi:

• Sosiologi merupakan disiplin yang kategoris, dan kontekstual, bukan normatif.

• Sosiologi merupakan ilmu murni dan bisa sekaligus ilmu terapan.

• Sosiologi bertujuan menghasilkan pola-pola sosial yang sifatnya umum, bukan


individual.

• Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris serta rasional.

• Sosiologi menempatkan apa yang senyatanya terjadi sebagai objek kajian, bukan apa
yang seharusnya.

Soerjono Soekanto menyebut sosiologi sebagai ilmu murni, bukan terapan dalam bukunya
’Sosiologi Suatu Pengantar’. Dalam perkembangannya, sosiologi menghasilkan teori dan metode
ilmiah yang dapat digolongkan sebagai ilmu terapan (applied science).

Pengertian Sosiologi

Pengertian Sosiologi – Apa yang kalian ketahui tentang sosiologi? Pastinya kalian sudah pernah
mendengar kata “sosiologi”. Kali ini akan membahas tentang apa itu pengertian sosiologi secara
umum dan menurut para ahli.

Sosiologi adalah salah satu dari ilmu sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat atau
ilmu yang mempelajari tentang manusia atau masyarakat.

Sosiologi bisa juga disebut dengan ilmu masyarakat. Tujuan ilmu sosiologi adalah untuk
mempelajari masyarakat, perilaku dari masyarakat, dan perilaku sosial yang ada serta mengamati
perilaku kelompok.

Dengan seiring berjalannya waktu, ilmu sosiologi selalu mengikuti perkembangan jaman. Yaitu
merupakan pengetahuan masyarakat yang telah disusun berdasarkan hasil pemikiran ilmiah yang
bisa di kontrol oleh masyarakat lainnya.

Keseluruhan dari ilmu sosiologi tersebut dapat berupa hal-hal mulai dari keluarga, suku, Negara,
bangsa, ekonomi, sosial, serta organisasi politik. Selain itu juga terdapat pengertian sosiologi
secara etimologis serta objek pembahasan dari sosiologi.

Pengertian Secara Etimologis  


Selanjutnya pengertian sosiologi secara etimologis merupakan asal dari dua kata menurut Bahasa Latin, yaitu
Socious dan Logos. Arti Socious adalah masyarakat dan Logos berarti berbicara atau berbincang. Bisa disimpulkan
menjadi membicarakan mengenai kehidupan manusia yakni sebagai makhluk sosial.
Pengertian secara luasnya, ilmu sosiologi tidak hanya sebagai ilmu yang mempelajari sekitar kehidupan manusia
tetapi juga mempelajari yang berkaitan dengan kepentingan, hubungan dan budaya. Dalam mempelajari bagian
objeknya (masyarakat), yakni memfokuskan pada beberapa hal.
Dari objek untuk memfokuskan pembahasan tersebut seperti, hubungan antara individu dengan kelompok,
hubungan antara kelompok dengan kelompok. Serta dari hubungan timbal balik yang terjadi pada sesama manusia
dengan manusia lainnya.

  Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli

Dan juga proses yang terjadi pada hubungan-hubungan tersebut pada lingkungan masyarakat. Selanjutnya yang
akan dijelaskan mengenai pengertian sosiologi menurut para ahli.

Beberapa Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli


Sebelumnya di atas dijelaskan mengenai pengertian sosiologi secara umum dan secara etimologis. Berikut
merupakan pengertian sosiologi menurut para ahli, untuk lebih jelasnya beberapa pengertian atau pendapat para ahli
menjabarkannya :
1. Soerjono Soekanto     
Pengertian sosiologi menurut Soerjono Soekanto, adalah ilmu yang memusatkan pada perhatian dari segi
kemasyarakatan. Dan sifatnya lebih umum yang bertujuan mendapatkan pola-pola umum yang ada pada kehidupan
masyarakat.
2. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari terkait hubungan dan juga pengaruh dari timbal balik dari berbagai macam
gejala sosial. Seperti yang merupakan dari gejala keluarga, gejala moral, gejala ekonomi, dan gejala lainnya.
Sosiologi juga merupakan ilmu yang mempelajari hubungan dan juga timbal balik yang terjadi pada gejala sosial dan
non sosial. Sosiologi ialah ilmu yang mempelajari ciri-ciri secara umum dari berbagai jenis gejala sosial yang ada.
3. Allan Jhonson
Pengertian sosiologi menurutnya adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan perilaku. Khususnya yang
ada kaitannya dengan sistem sosial dan bagaimana sistem sosial itu dapat mempengaruhi pada orang lain. Serta
bagaimana pula tentang orang-orang yang ada didalamnya yang ikut berpengaruh pada sistem tersebut.
4. William Kornblum
Sosiologi merupakan upaya ilmiah yang dimana mempelajari tentang masyarakat dan perilaku sosialnya. Dari
perilaku sosial tersebut menjadikan masyarakat itu ikut atau terlibat dalam berbagai kelompok dan juga kondisi.
5. Mayor Polak
Pengertian sosiologi menurut Mayor adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat secara
keseluruhan. Yakni dari hubungan manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Baik kelompok formal
atau material, dan juga antara kelompok statis dengan dinamis.

  Pengertian Uang

6. Paul B Horton     


Pengertian sosiologi adalah ilmu yang banyak atau lebih menjuru pada penelaahan pada kehidupan kelompok dan
juga pada produk kehidupan dari kelompok itu sendiri. Selain itu masih juga ada pendapat dari ahli lainnya mengenai
pengertian sosiologi.
7. A.A Von Dorn & C. J Lammers
Menurutnya, pengertian sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang struktur dan proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil. Itu pengertian menurut J. A.A Von Dorn & C. J Lammers. Selain pengertian
sosiologi, masih ada juga fungsi-fungsi sosiologi yang bisa anda pelajari atau bisa dijadikan tambahan pengetahuan.

