Anda di halaman 1dari 28

URGENSI AGAMA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Anggota kelompok :

1. Dany Ikhtiar Asnawawi Rahman (4103180115)


2. Galuh Renata Dewi (4103180602)
3. Istikharoh Irmawati (4103180802)
4. Muhammad Daffa Pramasta (4103180065)
5. Mutia Zahrotunnisa (4103180463)
6. Shinta Resmi (4103180418)

D1 KEBENDAHARAAN NEGARA
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya kam dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Urgensi Agama bagi
Kehidupan Manusia” dengan baik. Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai
dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah agama, karena ketebatasan
ilmu yang kami miliki, sehingga masih banyak kekurangan pada penyusunan dan
pengerjaannya. Untuk itu, kami meminta kritik dan saran dari para pembaca agar
kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini daoat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan
yang berkaitan dengan urgensi agama bagi kehiduoan manusia.

Tangerang Selatan, 8 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Maksud dan Tujuan............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

1.1 Pengertian ibadah............................................................................................5

1.2 Ibadah Ritual dan Tata Caranya......................................................................7

1.3 Karakter Ahli Ibadah (Ibadurrahman)..........................................................15

1.4 Hikmah Ibadah..............................................................................................18

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama adalah fitrah “ketentuan mutlak” bagi Manusia tanpa manusia agama
bukan berarti apa-apa, karena Agama memang ditujukan bagi manusia. Agama
sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam
kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia, sangatlah
membutuhkan agama. Dan sangatlah dibutuhkannya agama oleh manusia, tidak saja di
masa primitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang, tetapi juga di zaman
modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah sedemikian maju. Dimensi Agama
yang telah dikonsepsikan manusia adalah: adanya kepercayaan kepada Sang Pencipta,
Adanya wahyu asli, dogma teologi, yakin tentang adanya supranatural, adanya proses
evolusi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian ibadah
b. Macam-macam ibadah
c. Tata cara melaksanakan ibadah
d. Karakter ahli ibadah
e. Hikmah ibadah

1.3 Maksud dan Tujuan


a. Dapat memahami penegrtian ibadah dan macamnya
b. Dapat mengamalkan ibadah dengan sungguh-sungguh

4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian ibadah
Kata ibadah berasal dari kata a’bada yang secara etimologi berarti “taat, tunduk,
merendahkan diri dan menghambakan diri. Sementara dalam definisi syara’ ibadah
mempunyai banyak pengertian, tetapi makna dan maksudnya satu. Ibnu At-Taimiyah
berkata: "makna asal dari kata ibadah adalah tunduk, namun ibadah yang diperintahkan
oleh syari'at adalah perpaduan antara ketaatan yang sempurna dan kecintaan yang
penuh". Sedangkan menurut Ibnu AlQoyyim Al-Jauziyah "Ibadah adalah gabungan
antara ketaatan yang penuh dan cinta yang sempurna". Oleh karena itu siapa saja yang
taat kepada Allah SWT tapi tidak cinta kepada-Nya maka ia belum dikatakan
beribadah.

Allah SWT berfirman: Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,


isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah SWT dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah
sampai Allah SWT mendatangkan keputusan NYA". dan Allah SWT tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(At-Taubah: 24). Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa ibadah mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT,
baik berupa ucapan ataupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin.

1.1.1 Pembagian Ibadah


Secara garis besar ibadah dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Ibadah khassah (khusus)


Ibadah khassah atau ibadah khusus adalah ibadah yang ketentuan dan
pelaksanaan nya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan inti ibadah kepada
Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat dan haji.
2) Ibadah ‘ammah (umum),
Ibadah ‘ammah atau ibadah umum berarti semua perbuatan yang mana mampu
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah
SWT seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.

Jika di tinjau dari bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi menjadi 3 yaitu :

5
1. Ibadah Qalbiyah
Ibadah yang berkaitan dengan hati yang memiliki rasa khauf (takut), raja
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakal dan senang.
2. Ibadah Lisaniyah Wa Qalbiyah
Ibadah yang berkaitan dengan lisan dan dilakukan dari hati. Seperti tasbih,
tahlil, takbir, tahmid, dan syukur.
3. Ibadah Badaniyah Qalbiyah
Ibadah yang berkaitan langsung dengan fisik dan juga hati. Seperti sholat, haji,
puasa, zakat dan jihad.

Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam yaitu :

1. Ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa;


2. Ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.

Hubungan antara manusia dengan Allah SWT melalui ibadah khassah atau
mahdhah atau ibadah khusus telah diatur, sehingga manusia tidak boleh berinovasi
dalam pelaksanaannya, cukup mengikuti apa saja yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang terdapat dalam ibadah khassah
atau mahdhah atau khusus sudah bersifat tetap dan tidak akan mungkin berubah
sepanjang masa. Sedangkan dalam ibadah ‘ammah atau ibadah umum, ketentuan ini
justru tidak ada sehingga manusia diperbolehkan dan dibebaskan untuk berinovasi
dalam tata cara pelaksanaannya, hanya saja yang terpenting manusia dalam
pelaksanaannya tetap dalam kerangka menaati Allah SW dan tidak pula melanggar
segala yang menjadi larangan-Nya.

1.1.2 Syarat Diterimanya Ibadah


Selain itu, agar ibadah yang kita lakukan dapat diterima oleh Allah SWT ,
maka ada beberapa syarat yang harus kita penuhi dalam pelaksanaannya yaitu :

1. Ikhlas
Ikhlas berarti dalam pelaksanaan ibadah kita melakukan semata-mata hanya
karena Allah SWT sebagai bukti ketaatan kita kepadaNya dan untuk
mengharapkan ridhaNya.
2. Meninggalkan riya’

6
Meninggalakn riya’ berarti setiap kali kita beribadah bukan didasari rasa malu
kepada manusia ataupun rasa ingin terlihat baik dan taat oleh manusia lain.
3. Memiliki sikap muraqabah
Kita harus yakin bahwa Allah SWT selalu melihat dan mengawasi manusia.
4. Disiplin waktu
Disiplin waktu disini berarti dalam setiap pelaksanaan ibadah harus sesuai dengan
waktu yang sudah disyariatkan.

1.2 Ibadah Ritual dan Tata Caranya

1.4.1 Salat
Secara bahasa, salat itu bermakna doa. Sedangkan secara istilah salat adalah
serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam sebagai sebuah ibadah ritual. Salat diwajibkan dengan dalil yang qath`i
dari Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma’ umat Islam sepanjang zaman. Tidak ada yang
menolak kewajiban salat kecuali orang-orang kafir atau zindiq. Salat dalam Islam
menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya dan ia adalah
ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah SWT yang perintahnya disampaikan
langsung tanpa perantara pada malam isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW (Sayyid
sabiq, 2010: 109). Diantara ayat al-Qur’an yang menjelaskan kewajiban salat yang lima
waktu yaitu:

‫ك ةَ الصَّ ال َّن ِإ‬ ْ ‫اتًوُقوْ َم ابًات َِك نَ ي ِن ِم ْؤ ُم اْل ىَل َع‬


َ ‫ت نَا‬
"...Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orangorang
yang beriman." (Q.S. An-Nisa: 103)

‫َأو‬
َ ‫يق‬ ُ ‫ك رْ ا َو ةَ اكَ َّز ال‬
ِ ‫اوت اء َ َو ة َالصَّ ال او ُم‬ ُ ‫ك ا َّر ال َع َم او‬
َ ‫ع‬ ِ ‫يع‬
ِ َ‫ن‬
"Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku".
(Q.S. Al-Baqarah: 43)

Sedangkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW dijelaskan sebagai berikut:

Dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,"Islam didirikan di atas lima hal. Sahadat bahwa tiada tuhan kecuali
Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, penegakan salat, pelaksanaan

7
zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah bila mampu". (HR. Bukhari dan
Muslim)

a. Syarat Wajib Salat

1) Beragama Islam
2) Sudah baligh
3) Memiliki akal yang waras alias tidak gila

b. Syarat Syah Salat


1) Mengetahui masuk waktu yang telah di tentukan untuk masing masing salat
2) Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun besar
3) Suci pakaian, anggota badan dan tempat salat dari najis
4) Menutup aurat. Batas aurat bagi laki-laki dari pusar hingga lutut, bagi wanita
seluruh anggota badannya kecuali muka dan dua belah telapak tangan.
5) Menghadap kiblat

c. Rukun Salat
1) Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan salat
2) Takbiratul Ihram
3) Berdiri bagi yang mampu dan saat mengerjakan salat fardhu
4) Membaca Surat Fatihah di setiap rakaat salat wajib dan sunah
5) Ruku’
6) I’tidal dengan thuma’ninah
7) Sujud
8) Duduk antara dua sujud
9) Duduk untuk tasyahud pertama
10) Membaca tasyahud akhir
11) Membaca shalawat atas Nabi
12) Mengucap salam yang pertama
13) Tertib melakukan rukun secara berurutan.

8
d. Sunah-sunah salat
1) Mengangkat kedua tangan pada saat takbiratul ihram, ruku, dan bangkit dari
ruku’ dan berdiri ke rakaat ketiga
2) Menaruh tangan kanan diatas tangan kiri
3) Membaca doa iftitah
4) Istia’dzah
5) Mengucapkan amiin
6) Membaca surat setelah al-Fatihah
7) Membaca takbir setiap melakukan gerakan salat

e. Jumlah Raka’at dan Waktu Salat Wajib.


Salat Wajib atau fardhu berjumlah lima kali sehari semalam, yaitu salat Subuh,
Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’. Permulaan perintah wajib salat lima waktu ini yaitu
terjadi pada malam Isra’, setahun sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke kota
Madinah. Waktu-waktu salat wajib adalah sebagai berikut:

1) Salat subuh

Dua raka’at, waktunya dimulai sejak terbitnya fajar shadiq dan berlangsung sampai
terbitnya matahari. Fajar dalam istilah bahasa arab bukanlah matahari. Sehingga ketika
disebutkan terbit fajar, bukanlah terbitnya matahari. Fajar adalah cahaya putih agak
terang yang menyebar di ufuk Timur yang muncul beberapa saat sebelum matahari
terbit.

2) Salat dzuhur

Empat raka’at, awal waktunya adalah dari bergesernya matahari dari tengah-tengah
langit ke arah barat sampai bayang-bayang suatu benda telah sama dengan panjang
benda tersebut.

3) Salat ashar

Empat raka’at, waktunya dari habisnya waktu dzuhur; atau bayangbayang suatu
benda telah sama dengan panjang benda tersebut sampai terbenam matahari.

4) Salat maghrib

9
Tiga raka’at, waktunya dari saat matahari terbenam sampai dan berlangsung sampai
hilangnya cahaya merah.

5) Salat isya

Empat raka’at, waktunya dimulai saat hilangnya cahaya merah dan berlangsung
sampai tengah malam.

1.4.2 Puasa
Secara bahasa puasa berarti menahan dan mencegah diri dari sesuatu, seperti
menahan makan, minum, hawa nafsu, berbicara yang tidak bermanfaat dan lain
sebagainya (Sulaiman Rasyid, 2012: 220). Dalam agama Islam hal ini merujuk kepada
firman Allah SWT dalam surat Maryam ayat 26 yang artinya sebagai berikut: "Maka
katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini"
(Q.S. Maryam: 26). Kata berpuasa dalam ayat tersebut maksudnya adalah diam,
mencegah dan menahan untuk tidak berbicara. Sedangkan secara istilah, puasa berarti:
menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks serta hal-hal yang dapat
membatalkan puasa untuk periode tertentu dengan niat untuk beribadah kepada Allah
SWT (Sayyid sabiq, 2010: 623).

Dalam perspektif agama puasa umumnya dimaknai sebagai suatu tata cara untuk
mensucikan jiwa dari sifat, perangai dan tingkah laku yang buruk kepada sifat, perangai
dan tingkah laku yang baik. Karena diantara keinginan-keinginan besar yang bisa
membuat manusia menyimpang adalah keinginan-keinginan napsu yang bersifat
kepuasan fisik, baik berupa syahwat perut maupun syahwat kemaluan, sedang puasa
merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat tersebut
(Said Hawa, 1999: 65).

a. Pembagian Puasa
Puasa dalam agama Islam ada dua kategori yaitu ada puasa wajib dan ada puasa
sunnah. Puasa wajib adalah puasa yang harus dilakukan oleh umat Islam yang telah
baligh (dewasa) dan berakal sehat, contohnya adalah Puasa di bulan Ramadhan.
Sedangkan puasa sunnah adalah puasa yang bersifat anjuran yang bisa dilakukan oleh
umat Islam diluar bulan Ramadhan. Puasa sunnah merupakan puasa yang telah

10
dicontohkan oleh nabi Muhammad sepanjang hidupnya dan diikuti oleh umatnya.
Diantara contoh puasa sunnah antara lain: puasa 6 hari di bulan Syawwal, puasa tanggal
9 dan 10 bulan Muharrom, puasa tanggal 9 bulan Dzulhijjah, puasa tanggal 13, 14, 15
setiap bulan, puasa hari senin dan kamis serta puasa nabi Daud AS, yaitu satu hari
puasa dan satu hari berbuka.

Puasa Ramadhan dilakukan oleh kaum Muslimin selama satu bulan dalam
hitungan bulan qomariah (berdasarkan peredaran bulan) yang jumlah bilangannya 29
atau 30 hari. Perhitungannya dimulai dari berakhirnya bulan Sya’ban (bulan 8) dan
diakhiri dengan masuknya bulan Syawal (bulan 10). Bulan Ramadhan termasuk salah
satu bulan yang istimewa dalam keyakinan kaum muslimin. Dalam ayat al-Qur’an
maupun hadis Nabi banyak teks yang berbicara mengenai keistimewaan bulan
Ramadhan misalnya: 1) Bulan diturunkannya permulaan al-Qur’an (Q.S. 3: 185). 2)
Bulan yang disatu malamnya lebih baik dari seribu bulan (Q.S. al-Qodar ayat 1-5). 3)
Bulan dilipatgandakan ganjaran amal ibadah. 4) Bulan kasih sayang dan ampunan
Allah. 5) dan lain-lain.

b. Pensyariatan Puasa
Puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat Islam pada tahun kedua
setelah hijrah (berpindah)nya nabi Muhammad dari kota Makkah ke kota Madinah.
Sehingga kewajiban puasa Ramadhan dimulai ketika kaum muslimin telah
menetap/tinggal di kota Madinah. Nabi Muhammad wafat pada tahun ke-11 Hijriah.
Dengan demikian maka dapatlah diketahui bahwa selama hidupnya nabi hanya sempat
melakukan puasa Ramadhan sebanyak 9 kali.

Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan bagi umat Islam berdasarkan firman


Allah SWT yang terdapat dalam Surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya sebagai
berikut: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Dan
berdasarkan hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam bukhori yang artinya
sebagai berikut: “Islam dibangun atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah SWT dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, melaksanakan salat,
membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan ibadah haji jika mampu.

Menurut Amin Suma (2007: 126) dari firman Allah SWT yang terdapat dalam surat
al-Baqoroh ayat 183 tersebut dapatlah difahami hal-hal sebagai berikut:

11
1) Secara teologis, orang yang dihimbau Allah SWT untuk melakukan ibadah
puasa ialah orang-orang yang beriman. Kalimat yaayyuhalladjina amanu pada ayat 183
diatas mengisyaratkan hal itu. Dengan demikian maka orang-orang yang tidak beiman
tidak termasuk kedalam kelompok orang yang dhimbau.
2) Secara hukum, puasa Ramadhan adalah wajib. Kalimat kutiba a’laikum as-
Shiyyam (diwajibkan atas kamu berpuasa) menunjukan kepastian hukum wajib puasa
ini. Semua kaum muslimin sepakat tentang kewajiban melakukan ibadah puasa
Ramadhan.
3) Secara historis, ibadah puasa memiliki sejarah yang sangat panjang. Kalimat
kama kutiba a’lalladzina min qoblikum (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu) menunjukan hal itu. Ibadah puasa memang memiliki lika-liku sejarah
yang sangat panjang.
4) Secara manajemen, puasa memiliki tujuan yang konkret yaitu membentuk
pelaku-pelakunya menjadi orang-orang yang takwa. Kalimat la’allakum tattaqun (agar
kamu bertakwa) jelas menunjukan hal ini. Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau
target utama dari ibadah puasa ialah menciptakan para pelakunya menjadi orang-orang
yang takwa. Menjadikan seeseorang bertakwa sesungguhnya tidak hanya menjadi
sasaran atau target dari ibadah puasa. Melainkan juga sebagai target atau sasaran dari
semua sistem peribadatan dalam agama Islam. Lihat saja firman Allah SWT dalam
surat al-Baqoroh ayat 21 yang artinya: Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu, dan (telah menciptakan) orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertakwa.

c. Syarat Sah Puasa


1) Islam
2) Berakal
3) Bersih dari haid/ nifas
4) Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa.

d. Syarat Wajib Puasa:

12
1) Islam: Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat
mereka tetap akan diadzab karena kekafirannya. Adapun orang murtad, maka wajib
baginya mengqodho’ apabila ia kembali masuk Islam
2) Mukallaf (baligh dan berakal): Anak yang belum baligh tidak wajib puasa,
namun orang tua wajib memerintahkan putra-putrinya berpuasa sejak kecil (7 tahun)
dan memukul (sewajarnya) jika meninggalkan puasa saat berumur 10 tahun
3) Mampu mengerjakan puasa (bukan orang lansia atau orang sakit): Lansia yang
tidak mampu berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh menurut
medis wajib mengganti puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu mud (sekitar 6,25
ons) makanan pokok (beras) untuk setiap harinya
4) Mukim: Tidak wajib bagi Musafir selama ia bepergian sejauh lebih dari 82 km,
keluar dari batas kotanya sebelum fajar dan menetap di kota tujuan tidak lebih dari 4
hari.

e. Rukun-rukun Puasa

1) Niat
2) Menghindari perkara yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari.

f. Adab-adab berpuasa
1) Makan sahur
2) Menyegerakan berbuka
3) Berdoa ketika berbuka puasa dan sedang berpuasa
4) Menghindari dari perbuatan-perbuatan yang dapat menodai puasa
5) Bersiwak (memebersihkan gigi dan mulut)
6) Dermawan dan mempelajari al-Qur’an ( Sayyid Sabiq, 2010: 657)

1.4.3 Zakat
Secara bahasa, zakat itu bermakna: [1] bertambah, [2] suci, [3] tumbuh [4] barakah.
(Syauqi Dhaif, 2011: 398). Makna yang kurang lebih sama juga kita dapati bila
membuka kamus Lisanul Arab. Sedangkan secara syara`, zakat itu bermakna bagian

13
tertentu dari harta yang dimiliki yang telah Allah SWT wajibkan unutk diberikan
kepada mustahiqqin (orang-orang yang berhak menerima zakat)

(Sayyid Sabiq, 2010: 487)

A. Kriteria Harta Yang Wajib Dizakatkan dan Jenis-jenisnya

1) Harta itu dimiliki secara sempurna (al-milkut-taam)

Yang dimaksud dengan harta yang dimiliki secara sempurna adalah seseorang memiliki
harta secara sepenuhnya dan dia mampu untuk membelanjakannya atau memakainya,
kapan pun dia mau melakukannya. Hal ini berbeda dengan seorang yang memiliki harta
dengan tidak secara sempurna. Yaitu dimana seseorang secara status memang menjadi
pemilik, namun dalam kenyataannya, harta itu tidak sepenuhnya dikuasainya.

2) Harta itu tumbuh (an-nama')


Syarat kedua adalah bahwa harta itu adalah harta yang tumbuh atau bisa ditumbuhkan,
harta itu tidak mati atau tidak diam. Dalam bahasa kita sekarang ini, harta itu dimiliki
pokoknya namun bersama dengan itu, harta itu bisa memberikan pemasukan atau
keuntungan bagi pemiliknya.

3) Harta itu memenuhi jumlah standar minimal (nisab)


Bila suatu harta belum memenuhi jumlah tertentu, maka belum ada kewajiban zakat
atas harta itu. Namun sebaliknya, bila jumlahnya telah sampai pada batas tertentu atau
lebih, barulah ada kewajiban zakat atasnya. Jumlah tertentu ini kemudian disebut
dengan istilah nisab.

Misalnya, nishab zakat emas adalah 85 gram. Sedangkan nisab zakat beras adalah 520
kg. Bila dinilai secara nominal, harga 85 gram emas itu berbeda dengan harga 520 kg
beras.

4) Harta itu telah dimiliki untuk jangka waktu tertentu (haul)


Para ulama telah menetapkan bahwa bila seseorang memiliki harta dalam waktu
singkat, maka dia tidak bisa dikatakan sebagai orang kaya. Sehingga ditetapkan harus
ada masa kepemilikan minimal atas sejumlah harta, agar pemiliknya dikatakan sebagai
orang yang wajib membayar zakat.

14
Yang penting untuk diketahui, bahwa batas kepemilikan ini dihitung berdasarkan lama
satu tahun hijriyah. Bukan dengan hitungan tahun masehi. Dan sebagaimana diketahui,
bahwa jumlah hari dalam setahun dalam kalender hijriyah lebih sedikit dibandingkan
kalender masehi.

5) Harta itu telah melebihi kebutuhan dasar


Sebagian ulama menambahkan syarat lainnya, yaitu bahwa sebuah harta baru
diwajibkan untuk dizakatkan, manakala pemiliknya telah terpenuhi hajat dasarnya atas
harta itu. Sebagaimana ditetapkan oleh mazhab Al-Hanafiyah dalam kebanyakan kitab
mereka.

Sebab bila seseorang yang punya harta banyak, namun dia juga punya hajat dasar atau
tanggungan yang lebih banyak lagi, maka pada hakikatnya dia justru orang yang
kekurangan.

6) Pemiliknya bukan orang yang selamat dari hutang


Sebagian ulama menambahkan syarat terakhir, yaitu bila seseorang memiliki harta yang
memenuhi kriteria di atas, namun dirinya sendiri punya hutang kepada pihak lain, maka
dia tidak lagi punya kewajiban membayar zakat.

Namun yang dimaksud dengan hutang disini bukan sembarang hutang. Maksudnya
adalah hutang yang besar dimana bila hartanya itu dikurangi dengan nilai kewajiban
yang harus dibayarkan, maka hutang itu membuat harta yang dimilikinya tidak lagi
memenuhi nisab zakatnya. Dalam keadaan demikan, maka gugurlah kewajiban zakat
baginya.

B. Jenis-jenis Zakat
Untuk mudahknya, kami lampirkan table jenis zakat dilengkapi dengan ketentuan
nishab, waktu pembayaran dan besarnya yang dikeluarkan.

YANG WAKTU BESAR


NO JENIS ZAKAT NISHAB
DIZAKATI MEMBAYAR ZAKAT
1 FITHRAH Setiap - malam 1 1 sha` =
jiwa/kepala syawal, boleh 2,159
semua muslim 2-3 hari se kg beras
besar kecil, pria sebelumnya

15
wanita, tua muda atau sejak awal
Ramadhan
2 EMAS & PERAK Yang disimpan 85 gram 1 haul (setelah 2,5 %
bukan yang emas 595 dimiliki slama
sering dikenakan gram perak satu tahun
hijriah meski di
tengahnya
pernah
berkurang
3 PERDAGANGAN Uang/modal seharga 85 1 haul (setelah 2,5 %
yang berputar, gr emas / dimiliki selama
bukan asset 595 gr perak 1 tahun
(bangunan, qamariyah,
perabot dll tidak meski
termasuk) ditengahnya
pernah
berkurang)
4 TABUNGAN Semua bentuk seharga 85 1 haul (setelah 2,5 %
tabungan baik gr emas / dimiliki selama
tunai, rekening, 595 gr perak 1 tahun
piutang, qamariyah,
chek, giro dll) meski
ditengahnya
pernah
berkurang)
5 PERTANIAN Hasil panen 5 wasaq = setiap panen 5 % jika
dikurangi biaya 653 kg diairi
perawatan gabah = 520 atau 10
(pupuk, kg beras % jika
irigasi, obat dll) dgn air
hujan
6 INVESTASI Hasil dari 5 wasaq = setiap 5 % dari
harta 653 kg mendapat hasil
yang gabah = 520 hasil/setoran bersih
kg beras 10

16
% dari
investasikan hasil
(sewa mobil, kotor
kontrakan
rumah, saham
dll), nilai
investasinya
tidak termasuk
7 PERTAMBANGAN Hasil tambang - saat mendapat 20 %
darat (minyak,
emas, batubara)
&
laut (mutiara dll)
8 HADIAH hadiah, - saat mendapat 20 %
sayembara, kuis
9 PROFESI 1. Penghasilan jumlah Tiap menerima 2,5 %
Kotor (gaji, penghasilan penghasilan
honor, komisi, setahun
bonus, THR
YANG WAKTU BESAR
NO JENIS ZAKAT NISHAB
DIZAKATI MEMBAYAR ZAKAT
dll) seharga
2. Penghasilan 5
Bersih (setelah wasaq = 520
dipotong dengan kg beras
kebutuhan
pokok, hutang
dll)

C. Mustahik zakat
Zakat adalah bentuk ibadah yang unik dan spesifik. Meski pada hakikatnya
merupakan ibadah sosial yang intinya memberikan bantuan dari harta di kaya kepada si
miskin, namun kriteria si miskin yang menerima harta telah ditentukan Allah SWT
secara langsung di dalam Al-Quran AlKariem. Dan ternyata, orang-orang yang berhak

17
atas harta zakat itu bukan semata-mata orang miskin saja, melainkan ada lagi orang-
orang dengan kriteria tertentu yang juga berhak atas harta zakat itu.

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah SWT dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah SWT
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S. At-Taubah: 60)

Dari ayat ini kita bisa merinci bahwa mustahiq zakat itu ada 8 kelompok (asnaf).
Mereka adalah:

1) Orang-orang fakir

2) Orang-orang miskin
3) Pengurus-pengurus zakat
4) Para mu'allaf (orang yang dibujuk hatinya masuk Islam)
5) Untuk budak
6) Orang-orang yang berhutang
7) Untuk jalan Allah SWT
8) Mereka yang sedang dalam perjalanan.

1.4.4 Haji
Haji secara harfiah berarti sengaja melakukan sesuatu (Al Qasdu). Sedangkan
menurut istilah, haji berarti sengaja datang ke Mekkah, menunjungi Ka'bah dan tempat -
tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah tertentu seperti wukuf, tawaf, sa'i
dan amalan - amalan lainnya pada masa tertentu dengan syarat syarat yang telah
ditetapkan (Sayyid Sabiq, 2010: 695).

a. Hukum Ibadah Haji


Ibadah haji hukumnya wajib bagi orang islam yang telah memenuhi syarat-
syaratnya. kewajiban ini hanya berlaku satu kali seumur hidup.

Selanjutnya, baik yang kedua atau yang seterusnya hukumnya sunnah, terkecuali bagi
yang bernadzar. Jika ini terjadi, maka wajib hukumnya untuk melaksanakannya.

b. Syarat Sah Haji

18
1) Islam
2) Baligh (dewasa)
3) Aqil (berakal sehat)
4) Merdeka (bukan hamba sahaya)
5) Isthitha’ah (mampu).
c. Syarat Wajib Haji
1) Ihram, yakni niat berhaji dari miqat
2) Mabit di Muzdalifah
3) Mabit di Mina
4) Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
5) Tawaf Wada (bagi yang meninggalkan Mekkah).
d. Rukun Haji
1) Ihram (niat) adalah pernyataan mulai mengerjakan ibadah haji atau umrah
dengan memakai pakaian ihram disertai niat haji atau umrah di Miqat
2) Wukuf di Arafah adalah berdiam diri dan berdo'a di arafah pada tanggal 9
Dzulhijah
3) Tawaf Ifadah adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali dilakukan setelah
melontar Jumrah Iqabah pada tanggal 10 Dzulhijah
4) Sa'i adalah berjalan atau berlari - lari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7
kali dilakukan setelah Thawaf Ifadah
5) Cukur atau tahalul, yakni bercukur atau menggunting rambut setelah melakukan
Sa'i
6) Tertib, artinya mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak ada yang
tertinggal.

1.3 Karakter Ahli Ibadah (Ibadurrahman)

1. Memiliki sifat tawadhu


Allah Ta'ala berfirman :

19
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al Furqon: 63).
Mereka tidak berjalan dengan sangat cepat yang menunjukan sifat terburu-buru
dan kasar juga tidak berjalan sangat pelan yang menunjukkan sifat malas dan pesimis.
Namun, mereka berjalan dengan ringan, penuh dengan semangat, tekad, kelelakian dan
jiwa muda. Mereka tidak berbuat kerusakan di muka bumi, tidak mencari ketinggian,
tidak mendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanya untuk
mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi.

2. Lemah lembut
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, "Jika orang jahil mengajak bicara mereka
yaitu dengan kejelakan, mereka tidak membalasnya dengan semisalnya. Bahkan mereka
memberi maaf dan tidak membalas kecuali dengan kebaikan. Sebagaimana sikap
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, semakin orang yang jahil bertindak kasar pada
beliau, semakin beliau berlaku lemah lembut pada mereka. Hal ini sebagaimana
diisyaratkan pula pada firman Allah Ta'ala,
"Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka
berpaling daripadanya dan mereka berkata: 'Bagi kami amal-amal kami dan bagimu
amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang
yang jahil'." (QS. Al Qashash: 55)  Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman “Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tibatiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)
Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhuma- mengatakan, "Allah memerintahkan pada
orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan
kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika
setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan
dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa
menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini."
Bagi mereka, apabila ada orang-orang buruk mengucapkan ucapan yang buruk,
mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama tetapi memberi maaf, tidak berkata
20
kecuali yang baik. Mereka tidak terpancing oleh kejahilan orang tersebut, tetapi
menahan lisan dan emosi. Mereka menghalau jalan fitnah dan keburukan yang ingin
dilakukan orang-orang jahil, memadamkan 'kobaran' kejahatan pertama yang andaikata
dibalas dengan tindakan yang sama, pastilah apinya akan semakin menyala sehingga
bisa menimbulkan perang besar dan kejahatan yang merajalela.

3. Rajin shalat malam


Allah Ta'ala berfirman "Dan (mereka ibadurrahman adalah) orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka." (QS. Al Furqan: 64).
Ayat yang semisal dengan firman Allah di atas "Mereka sedikit sekali tidur di waktu
malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Adz
Dzariyat: 17-18)
Juga firman Allah "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena seringnya
mereka melakukan shalat malam), sedang mereka berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa
takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka." (QS. As Sajdah: 16)
Allah Ta'ala juga berfirman "Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?" (QS.
Az Zumar: 9)
Mereka yang memilki sifat 'ibadurrahman bangun saat orang-orang sedang
terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah, sibuk menyongsong Rabb mereka,
menggantungkan jiwa dan anggota badan mereka kepada-Nya. Saat orang-orang terlena
dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka justeru menginginkan ‘Arsy ar-
Rahman sebab mereka mengetahui bahwa ibadah di kegelapan malam dapat
menjauhkan mereka dari sifat riya' dan minta dipuji. Ibadah di malam hari juga
membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi
penglihatan mereka.

4. Takut akan siksa neraka


Sifat 'ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman adalah berlindung dari siksa
neraka. Itulah yang mendorong seseorang itu untuk beramal agar terlindung dari siksa
neraka. Ayat yang akan kita bahas kali ini menjadi dalil kelirunya keyakinan orang sufi

21
bahwa tidak dikatakan ikhlas dalam beramal jika seseorang mengharap surga dan takut
dari siksa neraka.
Allah Ta'ala berfirman "Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, jauhkan
azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. "
(QS. Al Furqan: 65-66)
Meskipun ‘Ibaadurrahman sangat ta'at dan hati mereka dipenuhi dengan
ketakwaan namun mereka selalu merasa amalan dan ibadah mereka masih kurang.
Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman dari api neraka.
Oleh karena itu, mereka selalu terlihat takut, cemas dan khawatir dengan adzab
Jahannam. Mereka selalu memohon kepada Allah SWT agar Dia menghindarkan
mereka dari adzab Jahannam seluruhnya, baik adzab yang kekal maupun sementara.

5. Ekonomis Dalam Pengeluaran dan Tidak Boros


Masih membahas sifat 'ibadurrahman lainnya lanjutan dari bahasan yang telah
lewat. 'Ibadurrahman sekali lagi adalah hamba Allah yang beriman. Sifat mereka adalah
pertengahan dalam membelanjakan harta.
Allah Ta'ala berfirman, "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. " (QS. Al Furqan: 67).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sifat 'ibadurrahman adalah mereka tidak mubadzir
(boros) kala membelanjakan harta mereka, yaitu membelanjakannya di luar hajat
(kebutuhan). Mereka tidak bersifat lalai sampai mengurangi dari kewajiban sehingga
tidak mencukupi. Intinya mereka membelanjakan harta mereka dengan sifat adil dan
penuh kebaikan. Sikap yang paling baikadalah sifat pertengahan, tidak terlalu boros dan
tidak bersifat kikir. Hal ini senada dengan firman Allah Ta'ala,
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. " (QS. Al
Isra': 29). Maksud ayat ini adalah jangan terlalu pelit dan jangan terlalu pemurah
(berlebihan).
Ibaadurrahman bukanlah orang-orang yang berbuat mubadzir, membelanjakan
harta melewati batas keperluan sebab mereka mengetahui benar bahwa boros akan
merusak jiwa dan harta. Orang-orang yang berbuat mubadzir adalah saudara-saudara
syaitan. Syaitan selalu menyuruh berbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui
22
bahwa mereka bertang-gung jawab di hadapan Allah SWT terhadap harta mereka; dari
mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakkan. Mereka juga tidak pernah
kikir terhadap diri sendiri dan keluarga mereka.

1.4 Hikmah Ibadah

1. MENINGKATNYA KEIMANAN

Diantara sifat dari keimanan itu adalah pasang-surut. Pasang surutnya iman sangat
bergantung kepada amal yang dilakukan oleh manusia. Jika seseorang selalu rajin
beribadah dan melakukan amal soleh pastilah imannya akan pasang. Namun sebaliknya
jika yang dilakukan selalu amal buruk maka pastilah imannya akan surut, Allah SWT
berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah SWT gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- mereka
bertawakkal. ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah(al-Anfal: 2).

2. SEMAKIN KUAT PENYERAHAN DIRI KEPADA ALLAH SWT (ISLAM)

Ketika kaum muslimin menghadapi kekuatan sekutu pada perang ahzab


keyakinan mereka akan kemenangan yang dijanjikan Allah SWT semakin mantap dan
keislamam mereka semakin kuat. Allah SWT berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 22
sebagai berikut: Artinya: “Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan
yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya
kepada kita". dan benarlah Allah SWT dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Al-Ahzab: 22).

3. MEMILIKI SIKAP IHSAN DALAM BERIBADAH

"Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah SWT seakan-akan kamu melihat
Nya,jika kamu tidak melihatNya sesungguhnya Allah SWT Melihat
kamu"(HR.Bukhari). Ketika seorang muslim merasa diawasi Allah SWT dalam
beribadah ,maka dia berusaha maksimal melalukannya sesuai dengan petunjuk syari'at
dan ikhlas karenaNya,inilah yang dimaksud dengan ihsan di dalam hadis rasulullah
SAW

23
Dari A'isyah ra.bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT Azza wa
Jalla mencintai bila seorang diantara kamu mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan
itqon(professional).(HR.Thabrani).

Kemudian Rasulullah menjelaslkannya dengan hadis yang lain, Dari Syaddad bin
Aus ra. berkata, bersabda Rasulullah SAW Sesunggguhnya Allah SWT mewajibkan
ihsan (profesional) dalam semua urusan, jika kamu membunuh, maka bunuhlah dengan
cara yang baik dan jika kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik,
asah pisaunya dan sembelihlan dengan cara yang neyenangkan binatang yang
disembelih" (HR.Muslim)

4. MEMPUNYAI SIKAP IKHBAT (TUNDUK)

Ibadah yang sebenarnya apabila dilakukan karena kesadaaran dan dorongan


hati,bukan formalitas dan rutinitas belaka. Tunduk dan patuh baru akan tumbuh apabila
didasari pemahaman yang dalam dan keimaanan yang kuat sebagai mana firman-Nya,
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah
yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
Sesungguhnya Allah SWT adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman
kepada jalan yang lurus.(al-Hajj 54).

5. SELALU TAWAKKAL
Ibadah yang benar berdampak kehidupan seseorang ketika menghadapi tantangan
hidup terutama tantangan da'wah,para nabi ketika menghadapi ponolakan da'wah kaum
mereka,mereka menyerahkan semu itu kepada Allah, sebagai contoh nabi Hud
'alaihissalam, Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah SWT Tuhanku dan
Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus."(Hud: 56). Jika
mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah SWT bagiku;
tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan
yang memiliki 'Arsy yang agung".(at-Taubah: 129).

6. TUMBUH RASA MAHABBAH (RASA CINTA)


Seorang mu'min dengan beribadah dapat merasakan cinta kepada Allah SWT ,
dan Allah SWT mencintainya.

24
Dari Abu Hurairah ra: ”Rasulullah SAW Berkata: ”sesungguhnya Allah SWT
berfirman: "Barang siapa yang memusuhi wali(kekasih)Ku ,maka Aku telah
mengumumkan perang padanya,dan tidaklah hambaKu melakukan pendekatan diri
kepadaKu dengan sesuatau yang paling Aku cintai selain melakukan apa yang telah
Aku wajibkan padanya,dan hambaKu terus-menerus melakukan pendekatan diri
kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunnah ,sehingga Aku mencintainya,dan apabila Aku
telah mencinainya maka Aku menjaga pendengaran, penglihatan, tangan (perbuatan)
dan kaki (langkah)nya ,jika ia meminta sesuatu kepadaKu pasti Aku kabulkan
permintaanya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku lindungi dia, tidakada
sesuatu yang Aku gamang melalukannya selain mencabut nyawa seorang muslim
sedangakan ia tidak menyukainya". (HR.Bukhari).

6. MEMILIKI SIKAP ROJA(MENGHARAP RAHMAT ALLAH)

Mu'min dalam beramal hanya mengharapkan rahmat Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di


jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah SWT Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Baqoroh: 218).

7. SELALU BERTAUBAT

Kata-kata yang paling sering diungkapkan oleh yang beriman terutama yang aktif
berda'wah di jalan Allah SWT adalah memohom ampunan dari dosa dan kesalahan.

"Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa
Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan
tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir".(al-Ali
'Imran: 147).

8. RAJIN BERDOA

Orang yang beriman ketika beribadah ,selalu meminta kepada Allah, tidak
meminta kepada selain-Nya. Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada
25
ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka
segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah
sombong.Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki
yang Kami berikan.(as-Sajdah: 15-16).

9. KHUSYU’

Orang yang beriman ketika disebut nama Allah SWT hatinya tunduk dan khusyu'
kepada Allah.Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama
saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya
apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka
sambil bersujud, Dan mereka berkata: "Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji
Tuhan Kami pasti dipenuhi".Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu'.(al-isra: 107-109).

26
BAB III
KESIMPULAN

Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai
oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan
maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan
pahala-Nya.
.    Fungsi ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik
mental, dan menjadikan diri disiplin.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. “Pendidikan Agama Islam materi ajar Mahasiswa 2018”


2. http://islamireligius.blogspot.com/2009/08/hikmah-ibadah.html
3. http://www.sabilulilmi.com/syariah/hikmah-beribadah
4. “masih perlukah kita beribadah”
5. 180910 e-Book Agama Islam
6. http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ibadah/921/macam---macam-
ibadah.html
7. Daniel,Yudi Irfan.Panduan Praktek Ibadah.Indragiri TM.

28

Anda mungkin juga menyukai