Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENTINGNYA PENDIDIKAN PANCASILA BAGI GENERASI

MILENIAL

DISUSUN OLEH :
Ahmad Ikhsan Fikri (C1C020166)X
Iga Pernando (C1C020089)
Nabilah Khairunnisa (C1C020050)
Indira Puspasari (C1C020146)
Esra Putri Simanjuntak (C1C020154)
Febry Wahyu Setiawan (C1C020158)
Popy Septi Aufa (C1C020003)

DOSEN PEMBIMBING :
Herlita Eryke, S.H, M.H

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah yang berjudul “ Pentingnya
pendidikan Pancasila bagi generasi Milenial ” ini dibuat untuk memenuhi tugas Pancasila.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat khususnya para mahasiswa untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, kemudian makalah kami ini dapat kami
perbaiki dan menjadi lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih
baik ke depannya.

Bengkulu, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………………………………………. 1

1.2.Rumusan Masalah………………………………………………… 2

1.3.Tujuan…………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Eksistensi Pancasila saat ini………………..…………………… 3

2.2. Karakteristik Generasi Milenial …….………………………… 4

2.3. Degradasi Moral di Era Milenial .……………………………. 5

2.4 Peran Pancasila pada Generasi Milenial……………….……….. 9

2.5 Pentingnya pendidikan Pancasila bagi Generasi Milenial……… 11

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi di abad 21 juga menciptakan tatanan kehidupan
baru bagi manusia modern. Perkembangan teknologi dan globalisasi secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral remaja pada era milenial. Pada era
milenial manusia mulai meninggalkan cara-cara konvensional dalam menjalani kehidupannya
dan digantikan oleh gaya hidup. Gaya hidup moderniasasi saat ini yang sedang trend
membawa dampak positif sekaligus juga dampak negatif yang sangat besar. Dampak
positifnya adalah kontribusi aktif pada dunia ilmu pengetahuan, kemajuan peradaban, dsb.
Sementara dampak negatifnya juga tak kalah banyaknya, dapat mempengaruhi perkembangan
moral remaja. Hal ini dapat terlihat pada meningkatnya pula tingkat kejahatan yang dilakukan
para remaja sehingga menyebabkan terjadi degradasi moral yang sangat tajam. Remaja
terlena dengan kemajuan teknologi terutama handphone, internet dan televisi. Mereka sibuk
di dunia maya tanpa peduli batasannya dan lingkungan sekitarnya. Hal ini karena kemajuan
teknologi yang terkoneksi dengan jaringan komunikasi sedemikian luasnya dengan batas-
batas yang tidak begitu jelas.
Banyaknya manfaat dan kemudahan yang ditawarkan oleh internet juga berbanding
lurus dengan dampak negatif yang dihasilkan. Secara garis besar dampak negatif penggunaan
internet adalah pertama semakin berkurangnya sifat sosial manusia, hal ini dikarenakan
mereka lebih suka berkomunikasi menggunakan media berbasis internet dari pada bertemu
dan bertukar sapa secara langsung. Kedua, pornografi dan tindak kejahatan lainnya marak
pada beranda-beranda pada hampir setiap web internet dan tanpa filter gambar maupun
adegan. Tentu saja ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan generasi selanjutnya,
dan jika hal ini dibiarkan terus menerus maka generasi-generasi muda Indonesia, terutama
generasi milenial yang mana mereka terlahir dan hidup pada jaman teknologi tinggi ini, akan
mengalami degradasi sosial dan moral. Degradasi sosial dan moral yang berkepanjangan
sedikit banyak dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan keutuhan bangsa Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, penting untuk menanggulangi degradasi moral dan sosial yang
ada. Salah satu cara yang dapat digunakan guna menanggulangi masalah tersebut adalah
dengan kembali kepada nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu, perlu untuk melakukan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila khususnya untuk generasi milenial dan kepada masyarakat
Indonesia umumnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pancasila saat ini ?
2. Bagaimana karakteristik generasi milenial ?
3. Bagaimana degradasi moral di era milenial ?
4. Bagaimana peran Pancasila pada generasi milenial ?
5. Bagaimana pentingnya pendidikan Pancasila bagi generasi milenial?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui eksistensi dan kehidupan Pancasila pada saat ini.
2. Mengetahui karakteristik generasi milenial.
3. Mengetahui degradasi moral di era milenial.
4. Mengetahui peran Pancasila pada generasi milenial.
5. Mengetahui seberapa penting Pancasila bagi generasi milenial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Eksistensi Pancasila saat ini
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima dan Sila
berarti dasar. Pancasila adalah lima dasar yang menopang Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pengamalan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang telah di ekstrak sedemikian rupa oleh pendiri bangsa Indonesia.
Oleh karenanya, Pancasila juga dapat dikatakan sebagai jiwa dari bangsa Indonesia.
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai
pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dijadikan
pedoman oleh seluruh warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata dunia
sampai dengan saat ini. Lalu, bagaimana kondisi Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa
pada era saat ini?
Pancasila merupakan saksi perkembangan yang terjadi di Indonesia. Pancasila lahir
sebelum bendera merah putih kemerdekaan berkibar dengan gagahnya sebagai hasil kerja
keras para pahlawan bangsa. Saat ini, Pancasila yang telah ditetapkan sebagai ideologi
bangsa, tetap setia mengiringi perjuangan bangsa Indonesia yang dengan tertatih-tatih
mengisi kemerdekaan. Pancasila dirumuskan oleh para tokoh bangsa yang memiliki semangat
baja dan harapan tinggi untuk bangsa Indonesia. Hal itu tercermin dalam nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam setiap butir Pancasila. Nilai-nilai yang mengandung sikap, budi
pekerti dan semangat membangun negeri dalam kebersamaan untuk bersatu dalam berbagai
perbedaan yang mewarnai bangsa Indonesia.
Namun di era milenial ini, Indonesia seolah lupa terhadap jati dirinya. Tanpa disadari,
nilai-nilai Pancasila semakin terlupakan oleh masyarakat Indonesia. Hal itu membuat
identitas bangsa cepat atau lambat semakin memudar digerus perubahan zaman. Arus
globalisasi yang semakin berkembang dengan pesat,dimana negara-negara saling bersaing
dalam memajukan negaranya, membawa dampak yang begitu luar biasa terhadap dinamika
kehidupan masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak, kalangan muda sampai generasi tua.
Dewasa ini nilai-nilai luhur Pancasila mulai memudar dan meredup pelaksanaannya.
Hal ini terjadi lebih dikarenakan oleh adanya globalisasi yang melanda Indonesia.
Masyarakat terbius akan kenikmatan hedonisme yang dibawa oleh paham baru yang masuk
sehingga lupa dari mana, di mana, dan untuk siapa sebenarnya mereka hidup. Seakan-akan
mereka melupakan bangsanya sendiri yang dibangun dengan semangat juang yang gigih dan
tanpa memandang perbedaan.
Ini tentu sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, seakan mayarakat
sengaja melupakan perjuangan bangsa, berbaur dengan budaya asing dan bahkan ikut
membanggakannya. Mungkin sejarah perjuangan bangsa hanya akan ada dibuku tanpa
diingat oleh bangsanya. Mungkin terdengar sangat kejam bagaimana bisa seluruh keringat,
waktu dan pengorbanan nyawa yang dikorbankan demi bangsa justru malah dilupakan
bangsanya sendiri. Para pejuang memerdekakan Indonesia, merumuskan nilai-nilai luhur
bangsa dan membentuk jati diri bangsa bukanlah perkara mudah. Sebagai generasi penerus
yang hanya penikmat dari hasil perjuangan seharusnya kita bangga, menjaga dan
melestarikan apa yang menjadi nilai moral dan jati diri bangsa.
2.2 Karakteristik Generasi Milenial.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin) yang berarti
berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Manusia merupakan makhluk sosial, dimana dalam setiap kehidupannya
mereka tidak dapat terlepas dari makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, manusia
membutuhkan interaksi dengan makhluk hidup yang lain. Manusia merupakan makhluk yang
terus berkembang mengikuti jaman. Generasi yang tumbuh dan berkembang saat ini
dibesarkan dalam dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi
milenial merupakan perwujudan dari generasi yang tumbuh dan berkembang pada era ini.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi
milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000.
Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya hidup pada generasi mengalami
perubahan yang drastis dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi X.
Terutama sejak diperkenalkan dengan pemanfaatan teknologi. Kehidupan sosial pada
generasi ini sangat tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi yang ada, dalam
hal ini teknologi informasi dan komunikasi yang paling banyak dipergunakan adalah
teknologi berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini merupakan generasi dengan tingkat
penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi
milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi
karena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses.
Berikut adalah karakteristik generasi milenial :
1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar melalui
internet mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile phone mereka
selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas dunia maya. Keterhubungan dengan dunia
maya inilah yang menyebabkan mereka sangat tergantung dengan keberadaan internet
(Oblinger & Oblinger).
2. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu berhubungan
dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam memperoleh informasi.
Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam memperoleh informasi ataupun dalam
melakukan apapun. Mereka dengan cepat bergerak dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya dan
kadang mereka melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas email
ataupun permintaan respon dari komunitasnya, bahkan mungkin mereka lebih mengutamakan
kecepatan dibandingkan dengan ketepatan (Oblinger & Oblinger).
3. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu
chatting dengan teman-teman lama, memposting buku harian web (blogging), berbagi
informasi dan bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam facebook, twitter dan lain-
lain. Mereka terbuka terhadap keanekaragaman, perbedaan, dan mereka nyaman berinteraksi
dengan orang asing yang tidak dikenal sekalipun (Oblinger & Oblinger). Generasi milenial
adalah orang-orang yang paling sering, bahkan selalu terhubung dengan media sosial.
Kadang, apa yang dilakukan di media sosial hanya menunjukan eksistensi keseharian mereka
bahkan tidak segan untuk mencurahkan isi hati melalui media sosial.
4. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik,
fokus pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama jika
dibandingkan dengan generasi X dan generasi baby boom pada saat usia yang sama.
5. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung
kesetaraan hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka juga memiliki rasa
percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, pribadi liberal, optimis dan
menerima ide-ide dan cara-cara hidup.
6. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja yang
buruk, sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau ponsel pintar.
Banyak yang menyebutnya sebagai generasi galau karena sering tidak betah di suatu tempat
atau menekuni suatu hal.
2.3 Degradasi Moral di Era Milenial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2014) Deg·ra·da·si/ dégradasi/ kemunduran,
kemerosotan, penurunan, (mutu, moral, pangkat). Kata Moral berasal dari kata latin “mos”
yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin, Moralitas adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Konsep dasar moral berisi nilai-nilai perilaku atau tindakan manusia yang berupa kebaikan
dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun,
norma budaya atau adat istiadat masyarakat. Dengan demikian, degradasi moral merupakan
suatu kondisi dimana telah terjadi kemerosotan moral yang artinya bahwa individu maupun
kelompok telah melanggar aturan serta tata cara yang berlaku di masyarakat. Seseorang bisa
dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut mampu menjunjung nilai-nilai moral
di masyarakat, sehingga tugas terpenting yang harus dikuasai remaja adalah apa yang
menjadi harapan masyarakat tanpa ada dorongan orang lain. Perkembangan moral
berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai mengenai apa yang harus dilakukan
individu dalam berinteraksi. Kohlberg (Santrock, 2003) membagi perkembangan moral
menjadi tiga tahap yaitu :
1. Tahap Prakonvensional
Pada tahap ini anak peka terhadap aturan-aturan budaya dan ungkapan-ungkapan
budaya, moral masih ditafsirkan oleh anak berdasarkan akibat fisik baik berupa sesuatu yang
menyakitkan atau kenikmatan.
2. Tahap Konvensional
Pada tahap ini anak menemukan pemikiran moral, aturan-aturan dan ungkapan-
ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga, kelompok atau masyarakat.
3. Tahap Pascakonvensional
Pada tahap ini anak merumuskan aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral secara
jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat
diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip tersebut
dan terlepas pula dari identifikasi diri dengan kelompok tersebut.
Perkembangan moral remaja terjadi pada tingkat kognisi yang sudah mulai mencapai
tahapan berfikir operasional formal terjadi pada taraf kognitif. Menurut Piaget (Sulvian,2006)
mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif adalah dasar dari
pengembangan moral. Jika meminjam dari perkembangan moral teori Kohlberg
perkembangan moral remaja berada pada tahap konvensional yang memiliki dua tahap. Pada
tahap pertama remaja berorientasi pada hubungan kesepakatan antar pribadi, dimana remaja
melihat moralitas dengan sederhana memandang suatu perbuatan itu baik dan berharga bagi
dirinya apabila dapat menyenangkan, membantu, disetujui sesuai harapan masyarakat. Pada
tahap kedua remaja dapat melihat sistem sosial secara keseluruhan, perilaku yang baik adalah
semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib
sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.
Tingkat moralitas menjadi nilai pribadi remaja melalui pengalaman belajar interaksi
sosial, mereka mengenal nilai moral dan konsep moral bukan dari dorongan orang tua
melainkan pilihan atau keinginan dari hati yang bukan hanya untuk memenuhi kepuasan
fisiknya, tetapi juga aspek psikis berupa penilaian positif dari teman sebaya atau orang lain
tentang perbuatannya.
Namun kondisi kemunduran penalaran moral remaja yang dirasakan di era milenial
perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu dibangkitkan agar perkembangan moral
Mahasiswa dapat menjadi lebih baik, konselor juga berperan penting di dalamnya. Untuk
mencegah hal tersebut serta memperbaikinya maka harus dipahami gejala penurunan moral
yang terjadi pada peserta didik. Ada 10 indikasi gejala penurunan moral yang perlu
mendapatkan perhatian agar berubah ke arah yang lebih baik :
a) Kekerasan dan tindakan anarki.
b) Pencurian.
c) Tindakan curang.
d) Pengabaian terhadap aturan yang berlaku.
e) Tawuran antar Mahasiswa.
f) Ketidaktoleran.
g) Penggunaan bahasa yang tidak baik.
h) Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya.
i) Sikap perusakan diri.
j) Penyalahgunaan Narkoba (Lickona,2013).
Degradasi moral remaja merupakan salah satu permasalahan sosial yang dapat
diartikan bahwa kualitas moral remaja pada saat ini terus menerus mengalami penurunan dan
terlihat semakin tidak terkendali sehingga perlu mendapat perhatian baik dari orang tua
secara khusus serta 10 masyarakat atau pemerintah pada umumnya. Pada era milenia
persaingan manusia modern berkompetisi semakin berat guna mencapai sukses. Kondisi
demikian jelas bisa memberikan tekanan mental pada setiap anggota masyarakat, banyak
orang mengalami kekecewaan termasuk di dalamnya para remaja.
Banyak hal yang dapat digunakan sebagai tolak ukur suatu negara dapat dikatakan
sebagai negara maju. Salah satunya dapat dilihat dari pola tingkah laku masyarakatnya yang
dapat bertindak secara dewasa atas dirinya sendiri maupun orang lain. Jika dilihat dari
banyaknya fenomena remaja saat ini, apakah Indonesia bisa disebut semakin dewasa dengan
umurnya. Fenomena remaja yang terjadi menunjukkan bahwa adanya degradasi moral yang
saat ini dialami oleh bangsa Indonesia. Masa depan suatu bangsa sesungguhnya dipegang
oleh para pemudanya tak lain merupakan masyarakat yang berada pada usia remaja, maka
dari itu penting sekali bangsa ini untuk meningkatkan kualitas para pemudanya untuk
Indonesia yang lebih baik.
Hal yang menyebabkan terjadinya degradasi moral ini karena adanya globalisasi yang
semakin masuk ke Indonesia. Dengan adanya globalisasi seharusnya bisa meningkatkan
moral masyarakatnya jika diimbangi dengan pengetahuan dan tindakan preventif yang kuat
dari masyarakat itu sendiri. Namun sayangnya masyarakat Indonesia kurang bisa menyaring
budaya mana saja yang baik dan sesuai dengan budaya leluhur Bangsa Indonesia. Seakan-
akan semua budaya Barat ditelan mentah-mentah oleh pemuda-pemudi kita, entah dari gaya
berbusana, tingkah laku sehari-hari serta gaya hidup yang kebarat-baratan dianggap sebagai
sesuatu yang sangat modern dan dapat dibanggakan jika kita dapat menirukannya. Lalu
fenomena remaja apa saja yang umum terjadi saat ini sedang menghantui Bangsa Indonesia?
1. Budaya hedonisme yang tinggi Budaya Barat tidak hanya memiliki dampak positif
di dalamnya, namun mereka juga memiliki budaya negatif yang patut dihindari masyarakat
kita salah satunya adalah budaya hedonisme atau berperilaku konsumtif. Budaya ini seiring
berjalanya waktu semakin disukai oleh remaja Indonesia. Mereka lebih suka untuk
melaksanakan kegiatan yang tidak bermanfaat bersama teman-temannya dibandingkan
belajar di rumah pada malam hari.
2. Pola berpakaian yang semakin minim jika dibandingkan dengan beberapa tahun
lalu, saat ini kita lebih sering menjumpai remaja perempuan menggunakan pakaian yang
serba mini seperti memakai hotpants dan tanktop . Seakan-akan budaya memakai
pakaian mini yang lebih menonjolkan bagian tubuh terutama kaki saat ini sudah dianggap
lumrah bagi mereka.
3. Menurunnya sikap sopan santun terhadap orang lain. Budaya leluhur Indonesia
yang sangat memegang budaya sopan santun antar satu sama lain terutama dengan orang
yang lebih tua dari kita haruslah tetap dilestarikan. Budaya tersebut dapat membatasi diri kita
dari perbuatan semena-mena antar satu sama lain dan kita bisa lebih menghargai pendapat
orang lain. Namun dengan mencontoh budaya Barat, banyaknya remaja yang sudah tidak
terlalu mempedulikan hal tersebut. Contohnya saja, saat ada remaja berjalan melewati orang
tua sedang duduk, tak jaring kita menemukan bahwa sebagian dari remaja tidak menundukan
badan ataupun kepala saat berjalan. Bahkan ada beberapa yang tidak menoleh sedikitpun
terhadap apa yang dilewatinya.
2.4 Peran Pancasila pada Generasi Milenial
Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi moral
kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara
menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai konsekuensinya,
negara tunduk kepada moral dan wajib mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan
kebijaksanaan Negara sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Moral Pancasila memberikan inspirasi dan menjadi pembimbing dalam pembuatan
undang-undang yang mengatur kehidupan negara, menetapkan lembaga-lembaga negara dan
tugas mereka masing-masing, serta hubungan kerja sama diantara mereka, hak-hak dan
kedudukan warga negara, dan hubungan warga negara dan negara dalam iklim semangat
kemanusiaan.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus dijadikan
norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hokum positif selama norma itu
mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat. Sementara itu, masalah
yang semata-mata batiniah merupakan urusan pribadi warga negara. Hal ini harus senantiasa
diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengaturan negara terhadap peri kehidupan
bangsa.
Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan lebih
untuk saat ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah dikarenakan kurangnya
perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-nilai Pancasila.
Internalisasi nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa menjadikan
masyarakat Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang
sangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang ialah pembudayaan dan aktualisasi
nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif dan mendasar.
Dalam usaha-usaha untuk meletakkan dasar-dasar masyarakat modern kita bukan saja
menyerap masuk modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dari luar, akan tetapi
terbawa masuk pula nilai-nilai sosial dan politik yang berasal dari kebudayaan lain.
Masuknya nilai-nilai kebudayaan lain ini makin deras mengalir sejalan dengan kebebasan
yang dengan sadar juga kita buka kembali.
Dorongan lain mengenai perlu adanya pedoman penghayatan dan pengamalan
pancasila adalah pergantian generasi yang segera akan terjadi dalam tahun-tahun mendatang.
Pergantian generasi sendiri adalah proses yang alami dan harus tetap berlangsung secara
alami. Pergantian generasi yang akan datang mempunyai arti yang khusus, karena generasi
yang baru tidak mengalami secara langsung perjuangan kemerdekaan yang melahirkan
Republik ini. Pengalaman yang berlainan, tantangan dan jawaban terhadap masalah-masalah
pokok yang berlainan, dapat melahirkan tanggapan yang berbeda mengenai cita-cita
kemerdekaan.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa
Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari
luar maupun dari dalam negeri. Dengan demikian, di era globalisasi seperti sekarang ini
peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa
Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat
Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, perlu adanya implementasi nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial. Melakukan
implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia merupakan
suatu imperatif yuridis dan imperatif politis. Karena Pancasila adalah dasar filsafat negara
Indonesia dalam segi yuridis dan politis. Oleh karena itu, agar nilai-nilai Pancasila tidak
punah oleh arus globalisasi yang sangat dahsyat, maka implementasi nilai-nilai Pancasila
tidak dapat ditunda-tunda lagi.
Implementasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Langkah pertama melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non formal
yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf sekolah-sekolah formal
melalui internalisasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di semua jenjang
pendidikan dari mulai pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan tinggi.“Dalam
konteks pend idikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila ditemukan baik secara
struktural maupun kultural. Pada tingkat struktural, negara belum sepenuhnya memiliki
instrument yang memadai untuk mengenalkan Pancasila pada level implementatif sejak dini.
Memang Pancasila telah didesain sebagai kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah,
tetapi tidak punya kekuatan implementatif. Kurikulum Pancasila seharusnya tidak hanya
didesain dengan sekadar tatap muka di dalam kelas dan sedikit dialog, melainkan harus lebih
implementatif dalam kehidupan sehari-hari sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan
lebih mengena dan tepat sasaran, misalnya tentang bagaimana mengajarkan secara praktis
dan memberi contoh untuk menghargai perbedaan, toleransi, dan tidak korupsi.”
2. Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai
Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan juga lingkungan masyarakat.
Contohnya adalah aktualisasi melalui keteladanan para pemimpin baik pemimpin formal
(pejabat negara) maupun informal (tokoh masyarakat) dan juga oleh orang tua dan guru di
lingkungan pendidikan. Dengan keteladanan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, diharapkan
masyarakat luas akan mengikuti.
3. Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah guna
mengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila, terutama pada
generasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan implementasi Pancasila di dunia
pendidikan merupakan yang paling efektif, karena pendidikan tidak hanya mecetak manusia-
manusia yang cerdas, terampil, namun juga mencetak manusia yang diharapkan dapat
mempertahankan mempertahankan, mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
4. Dan lanngkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial. Cara
pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang
berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan pornografi,
pornoaksi, premanisme dan sejenisnya. Tentunya hal ini juga memerlukan dukungan dari
pihak keluarga, sekolah, pemerintahan dan juga masyarakat. Kemudian selanjutnya adalah
dengan memasukkan konten-konten mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam setiap media
cetak maupun elektronik. Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila melalui media sosial
sangat penting untuk dilakukan karena generasi milenial merupakan generasi yang sangat
dekat dengan teknologi, utamanya adalah media sosial.
2.5 Pentingnya pendidikan Pancasila bagi Generasi Milenial
Generasi millenial sangat berdampak besar di era globalisasi seperti sekarang. Karena
pengaruhnya yang cukup besar maka dibutuhkan suatu pedoman atau acuan bagi generasi
millenial untuk berglobalisasi dengan baik dan benar. Agar nantinya para millenial bisa
menyikapi dengan tidak menyimpang atau tidak sesuai dengan ajaran dan budaya Indonesia.
Generasi millenials atau Generasi Y yang saat ini berumur antara 18-37 tahun, adalah
genarasi di usia yang produktif. Generasi ini yang akan memainkan peran penting dalam
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi ini memiliki keunggulan
dibidang kreativitas yang tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan
lainnya. Tetapi karena hidup di zaman sekarang serba praktis, generasi ini cenderung ingin
segala sesuatunya secara instant.
Maka dari itu pedoman Pancasila harus dipegang sebagai prinsip para generasi
millennial. Agar generasi millenial tidak gampang terpengaruh oleh radikalisme dan tindakan
intoleran ditengah derasnya arus informasi yang beredar bebas di media sosial dan internet.
Pancasila adalah dasar negara kesatuan republik Indonesia sekaligus sebagai ideologi
bangsa yang butuh keringat, darah bahkan nyawa untuk mempertahankannya.
Pancasila juga sebagai pedoman bagi setiap warga negara Indonesia untuk
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa.
Jika jiwa Pancasila sudah tertanam sejak dini dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari
maka negara itupun akan kuat dan damai, begitu pula sebaliknya bila jiwa pancasilanya rapuh
maka negara itupun akan rapuh dan akan mudah diadu domba.
Nilai yang terkandung di dalam Pancasila yaitu semangat bersatu, menghormati
perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme,
optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman , teknologi , revolusi indurtri 4.0 dan pula
dengan maraknya budaya budaya luar negeri yang sudah banyak memasuki tanah air
dibarengi juga oleh beredar berita berita hoax di media social banyak para generasi muda kita
yang terbawa arus negatif perkembangan zaman saat ini.
Sehingga para pemuda kita , para generasi penerus kita banyak yang terpapar ideologi
luar, menurunnya sifat cinta akan tanah air dan banyak yang menjadi pemakai obat obatan
terlarang. Hal tersebut cenderung memberi dampak negatif bagi bangsa Indonesia.
Pancasila menjadi sangat tersudutkan di negerinya sendiri. Hal ini ditandai dengan
kemrosotan moral anak anak bangsa Indonesia terlebih lagi para generasi mudanya. Padahal
para anak muda adah ujung tombak bangsa dan para generasi tua hanyalah sebagai gagang
tombak atau sebagai perantara saja untuk meneruskan cita cita luhur para pendiri bangsa.
Sebagai contoh kasus yang marak terjadi pada para pemuda saat ini adalah seperti
maraknya pengguna narkoba maupun pengedar narkobad kalangan pemuda, maraknya seks
bebas yang menimbulkan banyaknya pernikahan di bawah umur bahkan sekarang banyak
terjadi aborsi.
Kemudian kurangnya rasa hormat pada orang yang lebih tua dan sering terjadi
tawuran dikalangan pelajar. Tak hanya pelajar bahkan beberapa mahasiswa juga tak mau
kalah dengan melakukan unjuk rasa dengan anarkis dan merusak fasilitas umum. Ini
mengakibatkan pajak yang dibayar kan rakyat yang seharusnya demi kesejahteraan rakyat
harus digunakan untuk memperbaiki fasilitas umum yang dirusak oleh oknum tak
bertanggung jawab.
Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk generasi milenial, mengapa?
Yang pertama, “Untuk mengenal” Ini adalah salah satu alasan mengapa kita harus
mempelajari Pancasila sejak sekolah dasar. Tujuan utama mempelajari Pancasila pada tingkat
ini adalah agar sejak kecil kita sudah tau bahwa Pancasila itu ada dan bukanlah nama
seseorang, benda, ataupun pekerjaan melainkan Pancasila adalah dasar negara kita yang
artinya setiap hal yang menyangkut dengan urusan – urusan atau pun masalah kenegaraan
harus diputuskan dengan dilandasi atau pun didasari dengan nilai – nilai yang terkandung di
dalam Pancasila.
Yang kedua yaitu “Untuk mengamalkan”. Pancasila tentu saja dibuat dengan maksud
dan tujuan. Nilai-nilai luhur Pancasila itu tentu sia-sia dan tidak ada manfaatnya jika tidak
diamalkan. Pada tahapan ini tujuan mempelajari Pancasila tidak hanya berhenti pada sekedar
memahami, tetapi bagaimana nilai-nilai yang sudah difahami secara benar dan itu dapat
terwujud secara nyata dalam bentuk amal atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Yang ketiga “Untuk menjaga dan dilestarikan” Jika kita sudah mampu mengamalkan
Pancasila maka akan tumbuh kesadaran untuk menjaga agar Pancasila itu dapat terus
dilestarikan, terus dapat dimiliki, dihayati, dan diamalkan.
Dari kelima sila Pancasila bisa banyak dipetik nilai nilai luhur yang mampu menuntun
kehidupan bangsa dan bernegara yang lebih baik, seperti :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, berbagai macam kepercayaan dan
budaya. Indonesia tidak lahir oleh satu agama maupun satu kepercayaan. Setiap agama dan
kepercayaan memiliki ajarannya masing masing yang mengajarkan tentang kebaikan dan
semuanya tetap meng Esa kan tuhan itulah yang dimaksud dari Pancasila sila pertama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia adalah produk Tuhan yang paling sempurna diantara ciptaan-Nya yang lain.
Manusia memiliki akal dan juga nafsu dalam hal ini pula manusia juga ingin di perlakukan
dangan adil dan beradab satu dengan yang lain, yang muda menghormati yang tua , yang tua
mencintai dan menuntun yang muda. Setiap elemen masyarakat mempunyai perannya masing
masing dan peran itu harus diberikan dengan adil sesuai dengan porsinya . agar semua
masyarakat mampu berkolaborasi dengan sangat baik.
3. Persatuan Indonesia
Bertumpu pada semboyan bangsa Indonesia yakni “bhineka tunggal ika” yang artinya
“walau berbeda beda tapi tetap satu jua” yang mencerminkan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang kaya akan budaya dan suku, dari sabang sampai merauke, walau begitu kita tetap
satu dibawah kibaran sang merah putih .
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Masyarakat Indonesia memiliki budaya bermusyawarah untuk menyelesaikan sesuatu,
dengan musyawarah dan mufakat kepentingan manusia pribadi akan dikesampingkan demi
tercapainya kepentingan umum.
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Bahwa keadilan dalam hak dan kewajiban harus seimbang. Misalnya pemerataan
infrastruktur di daerah , persamaan gender dan Hak Asasi Manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi
milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000.
Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya hidup pada generasi mengalami
perubahan yang drastis dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Begitu penting untuk mempelajari “Pendidikan Pancasila”, agar kita tidak kehilangan
sebuah jati diri dari Negara kita, Negara Indonesia yang sangat di cita-citakan dimasukan
kedalam “Pancasila” suatu ideologi yang sangat baik, mencerminkan sebuah dasar bernegara
yang mencakup seluruh aspek dalam Negara kita.
Pancasila harus dijadikan cara hidup seluruh anak muda/milenial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila tidak perlu lagi diajarkan secara formal
dengan cara yang kaku, tetapi hal yang penting yaitu prakteknya. Dalam melaksanakan
langkah itu perlu di wadahi oleh kelembagaan untuk bersama-sama menerapkan nilai
Pancasila melalui sistem dan cara yang kekinian. Dan inilah tugas kita sebagai generasi
milenial untuk tetap menjaga dan melestarikan Pancasila agar fungsi dan nilainya tidak
punah. Kita hanya perlu berkembang dan belajar dalam bidang yang kita minati dengan jalan
yang benar dan harus selalu memupuk diri terhadap sikap kritis, nasionalis, dan spiritualis
guna membangun dan memajukan bangsa Indonesia.
Nilai-nilai luhur Pancasila juga bisa menjadi pegangan bagi para generasi
muda/milenial untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan meningkatkan cinta akan tanah air
Indonesia, karena pada dasarnya maju nya suatu negara tergantung dari seberapa baik
pemuda di negeri tersebut, menjadikan Indonesia ber SDM Unggul dan Indonesia maju
dengan berpegang pada Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
Naura Fadhila. 2020. generasi millennial terhadap nilai-nilai Pancasila
https://yooreka.id/take-a-break/generasi-millenial-terhadap-nilai-nilai-pancasila/ diakses pada
17 november 2020
Lucky Setyo Hendrawan. 2019. Tentang Pentingnya Pancasila Bagi Para Generasi Muda
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/230614/tentang-pentingnya-pancasila-bagi-para-
generasi-muda diakses pada 17 november 2020
Mahasiswa Universitas Islam Malang Semester 1D English Departemen (mata kalteng).
2020. Pancasila Di Era Digital, Globalisasi dan Millenial
https://www.matakalteng.com/kolom/opini/2020/01/11/pancasila-di-era-digital-globalisasi-
dan-millenial diakses pada 18 november 2020
Puji Asmoroini. 2017. MENJAGA EKSISTENSI PANCASILA DAN PENERAPANNYA
BAGI MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI.
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/307 diakses pada 18 november 2020
Arifin Prast. 2018. Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial
https://www.academia.edu/37825369/Degradasi_Moral_Bangsa_Pancasila_Di_Era_Milenial
diakses pada 18 november 2020

Farid Hamdani. 2019. Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era
globalisasi
https://www.researchgate.net/publication/337840011_MENJAGA_EKSISTENSI_PANC
ASILA_DAN_PENERAPANNYA_BAGI_MASYARAKAT_DI_ERA_GLOBALISASI
diakses pada 18 november 2020

Anda mungkin juga menyukai