Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

"MODERASI BERAGAMA"

Oleh :

SHINTABELLA MIRZYA CINTYA


NIM : 851419031

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.

Makalah ini berjudul“MODERASI BERAGAMA”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan
yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.

Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepas pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dari Bapak H. Agil Bahsoan,M.Ag. selaku dosen Pendidikan Agama Islam di Fakultas Kedokteran.

Namun saya cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.

Gorontalo, 3 Desember 2019

SHINTABELLA MIRZYA CINTYA


NIM: 81419031

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................., 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Moderasi........................................................................................................... 5

B. Konsep Dasar Moderasi Beragama ................................................................................... 6

C. Dalil Al-Qur'an tentang Moderasi Beragama .................................................................... 7

E.Tafsir .................................................................................................................................. 7

F. Asbabun Nuzul ................................................................................................................. 7

F. Pendapat Ulama ................................................................................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

B. Saran .............................................................................................................................. . 10

DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Masih banyaknya aksi terorisme di Indonesia merupakan bukti konkrit betapa pemahaman
dan penghayatan nilai-nilai moderasi Islam masih rendah. Oleh karena itu, berbagai pendekatan
penanganan terorisme dan radikalisme harus senantiasa diupayakan. Salah satunya adalah dengan
program deradikalisasi melalui pendidikan moderasi Islam. Dalam hal ini, mereka perlu
memerhatikan faktor kurikulum, pendidik, dan strategi pembelajaran yang digunakan pendidik.

Pendidikan bersifat integratif dan komprehensif, artinya memiliki aspek atau materi yang
beraneka ragam dan saling berkaitan antara materi dengan lainnya. Pendidikan tidak hanya
mengarahkan pikirian saja, tetapi juga menyangkut sikap dan ketrampilan. Dengan kata lain, ukuran
keberhasilan pendidikan tidak cukup dilihat dari keberhasilan melahirkan keterampilan kognitif,
afektif, dan psikomotorik saja, melainkan ketiga ranah tersebut haraus tercapai secara utuh dan
sempura.

Dalam menghadapi masyarakat majemuk, senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar
tidak terjadi radikalisme, bentrokan adalah melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif.
Pendidikan Islam yang moderat dapat mencegah peserta didik untuk berperilaku radikal baik dalam
sikap maupun pemikiran, sehingga out-put dari lembaga pendidikan Islam dengan adanya pendidikan
Islam berbasis moderasi ini dapat berimplikasi kepada pemahaman semua umat Islam untuk
menerima segala bentuk perbedaan dalam keagamaan dan dapat menghargai keyakinan yang diyakini
oleh orang lain.

Walaupun demikian, realitas yang terjadi sekarang ini di beberapa lingkungan masih belum
menanamkan nilai-nilai moderasi dalam proses pembelajarannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian moderasi beragama ?


2. Apa konsep dasar dari moderasi beragama ?
3. Bagaimana dalil tentang moderasi beragama ?
4. Bagaimana tafsir tentang moderasi beragama?
5. Bagaimana Asbabun Nuzul tentang moderasi beragama?
6. Bagaimana pendapat ulama tentang moderasi beragama ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui apa pengertian moderasi beragama


2. Mengetahui konsep dasar dari moderasi beragama
3. Mengetahui dalil tentang moderasi beragama
4. Mengetahui tafsir tentang moderasi beragama
5. Mengetahui Asbabun Nuzul tentang moderasi beragama
6. Mengetahui pendapat ulama tentang moderasi beragama

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

4
Kata moderasi dalam bahsa Arab diartiakan al-wasathiyah. Seacara bahasa al-wasathiyah
berasal dari kata wasath. Al Asfahaniy mendefenisikan wasath dengan sawa'un yaitu tengahtengah
diantara dua batas, atau dengan keadilan, yang tengahtengan atau yang standar atau yang biasa-biasa
saja. Wasathan juga bermakna menjaga dari bersikap tanpa kompromi bahkan meninggalkan garis
kebenaran agama. Sedangkan makna yang sama juga terdapat dalam Mu'jam al-Wasit yaitu adulan
dan khiyaran sederhana dan terpilih. Ibnu Asyur mendefinisikan kata wasath dengan dua makna.
Pertama, definisi menurut etimologi, kata wasath berarti sesuatu yang ada di tengah, atau sesuatu yang
memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding. Kedua, definisi menurut terminologi, makna
wasath adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak
berlebihan dalam hal tertentu.

Sikap moderat adalah pilihan terbaik umat beragama untuk memelihara agama sebagai rahmat
bagi segenap manusia dan alam. Moderasi adalah alternatif paling cerdas agar umat beragama tidak
terjerembab pada ekstrimisme dan radikalisme. Lebih dari itu, sikap moderat merupakan kemuliaan
setiap agama untuk menjaga harmonisasi hubungan antarumat beragama yang berbeda-beda.

Kita tidak rela keberagamaan yang seharusnya menyejukkan dan mendamaikan, alih-alih
memenuhi atmosfer publik dengan prasangka dan kedengkian. Kita juga tidak menghendaki agama
yang mulanya memerankan diri sebagai juru damai dan keselamatan justru menjelma menjadi
kekuatan pengoyak rasa aman masyarakat. Hakikat ajaran agama-agama yang sejuk-damai-toleran
jangan sampai berubah menjadi pemicu kekerasan dan kebencian. Kesucian agama yang menjadi
kekuatan khasnya tidak boleh dinodai oleh otoritarianisme hermeneutik, suatu klaim tafsir kebenaran
yang menakutka.

Para "penafsir otoritarian" yang hanya mengakui kesahihan satu jenis tafsir itu sudah pasti
memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap berkembangnya konservatisme paham-paham
keagamaan yang belakangan banyak dijumpai di Tanah Air. Hampir di setiap sudut perkotaan dan
perdesaan dapat kita temui kelompok-kelompok keagamaan militan yang mengaksentuasikan diri
pada simbol pakaian, bahasa dan gaya bicara. Penggunaan simbol-simbol yang berasal dari tradisi dan
budaya Arab itu sekaligus sebagai pembangkit citra otentisitas, keaslian, dan puritanisme.
Kesetiaannya pada jenis dan pola pakaian tertentu memperkuat citra-diri sebagai pemelihara dan
penjaga keaslian ajaran agama.

Sayang sekali bahwa loyalitas yang teguh dan kuat terhadap "kemurnian agama" itu acapkali
disertai oleh sikap-sikap intoleran, prasangka, dan tak kenal kompromi ketika berhadapan dengan
komunitas keagamaan lain. Penolakan kelompok konservatif terhadap segala bentuk "percampuran"
unsur lokalitas dengan corpus agama, tidak jarang melahirkan ketegangan-ketegangan dengan
komunitas keagamaan arus utama.

Daya pikat konservatisme dan puritanisme keagamaan yang terletak pada citra otentisitas,
kemurnian, simbol pakaian, serta anti asing , secara bertahap berhasil menarik ribuan anak muda dari
berbagai kalangan. Anak-anak muda yang mengalami himpitan sosial dan ekonomi, yang frustrasi
terhadap nasib bangsa Palestina yang tak kunjung menemui titik terang, serta ketidakpuasan terhadap
gaya dan perilaku kepemimpinan pemuka agama arus utama, merupakan faktor-faktor pemicu
semakin kuatnya konservatisme. Bagi anak-anak muda, konservatisme mampu menawarkan dan
memberikan jalan keluar atas pelbagai problem sosial-keagamaan yang tidak berhasil dijawab oleh
komunitas keagamaan arus utama.

B. KONSEP DASAR

5
Agama dipahami memberikan pengaruh besar dalam berbagai sektor kehidupan. Memang
pada awal abad 20 agama pernah diramalkan akan menemukan kematian seiring dengan kemajuan
sains dan teknologi. Ketika itu peran agama diramalkan akan tergeser oleh kekuatan sains dan
teknologi. Namun, ramalan tersebut meleset atau tidak terbukti. Kenyataannya, agama berperan
sangat sentral di dalam kehidupan manusia di abad 21 sekarang ini. Dewasa ini, agama tengah
memasuki ruang kehidupan meliputi politik, ekonomi, pendidikan, industri, lingkungan dan
sebagainya. Perlu ditegaskan di sini bahwa agama tidak akan pernah mati, bahkan sebaliknya ia
menjadi peran utama.

Masalahnya, terkadang ekspresi agama diperankan oleh pemeluknya secara radikal. Agama
dipahami secara harfiah atau tekstual. Akibatnya, agama diekspresikan sesuai teks apa adanya tanpa
dilakukan interpretasi atau tafsir secara holistik. Secara ekstrim, pemahaman agama yang radikal
ketika dibawa ke ruang politik maka ia dipastikan akan mengabaikan nilai-nilai inklusif yang egaliter
dan demokratis. Dengan begitu, perbenturan menjadi tak terhidarkan dengan aliran politik lain yang
berbeda. Tentu saja implikasinya adalah kehancuran kebalikan dari kedamaian.

Oleh karena itu, moderasi beragama menjadi penting. Pemeluk agama harus melakukan
interpretasi terhadap teks suci. Setiap teks dipastikan memiliki konteks yang tidak serta merta
dipahami secara leterlek berdasarkan teks yang harfiah. Penggalian terhadap teks suci dengan
interpretasi yang holistik akan melahirkan pemaknaan yang universal sesuai dengan konteks.
Interpretasi akan menghasilkan konsep-konsep yang operasional untuk diaktualisasikan dalam
konteks kehidupan. Sejumlah pemuka agama telah sering mengumandangkan arahan moderasi dalam
beragama. Sudah banyak rujukan tentang konsep-konsep moderasi beragama beserta aktualisasinya.
Penguatannya kemudian adalah di tataran aktualisasi atau implementasi.

Pendidikan tinggi berperan menyiapkan seperangkan pengetahuan praktis tentang moderasi


beragam di dalam kurikulum. Setiap akademisi memiliki acuan nilai yang eksplisit. Memang agama
merupakan ajaran tentang iman. Namun, iman dalam penjelasan akademik ia menjadi nilai.
Pendididikan tinggi memiliki peran menanamkan nilai, mengeksplisitkan nilai, dan
mengaktualisasikan nilai. Dengan begitu, akademisi akan dijaga, akan dilindungi oleh nilai, dan
berbagai berprilaku berbasis nilai yang tertanam tadi. Pada gilirannya, nilai akan berperan menjadi
subjek yang menjaga, mengatur, dan mengendalikan segala perilaku. Penguatan nilai dapat berbentuk
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler pendidikan tinggi. Bagi pendidikan tinggi yang memiliki program
studi agama, maka penguatan nilai-nilai agama menjadi inti kurikulum. Pendidikan tinggi keagamaan
memastikan kurikulum nilai-nilai agama sebagai peran utama.

Tidak lain praktik nilai moderasi adalah kolaborasi yaitu upaya menghubungkan antar-unsur
yang berbeda atau mencari titik temu di antara unsur-unsur yang berbeda. Kolaborasi berlangsung
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-
lain. Tujuan kolaborasi adalah untuk menjawab permasalahan baru, dengan cara baru, dan untuk
menghasilkan jawaban baru. Moderasi bergama menghendaki kolaborasi internal dan eksternal
pemeluk agama untuk menjawab berbagai tantangan dunia. Sehingga ditemukan cara-cara baru dan
sekaligus jawaban baru dalam mengatasi berbagai permasalahan baru.

C. DALIL

Dalam ajaran Islam terlihat jelas ada salah satu ayat yang menunjukkan pentingnya nilai-nilai
moderasi, yaitu Q.S. Al-Baqarah Ayat 143.
6
‫كلل َ نجلنعلمللننلاَّلكلمملل َ أللرمل لةطلل َ نونسلططلاَّ َ لسلتنللكللوُنللوُا َ لشلنهلندللا ءنلل َ نعللنللىَ َال نرلاَّ سسلل َ نوينللكللوُننلل َال رلسللوُللل‬ ‫س‬
‫نونكلذنذ للل ن‬
‫تلل َ نعللنل ملي لنهلاَّ َ إسلرل لل َ للسلنن لمعللنلنملل َ نملمنلل َينلترلبسللعل‬ ‫س‬
‫نعللنلميللكلمملل َ نشلسهللي طدللا َ نونملاَّ َ نجلنعلمللننلاَّ َا لملقل ملب للنلةنلل َا لرلستلل َلكلمنل ن‬
‫تلل َ لنلنكلبسلنيطةلل َ إسلرل لل َ نعللنللىَ َا لرلسذللي ننلل َ نهلندللى‬ ‫س س‬ ‫ال رسللوُنللل َسمرل لنلل َي لمن لنقللس‬
‫بلل َ نعللنلذىَلل َ نعلقللبن لميلهل َ نوإسلمنلل َنكلاَّ نل م‬ ‫م ن ل‬‫ل‬ ‫ل‬
‫فلل َ نرسحللي ممل‬ ‫ضللي نعلل َ إسلينلاَّ نللكلممل َ إسلرنلل َال للر لهنلل َ بسلاَّل نلر لاَّ سسلل َ لنلنرءلللو م‬ ‫ال لرلهل َ وملاَّ َنكلاَّ ننلل َال لرلهلل َ لسليل س‬
‫ل ل‬ ‫ل نن‬
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan
agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan
sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

D. TAFSIR

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 143 Umat Islam adalah ummatan wasathan, umat yang
mendapat petunjuk dari Allah, sehingga mereka menjadi umat yang adil serta pilihan dan akan
menjadi saksi atas keingkaran orang kafir. Umat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan dan
kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang batil. Mereka dalam segala persolan
hidup berada di tengah orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam kehidupannya dan orang-
orang yang mementingkan ukhrawi saja. Dengan demikian, umat Islam menjadi saksi yang adil dan
terpilih atas orang-orang yang bersandar pada kebendaan, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan
cenderung kepada memuaskan hawa nafsu. Mereka juga menjadi saksi terhadap orang-orang yang
berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskan diri dari segala kenikmatan jasmani dengan
menahan dirinya dari kehidupan yang wajar. Umat Islam menjadi saksi atas mereka semua, karena
sifatnya yang adil dan terpilih serta dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh
jalan tengah. Demikian pula Rasulullah SAW menjadi saksi bagi umatnya, bahwa umatnya itu sebaik-
baik umat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan amar makruf dan nahi
munkar.

E. ASBABUN NUZUL

Asbab An-Nuzul Ayat Asbabun nuzul terdiri dari dua kata: asbab (jamak dari sabab) berarti
sebab atau latar belakang dan nuzul yang berarti turun. Dari para ulama, kita menemukan beberapa
definisi asbabun nuzul tetapi maknanya senada. Diantaranya ialah pendapat Subhi Shalih, asbabun
nuzul itu sangat bertautan dengan sesuatu yang menjadi sebab turunnya sebuah ayat atau beberapa
ayat, atau suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai
penjelasan yang diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.
Sedangkan menurut Hasby Ash-Shiddiqi asbabun nuzul ialah kejadian yang karenanya
diturunkan al-Qur‟an untuk menerangkan hukumnya pada hari timbulnya kejadian itu, dan
suasana yang di dalam suasana itu al-Qur‟an di turunkan serta membicarakan sebab tersebut, baik
dibicarakan secara langsung sesudah terjadi sebab itu atau kemudian lantaran suatu hikmah.

7
Dari dua pengertian diatas, dapat ditarik dua kategori tentang turunnya suatu ayat. Pertama, suatu
ayat yang turun karena adanya suatu peristiwa. Kedua, ayat yang turun karena adanya suatu
pertanyaan kepada Rasulullah, dan ayat ini turun sebagai jawaban serta keterangan hukum atas
pertanyaan tersebut.
Menurut Jalaludin as-Syuyuthi, tentang asbabun nuzul surat al-Baqarah ayat 143, ia
meriwayatkan dari Bukhari dan Muslim, yaitu Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari al-Barra‟, dia
berkata, “Beberapa orang meninggal dan terbunuh sebelum arah kiblat diubah sehingga kami tidak
tahu apa yang kami katakan tentang mereka.” Maka turunlah ayat 143.

F. PENDAPAT ULAMA

Pendapat para mufassir terkait konsep nilai-nilai moderasi dalam q.s al-Baqarah ayat 143
adalah sebagai berikut:

1. Al-Qurtubi. Menurut al-Qurtubi dalam kitabnya al-Jami’ al-ahkam, (pula(demikian dengan Dan “
‫ وكذا لك جعلناكم أمة وسطا‬firman Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil”. Makna dari
firman Allah ini adalah, sebagaimana ka‟bah merupakan tengah-tengah bumi, maka demikian pula
kami menjadikan kalian umat yang pertengahan. Yakni kami jadikan kalian dibawah para nabi tapi di
atas umat-umat yang lain. Makna al-wast adalah adil. Asal dari kata ini adalah bahwa sesuatu yang
paling terpuji adalah yang pertengahan.

2. Muhammad Jawad Mughniyah dalam kitabnya tafsir al-kaasyif, kalam Allah yakni ‫وسطا أمة جعلناكم‬
‫ لك وكذا‬,bahwa Allah akan memberikan hidayah atau petunjuk kepada siapa yang Dia dikehendaki
menuju jalan yang lurus (shirath al-mustaqim). Allah memberikan kenikmatan kepada pengikut Nabi
Muhammad yakni berupa hidayah tersebut. Hidayah yang Allah berikan sangat luas jangkauannya,
diantaranya Allah telah menjadikan pengikut Nabi Muhaamd dalam beragama berlaku tegak atau adil,
serta tengah-tengah diantara hal yang berlebihan, yakni menambah-nambahi seperti mempertuhankan
lebih dari satu Tuhan atau menduakan Allah. Juga berlebih-lebihan dalam hal mengurang-ngurangi,
seperti berpaling dari agama yang benar.

3. Muhammad Quraish Shihab. Menurut Quraish Shihab, ayat 143 surat al-Baqarah ini telah memberi
petunjuk tentang posisi yang ideal atau baik, yaitu posisi tengah. Posisi pertengahan menjadikan
manusia tidak meihak ke kiri dan ke kanan, suatu hal di mana dapat mengantar manusia berlaku adil.
Posisi pertengahan menjadikan seorang dapat dilihat oleh siapapun dalam penjuru yang berbeda, dan
ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Posisi itu juga menjadikannya dapat
menyaksikan siapa pun dan di mana pun. Allah menjadikan umat Islam pada posisi pertengahan agar
kamu, wahai umat Islam, menjadi saksi atas perbuatan manusia yakni umat yang lain, tetapi ini tidak
dapat kalian lakukan kecuali jika kalian menjadikan Rasul SAW syahid, yakni saksi yang
menyaksikan kebenaran sikap dan perbuatan kamu dan ia pun kalian saksikan, yakni kalian jadikan
teladan dalam segala tingkah laku.

4. Abdurrahman bin Nashr as-Sa‟di dalam kitabnya Tafsir al-Karim ar-Rahman, dalam menafsirkan
ayat ‫ أمة جعلناكم لك وكذا وسطا‬,bahwa Allah swt menjadikan umat Islam umat yang adil dalam setiap
urusan agaman, adil pada utusan-utusannya dalam dalamhal tidak berlebih-lebihan, sebagaimana yang
dilakukan oleh umat Yahudi dan Nasrani. Yang mana mereka lebih banyak menurusi urusan dunianya.
Adil dalam syariat agama juga perintahkan, tidak menyekutukan Allah sebagaimana yang dilakukan
oleh umta di atas. Tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram.

8
III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara Umum , Moderasi beragama adalah meyakini secara absolut ajaran agama yang kita
yakini dan memberikan ruang terhadap agama yang diyakini oleh orang lain. Dan bahwa dalam
kehidupan masyarakat plural dan multikultural seperti Indonesia, moderasi harus dipahami sebagai
komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan dimana setiap warga masyarakat apapun suku, etnis,
budaya, agama dan pilihan politiknya. Hal tersebut termuat dalam Q.S Al- Baqarah ayat 143.

9
B. SARAN
Bahwa hasil dari analisis tentang moderasi beragama masih banyak kekurangan, maka dari
itu diharapkan ada pembaca yang mengkaji ulang serta memperluas cakupan moderasi beragama,
bukan hanya pada Q.S al-Baqarah ayat 143, tetapi juga ayat-ayat lain yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

https://uinsgd.ac.id/kolom/moderasi-beragama/
http://eprints.walisongo.ac.id/9820/1/RIZAL%20AHYAR%20MUSSAFA___1403016104.pdf
https://www.kompasiana.com/husnithoyyar/55097de2a33311b8522e3aad/moderasi-kecerdasan-
beragama

10

Anda mungkin juga menyukai