Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


“Anti Korupsi : Penyelenggara, Asas, Hak – Kewajiban”

Makalah ini Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi
Dosen pengampu : Rosnida, S.H., M.H

DISUSUN OLEH :

ZAHRA
22151028

UNIVERSITAS COKROAMINOTO MAKASSAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL, EKONOMI DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam selalu kita panjatkan
kepada Rasullullah SAW, karena kegigihan beliau dan ridho-Nyalah kita dapat merasakan
kenikmatan dunia seperti sekarang ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
olah dosen pembimbing pada bidang studi Pendidikan Anti Korupsi , makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca sekalian.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rosnida, S.H., M.H selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Anti Korupsi yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini tepat waktunya.

Saya menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran saya harapkan dari pembaca sekalian demi terciptanya kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang memerlukan. Terima kasih.

Makassar, 19 April 2022

Zahra

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1

1.3 Tujuan .............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2

2.1 Penyelenggara Negara ....................................................................................................2

2.2 Asas – Asas .....................................................................................................................3

2.3 Hak – Kewajiban .............................................................................................................4

BAB III PENUTUP .............................................................................................................11

3.3 Kesimpulan .....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak pidana korupsi merupakan tindakan melanggar hukum yang akhir-akhir ini
banyak oknum melakukan praktek tindak korupsi. Oknum tindak korupsi ini berusaha terus untuk
memperkaya diri sendiri, tanpa memikirkan kerugian bagi orang-orang di sekitar dan negara. Tibdak
pidana korupsi ini tidak bisa dibiarkan, tindak pidana korupsi harus diberantas. Sudah menjadi tugas
kita semua masyarakat untuk selalu mengawasi setiap gerak-gerik para pejabat pemrrintah dan oara
elit politik.
Peran masyarakat dalam pemberantasan ini tertuang dalam UU Nomor 13 th 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5)
menegaskan bahwa tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Peran serta masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan hak dan tanggungjawab masyarakat
dalam penyelenggaraan negara yang bersih dari tindak pidana korupsi.
Seperti yangg sudah dipaparkan diatas dalam makalah ini akan disajikan nilai dan prinsip
anti korupsi, peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Asas-asas penyelenggaraan, hak
dan kewajibannya. Akan dibahas tuntas dalam makalah ini, sehingga dapat menyajikan informasi
yang bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


Pembahasan dalam makalah ini memuat mengenai permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
a. Siapa saja yang termasuk ke dalam penyelenggara negara?
b. Apa saja asas-asas penyelenggara ?
c. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban ?
d. Bagaimana peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui siapa saja penyelenggara negara itu
b. Untuk mengetahui apa saja asas-asas penyelenggara
c. Untuk mengetahui mengenai hak-kewajiban
d. Untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi

1
BAB II
PEMBAHASAN

Anti Korupsi : Penyelenggara, Asas, Hak-Kewajiban


Anti korupsi adalah sikap dan perilaku untuk tidak mendukung adanya upaya untuk merugikan
keuangan negara dan perekonomian negara. Dengan kata lain, anti korupsi merupakan sikap
menentang adanya korupsi. Di dalam penanggulangan anti korupsi tentu saja membutuhkan
instrumen-instrumen pendukung agar korupsi tidak dapat tumbuh dan semakin merajalela. Dibawah
ini akan dijelaskan mengenai instrumen-instrumen dari anti korupsi :

2.1 Penyelenggara Negara


Penyelenggara negara dalam arti luas meliputi bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Adapun
pengertian dalam arti sempit adalah pemerintah (eksekutif). Menurut UUD 1945 penyelenggara
negara meliputi penyelenggara negara dalam berbagai bidang pemerintahan.
Penyelenggara negara menurut undang-undang RI No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme adalah pejabat negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Jadi, penyelenggara negara meliputi :
 Pejabat negara pada lembaga Negara
 Menteri
 Gubernur
 Hakim
 Pejabat negara yang lain, misalnya duta besar, wakil gubernur, bupati/walikota
 Pejabat lain yang memiliki fungsi strategi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara,
misalnya Gubernur Bank Indonesia, Kapolri, rektor perguruan tinggi negeri.

Penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya berpijak pada asas-asas umum


penyelenggaraan negara yang baik. Asas umum penyelenggaraan yang baik adalah asas yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan, norma kepatuhan, dan norma hukum untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2
2.2 Asas-Asas
Asas-asas umum pemerintahan yang baik berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004 tentang tentang
Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN. Dimana dalam penjelasannya disebutkan :
“Yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah meliputi atas kepastian
hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas dan
akuntabilitas, sebagai dimaksud dalam UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebes dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme”.
Disamping itu, dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, asas-asas umum
pemerintahan yang baik tersebut dijadikan asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi:
“penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang terdiri
atas: asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi dan asas
efektivitas”.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
merupakan pengganti UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa kepala daerah, dan DPRD dibantu
oleh perangkat Daerah menyelenggarakan Pemerintahan daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara terdiri atas :
a. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
b. Asas kepastian hukum, yaitu asas yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
c. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dengan memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
d. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan keserasian dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
e. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara negara.
g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3
2.3 Hak – Kewajiban
Menurut Prof. Dr. Notonagoro Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan melalu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak
dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak
warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada
kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi
mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan
sosial yang berkepanjangan.
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Contoh dari hak adalah:
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan;
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai;
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri
dari serangan musuh;dan
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Kewajiban adalah sesuatu yang dilakukan dengan tanggung jawab. Contoh dari
kewajiban adalah:
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh;
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);

4
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya;
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus melaksankan hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara dengan tertib,yang meliputi:
1. Hak dan kewajiban dalam bidang politik;
2. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya;
3. Hak dan kewajiban dalam bidang hankam;dan
4. Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi

2.4 Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi


Terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur adalah cita-cita yang di inginkan oleh
masyarakat. Masyarakat yang adil adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai hukum. Artinya,
melaksanakan aturan hukum yang berlaku. Masyarakat yang makmur adalah masyarakat yang dapat
mencukupi atau memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan wajar. Artinya, mereka mencukupi
kebutuhan hidupnya dengan bekerja secara layak dan wajar, dalam arti tidak melawan hukum.
Korupsi adalah tindak kejahatan luar biasa, yaitu perbuatan melawan hukum untuk
memperkaya diri dengan cara menyelewengkan atau menyalahgunakan uang negara. Perbuatan
korupsi jelas sangat merugikan masyarakat, bangsa, dan Negara. Dari pemberitaan media massa
diketahui bahwa kasus korupsi di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Kita
semua tidak menginginkan kasus korupsi terus meningkat.
Meningkatnya kasus korupsi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya rendahnya
moralitas, tidak memiliki budaya malu, tidak taat pada hukum, tidak amanah, tidak jujur, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu diperlukan adanya langkah-langkah pusitif diantaranya adalah
penyadaran dan pembinaan moralitas bangsa, sehingga penyelenggaraan Negara dapat berjalan
dengan baik, yakni bersih dari tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) adalah perbuatan yang menyelewengkan atau
menyalahgunakan uang Negara untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Memberantas korupsi
bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan upaya sungguh-sungguh dan didukung oleh semua pihak

5
untuk memberantasnya. Upaya-upaya pemberantasan korupsi terus berlangsung hingga sekarang ini.
Upaya-upaya pemberantasan atau pencegahan tindak pidana korupsi dapat diwujudkan
dalam bentuk sebagai berikut :
1. Pengawasan oleh lembaga masyarakat
2. Lembaga pengawas seperti DPR, DPRD, BPK, BPKP, dan Bawasda
3. Lembaga pengawas Independen seperti KPK
4. Lembaga penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan.

Selain itu diperlukan adanya Instrumen sebagai dasar hukum untuk memberantas dan
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Disinilah pentingnya peran serta lembaga Negara dalam
membuat undang-undang tentang, pemberantasan tindak pidana korupsi dalam memuat ketentuan
pidana yaitu :
1. Menentukan pidana minimum khusus
2. Pidana denda yang lebih tinggi, dan
3. Ancaman pidana mati

Ketentuan pidana dapat dibaca dalam UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi
pasal 2 :
Ayat (1) Setiap orang yang melakukan tindak pidana korupsi dikenakan sanksi pidana penjara
dan denda. Orang yang melakukan tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4(empat) tahun, dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan
denda paling sedikit Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah).
Ayat (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilakukan
dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Instrumen atau peraturan hukum akan edektif (berdaya guna) ketika dilaksanakan oleh aparat
penegak hukum yakni, Kepolisisan, Kejaksaan, dan Pengadilan. Setiap perkara atu kasus tindak
pidana korupsi yang dilaporkan masyarakat harus direspon atau ditindaklanjuti oleh penegak hukum
dan diproses secara adil sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga secara perlahan tindak
pidana korupsi berkurang dan pada akhirnya tindak pidana korupsi di Negara Indonesia tidak terjadi
lagi.
Lembaga pengawas seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa Keuangan Profinsi (BPKP),
dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) mempunyai peranan enting dalam upaya pencegahan dan

6
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Lembaga inilah yang secara langsung melakukan
pengawasan atau control terhadap pemakaian keuangan Negara. Apabila tugas dan fungsi lembaga
ini berjalan dengan semestinya, niscaya tindak pidana korupsi di Indonesia dapat dicegah, dan
Indonesia bersih dari praktik korupsi.
Peran Aktif Masyarakat Dalam Melawan Korupsi - Peran aktif kita sangat diharapkan dalam
pemberantasan korupsi di negara ini, demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi. Jika kita
mengetahui adanya dugaan tindak pidana korupsi, segera laporkan kepada KPK. Kita juga perlu
memberikan apresiasi terhadap instansi pemerintah dan pegawainya yang telah melakukan
pelayanan publik dengan baik.
Tidak perlu khawatir dan ragu. Undang-undang telah memberikan hak dan melindungi kita untuk
melakukan pelaporan ini. KPK menjamin kerahasiaan identitas, selama pelapor tidak
mengungkapkannya. Anda dapat memantau perkembangan laporan anda dengan membuka kotak
komunikasi rahasia tanpa khawatir identitas Anda akan diketahui oleh siapapun. Karena itu, tunggu
apalagi. Sekaranglah saat yang tepat untuk ambil bagian dalam menyelamatkan bangsa ini dari
kehancuran akibat korupsi.

 Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam memberantas korupsi, antara lain:


o Pertama, peran sebagai informan atau penyuplai informasi. Dalam hal ini masyarakat
berperan mengambil inisiatif untuk melaporkan, membeberkan dan memberikan informasi
kepada aparat penegak hukum terhadap kemungkinan terjadinya praktek korupsi. Untuk
mewujudkan peran ini, maka yang harus dimiliki oleh masyarakat adalah rasa peka dan
kewaspadaan yang tinggi terhadap proses penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan. Adanya sikap semacam ini akan memicu keingintahuan masyarakat (secara
dalam dan luas) pada hal-hal yang berlaku di sekitarnya. Dengan demikian jawaban atas
keingintahuan masyarakat tersebut sangat potensial menjadi data dan informasi sebagai
salah satu sumber data yang berguna untuk disampaikan kepada penegak hukum atas adanya
indikasi praktek korupsi. Hal yang sangat membantu akhir-akhir ini adalah kebebasan
memperoleh informasi telah menjadi produk kebijakan yang memaksa semua pejabat publik
untuk membuka akses informasinya kepada masyarakat. Dalam kondisi ini, sangat
memungkinkan laporan-laporan terjadinya kasus korupsi dapat terus mengalir, sehingga
praktek korupsi akan dapat diminimalisir.
o Kedua, peran sebagai penyebar isu. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau priorotas
penanganan kasus-kasus pelanggaran hukum yang ada kaitannya dengan korupsi di negara
ini tergantung pada seberapa luas isu dugaan korupsi itu menyebar dan sejauhmana media

7
memberitakannya. Dalam kaitan inilah masyarakat berperan sebagai pemicu atau penyebar
isu. Strategi ini menjadi sangat penting untuk membentuk opini atau persepsi masyarakat
bahwa di satu tempat diduga kuat terjadi praktek korupsi, sekaligus sebagai respon atas
rendahnya inisiatif aparat penegak hukum dalam membongkar kasus-kasus korupsi.
Kebekuan ini perlu diterobos dengan memberikan informasi adanya dugaan korupsi kepada
media massa supaya diketahui masyarakat luas. Situasi ini diharapkan akan dapat memaksa
aparat penegak hukum untuk melakukan tindakan-tindakan yang konkrit. Strategi ini
memang berisiko, misalnya dituntut dengan pencemaran nama baik, namun upaya itu tetap
tidak bisa ditinggalkan.
o Ketiga, peran sebagai pengawas. Tidak jarang bila laporan masyarakat tentang terjadinya
kasus korupsi sering tidak ditanggapi dengan baik oleh aparat penegak hukum. Penegak
hukum seringkali beranggapan bahwa Informasi atau data yang disampaikan oleh
masyarakat semata-mata sebagai alat untuk memeras. Dalam kaitan inilah masyarakat tampil
sebagai pengawas dan berperan untuk mengawal proses pengusutan kasus korupsi yang
sedang dilakukan oleh aparat. Kegiatan unjuk rasa, dengar pendapat, diskusi publik, audiensi
dan lain sebagainya merupakan sarana yang kerap digunakan kelompok masyarakat untuk
mendorong percepatan penanganan korupsi. Memastikan bahwa pemberantasan korupsi
berjalan sesuai dengan harapan merupakan langkah yang tidak mungkin diabaikan ditengah-
tengah situasi aparat penegak hukum yang lamban dan setengah hati mengusut laporan.
o Keempat, pesan moral melalui pendidikan. Satu hal yang tidak boleh terabaikan adalah
proses pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga. Perilaku korupsi pada prinsipnya tidak
dapat dipisahkan dengan kualitas moral para pejabat publik pelaku korupsi. Disinilah
masyarakat memiliki peran strategis untuk membekali anak-anak dalam keluarga melalui
pendidikan nilai yang diwariskan kepada anak-anak secara turun-temurun. Melalui
pendidikan karakter yang baik sejak usia dini terutama dalam keluarga, dapat diharapkan
kelak anak-anak menjadi orang dewasa yang tidak mudah tergoda dengan sikap dan perilaku
korupsi.

Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan penggalangan masyarakat. Tujuan yang ingin
dicapai oleh strategi penggalangan keikutsertaan masyarakat ini adalah terbentuknya suatu
keikutsertaan dan partisipasi aktif dari segenap komponen bangsa dalam memberantas korupsi.
Strategi penggalangan keikutsertaan masyarakat ini dijabarkan dalam sejumlah kegiatan yang terdiri
dari:

8
1. Pengembangan hubungan kerja sama antara Komisi Pemberantasan Korupsi dengan
lembaga-lembaga publik disertai dengan perumusan peran masing-masing dalam upaya
pemberantasan korupsi
2. Pengembangan hubungan kerja sama antara Komisi Pemberantasan Korupsi dengan
lembaga-lembaga kemasyarakatan, sosial, keagamaan, profesi, dunia usaha, swadaya
masyarakat (LSM) dll., disertai dengan perumusan peran masing-masing dalam upaya
pemberantasan korupsi
3. Pengembangan hubungan kerja sama antara Komisi Pemberantasan Korupsi dengan
mitrapemberantasan korupsi di luar negeri secara bilateral maupun multi lateral
4. Pengembangan dan pelaksanaan kampanye anti korupsi nasional yang terintegrasi
dengandiarahkan untuk membentuk budaya anti korupsi
5. Pengembangan data base profil korupsi
6. Pengembangan dan penyediaan akses kepada publikterhadap informasi yang berkaitan
dengan korupsi.

 Contoh peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi :


Peran serta masyarakat tersebut meliputi tentang hak dan tanggung jawab masyarakat. Beberapa
hak masyarakat ialah :
o Berhak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi, serta menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak hukum dan atau
Komisi mengenai perkara tindak pidana korupsi;
o Penyampaian informasi, saran dan pendapat, atau permintaan informasi harus dilakukan
secara bertanggungjawab sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
norma agama, kesusilaan, dan kesopanan.
o Setiap orang, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat berhak atas
perlindungan hukum baik mengenai status hukum maupun rasa aman.

Berdasarkan hak-hak. dan tanggung jawab masyarakat dalam mencari, memperoleh informasi di
atas, maka aparat penegak hukum berkewajiban :
1. Penegak hukum atau Komisi, berkewajiban memberikan pelayanan dan jawban atas saran
dan pendapat yang disampaikan kepada penegak hukum atau komisi;
2. Kewajiban memberikanjawaban dilaksanakan secara lisan atau tertulis;
3. Dalam hal tertentu, penegak hukum atau komisi dapat menolak untuk memberikan isi
informasi atau memberikan jawaban atas saran atau pendapat;

9
4. Penegak hukum atau Komisi wajib merahasiakan kemungkinan dapat diketahuinya
identitaspelapor atau isi informasi, saran, atau pendapat yang disampaikan;
5. Penegak hukum dapat memberikan pengamanan fisik terhadap pelapor.
6. Setiap orang, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya masyarakat yang telah berjasa
dalam usaha membantu upaya pencegahan atau pemberantasan tindak pidana korupsi berhak
mendapat penghargaan, berupa piagam atau premi;
7. Piagam diberikan kepada Pelapor setelah perkara dilimpahkan ke Pengadilan Negeri;
8. Sedangkan premi diberikan kepada pelapor setelah putusan pengadilan yang memidana
terdakwa memperoleh kekuatan hukum tetap.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyelenggara negara dalam arti luas meliputi bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Adapun pengertian dalam arti sempit adalah pemerintah (eksekutif). Menurut UUD 1945
penyelenggara negara meliputi penyelenggara negara dalam berbagai bidang pemerintahan.
Penyelenggara pemerintah harus memenuhi asas-asas berikut ini yaitu : Asas kepentingan umum,
asas kepastian hukum, asas keterbukaan, asas tertib penyelengara negara, asas profesionalitas, dan
juga asas akuntabilitas.
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri sementara kewajiban adalah sesuatu yang dilakukan dengan tanggung jawab.
Kemudian peran masyarakat dalam memberantas korupsi adalah sebagai penyedia informasi dan juga
sebagai penyebar isu-isu kepada publik agar tindak pidana korupsi dapat diketahui oleh khalayak dan
cepat terselesaikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH ANTI KORUPSI. (2016, OCTOBER 16). Retrieved from DAILY BLOG:
http://fauzanni27.blogspot.com/2019/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai