Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

NILAI-NILAI IHSAN KEPADA MANUSIA: IHSAN TERHADAP DIRI


SENDIRI, ORANG TUA, DAN GURU

DOSEN PENGAMPUH:
Ficha Melina, S.E.Sy., M.E

KELOMPOK 9:
1.Nia Wati (232510123)
2.Marianun Hutabarat (235210214)
3.Syarifah Athifah Zahra (235210012)
4. Rahmat Al fikra (235210613)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang
bertemakan "Nilai-nilai Ihsan kepada manusia ; Ihsan terhadap diri sendiri, orang
tua dan guru" ini tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk
mengetahui Nilai- nilai Ihsan terhadap manusia; diri sendiri , orang tua, dan guru.
Adapun penjelasan- penjelasan pada makalah ini kami ambil dari beberapa
sumber buku dan website.

Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini, akan tetapi kami juga menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami senantiasa
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun para pembaca. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 14 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

BAB II PEMBAHASAN

2.1 IHSAN TERHADAP MANUSIA

2.2 IHSAN TERHADAP DIRI SENDIRI

2.3 IHSAN TERHADAP ORANG TUA

2.4 IHSAN TERHADAP GURU

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

3.3 DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari- Nya.

Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan
kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di
mata Allah Subhanahu WaTa‟ala. Rasulullah SalallahuAlaihi Wasallam pun
sangat menaruh perhatian akan hal ini,sehingga seluruh ajaran-ajarannya
mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang
mulia.

Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang
memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang seharusnya
dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya.
Karena, Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan,
seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah SalallahuAlaihi Wassallam.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. .Apa pengertian dan konsep dasar dari nilai-nilai ihsan dalam Islam, dan
bagaimana nilai-nilai ini tercermin dalam tindakan kebaikan, kemurahan
hati, dan kasih sayang terhadap sesama?
2. Bagaimana ihsan dapat diterapkan dalam konteks ihsan terhadap diri
sendiri, termasuk aspek fisik, mental, dan spiritual, dan mengapa ihsan
terhadap diri sendiri dianggap penting dalam Islam?
3. Mengapa penting untuk menjalani ahsan terhadap orang tua sebagai
bentuk penghormatan dan pengabdian, dan bagaimana ihsan terhadap
orang tua mencerminkan nilai-nilai thaan dalam agama Islam?
4. Bagaimana ihsan terhadap guru mencerminkan penghargaan terhadap ilmu
dan pendidikan, dan mengapa ketaatan kepada guru dianggap penting
dalam Islam?
5. Bagaimana penerapan nilai-nilai ihsan dalam hubungan dengan diri
sendiri, orang tua, dan guru dapat menciptakan keseimbangan dan harmoni
dalam kehidupan individu?

1.3 TUJIAN PENULISAN MAKALAH

1. Mengedukasi Pembaca Memberikan pemahaman mendalam tentang


konsep nilai-nilai ihsan dalam Islam dan cara nilai-nilai in tercermin dalam
tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menganalisis Ihsan terhadap Diri Sendiri. Menjelaskan makna ihsan
terhadap diri sendiri, termasuk aspek fisik, mental, dan spiritual, serta
mengapa merawat dan memuliakan diri sendiri dianggap penting dalam
Islam.
3. Menggali Ihsan terhadap Orang Tua Mengkaji peran ihsan dalam
hubungan dengan orang tua, serta mengapa penghormatan dan pengabdian
kepada orang tua sangat ditekankan dalam agama Islam.
4. Mempelajari Ihsan terhadap Guru: Menjelaskan pentingnya ihsan terhadap
guru dalam Islam, terutama dalam konteks pendidikan, dan bagaimana
ketaatan kepada guru menjadi aspek esensial dalam perjalanan pendidikan.
5. Memberikan Panduan Praktis: Memberikan panduan konkret kepada
pembaca tentang cara menerapkan nilai-nilai ihsan dalam hubungan
dengan diri sendiri. orang tua, dan guru, sehingga dapat menciptakan
keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan mereka.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 IHSAN TERHADAP MANUSIA