Fungsi-Fungsi Yang Ada Pada Sosiologi

Selanjutnya, pembahasan mengenai fungsi-fungsi yang terdapat pada soisologi. Untuk lebih jelasnya apa saja fungsi
dari ilmu sosiologi tersebut, berikut beberapa ulasannya yang bisa anda pelajarinya:
1. Pada Perencanaan Sosial
Apa itu perencanaan sosial, merupakan upaya untuk mempersiapkan masa depan seseorang yang terdapat di
dalam masyarakat. Salah satu tujuan dari perencanaan sosial adalah untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan
yang akan muncul sebab masalah yang terjadi di dalam perubahan yang terjadi pada masyarakat.
Perencanaan sosial itu lebih bersifat mencegah dan mengantisipasi serta mempersiapkan untuk kedepannya pada
sesuatu yang akan terjadi. Maka fungsi dari sosiologi pada perencanaan sosial merupakan alat yang digunakan
sebagai mengetahui perubahan pada lingkungan masyarakat.
Selain itu tujuan sosiologi pada perencanaan sosial adalah sebagai alat yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan apa yang terjadi di dalam masyarakat.
Karena sosiologi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang hubungan antara kelompok dengan kelompok serta
individu dengan kelompok, maka perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan fakta-fakta yang ada.
2. Pada Penelitian     
Tujuan sosiologi pada penelitian adalah untuk bisa memberikan sebuah gambaran yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan juga kegiatan penelitiannya membahas tentang gejala-gejala yang ada pada masyarakat.
Maka dengan adanya penelitian, berharap ada solusi-solusi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang ada.

  Pengertian Tari
Salah satu fungsi sosiologi dalam penelitian adalah untuk mempertimbangkan gejala-gejala sosial yang terjadi di
masyarakat. Serta untuk memahami pola-pola dari tingkah laku manusia yang ada dalam lingkungan masyarakat.
3. Pada Pembangunan          
Selanjutnya fungsi sosiologi pada pembangunan adalah untuk memberikan data-data sosial yang dibutuhkan untuk
tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembangunan. Untuk detailnya adalah tahap perencanaan hal
yang diperhatikan adalah hal apa saja yang termasuk dalam kebutuhan sosial.
Untuk tahapan pelaksanaan lebih pada kekuatan sosial yang ada pada masyarakat serta proses-proses perubahan
sosial yang terjadi di dalamnya. Bagian penilaian adalah untuk menganalisis terkait dengan dampak dari proses
pembangunan yang telah dilakukan.
4. Pada Pemecahan Masalah Sosial
Permasalahan merupakan sebuah dari kesulitan yang muncul dan membutuhkan solusi sebagai alat pemecah
masalah tersebut. Namun masalah terkadang muncul karena adanya kesenjangan yang terjadi diantara harapan dan
kenyataan yang kita inginkan.
Untuk masalah-masalah sosial yang muncul pada masyarakat biasanya saling berkaitan dengan nilai masyarakat
dan lembaga masyarakat. Oleh karena itu penting untuk mencarikan solusinya, agar tercipta kedamaian serta
keharmonisan di dalam masyarakat tersebut. Maka dengan adanya sosiologi, kita bisa mempermudah menemukan
solusinya.
Untuk memecahkan masalah tersebut terdapat beberapa metode, seperti metode antisisatif artinya metode bersifat
mencegah dan mempersiapkan sesuatu yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Serta memiliki kemungkinan yang bisa
mengganggu keharmonisan pada masyarakat.
Metode resitusif, merupakan metode untuk memberikan apresiasi atau penghargaan untuk individu yang mematuhi
norma dan aturan yang berlaku. Dan metode repersif, digunakan untuk menimbulkan efek jera kepada para pelaku-
pelaku pelanggaran.
Demikian pengertian sosiologi secara umum dan menurut para ahli serta fungsi-fungsi sosiologi. Semoga penjelasan
yang ada di atas bisa membantu anda dalam setiap ilmu pengetahuan dan juga semoga bermanfaat. Bisa menjadi
bahan referensi, namun setiap ilmu pengetahuan mempunyai pembahasan yang berbeda-beda.
"Ada Hubungan Apa Antara Antropologi Dengan Ilmu Sosial Lain"
Antropologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti psikologi, sosiologi
karena antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosialyang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Psikologi adalah ilmu pengetrahuan yang mempelajari prilaku
manusia dan proses mental. Sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu Socius yang berarti kawan
teman, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan, sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan
tentang masyarakat.
Antropologi dengan Psikologi
lmu antropologi mempunyai hubugan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu
biasanya bersifat timabal balik. Antropologi perlu bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya
ilmu ilmu itu masing-masing jiga memerlukan bantuan antropologi.
Antropologi psikologi menurut Saefudi A.F (2005) mangemukakan “antropologi psikologi
pertama kali dibangundi amerika pada tahun 1920-an, pada mulanya disebut “kebudayaan dan
kepribadian”. Antropologi psikologi mengekspresikan dirinya dalam tiga topikbesar: hubunga
antara kebudayaan dan hakekat manusia ; hubungan antara kebudayaan dengan tipe-tpe
kepribadian individu ; dan hubungan antara kebudayaan dan tipe kepribadian khas masyarakat.
Penelitian dalam antropologi psikologi terutama terletak pada konsep-konsep dan teknik-teknik
yang dikembangkan dalam psikologi (lihat Campbell dan Naroll 1972). Kedua tokoh kunci
dalam pradigma ini adalah MargatrethaMead (1928) dan Ruth Beneditch (1934). Pradigma ini
masih cukup berpengaruh hingga pertengahan tahun 1980-an, tetapi kemudian surut setelah itu”.
Beberapa aliran dalam antropologi psikologi:
1.Antropologi psikoanalitis
2.Kebudayaan dan kepribadian
3.Etnopsikologi
4.Antropologi kognitif
5.Antropologi psikiatris
Ilmu Antropologi dengan Sosiologi
Sosiologo membantu antropologi dalam mempelajari ilmu kemasyarakatan, latar belakang, serta
kebudayaanmanusia dalam pola kehidupan manusia.Antopologi sosilogi menurut Saefudi A.F
(2005) antropologi sosiologi adalah “prespektif antropologi mengenai masyarakat (sebagia
satuan sosial) atau kebudayaan (sebagai perangkat gagasan, aturan-aturan, keyakinan-keyakinan
yang dimiliki bersama). Antropologi sosial pada awalnya adalah mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat
masyarakat: bagimana mereka berhubungan satu sama lain, dan bagaimana mengapa masyarakat
berubah sepanjang waktu. Prespektif yang mengabungkan kajian kajian mengenai masyarakat
dan kebudayaan. Perhatian strukturalisme, secara khusus, berorientasi pada masyarakat dan yang
berorientasi pada kebudayaan. Feminism juga berorientasi pada masyarakat (hubungan antar
laki-laki dan perempuan).

Hubungan Antropologi dan Sosiologi dalam Perkembangan kehidupan Manusia

BAB I
PENDAHULUAN

Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat manusia. Kehidupan masyarakat
manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan-perubahan sosial dan budaya yang secara jelas
dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas-aktivitas kehidupannya.
Perubahan sosial budaya yang dialami manusia dapat dijelaskan sebagai proses penyesuaian
hidup manusia dengan konstelasi yang ada, seperti yang ditegaskan oleh Gillin dan Gillin
(Soekanto, 1994), perubahan sosial dapat dipandang sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebutuhan materil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penumuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan yang dialami manusia
bukanlah suatu penyimpangan, karena pandangan tersebut adalah suatu mitos yang perlu
dihilangkan dari pandangan mengenai perubahan (Lauer, 1993). 

Setiap perubahan sosial selalu mencakup pula perubahan budaya, dan perubahan budaya
akanmencakup juga perubahan sosial. Sosiatri merupakan ilmu sosial terapan (applied science),
yang dalam pengembangannya mengandalkan realita yang terjadi di dalam masyarakat, berkaitan
dengan masalah sosial yang perlu diselesaikan (pandangan awal perkembangan) dan penyesuaian
kebutuhan dengan sumber daya yang ada (pandangan hasil perkembangan). Realita dalam
masyarakat yang terus mengalami perubahan memiliki dimensi perubahan sosial. Sementara itu,
secara keilmuan, pengembangan kajian, penelitian, dan teori-teori baru juga dituntut dari sosiatri,
baik melalui hasil kerja lapangan (penelitian dan proyek sosiatri), maupun melalui berbagai
kegiatan seminar dan diskusi. Aktivitas ilmiah mempermudah perubahan budaya. Inovasi baru di
bidang keilmuan memperoleh ruang dan kesempatan formal. Kajian perubahan dalam sosiatri
dapat dipadukan dengan konsep paradigma dari Khun (Ritzer, 1991).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antropologi

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-
orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal
di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih
memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada
sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai


berikut: Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an), sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa
mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka
kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi
tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi
tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi
suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha
untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (tahun 1800-an), Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi
karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan
kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka
menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan
menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi
bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud
untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (awal abad ke-20), pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba
membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka
membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-
hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-
cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari
kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial. Pada fase ini,
Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah
bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula
terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan
dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada
kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-
bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam
terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses
perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada
penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa
seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

B. Definisi Sosiologi

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan
perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi
dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai
Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim ilmuwan sosial
Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai
sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan
logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi
muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

C. Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain

Seperti ilmu-ilmu lain, Antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan. Secara
umum ada 3 bidang spesialisasi dari Antropologi, yaitu Antropologi Fisik atau sering disebut
juga dengan istilah Antropologi Ragawi. Arkeologi dan Antropologi Sosial-Budaya.

     1. Antropologi Fisik

Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk didalamnya mempelajari gen-
gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia. Mereka melihat perkembangan mahluk
manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada sekarang ini. Beberapa
ahli Antropologi Fisik menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan fosil yang membantu
memberikan keterangan mengenai perkembangan manusia. Ahli Antropologi Fisik yang lain
menjadi terkenal karena keahlian forensiknya; mereka membantu dengan menyampaikan
pendapat mereka pada sidang-sidang pengadilan dan membantu pihak berwenang dalam
penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

     2. Arkeologi

Ahli Arkeologi bekerja mencari benda-benda peninggalan manusia dari masa lampau. Mereka
akhirnya banyak melakukan penggalian untuk menemukan sisa-sisa peralatan hidup atau senjata.
Benda –benda ini adalah barang tambang mereka. Tujuannya adalah menggunakan bukti-bukti
yang mereka dapatkan untuk merekonstruksi atau membentuk kembali model-model kehidupan
pada masa lampau. Dengan melihat pada bentuk kehidupan yang direnkonstruksi tersebut dapat
dibuat dugaan-dugaan bagaimana masyarakat yang sisa-sisanya diteliti itu hidup atau bagaimana
mereka datang ketempat itu atau bahkan dengan siapa saja mereka itu dulu berinteraksi.

      3. Antropologi Sosial-Budaya

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya berhubungan dengan
apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu
tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan
hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran
mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka
lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya
disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh
atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada
disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan.

Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang
sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial
Budaya. Dalam perkembangannya Antropologi Sosial-Budaya ini memecah lagi kedalam
bentuk-bentuk spesialisasi atau pengkhususan disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari
atau diteliti. Antroplogi Hukum yang mempelajari bentuk-bentuk hukum pada kelompok-
kelompok masyarakat atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari gejala-gejala serta bentuk-
bentuk perekonomian pada kelompok-kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian
banyak bentuk spesialasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.

Perkembangan antropologi dan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, sebagian tergantung pada
data yang diperoleh dari dan mengenai informan atau responden, dan sebagian lainnya dari
metode ilmiah dan imajinasi ilmiah yang telah dikembangkannya. Data yang diperoleh
digunakan untuk pengembangan teori-teori dan pendekatan-pendekatan serta metodologi; dan
juga untuk dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan praktis bagi kebijaksanaan untuk
merubah cara-cara hidup tertentu dari para informan atau responden agar sesuai dengan dan
mendukung program-program pembangunan yang telah digariskan oleh pemerintah atau untuk
kepentingan praktis lainnya yang dikelola oleh badan-badan atau yayasan-yayasan swasta
domestik maupun luar negeri.

D. Hubungan Antropologi dan Sosiologi


Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang
tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula
yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling
berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam
masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi.

Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti
kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim,
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung
cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari
hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pokok
bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan
sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.

Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau
"orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti
manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan
pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak
diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali
dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.

BAB III
KESIMPULAN

Sosiologi dan antropologi adalah objek ilmu manusia. Antropologi mempelajari budaya pada
suatu kelompok masyarakat tertentu; ciri fisiknya, adat istiadat dan kebudayaannya sedangkan
sosiologi lebih menitik beratkan pada manusia dan hubungan sosialnya. Antropologi lebih
cenderung ideografik, srtinya cenderung deskriptif, grounded, induktif. Teori dalam antropologi
lebih cenderung tebatas pada satu komunitas. Fokus studi antropologi lebih banyak pada nilai-
nilai dan perilaku khas sebuah komunitas. Oleh karenanya, banyak yang mengkritik antropologi
bukan kategori sains. Para founding father ilmu sosial semisal Comte, Durkheim, terobsesi agar
ilmu sosial bisa diakui sebagai sains. Karenanya mereka menyusun semacam "general
principles" di mana pada dasarnya ada teori universal tentang gejala sosial sebagaimana ada teori
unversal tentang alam. Muncullah istilah sosiologi untuk menunjukkan bahwa ilmu sosial adalah
sebagai sebuah sains.
HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI-SOSIAL DAN SOSIOLOGI

Hubungan Antara Antropologi-Sosial Dan Sosiologi

Persamaan dan Perbedaan Antara Kedua Ilmu.

Ditinjau sepintas lalu, maka seolah-olah tidak ada perbedaan antara sub-ilmu antropologi yang
baru tersebut di atas, yaitu antropologi-sosial dengan suatu ilmu lain yang sebutannya telah lama
di kenal umum, yaitu sosiologi.

Ilmu antropologi-sosial berusaha mencari unsur-unsur persamaan di bidang aneka warna beribu-
ribu masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi ini, dengan tujuan untuk mencapai
pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya. Hal
tersebut terakhir itu memang juga merupakan tujuan dari ilmu sosiologi, sehingga dipandang dari
sudut tujuannya keduanya seolah-olah sama. Sebaliknya kalau ditinjau lebih khusus, akan
tampak beberapa perbedaan juga, yaitu :

1. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-mula dan sejarah perkembangan yang
berbeda.

2. Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan
kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu.

3. Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan berkembangnya beberapa
metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing.

Adapun ketiga perbedaan tersebut di atas akan kita tinjau lebih mendalam di bawah ini.
Sejarah Perkembangan Sosiologi. Asal-mula dan sejarah perkembangan antropologi telah kita
pelajari di atas. Sebagai perbandingan akan kita periksa sekarang bagaimana asal-mula dan
perkembangan ilmu sosiologi.

Pada mulanya ilmu sosiologi hanya merupakan bagian saja dari ilmu filsafat. Para ahli filsafat
menganalisa segala hal yang ada dalam alam sekelilingnya, Dengan demikian dalam rangka ilmu
filsafat ada suatu bagian yang disebut filsafat sosial. Pada waktu itu, yaitu sebelum adab ke-19,
teori-teori dan konsep-konsep filsafat sosial itu tentu berubah, sejajar dengan berbagai perubahan
aliran dan latar belakang cara berpikir orang Eropa Barat dalam waktu beberapa abad lamanya.

Dalam fase kedua setelah timbulnya krisi-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa-
bangsa Eropa (seperti Revolusi Perancis, Revolusi Industri dan sebagainya), timbul kegiantan
yang lebih besar dalam menganalisa masalah-masalah masyarakat, dengan demikian timbul juga
kesadaran dari adanya suatu ilmu sosiologi tersendiri. Apabila dalam filsafat sosiologi bebagai
macam pemikiran tentang masyarakat manusia masih dapat diklasifikasikan sejajar dengan
adanya aliran-aliran filsafat yang besar di dunia Eropa Barat, ketika ilmu sosiologi memisahkan
diri sebagai suatu ilmu khusus. Perjuangan mengenai dasar-dasar, tujuan dan metode-metode
dari ilmu yang baru itu diantara berbagai sarjana menyebabkan timbulnya seperti dalam ilmu
antropologi, yang baru menunjukkan suatu kemantapan dalam abad ke-20, kira-kira setelah
1925.

Dengan membandingkan ikthisar sepintas lalu tentang sejarah perkembangan ilmu antropologi-
sosial dan sosiologi di atas, nyata sekali perbedaan yang besar antara kedua ilmu itu. Ilmu
antropologi-sosial mulai sebagai suatu himpunan bahkan keterangan tentang masyarakat dan
kebudayaan penduduk pribumi di daerah-daerah di luar Eropa untuk menjadi suatu ilmu khusus
karena kebutuhan orang Eropa untuk mendapat pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan
dalam sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaannya sendiri. Sebaliknya, ilmu sosiologi
mulai sebagai suatu filsafat sosial dalam rangka ilmu filsafat yang menjadi suatu ilmu khusus
karena krisis masyarakat di Eropa menyebabkan bahwa orang Eropa memerlukan suatu
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai azas-azas masyarakat dan kebudayaannya sendiri.

Pokok Ilmiah Dari Antropologi Sosial dan Sosiologi. Sejarah perkembangan ilmu antropologi
telah menyebabkan bahwa ilmu itu sejak mulanya hingga sekarang masih terutama tertuju
kepada obyek-obyek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup
di luar lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika Modern. Sebaliknya, sejarah
perkembangan ilmu sosiologi menyebabkan bahwa ilmu itu sejak mula hingga sekarang tertuju
kepada obyek-obyek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup
dalam lingkungan kebudayaan Ero-Amerika.

Namun, dalam fase perkembangannya yang keempat telah kita lihat bahwa para sarjana
antropologi juga mulai memperhatikan gejala-gejala masyarakat dalam lingkungan kebudayaan
Ero-Amerika, sedangkang sudah sejak kira-kira akhir abad ke-19 mulai tampak banyak
penelitian sosiologi yang mulai mengolah bahan dari masyarakat suku-suku bangsa penduduk
pribumi di daerah-daerah di luar Eropa.

Kesmpulannya ialah bahwa kalau akhir-akhir ini perbedaan antara antropologi dan sosiologi
tidak dapat ditentukan lagi oleh perbedaan antara masyarakat suku-suku bangsa di luar
lingkungan Ero-Amerika dengan masyarakat bangsa-bangsa Ero-Amerika, kemudian kalau
perbedaan itu juga tidak dapat di tentukan oleh perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan
masyarakat pekotaan, maka perbedaan yang lebih nyata harus dicari dalam hal metode-metode
ilmiah yang berlainan yang diapakai oleh kedua ilmu itu.

Metode Ilmiah Dari Antropologi Sosial dan Sosiologi. Antropologi mempunyai pengalaman
yang lama dalam hal meneliti kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa penduduk pribumi di
Amerika, Asia Afrika, dan Oseania. Suku-suku bangsa itu biasanya hidup dalam masyarakat-
masyarakat pedesaan yang kecil, yang dapat diteliti dalam keseluruhahnya sebagai kebetulan.
Sebaliknya, ilmu sosiologi selalu lebih memusatkan perhatian kepada unsur-unsur atau gejala
khusus dalam masyarakat manusia, dengan mengenalisa kelompok-kelompok sosial yang
khusus, hubungan antara kelompok-kelompok atau individu-individu atau proses-proses yang
terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat. Dengan demikian apabila misalnya ada dua orang
ahli ilmu sosial, yang satu seorang ahli antropologi sosial dan yang seorang lagi ahli sosiologi,
harus meneliti masyarakat kota kecil seperti misalnya Mojokerto di Indonesia, atau Middletown
di Amerika Serika, maka kedua ahli tadi akan mengadakan pendekatan yang berbeda. Ahli
antropologi sosial akan mencoba meneliti semua unsur dalam kehidupan kota-kota itu sebagai
kebetulan. Juga apabila ia hanya mengkhusus kepada suatu unsur tetentu saja dalam kehidupan
masyarakat kota, seperti misalnya aktivitas kehidupan keagamaan atau aktivitas kehidupan
kekeluargaan, ia toh akan menghubungkan unsur-unsur tadi dengan seluruh struktur kehidupan
masyarakat kota. Sebaliknya, seorang ahli sosiologi akan meneliti gejala-gejala atau proses-
proses khusus dengan tidak perlu memandang dahulu akan struktur dari keseluruhannya, seperti
misalnya suatu perkumpulan, gereja, hubungan pemerintah dengan penduduk, gerakan-gerakan
buruh dalam penduduk, masalah besar kecilnya kejahatan dan sebagainya.

Pengalaman dalam hala meneliti masyarakat kecil telah memberi kesempatan kepada para ahli
antropologi untuk mengembangkan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian intensif
dan mendalam seperti misalnya berbagai metode wawancara. Sebaliknya para ahli sosiologi yang
biasanya meneliti masyarakat kompleks, lebih banyak mengunakan metode penelitian yang
bersifat penelitian meluas, seperti misalnya berbagai metode angket.

Dunia antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal menghadapi aneka warna
(diversitas)yang besar antara beribu-ribu kebudayaan dalam msayarakat kecil yang tersebar di
seluruh buka bumi, dan ini menyebabkan berkembangnya bebagai metode mengumpulkan bahan
yang mengkhusus ke dalam, yang kualitatif, serta berbagai metode pengolahan dan analisa yang
bersifat membandingkan, yang komparatif.

Di samping adanya dua komplek metode yang mempunyai dasar-dasar yang berbeda, sebenarnya
banyak metode penelitian lain yang sekarang sudah dipakai oleh kedua ilmu itu bersama-sama,
karena pada hakekatnya tujuan dari kedua ilmu itu sama. Memang antropologi sosial dan
sosiologi adalah dua ilmu yang mempunyai dua kompleks metode yang saling dapat isi mengisi
dalam proyek-proyek penelitian masyarakat yang sama.

Mazhab-Mazhab Dalam Sosiologi

• 1 Mazhab Geografi dan Lingkungan

• 2 Mazhab Organis dan Evolusioner

• 3 Mazhab Formal

• 4 Mazhab Psikologi

• 5 Mazhab Ekonomi

• 6 Mazhab Hukum

Mazhab-mazhab sosiologi muncul dikarenakan adanya pengaruh ilmu-ilmu lainya, sosiolog


menemukan data dari penggunaan ilmu-ilmu tersebut dan latar belakang sosiolog dan obyek
kajianya.

Berikut adalah uraian tentang beberapa mazhab dalam sosiologi menurut Soerjono Soekanto.

Mazhab Geografi dan Lingkungan


Mazhab ini menilai masyarakat manusia tidak bisa lepas dari kondisi lingkungan dan
geografisnya, tempat berpijak atau tempat hidup tinggalnya.T eori mazhab ini menghubungkan
faktor keadaan alam dengan faktor-faktor struktur serta organisasi sosial.

Tokoh-tokoh dari mazhab ini adalah Edward Buckle dari Inggris (1821-1862), le Play dari
Perancis (1806-1888) kemudian E. Huntington (1915). Dalam karyanya History of Civilization
in England, Buckle menemukan beberapa keteraturan hubungan antara keadaan alam dengan
tingkah-laku manusia. Misalnya, terjadinya bunuh diri adalah sebagai akibat rendahnya
penghasilan, dan tinggi-rendahnya penghasilan tergantung dari keadaan alam.

Pemikiran Sosial dari W.E.B Du Bois

Le Play menguraikan bagaimana organisasi keluarga ditentukan oleh cara-cara mempertahankan


kehidupanya yaitu cara mereka bermata pencaharian yang itu sangat tergantung pada lingkungan.
Kemudian E. Hutington dalam karyanya Civilization and Climate mengemukakan bahwa
mentalitas manusia ditentukan oleh faktor iklim.

Mazhab Organis dan Evolusioner

Tokoh-tokohnya Herbert Spencer, W.G. Sumner, Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Ciri
khas dari mazhab ini adalah kuatnya pengaruh ilmu alam, positivistik, biologi terhadap kajianya.
Mazhab ini menganalogikan kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti sebuah organisme
makhluk hidup yang berkembang dan mengalami fase-fase perubahan secara teratur. Herbert
Spencer menilai masyarakat sebagai organisme dengan kriteria kompleksitas, diferensiasi dan
integrasi. Sumner dengan kebiasaan, tata krama dalam masyarakat. Durkheim dengan konsep
solidaritasnya. Dan Tonnies dengan pembagian kelompok masyarakat, ada yang paguyuban dan
patembayan.

Mazhab Formal

Tokoh-tokohnya; Georg Simmel, Leopold von Wiese, Alfred Vierkandt. Ciri khas dari mazhab
ini kebanyakan sosiolognya dari Jerman dan dipengaruhi oleh filsuf Imanuel Kant. Selain itu
mazhab ini menekankan pada kelompok sosial dan lembaga sosial. Simmel menilai elemen-
elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antar
elemen tersebut. Leopold von Wiese menilai sosiolog harus memusatkan perhatian pada
hubungan-hubungan antar manusia tanpa mengaitkanya dengan tujuan-tujuan maupun
kaidahnya. Alfred Vierkandt menilai tugas sosiologi adalah menganalisis dan mengadakan
sistematika terhadap gejala sosial dengan jalan menguraikanya ke dalam bentuk-bentuk
kehidupan mental.

Mazhab Psikologi

Tokoh-tokohny; Gabriel Tarde, Albion Small, Richard Horton Cooley, L.T Hobhouse. Gabriel
Tarde menilai gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antar jiwa-jiwa
individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan.
Richard Horton Cooley menilai individu dan masyarakat saling melengkapi, dimana individu
hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat. Menurut LT Hobhouse, psikologi dan
etika merupakan kriteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan sosial.

Pengertian, Macam dan Pemanfaatannya

Mazhab Ekonomi

Tokoh-tokohnya; Karl Marx, Max Weber, Emile Durkheim. Karl Marx menilai masyarakat
terbagi dalam kelas-kelas yang dipengaruhi oleh kekuatan dan kekayaan. Ini kemudian
menimbulkan pertikaian antar kelas. Weber menganalisa fenomena kapitalisme, industri dalam
masyarakat berkaitan dengan nilai sosial dan agamanya.

Mazhab Hukum

Tokoh-tokohnya; Emile Durkheim, Max Weber, Lawrence M. Friedman, Daniel S. Lev.


Durkheim menaruh perhatian yang besar terhadap hukum yang dihubungkanya dengan jenis-
jenis solidaritas di dalam masyarakat. Pada masyarakat yang didasarkan solidaritas mekanis
terdapat kaidah-kaidah hukum dengan sanksi yang represif, sedangkan sanksi-sanksi restitutif
terdapat pada masyarakat atas dasar solidaritas organis.

Pengantar Sosiologi Hukum]

Menurut Max Weber ada empat tipe ideal hukum, yaitu; hukum irasional dan material, hukum
irasional dan formal, hukum rasional dan material, dan hukum rasional dan formal. Lawrence M.
Friedman mengenalkan budaya yang kemudian diteruskan Daniel Lev; budaya hukum mencakup
dua hal; nilai-nilai hukum subtantif dan nilai-nilai hukum ajektif.

Mazhab Sosiologi Sesudah Auguste Comte Lengkap

Sebagai kajian ilmu, sosiologi memiliki berbagai teori yang melandasi pemikirannya. Teori teori
sosiologi ini terus berkembang dari masa ke masa. Perkembangan sosiologi ini terutama
berkaitan dengan pemikiran tokoh tokoh sosiologi yang terus melakukan analisa sehingga
menghasilkan teori -teori baru yang dianggap lebih mampu menjabarkan fenomena sosial secara
tepat.

Pada hakikatnya, teori menunjukkan suatu relasi dari dua fakta atau lebih, di mana fakta tersebut
diatur menurut metode tertentu yang terukur. Kajian fakta yang diteliti secara umum harus dapat
diuji secara empiris sehingga bisa menghasilkan teori.

Perkembangan sosiologi bila dilihat dari sudut teoritis dapat mengantarkan kita dalam
memahami bagaimana perkembangan sosiologi dapat berpengaruh serta mengendalikan masa
depan. Perkembangan sosiologi ini dapat dirunut dari masa ke masa, dengan masa Auguste
Comte yang digunakan sebagai pembatasnya.
Masa Auguste Comte dijadikan pembatas karena Comte -lah orang pertama yang mencetuskan
istilah ‘sosiologi’ bersama dengan pengertian, serta pembagiannya dalam ilmu pengetahuan. Jika
dilihat dari masa perkembangannya, sosiologi ini dapat dikatakan sebagai kajian ilmu yang
masih relatif muda.

Kenapa demikian? Karena teori sosiologi baru bermula sejak masa Auguste Comte, yakni di
awal tahun 1800-an. Sekalipun demikian, jauh sebelum masa Auguste Comte, perhatian serta
pemikiran mengenai manusia dalam konteks masyarakat telah dimulai.

Itu sebabnya, ketika kita mengkaji mengenai teori teori sosiologi, kita akan sering menemukan
pembagian yang jelas berupa, perkembangan sosiologi sebelum Auguste Comte, perkembangan
sosiologi masa Auguste Comte, serta teori sosiologi setelah Auguste Comte.

Pada artikel sebelumnya, sudah dibahas mengenai bagaimana perkembangan sosiologi sebelum
dan pada masa Auguste Comte. Jadi, kali ini kita akan lebih fokus pada pembahasan sosiologi
setelah Auguste Comte.

Setelah Auguste Comte, ada banyak tokoh sosiologi yang juga turut mengembangkan
pemikirannya dalam kajian sosiologi ini. Para tokoh dengan pemikirannya ini kemudian
dikelompokkan menurut kelompok pandangannya, yang dijadikan dalam enam mazhab. Total
ada enam mazhab sosiologi yang memuat teori teori sosiologi sesudah Aguste Comte.

Mazhab sosiologi tersebut, meliputi : (1) mazhab geografi dan lingkungan, (2) Mazhab Organis
dan Evolusioner, (3) Mazhab Formal, (4) Mazhab Psikologi, (5) Mazhab Ekonomi, (6) Mazhab
Hukum. Masing -masing mazhab sosiologi ini memiliki ciri khas pemikiran tersendiri beserta
dengan para tokoh sosiologi pendukungnya.

Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai keenam mazhab sosiologi tersebut.
Pembahasan lebih detail mengenai mazhab sosiologi akan dibahas pada artikel berikutnya secara
terpisah.

Mazhab / Teori sosiologi sesudah Auguste Comte

1 Mazhab geografi dan lingkungan

Poin utama pemikiran sosiolog pada mazhab ini adalah bahwa masyarakat hanya memungkinkan
untuk timbul dan berkembang ketika terdapat tempat berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat
itu sendiri.

Tokoh sosiologi pendukungnya adalah Edward Bukle dan Le Play. Le Play melakukan analisis
mengenai keluarga, di mana ia menyebut keluarga merupakan satuan unit sosial fundamental
yang dimiliki masyarakat. Keluarga sebagai suatu organisasi keluarga ditentukan melalui
berbagai cara mempertahankan hidupnya, semisal dengan cara mereka bermatapencaharian.
Selain itu, mazhab ini juga berpandangan bahwa ajaran-ajaran atau teori-teori sosiologi pada
dasarnya menghubungkan faktor keadaan alam dengan faktor-faktor struktur dan organisasi
sosial.

2 Mazhab Organis dan Evolusioner

Tokoh sosiologi pada mazhab organis dan evolusioner yang paling dikenal adalah Herbet dan
WG Summber. Spencer sendiri berperan dalam melakukan analogi antara masyarakat manusia
dengan organisme manusia.

Sebagai tambahan, terdapat W.G. Summer yang membahas mengenai kebiasaan sosial yang
secara umum muncul tanpa disadari dalam masyarakat (Folkways).

3 Mazhab Formal

Tokoh sosiolgo yang utama dalam mazhab formal ini adalah George Simmel. Simmel
menyatakan bahwa elemen-elemen yang ada dalam masyarakat pada dasarnya dapat mencapai
suatu kesatuan.

Untuk mencapai kesatuan ini, masyarakat dapat membentuk suatu bentuk yang dapat mengatur
hubungan di antara elemen-elemen tersebut, seperti lembaga. Agar lembaga yang dibentuk dapat
mengatur hubungan dalam masyarakat dengan baik, maka sifatnya harus dalam bentuk
superioritas, subordinasi dan konflik.

4 Mazhab Psikologi

Tokoh sosiologi yang utama dari mazhab psikologi ini adalah Gabriel Tarde. Tarde mengulas
tentang bagaimana gejala sosial berlangsung dalam kerangka reaksi psikis seseorang.

Dia menyebutkan bahwa pada dasarnya gejala sosial memiliki sifat psikologis yang terdiri dari
interaksi yang antara jiwa-jiwa individu. Jiwa dari masing -masing individu harus terdiri dari
kepercayaan-kepercayaan serta keinginan-keinginan.

5 Mazhab Ekonomi

Pada Mazhab ekonomi, kita akan banyak membahas tentang ajaran-ajaran dan pemikiran Karl
Marx (1818-1883) dan Max Weber (1864-1920).

Marx identik dengan pemikirannya mengenai masyarakat kelas. Bagi Marx, masyarakat yang
terbagi atas kelas -kelas akan membuat kekuatan dan kekayaan hanya terhimpun pada kelas yang
berkuasa saja. Sedangkan refleksi status ekonomi kelas dapat mengacu pada filsafat, agama,
hukum, serta kesenian.

Adapun Weber lebih menekankan pada bentuk organisasi sosial. Ia berpandangan bahwa
organisasi sosial yang ada harus diteliti sesuai perilaku warga, di mana sudah seharusnya
motivasi yang dimiliki sesuai dengan harapan rakyat umum. Gejala sosial pada dasarnya bisa
dianalisa dengan mengunakan kriteria tertentu serasi dengan tipe -tipe ideal dalam masyarakat.

6 Mazhab Hukum

Pendukung dari mazhab sosiologi hukum ini utamanya adalah Emile Durkheim, serta Max
Weber. Emile Durkheim berpandangan bahwa pada dasarnya, hukum perlu dihubungkan dengan
jenis-jenis solidaritas yang bisa ditemukan dalam masyarakat.

Max Weber sendiri mengusulkan adanya 4 tipe ideal hukum, yang meliputi:

Hukum irasional dan materiil, ketika keputusan dari pembentuk undang-undang dan
hakim didasarkan pada nilai-nilai emosional tanpa merujuk suatu kaidah apapun.

Hukum irasional dan formal, ketika keputusan dari pembentuk undang-undang dan
hakim berpedoman pada kaidah-kaidah yang ada di luar akal, berupa wahyu atau ramalan.

Hukum rasional dan materiil, ketika keputusan pembentuk undang-undang dan hakim
merujuk pada kaidah seperti suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa atau
ideologi.

Hukum rasional dan formal, hukum dibentuk berdasarkan pada konsep-konsep yang
abstrak dari ilmu hukum.

Sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern dimulai pada abad 19 di
Eropa Barat pasca Revolusi Politik di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris. Namun sebelum
menelisik sejarah perkembangan sosiologi lebih jauh, perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa
ilmu pengetahuan tentang masyarakat telah ada berabad-abad lamanya sebelum istilah
’sosiologi’ itu sendiri ditemukan.

Bagaimana sejarah perkembangan sosiologi dimasa lalu?

Filsuf besar era Yunani Kuno, Plato dan Arostoteles telah menulis buku tentang bagaimana
mendesain masyarakat yang adil dan bahagia. Ilmuwan dari Timur Ibnu Khaldun menulis
tentang integrasi sosial (Asabiyah) dan peradaban manusia pada abad 14, sebelum Eropa
memasuki era Renaisans. Pada periode awal era Pencerahan di Eropa Barat, Thomas Hobbes,
John Locke, dan Jean Jacques Rouseau telah menulis tentang bagaimana mengorganisir
masyarakat agar hidup harmonis dalam satu sistem pemerintahan melalui istilah yang dikenal
dengan ’kontrak sosial’. Dengan demikian, jika sosiologi dipahami sebagai studi tentang
masyarakat, maka sosiologi sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Artinya, ’sosiologi’ sudah ada
sebelum istilah sosiologi ada.

Pengertian Sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologi abad 19

Sejarah perkembangan sosiologi yang sering diajarkan adalah sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan modern yang saintifik atau ilmiah. Istilah ilmiah sendiri baru muncul pada abad
pencerahan di perancis. Pencerahan memiliki konotasi rasional dan empiris. Ilmu pengetahuan
bersifat rasional ketika berasal dari pikiran manusia, bukan metafisik dan teologis. Ilmu
pengetahuan bersifat empiris ketika bisa dicercap oleh indra untuk diuji kebenarannya. Maka
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmiah adalah sosiologi yang rasional dan empiris.

Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia relatif lebih muda
ketibang ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual Perancis dalam bukunya ”Course
de philosophie positive” (1838) mencetuskan istilah sosiologi yang saat itu memiliki konotasi
fisika sosial. Hukum tiga tahap yang dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau
fisika sosial adalah ilmu yang berada pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan
bisa diteliti dengan hukum-hukum ilmiah seperti pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya
meninggalkan unsur teologis dan metafisis. Dengan demikiran sejarah perkembangan sosiologi
modern pada awal mula ditemukannya adalah ilmu pengetahuan yang positif. Metodologinya
mengikuti hukum-hukum dalam ilmu alam oleh karena itu dinamakan fisika sosial.

Pada tahun 1876, intelektual Inggris Herbert Spencer menulis buku pertama yang menggunakan
istilah ’sosiologi’ di judulnya ”Principle of Sociology”. Spencer adalah orang yang percaya pada
teori evolusi Darwin. Ia menerapkan hukum evolusi biologi pada sosiologi. Spencer
mengenalkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa tahun
kemudian. Pada tahun 1883, intelektual Amerika Lester F. Ward menulis buku berjudul
”Dynamic Sociology”. Buku tersebut dianggap sebagai buku pertama tentang desain tindakan
sosial yang harus dilakukan masyarakat untuk menuju kemajuan. Berikutnya, pada 1895, Email
Durkheim menerangkan secara detail metodologi ilmiah sosiologi dalam bukunya ”The Rules of
Sociological Mehod”.

Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut banyak
dipengaruhi oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah tatanan kehidupan
sosial secara dramatis. Minat kaum intelektual untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat
saat itu menjadi poin penting dalam sejarah perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh
berpengaruh dalam sosiologi adalah intelektual Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah
mengklaim dirinya secara spesifik sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik ekonomi dari
perubahan sosial di Eropa. Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan teori
sosiologi bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam sosiologi.
Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan modern.

Sejarah perkembangan sosiologi abad 20

Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke Amerika
Serikat. Sosiologi pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu diperhatikan pula
konteks Amerika Serikat pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi dan urbanisasi terjadi secara
besar-besaran di perkotaan di Amerika Serikat. Akibat dari industrialisasi ini adalah perubahan
sosial dengan ekskalasi yang besar. Masyarakat desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya.
Kondisi demikian memantik kaum intelektual Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang
timbul akibat perubahan sosial. Sosiologi menjadi salah satu studi ilmu sosial yang paling
diminati.

Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika Serikat pada periode sebelum Perang Dunia
pertama sampai dengan kisaran 1930an didominasi oleh aliran Chicago School dengan tokoh
utamanya Albion W. Small, yang sekaligus menjadi inisiator jurnal sosiologi paling prestisius di
dunia sampai saat ini, American Journal of Sociology. Pada fase berikutnya, perkembangan
Chicago School melahirkan tokoh besar Pitrim Sorokin yang banyak berkontribusi memperluas
aspek metodologi sosiologi. Sejumlah ahli sosiologi pasca Ward muncul di Amerika Serikat,
antara lain: W. I. Thomas, Robert E. Park, Charles Horton Cooley, George Herbert Mead, Jane
Addams, Charlotte Perkins Gilman, Anna Julia Cooper, Marianne Webber, Beatrice Potter
Webb, dan W. E. B. du Bois.

Perlu ditegaskan pula di sini, migrasi tradisi ilmiah sosiologi ke Amerika Serikat tidak lantas
membuat sejarah perkembangan sosiologi di Eropa Barat berhenti. Intelektual Jerman Max
Weber mengkritik metode ilmiah sosiologi yang muncul pada abad 19. Weber berpendapat,
metode ilmu alam tidak relevan diterapkan pada ilmu sosial. Ilmu sosial menjadikan manusia
sebagai subjeknya, sehingga terkandung unsur subjektivitas dalam ilmu sosial. Hal ini berbeda
dengan ilmu alam yang mengedepankan unsur objektivitas. Weber mengusulkan, alih-alih
menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian, sosiologi seharusnya meneliti tindakan-
tindakan sosial yang bersifat subjektif.

Secara kontras, unsur objektivitas sosiologi justru berkembang di Amerika Serikat melalui karya
tokoh besar Talcott Parsons. Pada 1937 Parsons menerbitkan buku ”The Structure of Social
Action” yang secara signifikan berpengaruh pada perkembangan teori sosiologi. Parsons banyak
dipengaruhi oleh Dukheim dan Weber, tanpa menaruh perhatian sama sekali pada Marx.
Interpretasinya terhadap masyarakat Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan teori
sosiologi Amerika beberapa tahun kemudian. Implikasinya, teori Marxisme terkekslusi dari
legitimasi ilmiah sosiologi Amerika. Parsons banyak mengelaborasikan teori fungsionalisme
struktural dalam menganalisis sistem sosial. Sosiologi yang berkembang di Amerika pada
periode Parsonian adalah sosiologi makro.

Perdebatan antara objektivitas-subjektivitas, agensi-struktur, dan mikro-makro dalam sosiologi


berlangsung sejak abad 20 sampai hari ini. Sejumlah aliran pemikiran ekstrem yang condong
pada subjektivitas mengkritik keras sosiologi pada awal berdirinya. Sosiologi positivistik yang
dicetus oleh Comte belakangan mulai ditinggalkan. Salah satu aliran pemikiran paling keras
yang mengkritik sosiologi Comte adalah The Frankfurt School, yang terdiri dari intelektual kritis
dari Jerman. The Frankfurt School menapaki periode popularitasnya pada pertengahan abad 20.
Kritik paling pedas yang dilontarkan adalah sosiologi positivistik tidak berkontribusi apa-apa
pada sejarah manusia karena mengabaikan aspek transformatif dan emansipatoris yang
seharusnya menjadi agenda sosiologi. Ilmu sosial tidak bisa netral, melainkan harus berpihak
cita-cita transformasi sosial.

Sejarah perkembangan sosiologi era kontemporer

Menjelang abad 21, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern mendapat serangan bertubi-tubi
dari aliran-aliran sosiologi yang menyandang label post-, seperti postmodernisme,
poststrukturalisme, postpositivisme, postkolonialisme, dan lain sebagainya. Memasuki abad 21,
sejarah perkembangan sosiologi menuju variasi aliran pemikiran dan disiplin yang semakin
banyak. George Ritzer telah memformulasikan sebelumnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
yang berparadigma multiple. Artinya, cara pandang sosiologi tidak tunggal sehingga sosiologi
secara historis adalah ilmu pengetahuan yang luas cakupannya. Abad millenium menandai
sosiologi sebagai ilmu yang sangat cair dan luas. Objek kajian tidak sebatas pada perubahan
struktur sosial dalam konteks industrialisasi, urbanisasi, perdesaan dan perkotaan, melainkan
juga sampai pada aspek dinamika masyarakat yang sifatnya kekinian. Seperti misalnya, sosiologi
pada masyarakat informasi. Sosiologi abad 21 adalah sosiologi kontemporer.

Indikasi semakin meluasnya ruang lingkup sosiologi bisa dilihat dari berkembang biaknya
subdisiplin yang menjadi cabang sosiologi. Beberapa diantaranya yang bisa disebutkan adalah
Sosiologi Digital, Sosiologi Turisme, Sosiologi Pemuda, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Olah
Raga, Sosiologi Sastra, Sosiologi Hukum, Sosiologi Ekonomi, Sosiologi Gender, dan Sosiologi
kontemporer lainnya. Kecenderungan lain yang bisa diidentifikasi adalah semakin menjauhnya
sosiologi dari tradisi positivisme. Sejarah perkembangan sosiologi di era kontemporer cenderung
menolak relevansi hukum-hukum alam pada ilmu sosial. Saat ini, fakultas-fakultas ilmu sosial di
seluruh dunia mulai mengajarkan sosiologi terlepas dari bapak pendirinya. Tak heran, tokoh-
tokoh seperti Michel Foucault, Pierre Bourdieu dan Slavoj Zizek lebih diminati ketimbang
Auguste Comte dan Emile Durkheim yang memang makin usang.

DAFTAR PUSTAKA

• Koentjaraningrat. (1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

• Lauer, Robert H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

• Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman. (2003). Teori-teori Sosiologi Modern.


Jakarta: Predana Media.

• Soekanto, Soerjono. (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

• Soemardjan, Selo, dan Soelaiman Soemardi. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi.


Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

• Soetomo. (1987). Ilmu Sosiatri: Lahir dan berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu
Sosial. Dalam Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Ed. Agnes Sunartiningsih. Yogyakarta: Jurusan Ilmu
Sosiatri Fisipol UGM.

• Sugiyanto. (2002). Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.


Wirjosumarto. Sartono. (1978). Pengantar Ilmu Sosiatri. Yogyakarta: Fisipol UGM.

Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sejarah Perkembangan Sosiologi

Anda mungkin juga menyukai