Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PIDANA KORUPSI : TINDAK PIDANA KORUPSI, KETERLIBATAN


PIHAK KEPOLISIAN, KETERLIBATAN PIHAK KEJAKSAAN,
PENGELOMPOKKAN TKP, DAN TANGGUNG JAWAB PIDANA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 5 Kelas VII/H1 Pagi Mata Kuliah
Hukum Jasa Konstruksi
Dosen Pengampu : Dr.R.Juli Moertiono, S.H.,M.H.,M.Kn.

Dedi Kurniawan 2006200474


Annur Qolbi Pane 2006200384
Alvina Damaiyanti 2006200158
Larra syahputri 2006200510
Gayuh waged pambudi 2006200440
Arrahman sea

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pidana Korupsi : Tindak Pidana Korupsi, Keterlibatan Pihak Kepolisian,
Ketrlibatan Pihak Kejaksaan, Pengelompokkan TKP, Dan Tanggung Jawab
Pidan ini pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Dr.R.Juli Moertiono, S.H.,M.H.,M.Kn. pada mata kuliah Hukum Jasa
Konstruksi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasa bagi
para pembaca dan juga penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 27 Desember 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan Makalah...................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................7
A. TINDAK PIDANA KORUPSI............................................................................7
B. KETERLIBATAN PENEGAK HUKUM DALAM TINDAK PIDANA
KORUPSI.....................................................................................................................8
1.1 Peran Lembaga Penegak Hukum Khususnya Kepolisian dan Kejaksaan
Dalam Mendeteksi Dan Mengatasi Tindak Pidana Korupsi Serta Efektivitas
nya………………………………………………………………………………………………………………………….
2.1 Harmonisasi Antar Lembaga Lembaga Penanganan Tindak Pidana
Korupsi...................................................................................................................16
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di televisi, surat kabar, majalah, sering kita lihat, dengar, kita baca banyak

pejabat negara maupun penyelenggara negara di Indonesia ini melakukan

tindak pidana korupsi. Harta Negara yang di korupsi, tidak hanya jutaan,

miliaran, bahkan sampai triliunan. Kasus bank Century, proyek Hambalang,

Simulator SIM, pejabat daerah yang korupsi dan masih banyak yang lainnya,

ini menunjukan korupsi di negara Indonesia sudah menjadi sebuah penyakit

yang kronis. Walaupun perkara-perkara korupsi diatas, sudah ditangani oleh

lembaga-lembaga yang berwenang menangani hal tersebut. Tindak pidana

korupsi di Indonesia Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan yang luar biasa.

Korupsi dapat menimbulkan bahaya terhadap kehidupan umat manusia,

karena telah merambah ke dunia pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang

pangan rakyat, keagamaan, dan fungsi-fungsi pelayanan sosial lain. Beberapa

kasus korupsi yang telah terungkap tidak membuat jera para pelaku korupsi

lainnya, dan semakin gencarnya pemerintah melakukan pemberantasan

terhadap aksi korupsi maka semakin cerdik pula tindakan para pelaku korupsi

untuk mengelabui para aparat pemrintahan khususnya. Kedudukan dan jabatan

yang dipunyai menjadi senjata ampuh di samping beberapa alasan untuk

mengelabui para aparatur hukum Negara di bidang pemberantasan korupsi.

Hukum diarahkan sepenuhnya sebagai sarana untuk mendukung

pembangunan. Padahal yang seharusnya adalah pembangunan hanyalah sarana

4
untuk meningkatkan martabat kemanusiaan. Jadi jelaslah bahwa dengan hukum

kita akan menciptakan atau menjadikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Hukum memang dibuat oleh negara tidak semata-mata menjadi alat

rekayasa sosial, tetapi lebih dari itu, yakni menegakkan keadilan dan

melindungi harkat kemanusiaan. Tidak sedikit hak-hak kemanusiaan yang

dipercayakan kepada hukum untuk dijaga atau dilindunginya, sebab tanpa

adanya suatu perlindungan dari hukum ini, akan banyak perbuatan yang

bercorak dilanggarnya. Jika suatu negara sudah memposisikan dirinya sebagai

negara hukum (rechtsstaat), maka konsekuensinya produk peraturan

perundang-undangan lah yang menjadi tolok ukur rule of game di tengah

kehidupan masyarakat, dimana kandungan norma di dalamnya akan menyebut

soal larangan, perintah, kepatuhan, dan sanksi yang mengikat.

Artinya jadikan hukum itu sebagai panglima yang tidak dapat terkalahkan

oleh situasi dan kondisi apapun. Kalau hukum sampai ditinggalkan, maka

bukan hanya citranya yang akan jatuh dan ternoda, tetapi juga masa depannya

akan suram dan kehilangan kredibilitasnya. Rujukan kepada hukum ini bukan

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan penguasa dalam berperilaku, tetapi

menyangkut kepentingan makro kehidupan bangsa dan negara, kepentingan

jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk untuk kepentingan normatif

dalam pergaulan dengan masyarakat Internasional yang telah memasuki era

Globalisasi.

Dengan pembentukan lembaga Negara KPK, maka korupsi diIndinesia di

tangani tidak hanya kepolisian dan kejaksaaan saja, tetapi bisa juga di lakukan

5
oleh KPK, di harapkan korupsi hilang di bumi Indonesia. Walaupun masih

banyak masyarakat yang menganggap bahwa penegakan hukum tindak pidana

korupsi tumpang tindih antara kepolisian, kejaksaan dan KPK.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran lembaga penegak hukum khususnya kepolisian dan
kejaksaan dalam mendeteksi dan mengatasi Tindak Pidana Korupsi,
serta sejauh mana efektivitas mereka dalam melakukan penindakan?
2. Bagaimana Harmonisasi Antar Lembaga Lembaga Penanganan Tindak
Pidana Korupsi?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui peran lembaga penegak hukum khususnya
kepolisian dan kejaksaan dalam mendeteksi dan menangani Tindak
Pidana Korupsi
2. Untuk mengetahui Harmonisasi Antar Lembaga Lembaga Penanganan
Tindak Pidana Korupsi

6
BAB II PEMBAHASAN

A. TINDAK PIDANA KORUPSI

Sebelum mendefinisikan Tindak pidana korupsi, maka harus dijelaskan

dulu mengenai tindak pidana dan korupsi. Tindak pidana adalah tindakan

melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja

oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh

undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.

Menurut Marpaung, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang

negara atau perusahaan, dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang

lain).

Menurut kartini Kartono yang dikutip dalam bukunya ICCE, yang di

maksud dengan korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan

wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan pribadi, merugikan

kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau

kelompok tertentu. Sedangkan korupsi menurut pasal 2 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, korupsi merupaka tindakan melawan hukum untuk

memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi), yang

secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau

prekonomian Negara. Kemudian didalam pasal 3 disebutkan bahwa korupsi

adalah Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

7
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian Negara.

Dari pengertian tindak pidana dan korupsi maka bisa disimpulkan, bahwa

tindak pidana korupsi adalah Jadi Tindak Pidana Korupsi dapat disimpulkan

sebagai tindakan melawan hukum yang tindakannya tersebut oleh

undangundang sebagai tindakan yang dapat dihukum.

B. KETERLIBATAN PENEGAK HUKUM DALAM TINDAK PIDANA

KORUPSI

Pada hukum yang responsif, keabsahan hukum didasarkan pada keadilan

substantif dan aturan-aturan tunduk pada prinsip, dan kebijaksanaan. Dikresi

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan. Paksaan lebih nampak dalam

bentuk alternatif positif seperti insentip positif atau sistem kewajiban mandiri.

Moralitas yang nampak adalah “moralitas kerja sama”, sementara aspirasi--

aspirasi hukum dan politik berada dalam keadaan terpadu. Ketidakadilan

dinilai dalam ukuran dan kerugian-kerugian substantif dan dipandang sebagai

tumbuhnya masalah legitimasi. Kesempatan untuk berintegrasi diperluas

melalui integrasi bantuan hukum dan bantuan sosial.

Soerjono Soekanto bahwa agar hukum itu berfungsi dimasyarakat

diperlukan adanya keserasian antara empat faktor, yakni pertama, adanya

sinkronisasi yang sistematis diantara kaidah-kaidah hukum atau peraturan baik

secara vertikal maupun horizontal sehingga tidak bertentangan satu sama lain;

kedua, pelaksana penegak hukum mempunyai pedoman yang jelas tentang

kewenangannya dalam menjalankan tugas, sekaligus kualitas kepribadian

8
petugas untuk melaksanakan dan mentaati peraturan yang diberlakukan; ketiga,

derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum sangat mempengaruhi

pelaksanaan hukum. Derajat kepatuhan hukum ini tergantung dari proses

pembuatan hukum. Keempat, fasilitas atau sarana pendukung pelaksanaan

hukum harus memadai secara fisik.

Semua manusia hidup itu selalu menginginkan terlindung dari hak dan

kewajibannya sebagai makhluk hidup yang berakal. Pemerataan hukum di

segala bidang menjadi kebutuhan pokok yang segera mendapatkan jalan keluar,

sehingga tiap-tiap bidang itu mendapatkan perlindungan. Salah satu bentuk

perlindungan yang diberikan oleh hukum adalah jika dilakukan penegakan

hukum oleh aparat penegak hukum. Pengertian penegakan hukum dapat

dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum sebagaimana mestinya,

mengawasi pelaksanaannya agar tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi

pelanggaran hukum kemudian memulihkan hukum yang dilanggar itu supaya

ditegakkan kembali.

1.1 Peran Lembaga Penegak Hukum Khususnya Kepolisian dan Kejaksaan

Dalam Mendeteksi Dan Mengatasi Tindak Pidana Korupsi Serta

Efektivitas nya.

kepolisian dan kejaksaan berdasarkan undang-undang dapat dan atau

berpeluang untuk memadukan fungsi kewenangannya bekerja sama dalam

pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi, antara lain koordinasi, supervisi

serta saling bertukar informasi intelejen seputar tindak pidana korupsi yang

terjadi dan saling berbagi data tentang perkembangan kasus yang ditangani.

9
Kedua institusi juga dapat saling melakukan sinkronisasi data yang diapat

terkait kasus korupsi agar masingmasing institusi saling melengkapi jika ada

data yang kurang.

 Kepolisian

Sesuai yang tertuang dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 2 tahun 2002 tentang

Kepolisisan Negara Republik Indonesia yang dimaksud dengan kepolisian

adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepolisian memiliki fungsi

sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam hal penegakan hukum tentang tindak pidana korupsi polisi

memiliki tugas sebagai penyidik, sebagaimana yang telah ditentukan dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 1 ayat 1 bahwa

yang dimaksud dengan penyidik adalah pejabat polisi negara Republik

Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang

khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, kemudian dipertegas

dalam UU No. 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara Republik Indonesia

pasal 14 ayat 1 huruf g bahwa dalam melaksanakan tugas pokok, kepolisian

negara Republik Indonesia bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan

terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya.

10
Selain KUHAP dan UU tersebut dasar hukum lainnya yaitu Instruksi

Presiden No. 5 tahun 2004, yang mana pada poin ke delapan dalam inpres

tersebut disebutkan bahwa “memberikan dukungan maksimal terhadap

upayaupaya penindakan korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia dan Komisi Pemberantasan

Korupsi dengan cara mempercepat pemberian informasi yang berkaitan dengan

perkara tindak pidana korupsi dan mempercepat pemberian izin pemeriksaan

terhadap saksi/tersangka.” Dengan demikian polisi memiliki hak dan

wewenang untuk menangani berbagai kasus korupsi. Tindak Pidana Korupsi

mendapat perhatian lebih dari kepolisian sehingga dibentuk sebuah unit khusus

untuk menangani kasus korupsi di setiap daerah yakni Unit Tindak Pidana

Korupsi (tipikor).

Unit tipikor sendiri berada di bawah kordinasi Satuan Resort Kriminal

yang merupakan unsur pelaksana tugas pokok dalam setiap kepolisian resort.

Unit tipikor dibentuk khusus untuk menangani berbagai kasus korupsi yang

terjadi dalam wilayah hukum kepolisian resort yang bersangkutan.

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa korupsi merupakan ekstra

ordinary crime sehingga dalam proses penyidikannya dibutuhkan penyidik dan

pembantu penyidik dari pejabat polisi yang memiliki kapasitas serta memenuhi

syarat sebagaimana telah ditetapkan dalam KUHAP.

Peraturan kapolri tersebut juga memuat berbagai prinsip yang mesti

dikedepankan oleh para penyidik dalam menangani kasus pidana termasuk

11
korupsi, sesuai dengan pasal 3 dalam peraturan tersebut yang menyebutkan

bahwa prinsip-prinsip dalam peraturan ini:

- Legalitas, yaitu proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Profesional, yaitu penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan

tugas, fungsi, dan wewenang penyidikan sesuai dengan kompetensi yang

dimiliki;

- Proporsional, setiap penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan fungsi, peran dan tanggung jawabnya;

- Prosedural, yaitu proses penyelidikan dan penyidikan sesuai mekanisme

dan tatacara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

- Transparan, yaitu proses penyelidikan dan penyidikan dilakukan secara

terbuka yang dapat diketahui perkembangan penanganannya oleh

masyarakat;

- Akuntabel, yaitu proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan

dapat dipertanggung jawabkan; dan

- Efektif dan efisien, yaitu penyidikan dilakukan secara cepat, tepat,

murah, dan tuntas

Pasal 4 sampai pasal 9 KUHAP menguraikan tentang Penyidik adalah

Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia yang mempunyai tugas dan

tanggung jawab melakukan Penyelidikan, Penyidikan sampai penyerahan

berkas perkara untuk semua tindak pidana yang terjadi termasuk tindak pidana

12
korupsi dan tatacara dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut

terurai dalam pasal 102 sampai pasal 136 KUHAP.

Untuk menangani tindak pidana korupsi, kepolisian, berpedoman pada :

- Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP, dijelaskan bahwa

Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Penyidik

menurut KUHAP berwenang melakukan penyidikan tindak pidana yang

terjadi, dimana pasal 1 ayat (1),(2) tidak mengenal istilah pidana umum

atau pidana khusus, dengan demikian setiap perbuatan yang melawan

hukum dan diancam dengan pidana baik yang ada di dalam maupun di

luar KUHP, Penyidik dalam hal ini Polisi berwenang melakukan

penyidikan. Dengan demikian kewenangan tersebut telah ada sejak

diberlakukannya KUHAP.

- Berdasarkan Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

tindak Pidana Korupsi yang diperbaharui dengan Undang-Undang No.20

Tahun 2001. Undang-undang ini memberikan kewenangan seluas-

luasnya kepada Penyidik kepolisian untuk melakukan penyidikan Tindak

Pidana Korupsi yang dijelaskan dalam Undang-undang ini secara rinci

dan memuat ketentuan pidana yaitu menentukan ancaman pidana

minimum khusus, pidana denda yang lebih tinggi dan diancam pidana

khusus yang merupakan pemberantasan tindak pidana korupsi. Pasal 26

menjelaskan : Penyelidikan, Penuntutan dan pemeriksaan di sidang

pengadilan terhadap Tindak Pidana Korupsi dilakukan berdasarkan

hukum Acara Pidana yang berlaku dan ditentukan lain dalam undang–

13
undang ini dimana kewenangan penyidik dalam pasal ini termasuk

wewenang untuk melakukan penyadapan.

- Berdasarkan Undang Undang RI No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia Pasal 14 ayat (1) yaitu melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang – undangan lain.

Dengan demikian kewenangan penyidik Kepolisian dalam memberantas

tindak pidana korupsi sudah jelas dan terarah sehingga apa yang diharapkan

oleh pemerintah/ masyarakat kepada aparat penegak hukum dalam hal ini

Kepolisian dapat berjalan dengan baik.

 Kejaksaan

Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara,

hususnya di bidang penuntutan (Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004).

Sedangkan yang di maksud jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan

pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.

Dengan adanya tugas dan wewenang kejaksaan pada poin 4, yakni

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang

Undang, maka kejaksaan bisa menangani tindak pidana kmorupsi, karena

tindak pidana korupsi merupakan salah satu tindak pidana yang diatur dalam

undang Undang, yakni Undang Undang Nomor 31 tahun i999. Dalam hal

penanganan tindak pidana korupsi, kejaksaan berpedoman pada : a. Undang-

14
undang No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia b. Pasal 91

ayat (1) KUHAP mengatur tentang kewenangan jaksa untuk mengambil alih

berita acara pemeriksaan, Pasal 284 ayat (2) KUHAP menyatakan : “Dalam

waktu dua tahun setelah undang–undang ini diundangkan, maka terhadap

semua perkara diberlakukan ketentuan undang–undang ini, dengan

pengecualian untuk sementara mengenai ketentuan khusus acara pidana

sebagaimana tersebut pada undang–undang tertentu, sampai ada perubahan

dan/atau dinyatakan tidak berlaku lagi.

Dalam tindak pidana khusus dalam hal ini korupsi Jaksa berperan sebagai

penyidik dan penuntut umum. Sebagai penyidik maka diperlukan suatu

keahlian dan keterampilan yang khusus untuk mencari dan mengumpulkan

bukti sehingga dapat diketemukan tersangkanya. Pada dasarnya penyelidikan

dan penyidikan setiap tindak pidana merupakan awal dalam penanganan setiap

tindak pidana terutama tindak pidana korupsi. Setelah penyidikan dirasa oleh

penyidik sudah selesai maka berkas perkaranya diserahkan kepada kejaksaan

selaku penuntut umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai penuntut umum setelah

menerima berkas perkara segera memeriksa, apabila berkas oleh penuntut

umum dianggap kurang lengkap maka dalam waktu tujuh hari atau

sebelumnya, penuntut umum harus sudah mengembalikan berkas pada

penyidik disertai dengan petunjuk untuk kelengkapan berkas tersebut.

Bila penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan dari penyidik

sudah lengkap maka penyidik selanjutnya menyerahkan tanggung jawab atas

barang bukti dan tersangkanya. Penuntut umum selanjutnya memeriksa hasil

15
penyidikan dari penyidik apakah dapat dilakukan penuntutan atau tidak, bila

dapat maka ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan. Surat

dakwaan ini sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana.

Dalam penuntutan dilaksanakan secara merdeka terlepas dari pengaruh

kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Kejaksaan sebagai

salah satu lembaga penegak hukum dituntut lebih berperan dalam menegakkan

supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi

manusia, serta pemberantasan korupsi.

2.1 Harmonisasi Antar Lembaga Lembaga Penanganan Tindak Pidana

Korupsi

Problematika dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi ini harus

diselesaikan dengan baik, maka perlu harmonisasi antar lembaga penanganan

tindak pidana korupsi, artinya lembaga penanganan korupsi mengetahui tugas

dan wewenang masing-masing dalam memberantas dan menegakkan hukum

tindak pidana korupsi. Yang paling penting dalam penegakan hukum tindak

pidana korupsi ini adalah kerjasama antar lembaga penanganan tindak pidana

korupsi dengan memberikan penanganan penyelidikan maupun penyidikan

bahkan bisa sharing dalam menangani kasus korupsi. Yang paling penting,

aturan main penegakan hukum tindak pidana korupsi antar lembaga berbeda-

beda. Kepolisian mengacu pada Undang Undang No. 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), pejabat polisi negara RI adalah bertindak

sebagai penyelidik dan penyidik perkara Jadi, polisi berwenang untuk menjadi

penyelidik dan penyidik untuk setiap tindak pidana (termasuk di dalamnya

16
adalah tindak pidana korupsi). Adapun kewenangan kejaksaan untuk

melakukan penyidikan disebutkan dalam Undang Undang No. 16 Tahun 2004

tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Undang Undang Kejaksaan).

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Dalam penegakan hukum tidak ada “otoritas hak” bagi penegak
hukum untuk bertindak diskriminatif terhadap pihak yang diduga
melakukan suatu tindak pidana. Dalam filosofinya sudah cukup jelas,
bahwa salah satu asas yang dianut dalam berlakunya hukum (baik
pelaksanaan maupun penegakan hukum) yakni berprinsip “ Equality
before the law“. Dan prinsip tersebut diakui pula oleh negara sebagai
perlindungan terhadap martabat manusia sekaligus bentuk pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Penegakan hukum yang tidak
mengindahkan prinsip “equality before the law“, sehingga menghasilkan
perilaku diskriminatif, hal ini akan merusak tatanan sistem peradilan
pidana (criminal justice system), sekaligus pencederaan terstruktur
(kegagalan dalam melaksanakan sistem) yang dapat menimbulkan citra
buruk pada semua kalangan masyarakat yang bermoral termasuk
masyarakat internasional.
Penegakan hukum sangat diperlukan untuk secepatnya
dilaksanakan, karena dapat dilihat sekarang ini sangat lemahnya penegak
hukum dalam menegakkan hukum ditengah-tengah masyarakat,
diharapkan para penegak hukum dapat bekerja dengan sungguh-sungguh
dalam hal pemberantasan tindak pidana korupsi yang sudah menjadi
kejahatan luar biasa. Jadikanlah hukum itu always, kapan saja, siapa saja
dan dimana saja. Khususnya tindak pidan korupsi, bukan dalam hal ini
KPK, Kepolisian, Kejaksaan dan masyarakat bersinergi melakukan
kerjasama dalam hal memberantas tindak pidana korupsi. Penegakan
hukum dalam pemberantasan tindak pidana korupsi harus segera di
jalankan, jangan ditunda-tunda lagi hal ini melihat kondisi pelaku korupsi
terus meningkat walaupun hukuman yang diberikan sudah maksimal.
Peran masyarakat diharapkan dapat bersinergi dengan para penegak
hukum.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta: Kantor Pengacara &
Konsultasi Hukum Prof. Oemar Seno Adji, SH & Rekan. 2002.
ICCE, 2006, Demokrasi, Hak asasi Manusi dan Masyarakat Madani, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta
Lilik Mulyadi, 2000, Tindak Pidana Korupsi (Tinjauan khusus terhadap proses
penyidikan, penuntutan, peradilan serta upaya hukumnya menurut Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999), PT, Citra Aditya Bakti, Bandung
https://media.neliti.com/media/publications/225116-peran-kejaksaan-dalam-
pemberantasan-tind-f100bcb8.pdf
Undang–Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksanan
Republik Indonesia Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai