DIsusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Korupsi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................2
B.Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C.Tujuan.................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
A.Pengertian korupsi............................................................................................... 4
B. Gambaran umum korupsi di indonesia................................................................6
C. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi..............................................................17
D. Fenomena Korupsi di Indonesia.......................................................................17
E. Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi.....................................19
F. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi Ada...................19
BAB III PENUTUP.....................................................................................................22
KESIMPULAN....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi
setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan
terhadap sarana dan prasarana yang diperlukan guna menopang
pembangunan di bidang hukum. Dalam upaya untuk mencapai
keberhasilan pembangunan bidang hukum perlu didukung adanya
peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan
pendayagunaannya, pemantapan, kedudukan dan perananan badan-
badan penegak hukum merupakan pihak yang berhubungan langsung
dengan proses penegak hukumnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa antara pembangunan dan kejahatan atau pelanggaran hukum ada
hubungan yang erat. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus
meliputi juga perencanaan perlindungan masyarakat terhadap
pelanggaran hukum.
C.TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a) Mengetahui pengertian dari korupsi.
b) Mengetahui bentuk,jenis,ciri-ciri,sebab-sebab,serta langkah-langkah
pemberantasan korupsi.
c) Mengetahui gabaran umum tentang korupsi yang ada di indonesia.
d) Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.
e) Mengetahui fenmena korupsi di indonesia.
f) Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.
g) Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan
korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
Abstrak
Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi, tidak hanya
merugikan keuangan negara, tetapi juga merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga
tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang
pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa. Selain itu, untuk
lebih menjamin kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiran
hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak sosial dan
ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam memberantas
tindak pidana korupsi, perlu diadakan perubahan atas Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
A.Pengertian korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok.secara haflah, korupsi diartikan sebagai perilaku pejabat publik,
baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan
tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalah gunakan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
2.Ciri-ciri korupsi
Korupsi Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah
sebagai berikut:
A. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
B. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
C. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal
balik.
D. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya
berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung
dibalik pembenaran hukum.
E. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk
memengaruhi keputusan-keputusan itu.
F. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada
badan publik atau masyarakat umum.
G. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianat kepercayaan.
3.Sebab-sebab korupsi
Menurut Syed Hussein Alatas antara lain :
a. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi.
b. Kemiskinan.
c. Kurangnya pendidikan.
d. Tiadanya tindak hukum yang tegas.
e. Struktur pemerintah.
f. Perubahan radikal.
g. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
h. Keadaan masyarakat.
Dasar Hukum :
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang
Dasar 1945;
Pidana;
Pasal 11, dan Pasal 12, rumusannya diubah dengan tidak mengacu
menjadi Pasal 26 A;
dan Pasal 37 A;
12. Di antara Bab VI dan Bab VII ditambah bab baru yakni Bab VI A
13. Dalam BAB VII sebelum Pasal 44 ditambah 1 (satu) pasal baru
yakni Pasal 43 B.
1. Strategi Preventif
Strategi preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi
dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor
penyebab atau peluang korupsi. Strategi preventif dapat dilakukan
dengan:
a) Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat;
b) Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di
bawahnya
c) Membangun kode etik di sektor publik ;
d) Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Profesi dan
asosiasi bisnis
e) Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
f) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM)
dan peningkatan
g) kesejahteraan Pegawai Negeri ;
h) Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan
akuntabilitas
i) kinerja bagi instansi pemerintah;
j) Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian
manajemen;
k) Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara
(BKMN)
l) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;
m) Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara
nasional;
2. Strategi Detektif
Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya
perbuatan korupsi. Strategi detektif dapat dilakukan dengan :
a) Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari
masyarakat;
b) Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan
tertentu;
c) Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi
publik;
d) Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti
pencucian uang di masyarakat internasional ;
e) Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional ;
f) Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak
pidana korupsi.
3. Strategi Represif
Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses
perbuatan korupsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Strategi represif dapat dilakukan dengan :
a) Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi ;
b) Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman
koruptor besar (Catch some big fishes);
c) Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas ;
d) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik ;
e) Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara
korupsi dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus ;
f) Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak
pidana korupsi secara terpadu ;
g) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta
analisisnya;
h) Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas
penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS
dan penuntut umum.
1. Sula Penindakan
Sula Penindakan adalah strategi represif KPK dalam
menyeret koruptor ke meja hijau, membacakan tuntutan,
serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang
menguatkan. Strategi ini terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu penanganan laporan aduan masyarakat,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga eksekusi.
Pengaduan masyarakat merupakan sumber informasi
yang sangat penting bagi upaya pemberantasan korupsi.
Karena itulah, KPK memperkuat whistleblowing system
yang mendorong
masyarakat mengadukan tindak pidana korupsi.
Pengaduan masyarakat atas dugaan tindak pidana
korupsi bisa dilakukan di situs KPK.
KPK akan melakukan proses verifikasi dan penelaahan
untuk memastikan apakah sebuah aduan bisa
ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan. Di tahap
penyelidikan, KPK akan mencari sekurang-kurangnya dua
alat bukti untuk melanjutkan kasus ke proses penyidikan.
Pada tahap ini, salah satunya ditandai dengan
ditetapkannya seseorang menjadi tersangka.
Selanjutnya adalah tahap penuntutan dan pelimpahan ke
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Tahapan berikutnya
adalah pelaksanaan putusan pengadilan. Eksekusi yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh
jaksa.
2. Sula Pencegahan
peluang terjadinya korupsi. Misalnya, rumitnya
prosedur pelayanan publik atau berbelitnya proses
perizinan sehingga memicu terjadinya penyuapan dan
penyalahgunaan kekuasaan. Sistem dengan celah korupsi
juga kerap terjadi pada proses pengadaan barang dan
jasa yang sarat konflik kepentingan.
Sula Pencegahan mencakup perbaikan pada sistem
sehingga meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi.
Pada strategi ini, KPK akan melakukan berbagai kajian
untuk kemudian memberikan rekomendasi kepada
kementerian atau lembaga terkait untuk melakukan
langkah perbaikan.
Di antara perbaikan yang bisa dilakukan misalnya,
pelayanan publik yang dibuat transparan melalui sistem
berbasis online atau sistem pengawasan terintegrasi. KPK
juga mendorong penataan layanan publik melalui
koordinasi dan supervisi pencegahan (korsupgah), serta
transparansi penyelenggara negara (PN).
Untuk transparansi PN, KPK menerima laporan atas
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
dan gratifikasi. Penyerahan LHKPN wajib dilakukan
semua penyelenggara negara. Sedangkan untuk
gratifikasi, penerima wajib melaporkan kepada KPK dalam
jangka waktu 30 hari sejak menerimanya. Jika tidak
melaporkannya, maka pegawai negeri tersebut dianggap
menerima suap.
3. Sula Pendidikan
Sula Pendidikan digalakkan dengan kampanye dan
edukasi untuk menyamakan pemahaman dan persepsi
masyarakat tentang tindak pidana korupsi, bahwa korupsi
berdampak buruk dan harus diperangi bersama.
Harus diakui, masyarakat tidak memiliki pemahaman
yang sama mengenai korupsi. Contoh paling mudah
adalah soal memberi "uang terima kasih" kepada aparat
pelayan publik yang masih dianggap hal lumrah. Padahal
uang terima kasih adalah gratifikasi yang dapat mengarah
kepada korupsi.
Melalui Sula Pendidikan, KPK ingin membangkitkan
kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi,
mengajak masyarakat terlibat dalam gerakan
pemberantasan korupsi, serta membangun perilaku dan
budaya antikorupsi.
Salah satu bentuk konkret edukasi anti korupsi adalah
diterbitkannya Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019
tentang Kewajiban Penyelenggaraan Pendidikan Anti
Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi. Melalui Peraturan
Menteri ini, perguruan tinggi negeri atau swasta wajib
mengadakan mata kuliah pendidikan antikorupsi untuk
para mahasiswanya. Tidak hanya bagi mahasiswa dan
masyarakat umum, pendidikan antikorupsi juga
disampaikan kepada anak-anak usia dini, sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas. Salah satu bentuknya
dengan berbagai permainan dan tontonan anak yang
bertemakan integritas. Dengan sasaran usia yang luas
tersebut, KPK berharap, pada saatnya nanti di negeri ini
akan dikelola oleh generasi antikorupsi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang
negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan
pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).
2. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun
1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun
sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir
1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemim-
pinan dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis
multidimensi.
3. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan
korupsi dengan emosi dan demonstrasi.
4. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah
selalu muncul kelom-pok sosial baru yang ingin berpolitik,
namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak
mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan
kepentingan pri-badinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
5. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi
ditunjukkan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan
aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-
Undang 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi,menanggulangi dan
memberantas korup-si.
6. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dlam memberantas
tindak korupsi di Indonesia,antara lain :upaya pencegahan
(preventif), upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi.
DAFTAR PUSTAKA