Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“KORUPSI DALAM PRESPEKTIF HUKUM”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
PRODI: D-III KEBIDANAN 1A
FITRIYANTI
SUKARNI SAID
SUKMAWATI M TAHER
SULANTI CANDO
WAJIDA LA BOLA
SUSI SUSANTII UMASUGI
SURIYANTI DAHRI
TUTI RAJAB
PURANITA LITILOLI
ULFA BAHRU
SUMIRA IKSAN

DOSEN PEMBIMBING
ARSAD SUNI, S.KEP, Ns, M.KEP

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TERNATE


TAHUN 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah tentang Korupsi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga  makalah  ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Ternate 04 juli 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................Ii

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belangkang.........................................................................................................iii
1.2. Tujuan..........................................................................................................................iii

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hukum.......................................................................................................1
2.2 Korupsi Dalam Perspektif Hukum...............................................................................2

PENUTUP
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peraturan perundang undangan (legislation) merupakan wujud dari politik hokum
institusi Negara di rancang dan disahkan sebagai unndang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi. Secara parsial, dapat di simpulkan pemerintah dan bangsa Indonesia
serius melawan dan mremberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Tebang pilih,
begitu kira kira pendapat beberapa praktisi dan pengamat hokum dterhadap gerak
pemerintah dalam menangani kasus korupsi akhir akhir ini. Gaung pemberantasan
korupsi seakan menjadi senjata ampuh untuk di bubuhkan dalam texs pidato para pejabat
Negara, bicara seola ia bersih, anti korupsi.masyarakat melalui LSM dan ormaspun tidak
mau kalah, mengambil manfaat dari kkampanye anti korupsi di Indonesia. Pemahaman
mengenai strategi pemberantasan korupsi dilakukan di bnyak ruang seminar, booming
anti korupsi, begitulah tepatnya. Meanstream perlawanan terhadap korupsi juga
dijewantahkan melalui pembentukan lembaga Adhoc, Komisi Anti Korupsi (KPK)

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian korupsi
Untuk mengetahui korupsi dalam perspektif hukum

4
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:

 perbuatan melawan hukum,


 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat
namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

2.2 korupsi dalam perspektif hukum


Korupsi harus dipahami sebagai tindakan melawan hukum dan ada pandangan sebagai
kejahatan luar biasa (extraordinary crime). KPK mengungkap tiga sebab mengapa korupsi di
Indonesia menjadi kejahatan luar biasa yaitu:

5
1. Korupsi di Indonesia sifatnya transnasional sehingga beberapa koruptor Indonesia
mengirimkan uang ke luar negeri. Hasil pendataan KPK menunjukkan bahwa 40
persen saham di Singapura adalah milik orang Indonesia. Oleh sebab itu, Singapura
hingga saat ini tak mau meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Tujuan
dari perjanjian ini adalah meminta buron dari suatu negara yang lari ke negara lain
untuk dikembalikan ke negara asalnya.
2. Pembuktian korupsi di Indonesia itu super. Artinya, membutuhkan usaha ekstrakeras.
Seperti diketahui, 50 persen kasus korupsi bentuknya penyuapan. Koruptor yang
menyuap tidak mungkin menggunakan tanda terima atau kuitansi. Secara hukum,
pembuktiannya cukup sulit.
3. Dampak korupsi memang luar biasa. Contohnya, dari sektor ekonomi, utang
Indonesia di luar negeri mencapai Rp1.227 triliun. Utang ini dibayar tiga tahap, 2011–
2016, 2016–2021, dan 2021–2042. Permasalahan yang muncul apakah kita dapat
melunasinya pada 2042? Di sisi lain, menjelang tahun itu banyak timbul utang-utang
baru dari korupsi baru. (Republika, 2014)
Pandangan lain berpendapat bahwa tindak pidana korupsi itu hanya dianggap sebagai
tindak pidana biasa dan bukan merupakan extraordinary crime.  Para ahli hukum tersebut
merujuk pada Statuta Roma tahun 2002, yang dalam hal ini statuta tersebut menggolongkan
korupsi bukan suatu kejahatan luar biasa yang tergolong extraordinary crime, yaitu kejahatan
genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Namun,
Indonesia sendiri bukanlah negara yang ikut meratifikasi Statuta Roma tersebut.
Seluruh negara telah menyatakan perang terhadap korupsi dan koruptor, bahkan
sebagai anggapan kejahatan luar biasa maka ada negara yang memberlakukan hukuman mati
untuk para koruptor. Indonesia telah membuat undang-undang tersendiri untuk mencegah dan
memberantas korupsi.
Beberapa Undang – Undang dan peraturan pemerintah yang erat kaitannya untuk mencegah
dan memberantas korupsi yaitu: 
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana; 
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana
Korupsi;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang;
7. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi;
Dalam konteks dunia kesehatan, menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun
2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dalam jangka
panjang 2012–2025 dan jangka menengah tahun 2012–2014, serta Instruksi Presiden (Inpres)

6
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Kementerian
Kesehatan telah mengimplementasikan peraturan tersebut ke dalam lingkungan internal.

7
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa korupsi benar-benar telah menjadi
permasalahan yang serius dan sistemik yang sangat membahayakan dan merugikan negara
maupun masyarakat, khususnya di negara kecil dan berkembang seperti halnya Indonesia.
Padahal masyarakat pada umumnya bukannya tidak menyadari bahwa korupsi telah
mencederai rakyat miskin dengan terjadinya penyimpangan dana yang seharusnya
diperuntukkan terhadap pembangunan dan kesejahteraan mereka. Korupsi juga telah
mengikis kemampuan pemerintah untuk menyediakan pelayanan dan kebutuhan dasar bagi
rakyatnya, sehingga pemerintah tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan pangan bagi
masyarakatnya secara adil. Lebih jauh lagi, korupsi bahkan telah meruntuhkan demokrasi dan
penegakan hukum, mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia,
mengacaukan pasar, mengikis kualitas kehidupan dan memicu terjadinya kejahatan
terorganisir, terorisme dan ancaman-ancaman lainnya terhadap keamanan masyarakat, serta
menghambat masuknya bantuan dan investasi asing. Oleh sebab itu, korupsi merupakan salah
satu elemen yang turut memberikan kontribusi bagi terjadinya keterbelakangan dan buruknya
kinerja ekonomi Indonesia, serta merupakan salah satu faktor penghambat yang utama bagi
pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan

8
DAFTAR PUSTAKA
http://id.m.wikipedia.org/wiki/korupsi
http://otoritas-semu.blogspot.com/2017/04/korupsi-dalam-perspektif-hukum.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai