Anda di halaman 1dari 18

TOLERANSI DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah


Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :
1. RINA SILVANA AISYAH (2341010001)
&
2. EGO AFIFUD IS’AD (2341010006)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini disusun sebagai bentuk kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi penyusun sendiri maupun bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan serta
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berkontribusi
baik secara ide, pikiran maupun materi.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun
kesalahan didalam penyusunan makalah ini, baik itu kelengkapan isi materi, maupun
kesalahan dalam penyusunan kata dan tata bahasa. Oleh karena itu, kami bersedia
menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
penyusunan makalah selanjutnya.

Madiun, 12 Oktober 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………......... i
KATA PENGANTAR……………...………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………............. iii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… 3
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………. 3
BAB II. PEMBAHASAN.………………………………………………………..…………... 4
A. Pengertian Toleransi………………………………………………..……………… 4
B. Unsur-Unsur 5
Toleransi..................................................................................
C. Toleransi Dalam Kajian Islam ................................................................ 6

D. Toleransi Umat Beragama Di Indonesia……………………….………… 9


E. Kendala Toleransi Antar Umat Beragama…………………..…………………... 14

BAB III. PENUTUP.…………………………………………………………….................... 11


A. Kesimpulan…………………………………………………………..……………… 11
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata toleransi berasal dari bahasa latin yakni tolerare yang berarti kesabaran dalam
menghadapi sesuatu. Jadi dapat dikatakan bahwa toleransi merupakan suatu perilaku atau
perbuatan manusia menurut peraturan yang ada, setiap manusia dapat menghargai
tingkah laku orang lain. Dalam konteks agama dan kebudayaan toleransi dapat
mendeskriminasi kelompok dengan berbagai perbedaan yang terdapat dalam masyarakat.
Kata toleransi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti ialah bersikap atau
bersifat menenangkan rasa atau menentramkan seperti: (menghargai, membiarkan,
membolehkan) sikap seperti: (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan)
yang berbeda atau tidak sama dengan prinsip orang lain. Toleransi dalam pengertian ini
berarti membebaskan dan membiarkan penganut agama lain dalam bersikap atau
berperilaku yang seharusnya jika berhadapan langsung dengan realitas yang ada.
Dalam ajaran Islam selalu memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga
hubungan baik terhadap sesama tidak terkecuali dengan para pemeluk lain. Islam lahir
dengan nilai ajaran yang universal dan bersikap toleran. Sebagaimana Tuhan
menegaskan melalui firmannya yang menjelaskan adanya larangan untuk memaksa
agama kepada orang lain, oleh karena itu tidak ada yang perlu diperdebatkan tentang hal
tersebut dengan penjelasan yang demikian bahwa Tuhan memberikan kebebasan
beragama bagi manusia, inilah salah satu wujud toleransi terhadap yang berbeda
keyakinan. Dengan adanya toleransi akan menghilangkan kesenjangan sehingga dapat
menjalin hubungan yang baik serta dapat melakukan kerjasama sebagai satu saudara
dalam tanah air yang sama, dalam mendukung dan menyukseskan pembangunan baik
dalam bidang oleh Rasulullah Saw, bahwa beliau telah menjalin hubungan yang baik
terhadap beberapa kelompok non-muslim hal tersebut terlihat pada pemerintahan Islam
yang menunjukkan toleransi yang tinggi dengan melakukan perlindungan terhadap kaum
yang minoritas.
Agama Islam dikenal sebagai agama yang toleransi, baik sesama umat Islam
maupun dengan penganut agama lain. Toleransi atau tasamuh dalam Islam merupakan

5
sikap yang menunjukkan rasa saling mengulurkan pengertian yang didasari oleh
kerendahan hati dan pemahaman terhadap manusia atau orang lain. Karena makna dari
toleransi bukan acuh terhadap kebaikan dan kebenran akan tetapi mengacu terhadap
sikap saling menghormati dalam hal keberagaman baik dalam aspek spritual, norma
bahkan pada aspek ideologi dan politik yang berbeda, sehingga menumbuhkan sikap
toleransi secara tepat dalam masyarakat yang majemuk dapat meminimalisir terjadinya
konflik dalam mengatasnamakan perbedaan yang ada.6Makna toleransi dalam agama
Islam adalah mengajarkan kebebasan dalam menganut agama atau paham yang sesuai
dengan keyakinannya.
Al-Qur’an dalam agama Islam, banyak membahas tentang toleransi. Misalnya,
dalam Al-Qur’an Allah Swt menjelaskan bahwa toleransi ialah bagian dari persaudaraan
yang menjadi ajaran penting dalam Islam. Sebanyak 52 kali dalam Al-Qur’an yang
menyebutkan atau menjelaskan terkait persaudaraan, hal ini terkait tentang berbagai
persamaan, baik persamaan keturunan, bangsa, ras, masyarakat, dan agama. Oleh
karena itu, Indonesia yang merupakan negara multikultural dengan memiliki kebudayaan,
suku, ras, bahasa, dan agama yang beragam. Keragamaan tersbut merupakan
perbedaan-perbedaan yang mengakibatkan terjadikan konflik dari perbedaan yang ada.
Maka perlunya sikap toleransi dalam bermasyarakat untuk saling menghargai dan
menghormati perbedaan- perbedaan yang ada. Dipastikan bahwa toleransi mengandung
unsur kedamaian dan ketenangan yang terbangun atas prinsip keterbukaan dan
penghargaan yang tinggi dalam menciptakan nilai persaudaraan dan kemanusiaan.
Sikap terbukaan dalam menerima perbedaan merupakan wujud toleransi, akan
tetapi dalam menerapkan hal tersebut memerlukan saling pengertian antara sesama
manusia baik dalam interen maupun antar agama, khususnya di Indonesia untuk lebih
mempererat hubungan dan meminimalisir terjaadinya konflik.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan toleransi?
2. Apa saja unsur-unsur didalam toleransi?

6
3. Bagaimana toleransi dalam kajian Islam?
4. Bagaimana toleransi umat beragama di Indonesia?
5. Kendala Toleransi Antar Umat Beragama

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu toleransi,
2. Unsur-unsur yang ada dalam toleransi,
3. Toleransi dalam kajian Islam, dan
4. Toleransi umat beragama di Indonesia
5. Kendala Toleransi Antar Umat Beragama

D. MANFAAT PENULISAN

Dapat memperkaya pengetahuan akan konsep serta teori dalam Tafsir Al-Qur‟an
khususnya dalam konteks memaknai kata “ toleransi” dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan. Memberikan masukan kepada generasi muda Islam supaya lebih maksimal
dalam memahami makna toleransi dan cara mengimplementasikannya dalam kehidupan
sosial keagamaan. Dan menyediakan informasi mengenai “makna toleransi” serta
bagaimana Alquran mengajarkan toleransi dan cara mengimplementasikannya dalam
kehidupan

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TOLERANSI
Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan
pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya
yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriaannya sendiri. Misalnya agama,
ideologi, ras (Poerwadarminta, 1976:829).
Sedangkan menurut Tillman toleransi adalah saling menghargai, melalui
pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode menuju kedamaian.
Toleransi disebut sebagai factor esensi untuk perdamaian (Tillman, 2004:95). Pada
intinya toleransi berarti sifat dan sikap menghargai. Sifat dan sikap toleransi harus
ditunjukan oleh siapapun terhadap bentuk pluralitas yang ada di Indonesia. Sebab
toleransi merupakan sikap yang paling sederhana, akan tetapi mempunyai dampak yang
positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan kerukunan bermasyarakat pada
khususnya. Tidak adanya sikap toleransi dapat memicu konflik yang tidak diharapkan.
Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari dengan sikap kelapangan dada
terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni
tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut (Daud Ali, 1989:83). Jelas bahwa toleransi
terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan
atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri.

Dalam toleransi terdapat butir-butir refleksi, yaitu


1) Kedamaian adalah tujuan, toleransi adalah metode nya.
2) Toleransi adalah terbuka dan reseptif pada indahnya perbedaan.
3) Toleransi menghargai individu dan perbedaanya, menghapus topeng dan ketegangan
yang disebabkan oleh ketidak pedulian. Menyediakan kesempatan untuk menemukan
dan menghapus stigma yang disebabkan oleh kebangsaan, agama, dan apa yang
diwariskan.
4) Toleransi adalah saling menghargai satu sama lain melalui pengertian.
5) Benih dari intoleransi adalah ketakutan dan ketidakpedulian.

8
6) Benih dari toleransi adalah cinta, disiram dengan kasih dan pemeliharaan.
7) Jika tidak cinta tidak ada toleransi.
8) Yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi memiliki toleransi.
9) Toleransi juga berarti kemampuan menghadapi situasi sulit.
10) Toleransi terhadap ketidaknyamanan hidup dengan membiarkan berlalu, ringan,
membiarkan orang lain ringan.
11) Melalui pengertian dan keterbukaan pikiran orang yang toleran memperlakukan
orang lain secara berbeda, dan menunjukkan toleransinya. Akhirnya, hubungan
yang berkembang (Tillman, 2004:94).

Dapat disimpulkan, bahwa toleransi ialah sikap seseorang dimana mampu


membiarkan dengan lapang dada, menghargai, mengakui, menghormati, tidak dendam,
pengertian, terbuka terhadap pendapat, perbedaan, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, sikap dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya
sendiri.

B. UNSUR-UNSUR TOLERANSI

Dalam toleransi terdapat unsur-unsur yang harus ditekankan dalam


mengekspresikan terhadap orang lain. unsur-unsur tersebut adalah:
a. Memberikan Kebebasan Dan Kemerdekaan
Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun
berkehendak menurut dirinya sendiri sendiri dan juga di dalam memilih satu agama
atau kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia
meninggal dan kebebasan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat
digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun, karena kebebasan itu
adalah datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dilindungi. Di
setiap Negara melindungi kebebasan- kebebasan setiap manusia baik dalam
Undang-Undang maupun dalam peraturan yang ada (Abdullah, 2001:202).
b. Mengakui Hak Setiap Orang

9
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan
sikap perilaku dan nasibnya masing- masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang di
jalankan itu tidak melanggar hak oranglain karena kalau demikian, kehidupan di
dalam masyarakat akan kacau.
c. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Dalam konteks ini, di berlakukan bagi toleransi antar agama. Namun apabla di
kaitkan dalam toleransi sosial. Maka menjadi menghormati keyakinan orang lain
dalam memilih suatu kelompok.
d. Saling Mengerti

Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama manusia bila mereka
tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh
adalah salah satu akbibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai
Antara satu dengan yang lain (Hasyim, 1979:23).

C. TOLERANSI DALAM KAJIAN ISLAM

Toleransi dimaknai sebagai tkskmmud dalam Bahasa Arab. Rkskmmud


merupakan pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima
berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat
dengannya. Namun, menurut Hilali, dalam Islam istilah toleransi lebih dekat
hubungannya dengan Ks-Xkmkdkd yaitu kerelaan hati karena kemuliaan dan
kedermawanan, lapang dada karena kebersihan dan ketaqwaan, kelemah lembutan
karena kemudahan, rendah diri di depan sesama muslim bukan karena hina, mudah
bergaul dengan siapapun tanpa penipuan dan kelalaian (dalam Ramadhani, 2013:14).
Nilai-nilai toleransi diserukan dalam al-Quran Surat an-Nahl ayat 125, yang berbunyi :

10
Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhan Mu dengan hikmah dari pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Serungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang riapa yang terrerat dari jalan- Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”

(Q.S. an-Nahl: 14).

Ayat di atas merupakan perintah kepada umat manusia untuk menghindari segala
bentuk pemaksaan dan melarang umat-Nya untuk jangan menyulut perang. Apabila ada
ketidaksamaan sebuah pandangan harus dilakukan dengan cara yang baik (menghargai
satu sama lain) bukan menjadikan hal tersebut awal konflik.
Allah SWT menjelaskan dalam mengajak kebaikan dengan cara yang baik agar
ajakan atau seruan tersebut diterima dengan lembut oleh hati manusia juga berkesan
dihati mereka. Sebuah ajakan tidak boleh menimbulkan rasa cemas, gelisah, tidak
nyaman, serta ketakutan karena orang yang berdosa karena bodoh atau tidak tahu
hukum tidak boleh disalahkan dengan disebutkan secara terbuka sehingga dapat
menyakiti hatinya.
Selain itu Islam juga menganjurkan manusia untuk saling menjalin silaturahim.
Silaturahmi disini bermakna saling bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini tertulis
dalam Al-Qur„an Surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
reorang perempuan dan menjadikan kamu berbangra-bangra dan berruku-ruku rupaya
kamu raling kenal-mengenal. Serungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
11
diriri Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”

(Q.S al-Hujurat: 13)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda
warna kuliah bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi untuk saling tolong-menolong
dan saling mengenal.
Arbabun Nuzul (sebab turunnya al-Qur'an) adalah peristiwa Fathul Makkah (8H),
Rasul mengutus Bilal Bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan, ia memanjat ka'bah
dan berseru kepada kaum muslimin untuk shalat berjama'ah, Ahab bin Usaid ketika
melihat Bilal naik keatas Ka 'bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah
mewafatkan ayahku, sehingga tidak menyaksikan peristiwa hari ini”, Harits bin
Hisyam berkata “Muhammad menemukan orang lain kecuali burunng gagak yang hitam
ini” kata-kata ini dimaksudkan untuk mencemooh Bilal karena warna kulitnya yang hitam,
Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah tentang apa yang
dilakukan mereka sehingga turunlah ayat ini yang melarang manusia untuk
menyombongkan diri karena kedudukannya, pangkat, kekayaan, keturuan (al- Qur'an
dan Tafsir Depag RI:409)
Allah menciptakan manusia dari Adam dan hawa dan dari keduanyalah lahir manusia baru
yang kemudian menjadi berbangsa-bangsa, bersuku-suku, berbeda warna kulit bukan
untuk saling mencemooh dan merendahkan satusama lain tetapi untuk saling mengenal
dna slaing tolong menolong karena bagi Allah sebaik-baik manusia ialah yang bertakwa
kepada-Nya bukan yang kaya, terhormat, berpangkat tinggi, dan sebagainya

D. TOLERANSI UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, budaya, ras, dan
agama. Walaupun berbeda-beda Indonesia mempunyai semboyan yaitu “Bhineka
Tunggal Ika” yang artinya meskipun berbeda-beda tetap satu jua. Dengan adanya
semboyan ini masyarakat Indonesia dapat menjalin toleransi dan menghargai suku,

12
budaya, ras, dan agama lain. Toleransi dalam umat beragama contohnya toleransi
beragama dimana penganut agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan
keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu
sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan untuk
menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dibuat gelisah dengan adanya kasus-kasus
yang menyangkut kehidupan umat beragama di Indonesia. Dalam sila pertama
mengatakan bahwa Indonesia memiliki dasar ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan
artinya bangsa Indonesia, apapun agama dan kepercayaannya, percaya dan mengimani
bahwa Tuhan itu ada dan berdaulat bagi negara Indonesia. Sedangkan Yang Maha Esa
artinya umat beragama di Indonesia sama-sama mengakui dan mengimani bahwa ada
satu Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Suci, Maha Besar, dan Maha Kasih
yang patut dijunjung tinggi oleh semua umatNya. Intoleransi dalam bentuk apapun harus
dihapus.
Toleransi umat beragama di Indonesia agar berjalan dengan baik diawali dengan
para pemimpin atau tokoh agama yang menjadi panutan bagi umatnya. Para pemimpin
atau tokoh agama harus memberikan contoh atau panutan pada umatnya untuk saling
mengasihi dan menghargai antar umat beragama. Tidak elok jika pemimpin atau tokoh
agama menghina, merendahkan, atau mempertanyakan ajaran-ajaran agama lain. jika
para pemimpin atau tokoh agama menghina, dan merendahkan agama lain dihadapan
umatnya akan menjadi perselisihan dan relasi antar umat beragama tidak saling
menghargai melainkan saling menjatuhkan antar agama, dan umat akan beranggapan
bahwa agamanya yang paling benar dan paling baik sendiri.
Toleransi umat beragama di Indonesia pada zaman sekarang ini ada yang dapat
menjalin toleransi dengan baik, akan tetapi juga masih ada yang belum menjalin toleransi
antar umat beragama lainnya. Contoh umat beragama yang menjalin relasi baik di Gereja
Kristen Jawa Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah, Serengan, Kota Solo. Kedua
bangunan tersebut berdampingan serta memiliki alamat yang sama. Yaitu di Jl Gatit
Subroto No 222, Solo. Perbedaan keyakinan tidak menyurutkan semangat pemeluk
agama Kristen dan Islam untuk saling menjaga kerukunan, menghormati dan
mengembangkan sikap toleransi. Toleransi yang terjadi misalkan pada saat pelaksanaan

13
Idul Fitri yang jatuh pada hari minggu. Pengelola Gereja langsung menelpon pengurus
Masjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan Idul Fitri. Kemudian pengurus Gereja
merubah jadwal ibadah paginya pada minggu siang hari, agar tidak mengganggu umat
Islam yang sedang menjalankan Shalat Idul Fitri. Begitu juga sebaliknya pengurus masjid
selalu memperbolehkan halaman Masjid untuk parkir kendaraan bagi umat Kristen pada
saat hari raya Paskah dan Natal. Hal ini menjadi contoh kecil toleransi antar umat
beragama yang hingga saat ini terus dipelihara. Saling menghargai dan memberikan
kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan lancer bagi masing-masing
pemeluknya.

E. Kendala Toleransi Antar Umat Beragama

Hambatan toleransi antar umat beragama secara teoritis dan logis, semua agama
bercita-cita untuk hidup damai tanpa konflik, termasuk konflik atas nama agama yang
berbeda. Tidak ada satu agamapun yang mengajarkaan konflik dan kekerasan. Namun
pada kenyataannya, toleransi sebagai syarat keharmonisan dan kedamaian sosial dapat
diciptakan dengan mudah tanpa masalah. Masih ada beberapa kendala yang ada di
sekitar. Upaya-upaya dalam mewujudkan toleransi antar umat beragama antara lain:
1. Fanatisme dan Radikalisme
Setiap pemeluk agama percaya bahwa kebenaran agamanya sempurna, tanpa
keraguan. Namun, ada juga beberapa orang yang sangat fanatik, mengklaim bahwa
agamanyalah yang paling benar dan menuduh agama lain bahwa agama mereka
sesat. Dengan satu kebenaran yang diproklamirkan, kelompok tersebut pada dasarnya
ingin mengoreksi apa yang dianggap salah. Atau dengan menggunakan dalih dalam
menyampaikan misi kebenaran dari Tuhan, lalu menerobos batas toleransi,
mewawancarai atau bahkan menyerang kelompok agama lain.
Fanatik berarti percaya bahwa kebenaran agama sendiri tidak bisa dihindari,
karena apa arti percaya sama suatu agama tanpa percaya pada kebenaran. Namun,
secara fanatik mengatakan bahwa agama sendiri adalah yang paling benar, dan
menuduh atau bahkan menyebut agama lain sesat. Jelas merupakan sikap yang pasti
akan menimbulkan kekerasan sosial. Apalagi jika fanatisme ini dibarengi dengan

14
aktivisme, akibatnya adalah tindakan kekerasan pemaksaan oindah agama atas nama
agama. Fanatisme dan radikalisme agama semacam ini tentu menjadi kendala, serta
kerukunan antar umat beragama dan toleransi akan sulit untuk terwujud.
Fanatisme dan radikalisme tidak hanya terjadi dalam hubungan antar beragumat
ama, tetapi lebih sering terjadi diantara pemeluk agama yang sama, terutama sekte.
Misalnya, ketegangan dan bahkan konflik dapat muncul diantara saudara seagama
karena aliran fanatik, ekstremis dan radikal. Sangat mudah untuk menyalahkan agama
lain dan bahkan menilai dan menendang saudara-saudara yang percaya berbeda atau
memahami secara berbeda dalam hal daging, bid’ah, orang sesat dan lain-lain.

2. Penyebaran Suatu Agama Kepada Umat Agama Lain


Setiap ahli membagi agama menjadi dua jenis, yaitu agama misionaris dan
agama non-misionaris. Sebuah misi agama percaya dan memenuhi kewajiban untuk
mengkomunikasikan ajaran agamanya kepada seluruh umat manusia. Agama
misionaris dibagi menjadi dua agama besar, Kristen dengan gerakan misionaris dan
Islam dengan gerakan misionaris. Pada saat yang sama, agama yang non-misonari
berarti menyebarkan agama tidak dianggap wajib, mereka pasif dan tidak ada
kewajiban untuk mengajak orang lain untuk bergabung dengan agama mereka, seperti
Yudaisme, Hindu dan Budha.
Usaha dan kegiatan dalam menyebarkan agama untuk mendapatkan pemeluk
agama yang benyak merupakan suatu kewajiban dalam rangka menjalankan perintah
Tuhan, yang merupakan bentuk keyakinan bagi setiap dakwah agama. Sehingga dalam
rangka menjalankan perintah Tuhan, mereka melakukan dakwah atau penyiar agama
dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Namun jika penyebarannya dilakukan kepada
orang yang sudah beragama maka akan menjadi penghambat dalam kerukunan dan
toleransi. Dimana, pihak yang menyebarkan akan merasa benar karena merupakan
perintah dari Tuhan dan demikian pula pihak yang didasarkan akan merasa benar
karena membela akidah murtad.
3. Sinkretisme
Sinkretisme adalah ideologi atau aliran baru yang memadukan beberapa aliran
pemikiran yang berbeda untuk mencari keselarasan, keseimbangan dan sebagainya.
Sinkretis tepat artinya dikatakan mencari penyelesaian keseimbangan dan sebagainya)
15
antara dua aliran (agama dan sebagainya). Dimana, sinkretisme ini membenarkan
semua kepercayaan/agama atau berprinsip bahwa semua agama sama baiknya.
Misalnya, seperti dalam kasus pernikahan beda agama, toleransi dijadikan sebagai
alasan, padalah itu adalah sikap skintretisme yang dilarang oleh Islam. Dalam kasus
seperti ini, sebagai seorang muslim sejati, seseorang harus memiliki filter dan
menempatkan makna toleransi pada makna yang sebenarnya agar tidak
mencampuradukkan mana yang benar dan mana yang salah. Wajib bagi setiap muslim
untuk mengetahui perbedaan antara toleransi yang dibenarkan menurut ketentuan
agama Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadis) dan sikretisme. Akhirnya kekhawatiran yang
muncul akan terjadi di mana seseorang muslim memahami arti toleransi yang terlalu
jauh atau bertentangan dengan semnagat Islam itu sendiri. Itulah pentingnya
memahami sikap toleransi yang benar.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Toleransi ialah sikap seseorang dimana mampu membiarkan dengan lapang
dada, menghargai, mengakui, menghormati, tidak dendam, pengertian, terbuka
terhadap pendapat, perbedaan, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, sikap dan
sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya sendiri.
2. Unsur-unsur toleransi antala lain memberikan kebebasan dan kemerdekaan,
mengakui hak setiap orang, menghormati keyakinan orang lain, dan saling
mengerti.
3. Dalam Islam istilah toleransi lebih dekat hubungannya dengan Ar-Samahah yaitu
kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan, lapang dada karena
kebersihan dan ketaqwaan, kelemah lembutan karena kemudahan, rendah diri di
depan sesama muslim bukan karena hina, mudah bergaul dengan siapapun
tanpa penipuan dan kelalaian.
4. Toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan untuk menghormati dan menghargai
manusia yang beragama lain. Toleransi umat beragama di Indonesia agar
berjalan dengan baik diawali dengan para pemimpin atau tokoh agama yang
menjadi panutan bagi umatnya.

Perbedaan akan selalu ada, namun bukan menjadi hal yang perlu diperdebatkan,
karena perbedaan itu ada agar kita saling melengkapi dan membangun masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik. Demi menjaga kerukunan antar warga negara, kita
harus tetap mengedepankan sikap toleransi, melakukan kegiata-kegiatan positif bersama
dan meningkatkan komunikasi, menjalin silaturahmi dengan tetangga yang berbeda
keyakinan dan ikut dalam organisasi d idalam masyarakat

Dalam Islam toleransi tidak memaksa seseorang dalam memilih keyakinan atau
agama yang ingin dianut, setiap manusia berhak dan bebas dalam memilih dan

17
mempercayai keyakinan sesuai dengan apa yang dikehendakinya sendiri tampa adanya
unsur paksaan atau campur tangan dari pihak lainnya. sikap atau prinsip toleransi sangat
diperlukan jika ingin mencapai sebuah kebahagiaan dan ketentraman dalam hidup
bermasyarakat antar umat beragama, misalnya kebebasan beragama, kemanusiaan,
dan saling menghormati pluralitas manusia dan agama. Adapun Kendala dalam
mewujudkan toleransi antar umat beragama seperti fanatisme dan radikalisme,
penyebaran suatu agama kepada umat agama lain, dan sinkretisme. Oleh karena itu,
untuk hidup dalam bermasyarakat antar umat beragama sangat penting untuk
menanamkan sikap toleransi yang mengandung unsur kedamaian dan ketenangan yang
terbangun atas prinsip keterbukaan dan penghargaan yang tinggi dalam menciptakan
nilai persaudaraan dan kemanusiaan

18
DAFTAR PUSTAKA

Agitha Cakrapramesta Nasarani. 2011. Peran Forum Kerukunan Umat Beragama


(FKUB) Kabupaten Purworejo Sebagai Salah Satu Wadah Pencegahan Konflik
Antar Umat Beragama. Skripri. S1. Universitas Negeri Yogyakarta.

Aslati. 2018. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Islam (Suatu Tinjauan
Historis)

Gloria Suter, 2011, Dialog Antar Agama Membangun Harmoni dalam Pluralirme

Jamrah, S. 2015. Toleransi Antar umat Beragama: Perspektif Islam.


Shofia Fitriani, “Keberagamaan dan Toleransi Antar Umat Beragama”, Analisis: Jurnal Studi
Keislama, Vol. 20 no. 2 (Desember 2020), h. 189.
Suryan A. Jamrah, “Toleransi AntarUmat Beragama: Perspektif Islam,” Jurnal Ushuluddin,
vol. 23 no. 2 (Juli-Desember 2015), h. 193-194.

19

Anda mungkin juga menyukai