Kita juga diminta untuk berbuat baik kepada sesama manusia. Hal pertama yang
bisa kita lakukan adalah menjaga sikap dan tutur kata kita agar tidak melukai hati
dan perasaan sesama manusia. Banyak sekali dari kita yang masih belum bisa
menjaga lisannya, berkata kasar kepada orang lain, mengumpat, memaki, dan lain
sebagainya. Allah Swt. berfirman:

‫َو ِاْذ َاَخ ْذ َنا ِم ْيَثاَق َبِنْٓي ِاْس َر ۤا ِء ْيَل اَل َتْعُب ُد ْو َن ِااَّل َهّٰللا َو ِباْلَو اِل َد ْيِن ِاْح َس اًنا َّو ِذ ى اْلُق ْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيِن َو ُقْو ُل ْو ا‬
‫ِللَّناِس ُحْس ًنا َّو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَۗة ُثَّم َتَو َّلْيُتْم ِااَّل َقِلْياًل ِّم ْنُك ْم َو َاْنُتْم ُّم ْع ِر ُضْو َن‬

"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan
kamu selalu berpaling." (QS. Al Baqarah [2]:83).

Berbuat baik kepada manusia juga bisa kita lakukan dengan cara menghindari
debat. Sebagaimana yang kita tahu bahwa debat bisa saja membuat orang yang
sebelumnya berteman menjadi bermusuhan, bahkan orang yang sebelumnya tidak
memiliki masalah dengan kita bisa jadi malas dan muak ketika berhadapan dengan
kita. Seperti itulah bahaya dari perdebatan. Seandainya ada sesuatu yang ingin kita
sanggah, maka kita bisa menyanggahnya melalui perkataan yang halus, yang
sopan dan santun, dan tidak menyakiti pihak lain. Allah Swt. berfirman:

‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَح َس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِب اَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّب َك ُه َو َاْعَلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن‬
‫َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْعَلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An
Nahl [16]: 125).

Hal yang mendasar dari perbuatan ihsan seseorang adalah memastikan bahwa
dirinya tidak berbuat zalim kepada orang lain. Bukan perbuatan ihsan namanya
kalau mengingatkan seseorang untuk berbuat baik, tapi melalui sindiran dan
hinaan. Bukan perbuatan ihsan namanya jika ingin mencukupi kebutuhan orang
lain dengan jalan mencuri harta orang kaya.

Perbuatan ihsan tidak boleh dinodai dengan kemaksiatan dan kezaliman, karena
bagaimanapun juga perbuatan zalim itu tetap dilarang oleh agama.Ghifari r.a,
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah telah berfirman: "Wahai hamba-
Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku) zalim atas diri-Ku dan Aku
menjadikannya di antaramu haram, maka janganlah kamu saling menzhalimi.
Wahai hamba- Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang telah kami beri
petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri
makan, maka hendaklah kamu minta makan. kepada-Ku, pasti Aku memberinya.
Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri
pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu siang
dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun
kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu
tidak akan dapat membinasakan Aku dan kamu tak akan dapat memberikan
manfaat kepada Aku. Wahai hamba-Ku, kalau orang- orang terdahulu dan yang
terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang
yang paling bertakwa di antaramu, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit
pun, jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian
manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara
kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.
Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu,
sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku
memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada
pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. Wahai
hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat
semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya. Maka siapa yang
mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan siapa
mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali
dirinya sendiri." (HR. Muslim).

Hal yang tidak boleh kita lupakan adalah berbuat ihsan kepada sesama manusia
pun bisa dilakukan dengan cara mendoakannya, terutama bagi saudara seiman.
Tidak perlu pusing memilih doa yang mana, karena sebenarnya mengucapkan
salam kepada saudara seiman juga termasuk bentuk dari mendoakan saudara kita.
Dijelaskan dalam sebuah riwayat hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah
saw. kepada Allah dan siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-
kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri." (HR. Muslim).

 Nilai-nilai ihsan terhadap sesama manusia melibatkan perilaku dan sikap yang
penuh kasih, sopan, dan peduli terhadap orang lain. Seperti:
1. Kasih sayang (rahmah): Menunjukkan kepedulian, perhatian, dan empati
terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain.
2. Sopan santun (adab): Memperlakukan orang lain dengan hormat, sopan,
dan menghormati perbedaan budaya, agama, dan pandangan.
3. Keadilan (adil): Memastikan bahwa setiap individu diperlakukan dengan
adil dan setara, tanpa diskriminasi.
4. Kejujuran (sidq): Berbicara dan bertindak dengan jujur, tidak menipu atau
berbohong kepada orang lain.
5. Kesabaran (sabr): Menghadapi kesulitan dan konflik dengan kesabaran
dan ketenangan, tanpa merasa marah atau terprovokasi.
6. Keterbukaan (ikhlas): Bersikap tulus dan jujur dalam niat dan tindakan,
tanpa motif tersembunyi.
7. Berbagi (infaq): Memberikan kepada yang membutuhkan dan berbagi
rezeki dengan orang lain.
8. Meminta maaf dan memaafkan (taubat dan 'afw): Bersedia meminta maaf
ketika salah, dan juga bersedia memberi maaf kepada orang lain.
9. Bekerja sama (musawah): Bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama dan membangun hubungan yang harmonis.
10. Menghindari perbuatan merugikan (adzab): Tidak menyakiti atau
merugikan orang lain baik secara fisik maupun emosional.

2.2 IHSAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Kita wajib berlaku ihsan kepada diri sendiri, bahkan sebelum kita berlaku ihsan
kepada sesama ciptaan Allah "Dan sungguh, dirimu sendiri juga memiliki hak
yang wajib kamu penuhi"

HR. Al-Bukhori Lalu bagaimanakah wujud ihsan kepada diri sendiri?

Wujudnya adalah memberi hak diri dan tidak mengebirinya. Seperti memberi
makanan yang halal dn baik, menjauhkannya dari makanan atau minuman yang
haram dan membawa mudharat, serta menikah apabila sudah mampu
melakukannya.

Namun ada hak diri yang jauh lebih penting daripada semua itu, yaitu
membiasakannya untuk selalu. melakukan kebaikan dan tidak menganiayanya
dengan berbuat keburukan atau kemaksiatan.

‫َو َنْفٍس َّو َم ا َس ّٰو ىَهۖا َفَاْلَهَم َها ُفُجْو َر َها َو َتْقٰو ىَهۖا َقْد َاْفَلَح َم ْن َز ّٰك ىَهۖا َو َقْد َخ اَب َم ْن َد ّٰس ىَهۗا‬

"dan jiwa serta (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" Q.s Asy-syams:
7-10
mukmin yang senantiasa berintrospeksi, berusaha keras menjauhi perbuatan
maksiat, dan berupaya agar selalu berbuat taat berarti telah berbuat ihsan kepada
diri sendiri, menyiapkan kehidupan akhiratnya untuk diri nya sendiri.

 Nilai-nilai Ihsan terhadap diri sendiri

melibatkan perhatian, perawatan, dan penghormatan terhadap kebahagiaan,


kesehatan, dan perkembangan pribadi. Beberapa nilai ihsan terhadap diri sendiri
meliputi:

1. Merawat kesehatan: Merawat tubuh dan pikiran dengan mengonsumsi


makanan sehat, berolahraga, tidur yang cukup, dan menghindari kebiasaan
buruk.
2. Menjaga keseimbangan: Mencari keseimbangan antara pekerjaan,
keluarga, waktu luang, dan istirahat untuk mencegah kelelahan dan stres.
3. Menghormati diri sendiri: Menerima diri dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, dan menghindari kritik diri yang berlebihan.
4. Pengembangan diri: Berusaha untuk terus belajar, berkembang, dan
mencapai potensi penuh melalui pendidikan dan pengalaman.
5. Mengelola emosi: Mengembangkan kecerdasan emosional, seperti
kesabaran, kebijaksanaan, dan kemampuan mengelola emosi negatif.
6. Self-care: Memberikan waktu untuk merenung, bersantai, dan melakukan
aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan pribadi.
7. Menjaga integritas: Tetap setia pada nilai-nilai dan prinsip pribadi,
sehingga merasa baik tentang diri sendiri.
8. Menghindari kecanduan: Mengelola konsumsi media sosial, alkohol, atau
bahan adiktif lainnya yang dapat merugikan diri sendiri.
9. Berbicara dengan baik kepada diri sendiri: Menggunakan bahasa dan
pemikiran positif untuk memotivasi dan membangun rasa percaya diri.
10. Self-reflection: Melakukan introspeksi teratur untuk memahami diri
sendiri, tujuan hidup, dan perkembangan pribadi.
2.3 IHSAN TERHADAP ORANGTUA

Allah SWT menjelaskan hal ini dalam Al-Qur’an, “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua mendidik aku diwaktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menegaskan kepada kita selaku anak harus
selalu berbakti kepada orang tua. Karena berkat merekalah kita bisa menjadi
orang sampai sekarang ini. Mereka mengasuh dan mendidik kita tanpa keluh
kesah. Ibu melahirkan dan menyusui kita sewaktu kecil tanpa mengenal lelah.
Ayah membanting tulang untuk menghidupi kita dan selalu berusaha mencukupi
apa yang kita inginkan. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk membalas semua
kebaikan mereka?? Uang atau harta melimpah tidaklah cukup untuk membayar
semua kasih sayang yang pernah diberikan kepada kita. Orang tuapun tidak
mengharap pembalasan dari kita kecuali berharap agar kita menjadi anak yang
soleh dan soleha.

 Nilai-nilai Ihsan terhadap orangtua

Ihsan terhadap orang tua merupakan nilai-nilai penghormatan, perhatian, dan


kasih sayang yang diberikan kepada orang tua sebagai bentuk penghargaan atas
peran dan pengorbanan mereka. Beberapa nilai ihsan terhadap orang tua meliputi:

1. Penghormatan (ta'zim): Menghormati orang tua dengan tindakan dan


perkataan yang sopan, serta memperlakukan mereka dengan penuh
hormat.
2. Kasih sayang (rahmah): Menunjukkan cinta, kasih sayang, dan perhatian
kepada orang tua, serta memberikan dukungan emosional.
3. Kepatuhan (taat): Mematuhi permintaan dan nasihat yang baik dari orang
tua, kecuali jika mereka bertentangan dengan prinsip-prinsip agama atau
etika yang baik.
4. Peduli (ihtiram): Merawat dan merasa peduli terhadap kebutuhan fisik dan
emosional orang tua, terutama ketika mereka memasuki usia tua.
5. Memenuhi kebutuhan ekonomi (nafaqah): Memberikan dukungan
finansial kepada orang tua jika mereka memerlukan bantuan keuangan.
6. Berbicara dengan lembut (luqnah): Berbicara dengan cara yang lembut
dan penuh pengertian kepada orang tua, menghindari nada yang kasar atau
tidak hormat.
7. Kesabaran (sabr): Bersabar dalam menghadapi perubahan fisik dan
emosional yang terjadi pada orang tua, terutama ketika mereka
memerlukan perawatan khusus.
8. Menghargai warisan (turath): Menghargai nilai-nilai dan warisan yang
diberikan oleh orang tua, serta memastikan kelangsungan tradisi keluarga.
9. Mendoakan kebaikan (dua): Memanjatkan doa untuk kesehatan,
kebahagiaan, dan keberkahan bagi orang tua.

2.4 IHSAN TERHADAP GURU

Adab atau Ihsan merupakan suatu bentuk tingkah laku yang baik dari seorang
siswa kepada orang yang lebih tua ataupun orang yang mulya baginya. Seperti hal
nya kepada guru, yang telah menjadi perantara untuk mendapatkan nya ilmu dan
yang membimbing dikala menuntut ilmu. Menjadikannya guru sebagai orang
yang mulia setelah orang tua.

Perilaku adab terhadap guru atau dosen itu wajib dan memang harus dilakukan
guna mendapatkan ilmu yang barokah dan mendapatkan ridho dari guru yang
alhasil mendapatkan ridho dari Allah SWT. Sehingga menjadikan ilmu kita bisa
bermanfaat bagi kehidupan kita kelak. Tidak hanya sebagai wasilah kemanfaat
ilmu,perilaku adab sudah tertanam kan sejak nenek moyang Indonesia dahulu
kala. Sehingga adab sudah menjadi budaya yang sangat lumrah terjadi di
Indonesia.

Sebagai budaya yang sudah turun temurun,adab harus tetap diwariskan kepada
generasi muda yang mulai berjibaku kepada dunia pendidikan,dengan tanpa
dipungkiri supaya menjadikan masa depan mereka semakin cemerlang dan lebih
bermanfaat kepada orang sekitar mereka. Maka dari itu,mari kita senantiasa
menjaga budaya nenek moyang kita guna terwujudnya kelestarian budaya tersebut
untuk generasi muda penerus bangsa.

Siswa yang datang lebih dulu daripada guru atau dosen , merupakan penerapan
adab yang ada dilingkungan pendidikan. Mendengarkan nasihat guru , dosen dan
melakukannya. Tidak pernah mempunyai rasa su'udzon terhadap guru. Selalu
berfikir positif kepada guru. Berfikir bahwa setiap kekurangan guru bukan
menjadikan alasan untuk tidak hormat kepada nya.

Menjaga perkataan seorang murid terhadap guru,jangan sampai menyakiti


hatinya. Selalu meminta doa keridhoan kepada guru. Selalu berbuat baik kepada
guru. Semua itu jangan sampai hilang tertelan masa yang semakin maju ini. Kita
harus tetap melestarikan budaya adab tersebut supaya kita dan generasi muda bisa
menjadi generasi muda penerus bangsa.

.)٦٧( ‫ َق اَل ِإَّن َك َلن َتۡس َتِط يَع َم ِع َي َص ۡب ٗر ا‬.)٦٦( ‫َقاَل َل ۥُه ُم وَس ٰى َه ۡل َأَّتِبُع َك َع َلٰٓى َأن ُتَع ِّلَمِن ِمَّم ا ُع ِّلۡم َت ُر ۡش ٗد ا‬
‫ َقاَل‬.)٦٩ ( ‫ َقاَل َس َتِج ُد ِنٓي ِإن َش ٓاَء ٱُهَّلل َص اِبٗر ا َو ٓاَل َأۡع ِص ي َلَك َأۡم ٗر ا‬.)٦٨( ‫َو َك ۡي َف َتۡص ِبُر َع َلٰى َم ا َلۡم ُتِح ۡط ِبِهۦ ُخۡب ٗر ا‬
)٧٠(‫َفِإِن ٱَّتَبۡع َتِني َفاَل َتَٔ‍ۡسۡل ِني َعن َش ۡي ٍء َح َّتٰٓى ُأۡح ِد َث َلَك ِم ۡن ُه ِذ ۡك ٗر ا‬.

Musa berkata kepada (Khidhr): "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu


mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu? (66). Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama aku (67). Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu,
yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? (68).
Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar,
dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun" (69). Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu" (70). (QS. al-
Kahfi [18]: 66-70).

 Nilai-nilai Ihsan terhadap guru

1. Mendoakan kebaikan untuk guru

Balaslah kebaikan dengan kebaikan pula. Salah satu hal yang dapat kita lakukan
untuk membalas kebaikan guru adalah dengan mendoakannya. Jika bukan karena
ilmu yang disampaikan oleh guru, mungkin kita masih dalam keadaan bodoh dan
tidak tahu banyak hal. Rasulullah bersabda: “Apabila ada yang berbuat baik
kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa
membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi
untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR Bukhari)

2. Tidak menggaduh di hadapan guru

Bagaimana rasanya ketika kita sedang berdiri menyampaikan sesuatu namun


orang yang kita ajak berbicara malah mengobrol sendiri? Tidak enak bukan? Pun
begitu dengan guru. Ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu, maka
dengarkanlah dengan seksama. “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka
keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan
kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari
kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

3. Menghormati hak guru

Guru juga memiliki hak-hak dalam mengajar, maka hargailah hak guru tersebut.
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang
tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-
Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani
dalam Shohih Targhib 1/117)

4.Merendahkan diri di hadapan guru


Rendah dirilah di hadapan guru, sebab orang yang sombong biasanya akan sulit
menerima apa yang disampaikan oleh orang lain. Ibnu Jama’ah rahimahullah
berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada
seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.” (Tadzkirah
Sami’ hal. 88)

5. Duduk, bertanya, dan mendengarkan dengan baik

Di dalam majlis ilmu, lakukan segala sesuatunya dengan baik. Misalkan ingin
bertanya, maka memohonlah ijin dengan sopan dan tidak menyelanya ketika
berbicara. Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil
Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama
syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”

6. Bersabar terhadap kesalahan guru

Guru juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang dengan lemah lembut,
juga ada guru yang memiliki cara mengajar yang keras. Ketika sudah berniat
untuk menuntut ilmu, maka sudah seharusnya kita bersabar dalam berjuang di
dalamnya, termasuk bersabar terhadap guru kita. Jangan malah marah atau malas
karena tidak ingin bertemu dengan guru yang tidak sesuai dengan yang kita
harapkan. Al Imam As Syafi Rahimahullah mengatakan, “Bersabarlah terhadap
kerasnya sikap seorang guru Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena
memusuhinya” Kewajiban menuntut ilmu tidak akan berhenti sampai kita mati.
Maka pahamilah bagaimana adab yang seharusnya dilakukan terhadap guru. Agar
ilmu yang kita peroleh menjadi berkah dan bermanfaat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

KESIMPULAN

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam
ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari
akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar
sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah
tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik
ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.

3.2 SARAN

Kami sebagai yang mengerjakan makalah ini menyadari dengan segala


kerendahan hati bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untukdapat menuliskan
hasil penelitian ilmiah atau karangan ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya.

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Dasar-dasar Memahami Iman, Islam, dan ihsan. (2019). (n.p.): Anak Hebat
Indonesia.

Putri, R. M., & Mulyani, D. (2022, August). Nilai-Nilai Pendidikan QS. An-Nahl
Ayat 90 tentang Anjuran untuk Melakukan Akhlakul Karimah. In Bandung
Conference Series: Islamic Education (Vol. 2, No. 2, pp. 537-542).

Susanti, A. (2016). Penanaman Nilai-Nilai Tasawuf dalam Pembinaan Akhlak. Al-


Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 277-298.
Hikmawati, H., & Kholifah, N. (2022). Strategi Komunikasi Interpersonal Guru
Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Islam Pada Anak Autisme. Syiar: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2(1), 11-28.

https://tirto.id/perilaku-ihsan-dalil-dan-contoh-perilakunya-menurut-agama-
islam-gbkB

https://www.radiorodja.com/15916-ihsan-kepada-diri-sendiri-dan-orang-tua-
aktualisasi-akhlak-muslim-ustadz-abu-ihsan-al-atsary-ma/

Anda mungkin juga menyukai